Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Personal hygiene atau kebersihan diri adalah upaya seseorang dalam memelihara
kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan fisik dan psikologis
(Wartonah, 2010). Tujuan personal hygiene adalah untuk memelihara kebersihan diri,
menciptakan keindahan, serta meningkatkan derajat kesehatan individu sehingga dapat
mencegah timbulnya penyakit pada diri sendiri maupun orang lain (Wartonah, 2010).
Keterbatasan perawatan diri biasanya diakibatkan karena stressor yang cukup
berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa mengalami harga diri rendah) sehingga
dirinya tidak mau mengurus atau merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berhias,
berpakaian, makan, maupun BAB/BAK. Bila tidak dilakukan intervensi oleh perawat,
maka kemungkinan klien bisa mengalami masalah tinggi isolasi social (Fitria, 2009).
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan
hubungan kerja sama antar perawat dengan klien, keluarga dan masyarakat untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Proses keperawatan yaitu terlaksananya
asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu
pelayanan keperawatan menjadi optimal (Fitria,2009).
Berdasarkan data WHO (2001), 1 dari 4 orang atau sekitar 450 juta orang
terganggu jiwanya. Menurut Dharmono (2007), penelitian yang dilakukan WHO
diberbagai negara menunjukkan sebesar 20-30% pasien yang datang ke pelayanan
kesehatan dasar menunjukkan gejala gangguan jiwa. Departement of Health And Human
Service (1999), memperkirakan 51 juta penduduk Amerika dapat didiagnosis mengalami
gangguan jiwa. Dari jumlah tersebut 6,5 juta mengalami disabilitas akibat gangguan jiwa
yang berat dan 4 juta diantaranya adalah anak-anak dan remaja (Videbeck, 2008).

1
b. Rumusan Masalah
a. Apa definisi defisit perawatan diri?
b. Apa penyebab defisit perawatan diri?
c. Apa jenis-jenis defisit perawatan diri?
d. Bagaimana rentang defisit perawatan diri?
e. Bagaimana mekanisme koping defisit perawatan diri?
f. Apa tanda dan gejala defisit perawatan diri?
g. Bagaimana pohon masalah defisit perawatan diri?
h. Apa diagnosa keperawatan defisit perawatan diri?
i. Bagaimana rencana asuhan keperawatan defisit perawatan diri?
j. Bagaimana strategi pelaksanaan tindakan keperawatan pada defisit perawatan diri?

a. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini, antara lain :
a. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat memahami defisit
perawatan diri serta dapat memahami apa yang harus di lakukan seorang perawat
untuk menangani defisit perawatan diri pada gangguan jiwa.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah diharapkan mahasiswa mampu :
Menjelaskan dan menyebutkan tentang definisi, penyebab, jenis-jenis, rentang
defisit perawatan diri, mekanisme koping, tanda dan gejala, pohon masalah,
diagnosa keperawatan defisit perawatan diri, rencana asuhan keperawatannya,
contoh asuhan keperawatan, dan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan pada
defisit perawatan diri.

a. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, metode yang dipakai adalah metode qualitative research.
Dalam pengumpulan data-data dalam penelitian ini kelompok menggunakan studi
kepustakaan (library research), dengan merujuk pada buku-buku dan google book.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Perawatan diri merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk
mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis (Alimul, 2009).
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya, seseorang dinyatakan terganggu keperawatan
dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri. Perawatan diri berorientasi pada
manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan yang saling mempengaruhi (Meleis,
2007 dalam Herlina, 2013).
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien dengan
gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan
untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri terlihat dari
ketidakmampuan merawat kebersihan diri antaranya mandi, makan minum secara
mandiri, berhias secara mandiri, toileting (BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012).
Jadi kesimpulannya perawatan diri adalah suatu kemampuan dasar manusia
dalam merawat dirinya sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatannya,
sedangkan defisit perawatan diri adalah perawatan diri yang tidak maksimal pada
pasien gangguan jiwa akibat adanya perubahan proses berpikir sehingga proses
melakukan aktivitas perawatan diri menurun.

B. Penyebab
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah
kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Direktorat Kesehatan RI (2000),
penyebab kurang perawatan diri adalah:
a. Faktor predisposisi
1. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu
2. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.

3
3. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
4. Sosial
a) Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya
b) Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan
diri.
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang motivasi,
kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Direktorat Kesehatan RI (2000) Faktor – faktor yang mempengaruhi
personal hygiene adalah:
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan
kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus
ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.

4
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygine :
1) Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik,gangguan fisik yang sering terjadi adalah:
gangguan intleglitas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi mata dan
telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2) Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygine adalah gangguan
kebutuhan aman nyaman , kebutuhan cinta mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial (Damaiyanti, 2012).

C. Jenis
Menurut (Damaiyanti, 2012) jenis perawatan diri terdiri dari :
a. Defisit perawatan diri : mandi (Keramas, kebersihan badan dan kuku).
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/beraktivitas
perawatan diri sendiri
b. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan ata menyelesaikan aktivitas berpakaian dan
berhias untuk diri sendiri.
c. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sendiri
d. Defisit perawatan diri : eliminasi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi
sendiri.

