A. PENGERTIAN
Mola hidatidosa adalah suatu keadaan patologi dari korion yang ditandai
dengan :
C. ETIOLOGI
Menurut Moechtar, 2014. Penyebab mola hidatidosa belum diketahui
secara pasti. Faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab adalah :
1. Faktor ovum
Spermatozoa memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau dua
serum memasuki ovum tersebut sehingga akan terjadi kelainan atau
gangguan dalam pembuahan.
2. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
Dalam masa kehamilan keperluan zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan
keadaan sosial ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi zat-zat gizi yang
diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan
dan perkembangan janinnya.
3. Parietas tinggi
Ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola hidatidosa karena
trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara genetic yang dapat
diidentifikasikan dan penggunaan stimulan drulasi seperti klomifen atau
menotropiris (pergonal).
4. Kekurangan protein
Protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh sehubungan
dengan pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim, dan buah dada ibu, keperluan
akan zat protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan
protein dalam makanan mengakibatkan bayi akan lahir lebih kecil dari normal.
5. Infeksi virus
Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau
adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu akan menimbulkan penyakit
(desease). Hal ini sangat tergantung dari jumlah mikroba (kuman atau virus) yang
masuk virulensinya serta daya tahan tubuh.
D. PATOFISIOLOGI
Menurut Sarwono, 2014, Patofisiologi dari kehamilan mola hidatidosa
yaitu karena tidak sempurnanya peredaran darah fetus, yang terjadi pada sel
telur patologik yaitu : hasil pembuahan dimana embrionya mati pada umur
kehamilan 3 – 5 minggu dan karena pembuluh darah villi tidak berfungsi
maka terjadi penimbunan cairan di dalam jaringan mesenkim villi.
Dan menurut Cuningham, 2105. Dalam stadium pertumbuhan mola yang
dini terdapat beberapa ciri khas yang membedakan dengan kehamilan normal,
namun pada stadium lanjut trimester pertama dan selama trimester kedua
sering terlihat perubahan sebagai berikut :
1. Perdarahan
Perdarahan uterus merupakan gejala yang mencolok dan bervariasi mulai dari
spoting sampai perdarahan yang banyak. Perdarahan ini dapat dimulai sesaat
sebelum abortus atau yang lebih sering lagi timbul secara intermiten selama
berminggu-minggu atau setiap bulan. Sebagai akibat perdarahan tersebut gejala
anemia ringan sering dijumpai. Anemia defisiensi besi merupakan gejala yang
sering dijumpai.
1. Ukuran uterus
Uterus yang lebih sering tumbuh lebih besar dari usia kehamilan yang
sebenarnya. Mungkin uterus lewat palpasi sulit dikenali dengan tepat pada
wanita multipara, khusus karena konsistensi tumor yang lunak di bawah
abdomen yang kenyal. Ovarium kemungkinan mempunyai konsistensi yang
lebih lunak.
2. Aktivitas janin
Meskipun uterus cukup membesar mencapai bagian atas sympisis, secara khas
tidak akan ditemukan aktivitas janin, sekalipun dilakukan test dengan alat
yang sensitive sekalipun. Kadang-kadang terdapat plasenta yang kembar pada
kehamilan mola hidatidosa komplit. Pada salah satu plasentanya sementara
plasenta yang lainnya dan janinnya sendiri terlihat normal. Demikian pula
sangat jarang ditemukan perubahan mola inkomplit yang luas pada plasenta
dengan disertai dengan janin yang hidup.
3. Embolisasi
Trofoblas dengan jumlah yang bervariasi dengan atau tanpa stroma villus
dapat keluar dari dalam uterus dan masuk aliran darah vena. Jumlah tersebut
dapat sedemikian banyak sehingga menimbulkan gejala serta tanda emboli
pulmoner akut bahkan kematian. Keadaan fatal ini jarang terjadi.
