Anemia Aplastik
Disusun oleh:
Nur Muhammad Luthfi
030.13.150
Pembimbing:
dr. Irwin, Sp.PD
Disusun oleh:
Nur Muhammad Luthfi
030.13.150
Telah diterima dan disetujui oleh dr.Irwin, Sp. PD selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik
Ilmu Penyakit Dalam RSUD Karawang
Karawang, 2018
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini yang
berjudul “Anemia Aplastik” dengan baik dan tepat waktu. Laporan kasus ini dibuat untuk
memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Penyakit Dalam di RSUD Karawang
Periode 30 April – 6 Juli 2018. Dalam menyelesaikan laporan kasus, penulis mendapatkan
bantuan dan bimbingan, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. dr. Irwin, Sp.PD, selaku pembimbing yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menimba ilmu dan menjalani Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu
Penyakit Dalam di RSUD Karawang.
2. Staf dan paramedis yang bertugas di RSUD Karawang.
3. Serta rekan-rekan Kepaniteraan Klinik selama di RSUD Karawang.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih memiliki kekurangan, maka dari itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak agar
laporan kasus ini dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga pembuatan referat ini dapat
memberikan manfaat, yaitu menambah ilmu pengetahuan bagi seluruh pembaca, khususnya
untuk rekan-rekan kedokteran maupun paramedis lainnya dan masyarakat pada umumnya.
Karawang, 2018
Anemia aplastik merupakan suatu kelainan dari sindrom klinik yang diantaranya ditandai
oleh defisiensi sel darah merah, neutrophils, monosit dan platelet tanpa adanya bentuk kerusakan
sumsum lainnya. Dalam pemeriksaan sumsum dinyatakan hampir tidak ada hematopoetik sel
perkusi dan digantikan oleh jaringan lemak. Kerusakan ini bisa disebabkan oleh zat kimia
beracun, virus tertentu, atau bisa juga karena faktor keturunan. (1)
Anemia aplastik tergolong penyakit yang jarang dengan insiden di negara maju 3-6
kasus/ 1 juta penduduk/ tahun. Manifestasi anemia aplastik juga sangat beragam dimulai dari
kasus yang bersifat ringan hingga berat, dan juga sampai menimbulkan kematian. Penyakit
anemia aplastik pertama kali di deskripsikan oleh Ehrlich tahun 1888, sampai sekarang penyakit
ini mempunyai reputasi yang rnenakutkan. Banyak pasien anemia aplastik meninggal karena
proses penyakitnya yang progresif.(2)
Pada tujuh puluh persen kasus penyebab anemia aplastik didapat tidak dapat diterangkan,
sedangkan sisanya diduga akibat radiasi, bahan kimia termasuk obat-obatan, infeksi virus, dan
lain-lain.5 Gejala-gejala yang timbul pada pasien anemia aplastik merupakan gejala pansitopenia
seperti pucat, perdarahan, dan infeksi. Etiologi penyakit ini kebanyakan tidak diketahui maka
tata laksananya juga belum optimal dan seringkali menimbulkan masalah-masalah baru pada
pasien, bukan hanya memperburuk kondisi pasien atau bahkan dapat mengancam jiwa pasien.(3)
BAB 2
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. M
No. RM : 00.71.52.82
Jenis kelamin :P
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Pendidikan Terakhir : SD
Ruangan : Rengasdengklok
1.2 ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 21 Mei 2018, pukul 07.30 WIB
Keluhan Pasien datang ke IGD dengan keluhan BAB cair sejak 1 minggu
Utama SMRS.
Keluhan BAB Hitam, BAB Cair > 10x / hari, mual, lemas sejak 3 hari
Tambahan SMRS
Riwayat Pasien mengeluh BAB cair sejak 1 mgg SMRS keluhan disertai
Penyakit dengan lemas sejak hri SMRS. BAB cair >10x/hari. Tidak disertai
Sekarang ampas. BAB Hitam sejak 3 hari SMRS. Pasien juga mengeluh
nyeri pada ulu hati, lemas, pucat, mual, nafsu makan pasien relatif
menurun semenjak 3 hari SMRS. BAK dalam batas normal.
