PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan pada
umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu
keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel,
pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa
2007 menerima perawatan akibat gagal ginjal kronis tahap akhir dan dari
jumlah tersebut, 368.544 orang adalah pasien dialisis dan 17.513 orang telah
jauh lebih tinggi dibandingkan populasi normal. Banyak faktor yang berkontribusi
terhadap tingginya risiko kematian ini. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah
1
Gangguan metabolisme kalsium dan fosfat merupakan salah satu
komplikasi penyakit gagal ginjal kronik yang harus mendapat perhatian karena
mempunyai peran yang sangat besar pada morbiditas dan mortalitas. Pada gagal
pada umumnya terjadi pada kliren kreatinin kurang dari 50 ml/menit. Pada
keadaan seperti ini diperlukan pemberian agen pengikat fosfat untuk mencegah
kalsium karbonat (CaCO3) dengan dosis insial yang digunakan adalah 500–1000
Pasien dengan kadar fosfat serum sangat tinggi (> 11 mg/dL) memiliki
tingkat kematian yang meningkat dengan faktor sekitar 2,5 dibandingkan dengan
pasien dengan kadar fosfat lebih rendah (4 sampai 5 mg/dL). Block (2004),
dengan kadar fosfat serum 6,5 mg/dl memperlihatkan angka kematian yang
insiden kalsifikasi jaringan ikat lunak dan sindrom kalsifilaksis, serta gangguan
2
Belum diketahui secara pasti, penyebab dari percepatan progresivitas gagal
ginjal, apakah karena vitamin D aktif atau kelebihan hormon fosfaturik FGF 23.
Block dkk (2004), lewat penelitian cohort berskala besar melaporkan bahwa, yang
mengatasi hiperfosfatemia pada gagal ginjal kronis tersebut antara lain adalah
gagal ginjal kronik adalah 3,5 – 5,5 mg/dl dan perkalian kadar fosfat (Ca x P)
serta kalsium kurang dari 55 mg2/dl2. Target ini masih belum sepenuhnya bisa
gagal ginjal kronik. United States Renal Data System (USRDS) (1993), mencatat
diberikan pada sekitar 80% kasus. Dapat disimpulkan bahwa, diet restriksi fosfat
(dietary intervention), dialisis yang ketat, dan pemakaian obat - obatan yang
dilakukan selama ini, masih belum cukup untuk memenuhi target KDOQI dalam
fosfat perlu mendapat perhatian khusus. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit
UGM didesain dengan konsep mendasar pada pelayanan kesehatan terpadu dan
3
terintegrasi dalam klaster-klaster dengan multiprofessional team work dan sistem
Akademik UGM juga memiliki pelayanan unggulan yaitu unit pelayanan renal
penelitian mengenai hubungan terapi CaCO3 sebagai agen pengikat fosfat yang
diberikan dengan 3x500 mg setiap harinya dengan kadar hormon paratiroid pada
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis rutin di Rumah Sakit
masukan bagi Rumah Sakit Akademik UGM Yogyakarta pada khususnya dan
ginjal kronik.
B. Rumusan Masalah
kadar hormon paratiroid intak pada pasien hemodialisis rutin di rumah sakit
4
C. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang pemeriksaan kadar fosfat dan kalsium pada pasien gagal
ginjal yang menjalani hemodialisis rutin pernah dilakukan oleh peneliti lain
Tabel 1. Pemeriksaan kadar fosfat, kalsium, dan hormon paratiroid intak pada
pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis rutin
5
berkorelasi negatif dengan kadar kalsium
serum menunjukkan bahwa tingkat PTH
lebih tinggi pada wanita lanjut usia mungkin
terkait dengan kerentanan osteoporosis.
kadar hormon paratiroid, kasium, dan fosfat pada pasien gagal ginjal sudah pernah
kalsium, dan fosfat pada pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis secara
rutin tanpa terapi dengan agen pengikat fosfat yaitu CaCO3 seperti pada penelitian
ini.
D. Manfaat Penelitian
1. Farmasis
kesehatan.
6
3. Peneliti
pada penyakit gagal ginjal kronik serta sebagai pembanding dan pelengkap
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan terapi kalsium karbonat dengan kadar hormon paratiroid intak pada