BBDM 5 1 Skenario 4
BBDM 5 1 Skenario 4
Seorang wanita 45 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri pada wajah
sebelah kirinya. Nyeri dirasakan sejak 1 bulan terakhir. Nyeri dirasa sangat
mengganggu seperti disengat listrik atau tersetrum. Nyeri dirasa hanya beberap
detik, frekuensi sering akhir akhir ini semakin sering kambuh. Nyeri dicetuskan
bila pasien mengunyah, menggosok gigi bahkan bicara.
2. Rasa baal Rasa kebal atau mati rasa sehingga tidak lagi merasakan
sensasi rasa seperti dingin sakit dan sebagainya
3. Allodynia rasa nyeri yang dihasilkan oleh stimulus non noxious atau
rangsang rangsang yang tidak berbahaya seperti tekanan atau sentuhan
yang disebabkan karena menurunnya ambang rasa nyeri
Wanita 45 tahun
Jenis Nyeri
Jenis nyeri dapat dinyatakan dalam beberapa hal, seperti: berdasarkan
mekanisme nyeri, berdasarkan kemunculan nyeri dan berdasarkan
klasifikasi nyeri wajah.
Berdasarkan Mekanisme Nyeri nyeri dapat diklasifikasikan dalam 3
jenis yaitu :
Nyeri fisiologis, terjadinya nyeri oleh karena stimulasi singkat
yang tidak merusak jaringan, misalnya pukulan ringan akan
menimbulkan nyeri yang ringan. Ciri khas nyeri sederhana
adalah terdapatnya korelasi positif antara kuatnya stimuli dan
persepsi nyeri, seperti semakin kuat stimuli maka semakin berat
nyeri yang dialami.
Nyeri inflamasi, terjadinya nyeri oleh karena stimuli yang sangat
kuat sehingga merusak jaringan. Jaringan yang dirusak
mengalami inflamasi dan menyebabkan fungsi berbagai
komponen nosisept ifberubah. Jaringan yang mengalami
inflamasi mengeluarkan berbagai mediator inflamasi, seperti:
bradikinin, leukotrin, prostaglandin, purin dan sitokin yang dapat
mengakt ivasi atau mensensitisasi nosiseptor secara langsung
maupun tidak langsung. Aktivasi nosiseptor menyebabkan
nyeri, sedangkan sensitisasi nosiseptor menyebabkan
hiperalgesia. Meskipun nyeri merupakan salah satu gejala
utama dari proses inflamasi, tetapi sebagian besar pasien tidak
mengeluhkan nyeri terus menerus. Kebanyakan pasien
mengeluhkan nyeri bila jaringan atau organ yang berlesi mendapat
stimuli, misalnya: sakit gigi semakin berat bila terkena air es atau
saat makan, sendi yang sakit semakin hebat bila digerakkan.
Nyeri neuropatik adalah nyeri yang didahului dan disebabkan
adanya disfungsi primer ataupun lesi pada sistem saraf yang
diakibatkan: trauma, kompresi, keracunan toksin atau gangguan
metabolik. Akibat lesi, maka terjadi perubahan khususnya
pada Serabut Saraf Aferen (SSA) atau fungsi neuron sensorik
yang dalam keadaan normal dipertahankan secara aktif oleh
keseimbangan antara neuron dengan lingkungannya, sehingga
menimbulkan gangguan keseimbangan. Gangguan keseimbangan
tersebut dapat melalui perubahan molekuler sehingga aktivasi
SSA (mekanisme perifer) menjadi abnormal yang selanjutnya
menyebabkan ganggu an fungsi sentral (mekanisme sentral)
Berdasarkan Kemunculan Nyeri
Menurut The International Association for the Study of Pain
(IASP), nyeri dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :
Nyeri akut, nyeri yang biasanya berhubungan dengan kejadian
atau kondisi yang dapat dideteksi dengan mudah. Nyeri akut
merupakan suatu gejala biologis yang merespon stimuli
nosiseptor (reseptor rasa nyeri) karena terjadinya kerusakan
jaringan tubuh akibat penyakit atau trauma.
Nyeri ini biasanya berlangsung sementara, kemudian akan
mereda bila terjadi penurunan intensitas stimulus pada
nosiseptor dalam beberapa hari sampai beberapa minggu.
Contoh nyeri akut ialah nyeri akibat kecelakaan atau nyeri pasca
bedah.
Nyeri kronik, nyeri yang dapat berhubungan ataupun tidak
dengan fenomena patofisiologik yang dapat diidentifikasi dengan
mudah, berlangsung dalam periode yang lama dan merupakan
proses dari suatu penyakit. Nyeri kronik berhubungan dengan
kelainan patologis yang telah berlangsung terus menerus atau
menetap setelah terjadi penyembuhan penyakit atau trauma
dan biasanya tidak terlokalisir dengan jelas. Nyeri wajah
atipikal adalah salah satu nyeri kronik.
Etiologi
Terdapat banyak penyebab terjadinya Nyeri Neuropati. Penyebab
penyebab tersebut akan dijelaskan pada tabel dibawah ini
Letak Lesi Penyebab
Neuropati Entrapment, Transeksi saraf,
Saraf Perifer
Kausalgia
Mononeuropati Iskemi karena radiasi, Neuropati vaskulitik
Polineuropati Diabetes amyloid, Mieloma, Guillain-Barre
Akar dan Ganglion Diskus prolap, Neuralgia pasca herpes,
Dorsalis Trigerminal Neuralgia
Myelin Multiple sclerosis
Batang Otak Tumor, Tuberkuloma, Multiple sclerosis
Thalamus Infark, Tumor
Cotical / Subcortical Infark, Trauma, Tumor
Refleks Kornea
Penderita diminta melirik kearah laterosuperior, kemudian dari
arah lain tepi kornea disentuhkan dengan kapas agak basah. Bila
refleks kornea mata positif, maka mata akan ditutupkan.
Pemeriksaan Penunjang
CT-Scan
Pemeriksaan dengan menggunakan CT-Scan dapat mendeteksi
kelainan-kelainan seperti perdarahan otak, tumor otak, kelainan-kelainan
tulang, kelainan pada rongga dada dan rongga abdomen; dan khususnya
mendeteksi kelainan pembuluh darah jantung (a.coronaria) dan pembuluh
darah pada umumnya (misalnya penyempitan pembuluh darah ginjal).
Lama pemeriksaannya adalah sekitar beberapa detik sampai dua jam.
CT-Scan menggunakan sinar X, tetapi saat ekspos, sinar tidak
langsung mengenai film melainkan ditangkap oleh detektor, untuk
kemudian diteruskan ke monitor komputer kemudian ke printer. Ukuran
gambar (pixels) yang didapatkan pada CT-Scan adalah radiodensitas;
ukuran tersebut menggunakan skala Houndsfield Unit (HU). HU sendiri
merupakan pengukuran densitas jaringan.
a. Isodens : jaringan otak normal
Jaringan HU Warna
LCS 0 Hitam
MRI
16 Corpus callosum
72 Thalamus