Keluhan batuk, pilek, demam, muntah, sesak nafas disangkal
pasien. Keluhan mimisan, bintik kemerahan, dan gusi berdarah
juga disangkal
Riwayat Keluhan yang sama (-), DM, HT, penyakit ginjal, penyakit paru,
Penyakit penyakit hati dan penyakit jantung pada keluarga disangkal.
Dahulu
Riwayat Keluhan yang sama, DM, HT, penyakit ginjal, penyakit paru,
Penyakit penyakit hati dan penyakit jantung pada keluarga disangkal.
Keluarga
Riwayat Pasien berobat menggunakan BPJS.
Sosio
Ekonomi
Riwayat Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan
Pengobatan
Riwayat Merokok, alkohol dan NAPZA disangkal pasien
Kebiasaan
Jantung:
Inspeksi: pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi: thrill (-), ictus cordis tidak teraba
Perkusi: batas paru hepar dan batas paru lambung dalam batas
normal
Auskultasi: bunyi jantung I dan II reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen Inspeksi: bentuk datar, ikterik (-), hiperemis (-), spider nevi (-),
benjolan (-), jejas (-)
Auskultasi: bising usus meningkat , arterial bruit (-)
Palpasi: teraba supel, massa (-), nyeri tekan diregio epigastrium
,hepar dan lien tidak membesar, ballottement ginjal (-), undulasi (-),
splenomegalid dengan linea schuffner 3.
Perkusi: shifting dullness (-), timpani seluruh kuadran
Ekstremitas Ekstremitas Atas
Simetris kanan dan kiri, turgor kulit 2 detik, deformitas -/-, CRT < 2
detik, akral hangat +/+, oedem -/-, ptekie -/- , jejas -/-
Ekstremitas Bawah
Simetris kanan dan kiri, turgor kulit 2 detik, deformitas -/-, CRT < 2
detik, akral hangat +/+, oedem -/-, ptekie -/-, jejas -/-
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1.5 DIAGNOSIS
WD:
Anemia Aplastik
GEA
Syok Hipovolemik
DD:
Idiophatic Myelofibrosis
Agranulocytosis
Myelodisplstik Syndrome
TALAKSANA
• Tirah Baring
• Nacl 0,9% 20 tpm
• Ceftriaxon 2 x 1gr i.v
• Biodar 3 x 1 gr
• Omeprazol 2 x 1 gr i.v
• Dobutamin 5mikro/menit
• Transfusi PRC 4 kolf
1.7 PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad functionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
1.8 FOLLOW UP
Hari 1 (21/05/2018)
S BAB 4x sehari, BAB cair tidk terdapat ampas, warna kehitaman, disertai lemas, nafsu
makan menurun.
O Keadaan umum: Tampak sakit sedang
Kesadaran: Compos Mentis
Tekanan darah: 80/60 mmHg Nadi: 98x/menit SpO2: 99%
Suhu : 36,5 ˚C Pernapasan: 20 x/menit
Kepala: normocefali, CA +/+, SI -/-
Leher: KGB dbn, tidak teraba pembesaran tiroid, JVP 5+0cm H2O
Thorax: Pul: SNV +/+, Rhonki -/-, wheezing -/-
Cor: BJ I/II reg, m(-), g(-)
Abdomen: BU (+), Nyeri tekan (-).
Supel
- -
Ekstremitas: AH (+) OE - -
A Anemia Aplastik
GEA
Syok Septik
P Tirah baring
Nacl 0,9% 20 tpm
O2 3-4 L/menit
Ceftriaxone 2x1 gr
Biodiar 3x1 tab
Zink 1x1 tab
OMZ 2x1 inj
Dobutamin 5mikro/menit
Hari 2 (30/05/2018)
S BAB mencret 3x/hari, warna kehitaman, lemas.