5
D. Rentang Respon
Adatif Maladaptif

Pola perawatan diri Kadang perawatan Tidak melakukan


Seimbang diri kadang tidak perawatan diri pada saat
Stres

1) Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor dan mampu ntuk
berperilaku adatif maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masih
melakukan perawatan diri

2) Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien mendapatan stressor
kadang-kadang pasien tidak menperhatikan perawatan dirinya

3) Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak perduli dan tidak bisa
melakukan perawatan saat stresso (Ade, 2011).

E. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi menjadi 2 yaitu:
a. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi pertumbuhan belajar dan
mencapai tujuan. Kategori ini adalah klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan
diri secara mandiri.
b. Mekanisme koping maladaptive
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,
menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah
tidak mau merawat diri (Damaiyanti, 2012).

6
F. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala defisit dar menurut adalah (Damaiyanti, 2012) sebagai berikut :
a. Mandi/hygine
Klien mengalami ketidakmapuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau
mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan
perlengkapan mandi, mengerikan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi
b. Berpakaian
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakan atau mengambil potongan pakian,
menangalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian.
c. Makan
Klien mempunyai ketidak mampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan
makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan,
mendapat makanan, membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut
mengambil makanan dari wadah lalu memasukan ke mulut, melengkapi makanan,
mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau
gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman.
d. Eliminasi
Klien memiliki kebatasan atau krtidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau
kamar kecil atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian toileting,
membersihkan diri setelah BAK/BAB dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar
kecil.

Menurut Direktorat Kesehatan RI (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit
perawatan diri adalah:
1) Fisik
a) Badan bau, pakaian kotor
b) Rambut dan kulit kotor
c) Kuku panjang dan kotor
d) Gigi kotor disertai mulut bau
e) Penampilan tidak rapi.
2) Psikologis
a) Malas, tidak ada inisiatif
b) Menarik diri, isolasi diri
c) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

7
3) Social
a) Interaksi kurang
b) Kegiatan kurang
c) Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d) Cara makan tidak teratur
e) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu
mandiri.

G. Pohon Masalah

Effect Resiko perilaku kekerasan

Core Problem Isolasi Sosial Defiist Perawatan Diri

Cause Harga Diri Rendah

H. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit Perawatan Diri
2. Isolasi Sosial

I. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan
SP 1 Pasien : Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri dan
melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri untuk melatih pasien dalam
menjaga kebersihan diri. Klien daoar melakukan tahapan tindakan yang meliputi:
1. Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri.
2. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri.
3. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
4. Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri.

8
SP 2 Pasien : melatih pasien berdandan/berhias. Sebagai perawat dapat melatih pasien
berdandan. Untuk pasien laki-laki tentu harus dibedakan dengan wanita. Untuk pasien
laki-laki latihan meliputi :
1. Berpakaian
2. Menyisir rambut
3. Bercukur
Untuk pasien wanita :
1. Berpakaian
2. Menyisir rambut
3. Berhias
SP 3 Pasien : melatih pasien makan secara mandiri untuk melatih makan pasien perawat
dapat melakukan tahapan berikut :
1. Menjelaskan cara mempersiapkan makan
2. Menjelaskan cara makan yang tertib
3. Menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan
4. Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
SP 4 : mengajarkan pasien melakukan BAB / BAK secara mandiri, perawat dapat melatih
pasien untuk BAB dan BAK mandiri sesuai tahapan berikut :
1. Menjelaskan tempat BAB dan BAK yang sesuai
2. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
3. Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

a. Orientasi
Fase orientasi atau perkenalan merupakan fase yang dilakukan perawat pada saat
pertama kali bertemu atau kontak dengan klien. Tujuan tahap ini adalah
memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah dibuat sesua dengan keadaan
klien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan yang telah alalu
1) Salam terapeutik
Salam terapeutik adalah membina hubungan yang terapeutik dimana terjadi
penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran dengan maksud
untuk mempengaruhi orang lain.
2) Evaluasi

9
Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa
jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Evaluasi
dilakukan berdasakan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah
ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari
tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan.
3) Kontrak
Kontrak merupakan adanya persetujuan kehendak antara pihak-pihak yang
membuat perjanjian, kontrak perawat-pasien dilakukan sebelum melakukan
asuhan. Kontrak juga untuk menggugat pihak yang melanggar kontrak yang
disepakati
b. Kerja
Fase kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik (Stuart,
1998). Fase kerja merupakan inti dari hubungan perawat dan klien yang yang
terkait erat dengan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang dicapai.
c. Terminasi
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien. Tahap terminasi
dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir (Stuart, G,W, 1998).
Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dank lien, setelah
hal ini dilakukan perawat dank lien masih akan bertemu kembali pada waktu yang
berbeda sesuai dengan kontrak waktu yang telah disepakati bersama.
d. Evaluasi
1) Evaluasi Subyektif
Melakukan evaluasi subjektif dengan cara menanyakan perasaan klien setelah
berinteraksi dengan perawat, biasanya menanyakan perasaan pasien dalam
setiap akhir pertemuan dengannya.
2) Evaluasi Obyektif
Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan
(evaluasi objektif). Brammer dan McDonald (1996) menyatakan bahwa
meminta klien untuk menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan
merupakan sesuatu yang sangat berguna pada tahap ini.