Meskipun jumlah trofoblas dengan atau tanpa stroma villus yang
menimbulkan embolisasi ke dalam paru-paru terlalu kecil untuk menghasilkan
penyumbatan pembuluh darah pulmoner namun lebih lanjut trofoblas ini dapat
menginfasi parenkin paru. Sehingga terjadi metastase yang terbukti lewat
pemeriksaan radiografi. Lesi tersebut dapat terdiri dari trofoblas saja (corio
carsinom metastasik) atau trofoblas dengan stroma villus (mola hidatidosa
metastasik). Perjalanan selanjutnya lesi tersebut bisa diramalkan dan sebagian
terlihat menghilang spontan yang dapat terjadi segera setelah evakuasi atau
bahkan beberapa minggu atau bulan kemudian. Sementara sebagian lainnya
mengalami proliferasi dan menimbulkan kematian wanita tersebut tidak
mendapatkan pengobatan yang efektif.
4. Ekspulsi Spontan
Kadang-kadang gelembung-gelembung hidatidosa sudah keluar sebelum mola
tersebut keluar spontan atau dikosongkan dari dalam uterus lewat tindakan.
Ekspulsi spontan paling besar kemungkinannya pada kehamilan sekitar 16
minggu. Dan jarang lebih dari 28 minggu.
E. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Wiknjosastro, 2013. Manifestasi klinik dari kehamilan Mola
hidatidosa adalah:
1. Hampir sebagian besar kehamilan mola akan disertai dengan peningkatan
pada HCG.
2. Gejala klinik mirip dengan kehamilan muda dan abortus iminen tetapi
gejala mual muntah lebih hebat, sering disertai gejala seperti pre eklamsi.
3. Pemeriksaan USG, akan menunjukkan gambaran seperti sarang tawon
tanpa disertai adanya janin.
4. Diagnosa pasti, adalah dengan melihat jaringan mola, baik melalui
ekspulsi spontan ataupun biopsy spontan pasca perasat hanifa dan acosta
sisson.
F. KOMPLIKASI
Menurut Wiknjosastro, 2014. Komplikasi dari kehamilan Mola
hidatidosa yaitu: PTG (Penyakit Trofoblast Ganas)
G. PENATALAKSANAAN
Berhubungan dengan kemungkinan bahwa mola hidatidosa itu menjadi
ganas maka terapi bagi wanita yang masih mengiginkan anak maka setelah
diagnosa mola dipastikan dilakukan pengeluaran mola dengan kerokan isapan
disertai dengan pemberian infus oksitosin intra vena. Sesudah itu dilakukan
kerokan dengan karet tumpul untuk mengeluarkan sisa konsepsi sebelum
mola dikeluarkan sebaiknya dilakukan pemeriksaan rontgen paru-paru untuk
menentukan ada tidaknya metastase di tempat tersebut. Setelah mola
dilahirkan dapat ditemukan bahwa kedua ovarium membesar menjadi kista
tuba uteri. Kista ini tumbuh karena pengaruh hormonal dan mengecil sendiri
(Moechtar, 2014).
Mola hidatidosa diobati dengan 4 tahap sebagai berikut :
1. Perbaikan umum
Pengeluaran gelembung mola yang disertai perdarahan memerlukan
transfusi sehingga penderita tidak jatuh syok. Disamping itu setiap evakuasi
jaringan mola dapat diikuti perdarahan. Hingga persiapan darah menjadi program
vital pada waktu mengeluarkan mola dengan curetage dipasang infus dan
uretoronika dulu sehingga pengecilan rahim dapat mengurangi perdarahan.
2. Pengeluaran jaringan mola hidatidosa
a. Evakuasi jaringan mola hidatidosa
Dilakukan dengan vakum curetage yaitu alat penghisap listrik yang kuat
hingga dapat menghisap jaringan mola yang cepat. Penggunaan alat listrik
mempunyai keuntungan cepat menghisap dan mengurangi perdarahan.
Evakuasi jaringan mola hidatidosa dilakukan dua kali dengan interval satu
minggu.
b. Histerektomi
Dengan pertimbangan umur (diatas 35 tahun) parietas diatas 3 maka penderita
mola hidatidosa dilakukan tindakan radikal histerektomi.
3. Pengobatan profilaksis dengan sitostatika
Mola hidatidosa merupakan penyulut trofoblas yang berkelanjutan menjadi
koriokarsinoma. Untuk menghindari terjadinya degenerasi ganas diberikan
profilaksis dengan sitostatika metotraksan atau aktinomicyn D. Pengobatan
profilaksis sitostatika memerlukan perawatan rumah sakit.