O Keadaan umum: Tampak sakit sedang
Kesadaran: Compos Mentis
Tekanan darah: 90/60 mmHg Nadi: 93 x/menit SpO2: 96%
Suhu : 36,6 ˚C Pernapasan: 20 x/menit
Kepala: normocefali, CA +/+, SI -/-
Leher: KGB dbn, tidak teraba pembesaran tiroid, JVP 5+0cm H2O
Thorax: Pul: SNV +/+, Rhonki -/-, wheezing -/-
Cor: BJ I/II reg, m(-), g(-)
Abdomen: BU (+), Nyeri tekan (-)
Supel
- -
Ekstremitas: AH (+) OE - -
A Anemia Aplastik
GEA
Syok Septik
P Tirah baring
Nacl 0,9% 20 tpm
O2 3-4 L/menit
Ceftriaxone 2x1 gr
Biodiar 3x1 tab
Zink 1x1 tab
OMZ 2x1 inj
Dobutamin 10mikro/menit
Tansfusi PRC 4 kolf
Hari 3 (31/05/2018)
S Hanya mengeluh lemas, BAB hanya 2x sehari
O Keadaan umum: Tampak sakit sedang
Kesadaran: Compos Mentis
Tekanan darah: 110/60 mmHg Nadi: 85 x/menit SpO2: 97%
Suhu : 36,7 ˚C Pernapasan: 20 x/menit
Kepala: normocefali, CA +/+, SI -/-
Leher: KGB dbn, tidak teraba pembesaran tiroid, JVP 5+0cm H2O
Thorax: Pul: SNV +/+, Rhonki -/-, wheezing -/-
Cor: BJ I/II reg, m(-), g(-)
Abdomen: BU (+), Nyeri tekan (-)
Supel
- -
Ekstremitas: AH (+) OE - -
A Anemia Aplstik
GEA
Syok Septik
P Tirah baring
Nacl 0,9% 20 tpm
O2 3-4 L/menit
Ceftriaxone 2x1 gr
Biodiar 3x1 tab
Zink 1x1 tab
OMZ 2x1 inj
ANALISIS KASUS
Ny. M 36 tahun datang ke IGD RSUD Karawang dan dirawat dengan keluhan lemas
sejak 3 hari SMRS keluhan disertai dengan BAB cair sejak 1 mgg SMRS. BAB cair >10x/hari.
Tidak disertai ampas. BAB Hitam sejak 3 hari SMRS. Pasien juga mengeluh nyeri pada ulu hati,
pucat, mual, nafsu makan pasien relatif menurun semenjak 3 hari SMRS. BAK dalam batas
normal. Keluhan batuk, pilek, demam, muntah, sesak nafas disangkal pasien. Keluhan mimisan,
bintik kemerahan, dan gusi berdarah juga disangkal
Keluhan yang sama, DM, HT, penyakit ginjal, hati, jantung, alergi obat / makanan
disangkal oleh pasien. Keluhan yang serupa, DM, HT, penyakit ginjal, hati, jantung, alergi obat /
makanan pada keluarga disangkal oleh pasien. Pasien sering mengkonsumsi obat warung yaitu
obat montalin untuk mengurangi rasa pegal.
Merokok, alkohol dan penggunaan NAPZA disangkal oleh pasien.
Hasil penemuan LAB ditemukan PANSIOPENIA.