10
e. Kontrak
a) Topik
Topik adalah tema perbincangan selanjutnya yang akan dilakukan oleh
pasien.
b) Tempat
Merupakan tempat yang telah disepakati berupa lingkungan yang
diminati pasien untuk melakukan tindakan.
c) Waktu
Waktu merupakan kontrak yang telah disepakati berupa durasi
tindakan dan waktu pelaksanaan antara perawat dengan pasien.
f. Rencana Tidak Lanjut
Rencana tindak lanjut merupakan standar untuk control dan evaluasi serta memberi
pedoman tentang kebutuhan yang diperlukan.
“Bagaimana kalau latihan ini kita memasukkan dalam jadwal kegiatan sehari-
hari?”

11
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. BIODATA
I. Identitas Pasien
Nama : Tn.S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 47 tahun
Status Perkawinan : Tidak menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak ada
Alamat : Jl. Karya Bakti I Gg ubs No.9
Tanggal Masuk RS :-
No. Register :-
Ruangan/Kamar :-
Tanggal Pengkajian : 11 juni 2017
Diagnosa Medis : Defisit Perawatan Diri

a. Keluhan Utama :
Klien tidak mau mandi, klien tampak kotor dan bau. Keluarga mengatakan klien
berpakaian tidak rapi.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang


A. Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya :
Klien mengatakan dia malas mandi dan tidak mau diatur orang lain
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan :
Klien mengatakan dengan menyendiri keadaan dapat kembali baik.
B. Quantitiy/quality
a. Bagaimana dirasakan
Klien merasa tidak tenang dengan dirinya yang kotor dan tidak rapi.
b. Bagaimana dilihat
Klien tampak kotor dan tidak rapi.

12
a. Severity
Klien merasa terganggu dengan kondisinya yang sekarang.
b. Time
Sampai saat ini klien masih mengalami kondisi tersebut.

II. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


1. Penyakit yang pernah dialami
±3 tahun lalu klien pernah mengalami gangguan jiwa, tetapi kambuh lagi karena
tidak teratur minum obat.
2. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Klien mengatakan pengobatan hanya dengan berobat jalan.
C. Pernah dirawat/dioperasi
Klien tidak pernah di rawat di klinik kejiwaan.
a. Lama dirawat
Klien tidak pernah dirawat di rumah sakit jiwa.
b. Alergi
Klien tidak memiliki riwayat alergi.
c. Imunisasi
Klien mengatakan imunisasinya lengkap.

III. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Orang tua
Orang tua klien tidak memiliki riwayat penyakit gangguan jiwa seperti klien.
b. Saudara kandung
Klien adalah anak ke 3 dari 6 bersaudara, dan saudara kandung klien tidak
memiliki riwayat gangguan jiwa seperti klien.
c. Penyakit keturunan yang ada
Keluarga klien memiliki penyakit keturunan.
d. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa
e. Anggota keluarga yang meninggal
Anggota keluarga yang meninggal adalah ayah klien, istri klien, kakak klien
dan adik klien.

13
IV. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Composmentis (CM)
b. Tanda-tanda vital
a. Suhu tubuh : 36,5
b. Tekanan darah : 120/80 mmHg
c. Nadi : 80 x/i
d. Pernafasan : 20 x/i
c. Pemeriksaan Head to toe
Kepala
a. Bentuk : bulat, simetris
b. Ubun-ubun : Ada, normal
c. Kulit kepala : Kulit kepala kotor
Rambut
1. Keadaan rambut : Merata, terlihat kotor, berketombe
2. Bau : Tercium bau
3. Warna kulit : Sawo matang
Wajah
1. Warna kulit : Sawo matang
2. Struktur wajah : Lengkap
Mata
1. Kelengkapan dan kesimetrisan : Lengkap, simetris
2. Palpebra : Palpebra normal
3. Konjungtiva : an anemis
4. Pupil : isokor
Hidung
1. Tulang hidung : Normal, tidak ada sekret
2. Lubang hidung : Normal dan lengkap
3. Cuping hidung : baik
Telinga
a. Bentuk telinga : simetris
b. Ukuran telinga : normal
c. Lubang telinga : lengkap
d. Ketajaman pendengaran : baik

14
Mulut dan faring
1. Keadaan bibir : Simetris
2. Keadaan gusi dan gigi : Kotor dan ada flek
3. Keadaan lidah : Normal
4. Orofaring : Tidak dikaji
Leher
a. Posisi trachea : Simetris, normal
b. Thyroid : Tidak ada pembengkakan
c. Suara : Normal
d. Kelenjar limfe : Tidak ada pembengkakan
e. Vena jugularis : Normal
f. Denyut nadi karotis : Terada jelas
Pemeriksaan integumen
1. Kebersihan : Kotor
2. Kehangatan : Baik
3. Warna : Sawo matang
4. Turgor : Kembali <2 detik
5. Kelembaban : Kering
6. Kelainan pada kulit : Tidak ada

V. Mekanisme koping
a. Adaptif
Saat ada masalah klien hanya memendam masalah nya sendiri tanpa
menceritakannya kepada siapa pun.

a. Maladaptif
Klien mengatakan kalau mempunyai masalah klien selalu menghindarinya dan
klien mengatakan lebih baik tidur dari pada memikirkannya.

