OLEH :
KELOMPOK 5
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
1. Definisi dan Sifat – Sifat Persekutuan
Bentuk usaha persekutuan banyak dijumpai diberbagai bidang usaha yang
mencakup industri jasa, perdagangan eceran, grosir, manufaktur, dan bidang usaha jasa
profesi. Keuntungan yang didapat dari bentuk usaha persekutuan yaitu adanya
pembagian investasi, bakat, dan risiko yang ada pada bentuk usaha tertentu. Di
Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Bab 8 Bagian Kesatu, menyebut
persekutuan sebagai :
“suatu persekutuan dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk
memasukkan sesuatu dalam persekutuan, dengan maksud untuk membagi keuntungan
yang terjadi karenanya”.
Satu ciri hukum dari persekutuan adalah umur yang terbatas. Kelangsungan
hidup persekutuan dikatakan berakhir jika masuknya sekutu baru, pengunduran diri,
serta pembubaran sukarela oleh sekutu. Namun, berakhirnya persekutuan tidak berarti
bahwa berakhirnya usaha dan entitas akuntansi.
Setiap sekutu dianggap sebagai agen bagi seluruh kegiatan persekutuan dengan
kekuatan yang mengikat sekutu lainnya melalui aktiva yang dilakukannya atas nama
persekutuan. Setiap sekutu memiliki tanggung jawab atas utang sekutu lainnya, dan jika
terjadi ketidakmampuan membayar utang maka harta pribadi harus digunakan untuk
membayar utang persekutuan.
Persekutuan bisa dilakukan hanya dengan persetujuan lisan sederhana untuk
melakukan kegiatan usaha untuk mencari keuntungan. Meskipun persetujuan lisan
bersifat legal dan mengikat, perjanjian persekutuan harus tertulis dan minimal harus
menspesifikasikan atas :
a. Bidang usaha yang dilakukan
b. Hak dan kewajiban setiap sekutu
c. Investasi awal tiap-tiap sekutu (jumlah aktiva non-kas yang dicatat)
d. Cadangan untuk tambahan atau pengambilan investasi
e. Cara pembagian laba atau rugi
f. Prosedur pembubaran persekutuan
C.Cola R. Crown
(Nilai Wajar) (Nilai Wajar)
Kas - $7.000
Asumsikan bahwa investasi C.Cola dan R.Crown dicatat pada biaya pembelian
masing-masing sekutu, bahwa aktiva bukan kas tersebut segera dijual pada nilai
wajarnya, dan bahwa persekutuan dilikuidasi.
Perencanaan investasi bukan kas pada nilai wajarnya memastikan bahwa laba
dan rugi yang timbul atas pelepasan/pengurangan barang tersebut melalui
penggunaan atau melalui penjualan, akan adil. Laba atau rugi yang demikian dibagi
sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi yang tercantum dalam perjanjian
persekutuan.
Pendekatan bonus, aktiva yang tidak teridentifikasi tidak dicatat dalam buku
persekutuan dan yang diperlukan hanya ayat jurnal berikut :
Tunjangan gaji
Tunjangan gaji
Perhitungan laba perusahaan setelah tunjangan gaji juga dapat dilakukan dalam
menilai kesuksesan suatu bisnis. Sukses suatu persekutuan dari sisi keuangan terletak
pada perolehan tingkat pengembalian yang wajar atas jasa yang diberikan sekutu, atas
modal yang diinvestasikan dalam bisnis tersebut, dan untuk risiko yang dihadapi.
Apabila laba persekutuan tidak lebih besar daripada gabungan jumlah yang dpat
diperoleh sekutu aktid dengan bekerja di luar persekutuan, maka bisnis ini dianggap
sukses secara keuangan. Laba setelah tunjangan gaji haruslah cukup untuk
mengkompensasi modal yang diinvestasikan dan risiko yang diambil.
Tunjangan gaji
Tunjangan gaji
Anggap B = bonus
B = 10% ($60.000 - $18.000 – B)
B = $6.000 - $1.800 – 0,1 B
1,1 B = $4.200
B = $3.818
e. Modal sebagai faktor dalam perjanjian bagi
Kontribusi modal para sekutu seringkali menjadi bahan pertimbangan dalam
perjanjian bagi hasil. Jika modal dipertimbangkan dalam pembagian laba
persekutuan, perjanjian bagi hasil harus jelas menyatakan konsep modal yang akan
diterapkan.
Penggunaan saldo awal modal untuk mengalokasikan laba persekutuan tidak
mendorong adanya investasi tambahan selama periode akuntansi karena sekutu
yang melakukan investasi tersebut tidak menerima kompensasi dalam pembagian
laba sampai periode berikutnya. Masalah yang sama timbul bila saldo akhir modal
yang digunakan. Penggunaan saldi akhir akan mendorong investasi pada akhir
tahun karena investasi tambahan tersebut akan termasuk dalam penentuan bagian
laba tiap sekutu, namun tidak ada insentif untuk sekutu yang melakukan investasi
sebelum akhir tahun. Saldo rata – rata tertimbang modal memberikan dasar yang
paling adil untuk mengalokasikan laba persekutuan.
Biasanya, tunjangan pengambilan yang ditentukan dalam perjanjian
persekutuan bisa ditarik tanpa memengaruhi saldo modal yang digunakan untuk
membagi laba persekutuan. Saldo penarikan sampai dengan jumlah yang ditentukan
dalam perjanjian tidak akan dikurangkan dalam menentukan saldo rata – rata atau
akhir modal. Dalam rangka membagi laba persekutuan, penarikan yang melebihi
jumlah yang ditentukan akan dikurangkan dari saldo modal sekutu dalam
menghitung saldo rata rata akhir modal.
REFERENSI