Rencana Peranjakan
Morfologi Darah tepi (MDT)
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
Gejala klinis yang timbul akibat anemia aplastik adalah anemia, leukopenia dan
trombositopenia. Gejala anemia bervariasi dari ringan sampai berat. Leukopenia akan
menyebabkan infeksi berupa ulserasi mulut, febris dan sepsis atau syok septik. Trombositopenia
akan menyebabkan pendarahan pada kulit seperti petechie dan echymosis, perdarahan pada
mukosa seperti epistaksis, perdarahan subkonjungtiva, perdarahan gusi dan lain-lain. Tidak
dijumpai adanya organomegali.(6)
Anemia Aplastik sangat berat Sama seperti aplastic berat kecuali netrofil
<200/mikroL
3.1.5 Epidemiologi(7)
Ditemukan lebih dari 70% anak – anak menderita anemia aplastik derajat berat padasaat
didiagnosis. Tidak ada perbedaan secara bermakna antara anak laki – laki dan
perempuan,n a m u n d a l a m b e b e r a p a p e n e l i t i a n t a m p a k i n s i d e n s p a d a a n a k l a k i
– l a k i l e b i h b a n ya k dibandingkan anak perempuan. Penyakit ini termasuk penyakit yang
jarang dijumpai di negara barat dengan insiden 1 – 3 / 1 juta / tahun. Namun di Negara Timur
seperti Thailand, negaraAsia lainnya termasuk Indonesia, Taiwan dan Cina, insidensnya jauh
lebihtinggi.Penelitian pada tahun 1991 di Bangkok didapatkan insidens 3.7/1 juta/tahun. Perbeda
an insiden ini diperkirakan oleh karena adanya faktor lingkungan seperti pemakaian obat – obat
yang tidak pada tempatnya, pemakaian pestisida serta insidens virus hepatitis yang lebih tinggi
Ini merupakan bentuk kongenital dari anemia aplastik dimana merupakan kondisi
autosomal resesif yang diturunkan sekitar 10% dari pasien dan terlihat pada masa anak-anak.
Tanda-tandanya yaitu tubuh pendek, hiperpigmentasi pada kulit, mikrosefali, hipoplasia pada ibu
jari atau jari lainnya, abnormalitas pada saluran urogenital, dan cacat mental. Fanconi’s anemia
dipertegas dengan cara analisis sitogenetik pada limfosit darah tepi, yang dimana menunjukkan
patahnya kromosom setelah dibiakkan menggunakan zat kimia yang meningkatkan penekanan
kromosom (seperti diepoxybutane atau mitomycin C).
• Paroxysmal Nocturnal Hemoglobinuria.
PNH adalah sebuah kerusakan yang didapat yang dikarakteristikan dengan anemia yang
disebabkan oleh hemolisis intravaskular dan dimanifestasikan dengan hemoglobinuria yang
bersifat sementara dan life-threatening venous thromboses. Suatu kekurangan CD59, antigen
pada permukaan eritrosis yang menghambat lisis reaktif, sangat bertanggung jawab terhadap
hemolisis. Kira-kira 10% sampai 30% pada pasien anemia aplastik mengalami PNH pada
rangkaian klinis nantinya. Ini menunjukkan bahwa sangat mungkin bahwa mayoritas pasien
dengan PHN dapat mengalami proses aplastik. Diagnosis PNH biasanya dibuat dengan
menunjukkan pengurangan ekpresi dari sel antigen CD59 permukaan dengan cara aliran 12
sitometri, mengantikan tes skrining yang sebelumnya dipergunakan seperti tes hemolisis sukrosa
dan pemeriksaan urin untuk hemosiderin.
• Myelodiysplastic Sindrome.
MDSs adalah sebuah kumpulan dari kerusakan sel batang hematopoetik klonal yang
ditandai oleh diferensiasi dan maturasi abnormal sumsum tulang, dimana dapat menyebabkan
kegagalan sumsum tulang dengan peripheral sitopenias, disfungsional elemen darah, dan
memungkinkan perubahan leukemi. Sumsum tulang pada MDS memiliki tipe hiperselular atau
normoselular, walaupun hiposelular biasanya juga ditemukan. Sangat penting membedakan
hiposelular MDS dengan anemia aplastik karena diagnosis yang ditegakkan untuk penanganan
dan prognosis.
• Idiopathic Myelofibrosis.
Aleukemic leukemia merupakan suatu kondisi yang jarang yang ditandai oleh tidak
adanya sel blast pada darah tepi pasien leukemia, terjadi kurang dari 10% dari seluruh pasien
leukemi dan penyakit ini biasanya terjadi pada remaja atau pada orang tua. Aspirasi sumsum
tulang dan biopsy menunjukkan sel blast.
• Pure red cell aplasia.
Kerusakan ini jarang terjadi dan hanya melibatkan produksi eritrosit yang ditandai oleh
anemia berat, jumlah retikulosit kurang dari 1%, dan normoselular sumsum tulang kurang dari
0.5% eritroblast yang telah matang.
• Agranulocytosis.