4. Pengawasan lanjut
A. PENGKAJIAN FOKUS
Menurut Doenges, 1999. Pengkajian fokus yang mungkin terjadi pada
pasien Mola hidatidosa yaitu sebagai berikut :
1. Sirkulasi
Perdarahan yang berlebihan dapat mengakibatkan kekurangan volume cairan
dalam tubuh. Sehingga sirkulasi darah dalam tubuh terganggu, serta dapat
mengakibatkan Syok hipovolemik.
2. Integritas ego
Dapat mengekspresikan perasaan tidak adekuat.
3. Makanan / Cairan
Penambahan berat badan mungkin tidak sesuai dengan masa gestasi
(penambahan yang lebih kecil dapat berakibat negatif bagi janin). Diabetes
dependen-insulin pada ibu. Adanya gangguan pola makan (misal:
anoreksia nervosa, bulimia, atau obesitas).
4. Keamanan
Infeksi (misal: penyakit hubungan kelamin [PHS], penyakit
inflamasi pelvis). Adanya gangguan kejang, derajat / metode
kontrol. Pemajanan bermakna pada radiasi, kimia toksin, atau
infeksi teratogen (misal: rubella, toksoplasmosis,
sitomegalovirus, human immunodeficiency virus / AIDS dan
PHS lain), infeksi pascanatal (misal: meningitis, ensefalitis),
kekurangan stimulasi / nutrisi pascanatal. Presentasi bokong
(khususnya pada anensefali).
5. Seksualitas
Riwayat pernah melakukan aborsi dua kali atau lebih pada trimester pertama,
kematian janin, atau anak dengan abnormalitas kromosom. Trauma kelahiran
atau penyimpangan transmisi secara genetic yang dapat diidentifikasi.
Penggunaan stimulan ovulasi seperti klomifen atau menotropins (pergonal).
6. Interaksi Sosial
Pernikahan antar-keluarga (konsanguinitas). Rasa bersalah / menyalahkan diri
sendiri atau pasangan yang membawa gen defektif.
7. Penyuluh / Pembelajaran
Riwayat keluarga yang positif diketahui ada penyimpangan genetic atau
penyimpangan keturunan (misal: sel sabit, fibrosis, kistik, hemofilia,
phenilketonuria, cacat kraniospinal, malformasi ginjal, talasemia, korea
Huntington), penyimpangan pada keluarga (kanker, penyakit jantung, diabetes,
alergi), abnormalitas congenital (sindrom down, retardasi mental, kerusakan tuba
neural), atau penyimpangan metabolic bawaan dari lahir (misal: penyakit urin
sirup maple, penyakit Tay-Sachs). Latar belakang etnik pada risiko
penyimpangan khusus (misal: Black African, Mediteranian, Ashkenazi Jewish).
Penggunaan obat (alcohol, obat bebas, diresepkan atau obat jalanan, obat
antikonvulsan).
B. PATHWAYS KEPERAWATAN
MOLA HIDATIDOSA
Intervensi :
a. Jelaskan tindakan dan rasional yang ditentukan untuk kondisi
hemoragic.
Rasional : Memberikan informasi, memperjelas kesalahan konsep dan dapat
membantu menurunkan stress yang berhubungan.
b. Berikan kesempatan bagi klien untuk mengajukan
pertanyaan dan mengungkapkan kesalahan konsep.
Rasional : Memberikan klasifikasi dari konsep yang salah, identifikasi
masalah-masalah dan kesempatan untuk mulai mengembangkan ketrampilan
koping.
c. Diskusikan kemungkinan implikasi jangka pendek dan jangka
panjang dari keadaan perdarahan.
Rasional : Memberikan informasi tentang kemungkinan komplikasi.
d. Tinjau ulang implikasi jangka panjang terhadap situasi yang
memerlukan evaluasi dan tindakan tambahan
Rasional : Kadar HCG harus dipantau selama 1 tahun setelah pengeluaran
mola hidatidosa.
Daftar Pustaka