Lewin mengungkapkan bahwa perubahan dapat dibedakan menjadi 3 tahapan meliputi (Nursalam, 2012) : a. Pencairan (unfreezing) Pada tahap ini motivasi yang kuat untuk beranjak dari keadaan semula dan berubahnya keseimbangan yang ada, merasa perlu untuk berubah dan berupaya untuk berubah, menyiapkan diri, dan siap untuk berubah atau melakukan perubahan. Perubahan efektif dapat terjadi apabila agen pembaharu melakukan pengkajian yang akurat tentang luasnya dan pentingnya perubahan, sifat dan kedalaman motivasi, dan lingkungan tempat perubahan terjadi. b. Bergerak (moving) Pada tahap ini bergerak menuju keadaan yang baru atau tingkat/tahap perkembangan baru karena memiliki cukup informasi serta sikap dan kemampuan untuk berubah, memahami masalah yang dihadapi dan mengetahui langkah-langkah penyelesaian yang harus dilakukan kemudian melakukan langkah nyata untuk berubah dalam mencapai tingkatan atau tahap yang baru. c. Pembekuan (freezing) Pada tahap ini motivasi telah mencapai tingkat atau tahap baru atau mencapai keseimbangan baru. Tingkat baru yang telah dicapai harus dijaga agar tidak mengalami kemunduran atau bergerak mundur pada tingkat atau tahap perkembangan semula. Perlu selalu ada upaya untuk mendapatkan umpan balik, kritik yang konstruktif dalam upaya pembinaan (reinforcement) yang terus menerus dan berkelanjutan. 2. Teori Gillies (1994) a. Pengkajian Agen pembaharu harus meningkatkan kesadaran change target terhadap masalah- masalah yang telah terseleksi pada suatu sistem tertentu. Dalam mengidentifikasi masalah, selain mengidentifikasi gejala yang telah jelas, agen pembaharu juga menyelidiki lebih dalam terhadap disfungsi yang masih samar dan mendiskusikan bersama change target. b. Perencanaan Agen pembaharu harus memulai menentukan apa yang butuh diubah, mengapa harus diubah, dan menggambarkan apa yang dapat dicapai. Agen pembaharu harus membantu individu untuk membuat kriteria keberhasilan suatu perubahan, mempunyai banyak alternatif tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik dan mengidentifikasi keterbatasan dari masing-masing komponen dan mendiskusikannya dengan change target, membantu change target untuk memilih tindakan dan membuat flow chart. c. Implementasi Agen pembaharu harus melatih dan mendukung individu untuk memastikan bahwa tindakan yang dibutuhkan ditampilkan secara efektif. Agen pembaharu harus mengetahui proses dan dinamika kelompok target. d. Evaluasi Proses perubahan dan keadaan yang sebenarnya dikaji agar akurat. Kriteria untuk mengevaluasi perubahan meliputi kemampuan untuk mendukung tujuan, efisiensi rencana, dan proses berubah dalam mencapai tujuan yang diinginkan, dan kepuasan dari pihak-pihak yang terlibat dalam proses perubahan terhadap proses perubahan yang dijalani (Hapsari, 2018). 3. Teori Everett Rogers (1962) a. Pengetahuan (Knowledge) Individu yang dimaksudkan dalam teori ini adalah sebagai unit pembuat keputusan dikenalkan kepada perubahan. Individu menjadi sadar terhadap rencana perubahan. b. Persuasi (Persuassion) Individu mengembangkan tingkah laku/minat terhadap perubahan yang dapat menyenangkan dan tidak menyenangkan. c. Keputusan (Decision) Individu menilai rencana perubahan untuk membuat keputusan apakah akan mengadopsi perubahan atau tidak. d. Implementasi (Implementation) Individu bertindak berdasarkan pilihannya. Individu akan mencoba rencana perubahan saat ini sehingga perubahan dapat terjadi. e. Konfirmasi Individu mengkonfirmasi apakah pilihannya tepat dan individu mampu mengadopsi perubahan (Hapsari, 2018) 4. Teori S.A Spencer dan J.D Adams (1990) Spencer dan Adams mengidentifikasi tujuh stase yang dialami klien saat menghadapi perubahan dan dikenal dengan istilah kurva perasaan (mood curie) (Hapsari, 2018) a. Stase 1 : Kehilangan Fokus (Losing Focus) Kelompok target akan merasa kebingungan dan disorientasi selama stase ini. Stase ini biasanya berlangsung dengan cepat dan mungkin tidak dibutuhkan intervensi yang khsusus. b. Stase 2 : Meminimalkan Akibat (Minimizing Impact) Pada stase ini kelompok target akan mengingkari akibat dari perubahan yang terjadi bukan merupakan hal yang penting. Kelompok target dapat merasakan kebutuhan untuk menghadapi perubahan dengan baik dan mengatakan bahwa dia telah bertindak dengan benar. Hal ini dapat dimengerti karena mungkin kelompok target belum melihat dampak dari perubahan yang akan dihasilkan. Namun secara perlahan kelompok target akan mulai mengenali akibat perubahan yang dilakukannya. c. Stase 3 : The Pit Stase ini merupakan titik paling rendah dari kurva perasaan. Mungkin akan terjadi kesulitan dalam mengatasi emosi seperti marah, tidak berani, dan kukuh terhadap pendirian oleh kelompok