15
B. ANALISA DATA
No Data Masalah Keperawatan
1. DS : Defisit Perawatan Diri
Klien mengatakan klien malas untuk merawat diri
DO :
a. Klien tampak tidak rapi
b. Badannya kotor dan bau
c. Rambut kotor
d. Berketombe
e. Giginya terlihat kotor
f. Kuku kotor
2. DS : Isolasi Sosial
Klien mengatakan bingung dalam memulai
pembicaraan karena menurut klien tidak ada bahan
untuk pembicaraan untuk berinteraksi
DO :
1. Klien lebih banyak berdiam diri
2. Kontak mata kurang
3. Klien sering menyendiri
4. Klien tidak pernah memulai pembicaraan,
maupun perkenalan
5. Efek tumpul (hanya mampu tertawa saat
ada stimulus perawat tertawa)

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)


1. Defisit perawatan diri
2. Isolasi Sosial

16
D. INTERVENSI
Diagnosa Perencanaan
Keperawa Tujuan Kriteria Hasil Kriteria Hasil Rasional
tan
Defisit a. Klien dapat 1. Klien SP I : 1. Meningkatka
perawatan melakukan mampu 1. Jelaskan n
diri : kebersihan menyebutkan pentingn pengetahuan
Mandi dan diri secara : ya klien tentang
berpakaian mandiri a. Penyebab kebersih tanda-tanda
b. Klien dapat tidak merawat an diri perawatan
melakukan diri Manfaat diri yang
berdandan/b menjaga baik.
erhias perawatan diri
b. Tanda-
tanda bersih
dan rapi
c. Gangguan
yang dialami 2. Jelaskan 2. Klien dapat
jika perawatan cara menjaga
diri menjaga kebersihan
tidakdiperhatik kebersih dirinya
an an diri secara
2. Klien dapat mandiri.
melaksanaka
n perawatan
diri secara
mandi dalam 3. Bantu 3. Membantu
hal : pasien klien
a. Kebersiha memprak meningkatka
n diri tekan n harga
b. berhias cara dirinya
menjaga
kebersih

17
an diri

SP II SP II
1. M
eningkatkan 1. Untuk
pengetahuan mengetahui
klien tentang kemajuan klien
tanda-tanda dalam
perawatan berinteraksi dan
diri yang menilai
baik. keberrhasilan
dalam strategi
pelaksanaan.

2. K 2. Menambah
lien dapat pengetahuan klien
menjaga tentang berhias
kebersihan
dirinya
secara
mandiri

3. Membantu 3. Meningkatkan
klien rasa percaya diri
meningkatka klien.
n harga diri
nya
Isolasi 1. Pasien 1. Pasien SP 1 Pasien
sosial mampu : mampu : 1. Identifikas
a. Menyadar a. Membina penyebab

18
i hubungan a. Siapa
penyebab saling percaya yang satu
isolasi b. Menyadari rumah
b. Berinterak penyebab dengan
si dengan isolasi social, pasien?
orang lain. keuntungan dan b. Siapa
kerugian yang dekat
berinteraksi dengan
dengan orang pasien?
lain. c. apa
c. Melakuka sebabnya?
n interaksi d. Siapa
dengan orang yang tidak
lain secara dekat
bertahap. dengan
pasien dan
apa
sebabnya?
2. T
anyakan
keuntungan
dan kerugian
berinteraksi
dengan
orang lain.
3. T
anyakan
pendapat
pasien
tentang
kebiasaan
berinteraksi
dengan

19
orang lain.
4. T
anyakan apa
yang
menyebabka
n pasien
tidak ingin
berinteraksi
dengan
orang lain.
5. D
iskusikan
keuntungan
bila pasien
memiliki
banyak
teman dan
bergaul
akrab dengan
orang lain.
6. D
iskusikan
kerugian bila
pasien hanya
mengurung
diri dan tidak
bergaul
dengan
orang lain.
7. J
elaskan
pengaruh
isolasi sosial

20
terhadap
kesehatan
fisik pasien.
8. L
atih
berkenalan
9. J
elaskan
kepada
Pasien cara
berinteraksi
dengan
orang lain.
10. B
erikan
contoh cara
berinteraksi
dengan
orang lain.
11. B
erikan
kesempatan
pasien
mempraktika
n cara
berinteraksi
dengan
orang lain
yang
dilakukan di
hadapan
perawat.