Terapi kausal adalah usaha untuk menghilangkan agen penyebab. Hindarkan pemaparan
lebih lanjut terhadap agen penyebab yang diketahui, tetapi sering hal ini sulit dilakukan karena
etiologinya yang tidak jelas atau penyebabnya tidak dapat dikoreksi.
• Terapi suportif
Terapi ini diberikan untuk mengatasi akibat pansitopenia. Mengatasi infeksi. Untuk
mengatasi infeksi antara lain : menjaga higiene mulut, identifikasi sumber infeksi serta
pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat. Sebelum ada hasil, biarkan pemberian antibiotika
berspektrum luas yang dapat mengatasi kuman gram positif dan negatif. Biasanya dipakai derivat
penicillin semisintetik (ampisilin) dan gentamisin. Sekarang lebih sering dipakai sefalosporin
generasi ketiga. Jika hasil biakan 14 sudah datang, sesuaikan hasil dengan tes sensitifitas
antibiotika. Jika dalam 5-7hari panas tidak turun maka pikirkan pada infeksi jamur. Disarankan
untuk memberikan ampotericin- B atau flukonasol parenteral.
• Transfusi granulosit konsentrat.
Terapi ini diberikan pada sepsis berat kuman gram negatif, dengan nitropenia berat yang
tidak memberikan respon pada antibiotika adekuat. Granulosit konsentrat sangat sulit dibuat dan
masa efektifnya sangat pendek.
• Usaha untuk mengatasi anemia.
Berikan tranfusi packed red cell atau (PRC) jika hemoglobin <7 gr/dl atau ada tanda paah
jantung. Koreksi sampai Hb 9-10% dan tidak perlu sampai normal karena akan menekan
eritropoesis internal. Pada penderita yang akan dipersiapkan untuk transplantasi sumsusm tulang
pemberian transfusi harus lebih berhati-hati.
• Usaha untuk mengatasi pendarahan.
Berikan transfusi konsentrat trombosit jika terdapat pendaran major atau jika trombosit
kurang dari 20.000/mm3 . Pemberian trombosit berulang dapat menurunkan efektifitas trombosit
karena timbulnya antibodi anti-trombosit. Kortikosteroid dapat mengurangi pendarahan kulit.
• Terapi untuk memperbaiki fungsi sumsum tulang.
Anabolik steroid dapat diberikan oksimetolon atau stanozol. Oksimetolon diberikan dalam dosis
2-3mg/kg BB/hari. Efek terapi tampak setelah 6-12 minggu. Awasi efek samping berupa firilisasi
dan gangguan fungsi hati. 15
• Kortikosteroid dosis rendah-menengah.
Fungsi steroid dosis rendah belum jelas. Ada yang memberikan prednisone 60-100mg/hari, jika
dalam 4 minggu tidak ada respon sebaiknya dihentikan karena memberikan efek samping yang
serius.
• Granulocyte Macrophage - Colony Stimulating Factor (GM-CSF) atau
Granulocyte - Colony Stimulating Factor G-CSF.
Terapi ini dapat diberikan untuk meningkatkan jumlah netrofil, tetapi harus diberikan terus
menerus. Eritropoetin juga dapat diberikan untuk mengurangi kebutuhan transfusi sel darah
merah.
• Terapi definitif
Terapi definitif adalah terapi yang dapat memberikan kesembuhan jangka panjang. Terapi
definitif untuk anemia apalstik terdiri dari 2 jenis pilihan yaitu : 1.) Terapi imunosupresif; 2.)
Transplantasi sumsum tulang.
• Terapi imunosupresif.
Terapi imunosupresif merupakan lini pertama dalam pilihan terapi definitif pada pasien tua dan
pasien muda yang tidak menemukan donor yang cocok.3 Terdiri dari (a) pemberian anti
lymphocyte globulin : Anti lymphocyte globulin (ALG) atau anti tymphocyte globulin (ATG)
dapat menekan proses imunologi. ALG mungkin juga bekerja melalui peningkatan pelepasan
haemopoetic growth factor sekitar 40%-70% kasus memberi respon pada ALG, meskipun
sebagian respon bersifat tidak komplit (ada defek kualitatif atau kuantitatif). Pemberian ALG
merupakan pilihan utama untuk penderita anemia aplastik yang berumur diatas 40 tahun; (b)
terapi imunosupresif lain : pemberian metilprednisolon dosis tinggi dengan atau siklosforin-A
dilaporkan memberikan hasil pada beberapa kasus, tetapi masih memerlukan konfirmasi lebih
lanjut. Pernah juga dilaporkan keberhasilan pemberian siklofosfamid dosis tinggi
• Transplantasi sumsum tulang.