target. Karena merasa tidak nyaman, kelompok target mungkin akan melampiaskannya pada orang yang tidak bersalah maupun pada dirinya sendiri. d. Stase 4 : Melepaskan Masa Lalu (Letting Go The Past) Stase ini lebih positif. Energi dan emosi kelompok target mulai kembali. Kelompok target mempunyai dua tugas utama dalam stase ini yakni melepaskan masa lalu dan mulai melihat masa depan dan menyiapkan diri. Kelompok target akan lebih optimis dan memperbarui energid an emosi yang dirasakan. e. Stase 5 : Menguji Batas (Testing The Limits) Pada stase ini kesedihan dan emosi yang dirasakan pada stase sebelumnya telah hilang dan optimism meningkat. Fokus kelompok target adalah mencoba keterampilan koping baru dan mengatasi situasi dengan cara yang lebih kreatif. f. Stase 6 : Mencari Arti (Searching For Meaning) Seiring dengan berjalannya waktu, kelompok target secara bertahap akan mencapai titik dimana kelompok target akan melihat kembali terhadap segala kesulitan dan ketidaknyamanan mengenai apa yang telah dipelajari selama masa perubahan ini. Meskipun perubahan dinilai menyakitkan, namun kelompok target telah merasakan art dari perubahan tersebut. g. Stase 7 : Integrasi (Integration) Stase ini menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi telah komplit. Perubahan yang dulu dilihat aneh dan mempunyai prospek yang menakutkan sekarang telah terintegrasi ke dalam kehidupan kelompok target perubahan. Tetapi disaat seperti ini bisa saja kelompok target mungkin tidak mencapai integritas penuh pada suatu perubahan utama sebelum diharuskan kembali menghadapi perubahan yang lain. 5. Teori Gordon Lippits (1973) a. Menentukan Masalah Pada tahap ini, setiap individu yang terlibat dalam perubahan harus membuka diri dan menghindari keputusan sebelum semua fakta dapat dikumpulkan. Individu yang terlibat juga harus sering memikirkan dan mengetahui apa yang salah serta berusaha menghindari data-data yang dianggap tidak sesuai. Setiap orang mempunyai tanggung jawab untuk selalu menginformasikan tentang fenomena yang terjadi. b. Mengkaji Motivasi dan Kapasitas Perubahan Pada tahap ini, semua orang yang terlibat dan lingkungan yang tersedia harus dikaji tentang kemampuan, hambatan yang mungkin timbul, dan dukungan yang akan diberikan. Fokus perubahan dalam tahap ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung dan menghambat terhadap proses perubahan tersebut. c. Mengkaji Motivasi Agen Pembaru dan Sarana yang Tersedia Pada tahap ini diperlukan suatu komitmen dan motivasi manajer dalam proses perubahan. Pandangan manajer tentang perubahan harus dapat diterima oleh staf dan dapat dipercaya. Manajer harus mampu menunjukkan motivasi yang tinggi dan keseriusan dalam pelaksanaan perubahan dengan selalu mendengarkan masukan- masukan dari staf dan selalu mencari solusi yang terbaik. d. Menyeleksi Tujuan Perubahan Pada tahap ini perubahan sudah harus disusun sebagai suatu kegiatan secara operasional, terorganisasi, berurutan, kepada siapa perubahan akan berdampak, dan kapan waktu yang tepat untuk dilaksanakan. Untuk itu diperlukan suatu target waktu dan perlu dilakuakn uji coba sebelum menentukan efektivitas perubahan. e. Memilih Peran yang Sesuai Dilaksanakan oleh Agen Pembaru Pada tahap ini perlu ada suatu pemilihan seorang pemimpin atau manajer yang ahli dan sesuai di bidangnya. Manajer terserbut akan dapat memberikan masukan dan solusi yang terbaik dalam perubahan serta dia bisa berperan sebagai seorang mentor yang baik. Perubahan akan berhasil dengan baik apabila antara manajer dan staf mempunyai pemahaman yang sama dan memiliki kemampuan dalam melaksanakan perubahan tersebut. f. Mempertahankan Perubahan yang Telah Dimulai Sekali perubahan sudah dilaksanakan, maka harus dipertahankan dengan komitmen yang ada. Komunikasi harus terbuka dan terus diinformasikan supaya setiap pertanyaan yang masuk dan permasalahan yang terjadi dapat diambil solusi yang terbaik oleh kedua belah pihak. g. Mengakhiri Bantuan Selama proses mengakhiri perubahan, maka harus selalu diikuti oleh perencanaan yang berkelanjutan dari seorang manajer. Hal ini harus dilaksanakan secara bertahap supaya individu yang terlibat mempunyai peningkatan tanggung jawab dan dapat mempertahankan perubahan yang telah terjadi. Manajer harus terus menerus bersedia menjadi konsultan dan secara aktif terus terlibat dalam perubahan (Nursalam, 2012).
Dapus
Nursalam. (2012). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional
Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.
Hapsari, E. D. (2018). Proses Berubah. Retrieved from
http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/25014/40d346b7ec1fd8819bc2fa7a2c60b94f diakses pada 23 Februari 2018.