21
SP 2 Pasien
1. Evaluasi Sp
1
2. Latih
berhubunga
n sosial
secara
bertahap
3. Masukkan
dalam
jadwal
kegiatan
pasien.

SP 3 Pasien
1. Evaluasi Sp 1
dan 2
2. Latih cara
berkenalan
dengan 2
orang atau
lebih
3. Masukkan
jadwal
kegiatan
Setelah tindakan 1. Keluarga SP 1 Keluarga
keperawatan, mampu: 1. Diskusikan
keluarga dapat a. Menjelaskan masalah yang
merawat pasien masalah dialami
isolasi sosial. keluarga keluarga
dalam dalam
merawat merawat
pasien pasien.

22
isolasi 2. Jelaskan
sosial. pengertian,
b. Menegerti tanda dan
penyebab gejala isolasi
isolasi sosial yang
sosial. dialami
c. Memperagak pasien beserta
an cara proses
merawat terjadinya.
pasien 3. Jelaskan cara-
isolasi cara merawat
sosial. pasien isolasi
d. Mempraktik sosial
an cara
merawat
pasien isolai
sosial. SP 2 Keluarga
e. Menyusun 1. Latih
perencanaan keluarga
pulang mempraktika
bersama n cara
keluarga merawat
pasien
dengan
isolasi sosial.
2. Latih
keluarga
melakukan
cara merawat
langsung
pada pasien
isolasi sosial

23
SP 3 Keluarga
1. Bantu
keluarga
membuat
jadwal
aktivitas
dirumah
termasuk
minum obat
(perencanaan
pulang)
2. Jelaskan
tindakan
tindak lanjut
pasien setelah
pulang

E. IMPLEMENTASI dan EVALUASI

Hari/Tanggal No Implementasi Keperawatan


Dx
Senin/12 Juni 1 SP I :
2017 1. Membina hubungan saling percaya
2. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri.
3. Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri dan cara mandi.
4. Membantu klien mempraktekan cara menjaga kebersihan
diri dan mandi.
5. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan.
Senin/12 Juni SP 2 :
2017 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
2. Menjelaskam cara berdandan

24
3. Membantu klien mempraktekkan cara berdandan.
4. Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan
harian
Selasa/13 Juni SP I :
2017 1. Membina hubungan saling percaya
2. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri.
3. Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri dan cara mandi
4. Membantu klien mempraktekkan cara menjaga kebersihan
diri dan mandi
5. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan.

Rabu, 14 Juni SP I :
2017 1. Membina hubungan saling percaya
2. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
3. Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri dan cara mandi
4. Membantu klien mempraktekkan cara menjaga kebersihan
diri dan mandi.
Mengajurkan klien memasukkan dalam jadwal harian.
Jumat 2 Pertemuan ke-1 SP 1 Isolasi Sosial
15 Jun 2017 1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial
3. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi
dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan
orang lain.
4. Mengajarkan cara berkenalan dengan orang lain.
Sabtu Pertemuan ke-2 SP 2 Isolasi Sosial.
16 Jun 2017 1. Mengevaluasi Sp 1
2. Melatih berhubungan sosial secara bertahap
3. Memasukkan kedalam jadwal kegiatan pasien.

Minggu Pertemuan ke-3 SP 3 Isolasi Sosial.


16 Jun 2012 1. Mengevaluasi Sp 1 dan 2
2. Melatih cara berkenalan dengan 2 orang atau lebih

25
3. Memasukkan kedalam jadwal kegiatan pasien.

F. EVALUASI
Hari / Tanggal Dx Evaluasi
Senin/12 Juni 1 S:
2017 Nama saya Tn.S suka dipanggil S saja.
Klien mengatakan sudah mengerti begitu pentingnya kebersihan
ada dirinya
Klien mengatakan akan selalu menjaga kebersihan dirinya dan akan
mandi
Klien mengatakan senang bisa dibantu dalam kebersihan tubuhnya.
O : klien menjawab dengan suara pelan.
A : klien dapat menyebutkan kembali cara menjaga kebersihan.
P : pertemuan selanjutnya jam 13.00-13.30 WIB dengan topik
dengan cara berdandan yang baik dan benar.
Senin/12 Juni S:
2017 Klien dapat menyebutkan dan mempraktekkan cara berdandan
yang benar
A:
Tujuan tercapai
Klien mulai bersih dan mulai mau berdandan
P : Memutuskan hubungan
Selasa/13 Juni S:
2017 Nama saya Tn.S, suka dipaggil S saja.
Klien mengatakan sudah mengerti begitu pentingnya kebersihan
pada dirinya.
Klien mengatakan akan selalu menjaga kebersihan dirinya dan
akan mandi
Klien mengatakan senang bisa dibantu dalam kebersihan tubuhnya.
O : klien menjawab dengan suara pelan
A : klien dapat menyebutkan kembali cara menjaga kebersihan
P : Pertemuan selesai