Transplantasi sumsum tulang merupakan terapi definif yang memberikan harapan kesembuhan,
tetapi biayanya sangat mahal, memerlukan peralatan canggih, serta adanya kesulitan mencari
donor yang kompatibel sehingga pilihan terapi ini sebagai pilihan pada kasus anemia aplastik
berat. Transplantasi sumsum tulang merupakan pilihan untuk kasus yang berumur dibawah 40
tahun, diberikan siklosforin-A untuk mengatasi graft versus host disease (GvHD), transplantasi
sumsum tulang memberikan kesembuhan jangka panjang pada 60%-70% kasus, dengan
kesembuhan komplit.2 Meningkatnya jumlah penderita yang tidak cocok dengan pendonor
terjadi pada kasus transplantasi sumsum tulang pada pasien lebih muda dari 40 tahun yang tidak
mendapatkan donor yang cocok dari saudaranya.
1. Young NS. Acquired aplastic anemia. Ann Intern Med 2002;136. h. 534-46 2.
2. Young NS, Barrett AJ. The treatment of severe acquired aplastic anemia. Blood 1995;85:3367-
77.
3. Young NS, Maciejewski J. The pathofisiology of acquired aplastic anemia. N engl J Med
1997;336:1365-72.
4. Bakta IM : Hematologi Klinik ringkas. Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta. 2003; P, 98-109.
5. Montane E, Luisa I, Vidal X, Ballarin E, Puig R, Garcia N, Laporte JR, CGSAAA : Epidemiology of
aplastic anemia: a prospective multicenter study. Haematologica. 2008; 98:518-23. 9
6. Sameer B, Esteban : Aplastic Anemia. Emedicine Medscape 2010. Available from
http://emedicine.medscape.com/articl e/198759. Accessed on 22 January 2011
7. Nabiel A, Solveig GE : Aplastic Anemia: review of etiology and treatment. Hospital physician.
1999; 1:46-52.
8. J Martin J : Myelofibrosis. Emedicine Medscape 2009. Available from http://emedicine.
medscape.com/article/956806. Accessed on 23 January 2011
9. George BS, Marshall AL : Aplastic Anemia: acquired and inherited. William Hematology. 2010;
34:463- 83.
10. Neal SY, Jaroslaw M : The patophysiology of acquired aplastic anemia. N Engl J Med 1997;
336:1365-72.
11. Blood Journal : Incidence of aplastic anemia: the relevance of diagnostic criteria. By the
international agranulocytosis and aplastic anemia study. Blood Journal. 1987; 70:1718- 21.
12. Blanche PA, Jeffrey ML : Fanconi Anemia. Emedicine Medscape 2009. Available from
http://emedicine.medscape.com/articl e/960401. Accessed on 22 January 2011.
13. Emmanuel CB, Ulrich W : Paroxymal Nocturnal Hemoglobinuria. Emedicine Medscape 2009.
Available from http://emedicine.medscape.com/articl e/207468. Accessed on 23 january 2011.
14. Alkhouri N, Ericson SG. Aplastic Anemia:Review of Etiology and Treatment. [serial
online]1999;70:46-52. Avaiable from: http://bloodjournal.hematologylibrary.org/cgi
/reprint/103/11/46. Accessed July 07, 2008.
15. Emmanuel CB, Ulrich W : Myelodysplastic Syndrome. Emedicine Medscape 2009. Available from
http://emedicine.medscape.com/articl e/207347. Accessed on 23 January 2011.
16. Kamus Kedokteran Dorland.Edisi ke 27.Jakarta:EGC.2005