26
Rabu 14 Juni S:
2017 Nama saya Tn. S suka dipanggil S saja.
Klen mengatakan sudah mengerti begitu pentingnya kebersihan
pada dirinya.
Klien mengatakan akan selalu menjaga kebersihan dirinya dan
akan mandi.
Klien mengatakan senang bisa dibantu dalam kebersihan tubuhnya.
O : klien menjawab dengan suara pelan
A : klien dapat menyebutkan kembali cara menjaga kebersihan
P : pertemuan selesai.
Kamis 2 Sp 1 Isolasi Sosial, Pukul 13.00
15 Jun 2017 S:
- Pasien mengatakan namanya Abdul Jalil dan senang dipanggil
Pak Abdul.
- Pasien mengatakan malas berinteraksi dengan pasien lain karena
tidak ada untungnya.
- Pasien mengatakan selama dirumah sakit tidak ada satupun
orang yang Pasien kenal
- Pasien mengatakan jika banyak teman bisa menambah wawasan
- Pasien mengatakan jika tidak ada teman merasa kesepian
- Pasien mengatakan perasaan Pasien setelah belajar cara
berkenalan senang dan menambah ilmu.
O:
- Pasien tampak menyendiri
- Pasien tampak tidak berinteraksi dengan orang lain
- Pasien tidak mampu memulai pembicaraan
- Afek Pasien tumpul
- Pasien mempraktikan cara berkenalan.
A: SP1 Isolasi Sosial teratasi
- Pasien mampu menyadari penyebab Isolasi Sosial
- Pasien mampu menjelaskan keuntungan dan kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain
- Pasien mampu mempraktikan cara berkenalan dengan perawat.

27
P:
PP : Evaluasi SP1 Isolasi Sosial, jika berhasil lanjut SP2 Isolasi Sosial
PK : latihan cara berkenalan dan masukan kedalam jadwal harian
pasien
Jum’at Sp 2 Isolasi Sosial, Pukul 09.00
16 Jun 2017 S:
- Pasien mengatakan cara-cara berkenalan itu tahap-tahapnya:
jabatkan tangan, perkenalkan diri, nama lengkap, nama panggilan,
alamt dan hobby.
- Pasien mengatakan nama saya Abdul Jalil senang dipanggil Jalil
alamat saya dari Kubu Raya hobby saya berolahraga dan
memancing
- Pasien mengatakan senang bisa berkenalan dengan suster E
- Pasien mengatakan terasa lega sudah bisa berkenalan.
- Pasien mengatakan ingin berkenalan 1X saja pada jam 12 siang.
O:
- Pasien tampak berkenalan dengan suster E
- Pasien bersama perawat menyusun jadwal harian pasien
- Pasien tampak berkenalan dengan Tn. I dikamarnya
- Pasien masih ingat dengan SP 1 Isolasi sosial
A: SP2 Isolasi Sosial teratasi
- Pasien mampu menjelaskan kembali cara berkenalan dengan
orang lain
- Psien mampu berkenalan dengan orang pertama.
P:
PP : evaluasi SP 1, SP 2 Isolasi sosial, jika berhasil lanjut SP 3
PK: praktikkan cara berkenalan dengan perawat / pasien lain dan
masukkan kedalam jadwal harian pasien.
Sabtu, 17 Juni Sp 3 Isolasi Sosial, Pukul 09.00
2017 S:
- Pasien mengatakan sudah berkenalan dengan 2 orang yaitu
Amsyah dan Irhas.
- Pasien mengatakan cara berkenalan itu pertama-tama jabatkan

28
tangan, perkenalkan diri, alamat dan hobby, setelah itu baru
tanyakan kembali
- Pasien mengatakan kemarin berkenalan dengan suster E
- Pasien mengatakan perasaan hari ini senang sudah banyak
teman
- Pasien mengatakan senang bisa berkenalan dengan Rahmat
Ramadhan.
- Pasien mengatakan ingin latihan berkenalan 2X jam 09.00 pagi
dan jam 12.00 siang.
O:
- Pasien tampak berkenalan dengan Tn. R
- Pasien tampak sedang berbicara dengan Tn. R didalam kamar
- Pasien bersama perawat menyusun jadwal harian pasien
- Pasien tampak ceria setelah berkenalan dengan Tn. R
A : SP 3 Isolasi Sosial teratasi
- Pasien mampu menjelaskan kembali cara-cara berkenalan
- Pasien mampu berkenalan dengan orang kedua
P:
PP : evaluasi SP 1, SP 2, dan SP 3 Isolasi Sosial, jika berhasil lanjut
intervensi selanjutnya
PK: terus berkenalan dan berbincang-bincang dengan pasien / perawat
lain diruangan dan masukan kedalam jadwal harian pasien.

29
G. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan
SP 1 pasien : mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri dan
melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri.
a. Orientasi
a) Salam terapeutik
“Selamat pagi, perkenalkan nama saya A, saya mahasiswa yang dinas di
ruangan ini “
“Boleh tau, nama bapak siapa? Senangnya dipanggil apa?”
“Saya dinas pagi di ruangan ini dari jam 7 pagi sapai2 siang, selama di rumah
sakit ini saya yang akan merawat bapak B”
b) Evaluasi
“Dari tadi, saya lihat menggaruk-garuk badannya, gatal ya?”
c) Kontrak
“Bagaimana kalau kita bicara tentang kebersihan diri”
“Berapa lama kita bicara ? 20 menit ya… ? mau dimana.. ? disini saja ya”

b. Kerja
“Berapa kali B mandi dalam sehari”
“Apakah B sudah mandi hari ini”
“Menurut B apa kegunaan mandi”
“Apa alasan B sehingga tidak biasa merawat diri”
“Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti apa ?
badan gatal, mulut bau, apalagi.. ? kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri
masalah apa menurut B yang bisa muncul ? betul ada kudis, kutu”
“Bagaimana kalau kita sekarang ke kamar mandi, saya akan membimbing bapak A
melakukannya. Bagus sekali, sekarang buka pakaian dan gantung. Sekarang bapak
B siram seluruh tubuh bapak B termasuk rambut lalu ambil sampo gosokkan pada
kepala bapak B sampai berbusa lalu bilas sampai bersih. Bagus sekali. Selanjutnya
ambil sabun, gosokkan di seluruh tubuh secara merata lalu siram dengan air bersih,
jangan lupa sikat gigi pakai odol.. gosok seluruh gigi bapak B mulai dari depan
sampai belakang, atas dan bawah. Bagus lalu kumur-kumur sampai bersih..
terakhir siram lagi seluruh tubuh bapak B sampai bersih lalu keringkan dengan

30
handuk. Bagus sekali melakukannya. Selanjutnya bapak B pakai baju yang bersih,
bagus sekali, mari kita ke kaca dan sisir rambutnya, nah bapak B rapi dan bersih”
c. Terminasi
1. Evaluasi
a) Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan B setelah mandi dan mengganti pakaian”
b) Evaluasi Obyektif
“Coba sebutkan lagi, apa saja cara mandi yang baik yang sudah B ketahui”
2. Kontrak
a) Topik
“Baik pak sekarang bincang bincangnya sudah selesai, bagai mana
kalau besok jam 8 saya kembali lagi untuk latihan berias”
b) Tempat
“Kita akan melakukan di kamar , bagaimana menurut bapak ? Apakah
bapak setuju ? atau ganti di tempat lain ?”
c) Waktu
“Waktunya berapa lama pak ? baiklah 5 menit saja”
3. Rencana Tidak Lanjut
“Bagaimana kalau latihan ini kita memasukkan dalam jadwal kegiatan
sehari-hari?”

SP 2 Pasien : melatih pasien berhias


a) Orientasi
1) Salam Terapeutik
“Selamat pagi”
2) Evaluasi
“Bagaimana perasaan B hari ini..? , apakah bapak B sudah mandi..? , sudah di
tandai jadwal harian..”
3) Kontrak
“Hari ini kita akan membicarakan tentang berhias diri supaya B tampak
ganteng dan rapi. Mari kita mendekat ke cermin dab bawa alat alatnya (sisir,
parfum,dan pencukur kumis)”
a) Topik
Melakukan berhias diri supaya tampak ganteng dan rapi

31
b) Tempat
“Kita akan melakukan di kamar bapak apakah bapak setuju”
c) Waktu
d) “Sesuai dengan kesepakatan kemarin kita akan melakukan selama 5
menit”

b) Kerja
“Apa yang bapak B laukuan setelah mandi ? apakah sudah ganti baju ? bagus
sekali. Nah sekarang bersisir mari ke cermin, bagaimana cara bersisir? Coba kita
praktekkan, lihat ke cermin, baguss.. sekali”
“Apakah bapak sudah bercukur ? berapa hari sekali bercukur ? betul 2x
perminggu”
“Tampaknya kumis dan janggut bapak sudah panjang. Mari pak dirapikan, ya
bagus”
c) Terminasi
1. Evaluasi
a) Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan B setelah berdandan?”
b) Evaluasi Obyektif
“Coba pak, sebutkan cara berdandan yang baik sekali lagi..”
2. Kontrak
a) Topik
Baik pak sekarang bincang bincangnya sudah selesai, bagaimana kalau
besok jam 8 saya kembali lagi untuk latihan makan dengan baik
b) Tempat
“Kita akan melakukan di ruang makan , bagaiana menurut bapak ?
Apakah bapak setuju ? atau ganti di tempat lain ?”
c) Waktu
“Waktunya berapa lama pak ? baiklah 5 menit saja”
3. Rencana Tindak Lanjut
“Mari masukan ke dalam jadwal kegiatan nanti siang kita latihan makan
yang baik di ruang makan”

32
SP 3 Pasien : melatih pasien makan sendiri secara mandiri ( menjelaskan cara
mempersiapkan makan, menjelaskan cara makan yang tertib, menjelaskan cara
merapikan makan setelah makan, praktik makan sesuai dengan tahap yang baik)
a. Orientasi
1. Salam Terapeutik
“Selamat pagi bapak B”
2. Evaluasi
“tampak rapi hari ini, bagaimana jadwal mandi dan dandannya? Coba saya
lihat jadwal hariannya, wah banyak ya, bagus..”
“pagi ini kita akan latihan bagaimana cara makan yang baik”
“kita latihan langsung di ruang makan ya!”
“Mari... itu sudah datang makananya”
3. Kontrak
“Hari ini kita akan membicarakan tentang tahapan bagaimana cara makan
yang baik, makanya tertib, cara merapikan peralatan makan setelah makan,
praktik makan sesuai tentang makan yang baik”
a) Topik
Melakukan makan yang baik, makan yang tertib, cara merapikan
makanan setelah makan, tahapan makan yang baik
b) Tempat
“Kita latihan langsung di ruang makan ya”
“mari itu sudah datang makananya”
c) Waktu
“Sesuai dengan kesepakatan kemaren kita melakukanya selama 5 menit”

b. Kerja
“bagaimana kebiasaan makan bapak B selama ini?”
“sebelum makan kita harus mencuci tangan pakai sabun. Ya mari kita
praktekkan!”
“bagus setelah kita duduk dan ambil makan, sebelum di santap kita berdoa
dahulu. Silakan tuan yang memimpin”
“mari kita makan, saat kita makan harus menyuap makanan satu persatu dan
pelan pelan, ya ayo sayurnya di makan”
“Setelah kita makan kita bereskan piring dan gelas yang kotor”

33
“ya kita akhiri dengan cuci tangan”
“ya bagus”

c. Terminasi
1. Evaluasi
a) Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan bapak B setelah latihan makan yang baik?”
b) Evaluasi Obyektif
“apa saja yang harus kita lakukan pada saat makan (cuci tangan, duduk
yang baik, ambil makanan, brdoa, makan yang baik, lalu cuci tangan
yang baik)
2. Kontrak
a) Topik
Baik pak sekarang bincang bincangnya sudah selesai, bagaimana kalau
besok jam 8 saya kembali lagi untuk latihan kebersihan bak/bab?
b) Tempat
“Kita akan melakukan di teras depan , bagaimana menurut bapak ?
Apakah bapak setuju ? atau ganti di tempat lain?”
c) Waktu
“Waktunya berapa lama pak ? baiklah 10 menit saja”
3. Rencana Tindak Lanjut
“Mari masukkan ke jadwal kegiatan harian”

SP 4 Pasien: cara BAB / BAK yang baik


a. Orientasi
a) Salam Terapeutik
“Selamat pagi bapak B”
b) Evaluasi
“bagaimana perasaan bapak hari ini ? sudah dijalankan jadwal kegiatannya?”
c) Kontrak
1. Topik
Hari ini kita akan membicarakan tentang tahapan bagaimana cara bab atau
bak dengan baik

34
2. Tempat
“Mari kita duduk di depan teras?”
3. Waktu
Sesuai dengan kesepakatan kemarin kita melakukanya selama 10 menit
b. Kerja
“Dimana biasanya bapak B berak dan kencing ? benar bapak, berak dan kencing
yang baik di wc, kamar mandi atau tempat lain yang tertutup dan saluran
pembuangan kotorannya. Jadi kita tidak berak atau kencing di sembarang tempat
yaa, nah sehabis kencing apa yang kita lakukan ? betul sekali, wc disiram cebok
dan cuci tangan. Setelah membersihkan tinja atau air kencing bapak perlu
merapikan kembali pakaian sebelum keluar dari wc atau kamar mandi, pastikan
resleting celana tertutup rapi lalu cuci tangan dengan menggunakan sabun.”
c. Terminasi
1. Evaluasi
a) Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan bapak B setelah latihan cara bab dan bak yang baik?”
b) Evaluasi Obyektif
“Coba bapak jelaskan ulang tentan cara bab dan bak yang baik?”
2. Kontrak
a) Topik
Nah, besok ketemu lagi, untuk melihat sudah sejauh mana bapak dapat
melakukan jadwal kegiatannya
b) Tempat
“Tempatnya di mana pak ? baiklah di sini saja”
c) Waktu
“Waktunya berapa lama pak ? baiklah 10 menit saja”
3. Rencana Tindak Lanjut
“Mari masukkan ke jadwal kegiatan harian”

35
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktiviatas
perawatan diri (mandi, berhias,makan, bab/bak). Rentang respon defisit perawatan diri :
pola perawatan diri seimbang, kadang perawatan diri kadang tidak, tidak melakukan
perawatan diri. Jenis-jenis perawatan diri; kurang perawatan diri , mandi, brhias makan,
bab/bak. Menurut tarwoto dan wartonah penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai
berikut :
1. Kelelahan fisik
2. Penurunan kesadaran

B. Saran
Untuk pembuatan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan, kami
berharap bagi pembaca untuk mengkritik guna untuk menyempurnakan makalah ini.

36
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti. (2012). Asuhan keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama


Depkes, R. (2000). Keperawatan Jiwa : Teori dan Tindakan keperawatan Jiwa. Jakarta:
Depkes RI.
Herman ade. (2011). buku ajar asuhan keperawatan jiwa. yogyakarta: nuha medika.

37

Anda mungkin juga menyukai