Anda di halaman 1dari 13

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN

RINGKASAN MATA KULIAH SAP 1

PERSEKUTUAN DAN PERLAKUAN AKUNTANSI

PEMBENTUKAN DAN OPERASI

OLEH :

KELOMPOK 5

Devina Danayanti (1607532120)


Ngurah Surya Maotama (1607532129)
I Gusti Ayu Agung Yustika Nanda (1607532136)
Putu Venny Yunita (1607532142)
Anak Agung Mas Prabha Iswara (1607532152)

PROGAM NON REGULER

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2018
1. Definisi dan Sifat – Sifat Persekutuan
Bentuk usaha persekutuan banyak dijumpai diberbagai bidang usaha yang
mencakup industri jasa, perdagangan eceran, grosir, manufaktur, dan bidang usaha jasa
profesi. Keuntungan yang didapat dari bentuk usaha persekutuan yaitu adanya
pembagian investasi, bakat, dan risiko yang ada pada bentuk usaha tertentu. Di
Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Bab 8 Bagian Kesatu, menyebut
persekutuan sebagai :
“suatu persekutuan dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk
memasukkan sesuatu dalam persekutuan, dengan maksud untuk membagi keuntungan
yang terjadi karenanya”.
Satu ciri hukum dari persekutuan adalah umur yang terbatas. Kelangsungan
hidup persekutuan dikatakan berakhir jika masuknya sekutu baru, pengunduran diri,
serta pembubaran sukarela oleh sekutu. Namun, berakhirnya persekutuan tidak berarti
bahwa berakhirnya usaha dan entitas akuntansi.
Setiap sekutu dianggap sebagai agen bagi seluruh kegiatan persekutuan dengan
kekuatan yang mengikat sekutu lainnya melalui aktiva yang dilakukannya atas nama
persekutuan. Setiap sekutu memiliki tanggung jawab atas utang sekutu lainnya, dan jika
terjadi ketidakmampuan membayar utang maka harta pribadi harus digunakan untuk
membayar utang persekutuan.
Persekutuan bisa dilakukan hanya dengan persetujuan lisan sederhana untuk
melakukan kegiatan usaha untuk mencari keuntungan. Meskipun persetujuan lisan
bersifat legal dan mengikat, perjanjian persekutuan harus tertulis dan minimal harus
menspesifikasikan atas :
a. Bidang usaha yang dilakukan
b. Hak dan kewajiban setiap sekutu
c. Investasi awal tiap-tiap sekutu (jumlah aktiva non-kas yang dicatat)
d. Cadangan untuk tambahan atau pengambilan investasi
e. Cara pembagian laba atau rugi
f. Prosedur pembubaran persekutuan

Laporan keuangan persekutuan dirancang untuk memenuhi kebutuhan sekutu,


kreditur, dan pihak fiskus. Para sekutu memerlukan informasi akuntansi untuk
merencanakan dan mengontrol harta dan aktivitas serta membuat keputusan investasi
pribadi atas persekutuan. Meskipun persekutuan tidak membayar pajak penghasilan
badan namun laporan keuangan tetap harus disampaikan ke kantor pajak. selain pihak
sekutu, kreditur, dan fiskus, tidak ada lagi pihak yang membutuhkan laporan keuangan
persekutuan. Sehingga persekutuan tidak harus membuat laporan keuangan tahunan
untuk umum.

2. Investasi Awal dalam Persekutuan


Investasi awal pada persekutuan dicatat dalam akun modal yang dibuat untuk
tiap-tiap sekutu. Misalnya, Ashley dan Baker masing-masing menginvestasikan
$20.000 secara tunai dalam suatu perusahaan baru, mereka mencatat investasi tersebut
sebagai berikut :
Kas (+A) 20.000
Modal Ashley (+E) 20.000
(Untuk mencatat investasi mula-mula Ashley dalam bentuk kas)
Kas (+A) 20.000
Modal Baker (+E) 20.000
(Untuk mencatat investasi mula-mula Baker dalam bentuk kas)
a. Investasi Bukan Kas
Apabila harta benda selain kas diinvestasikan dalam suatu persekutuan, harta
benda bukan kas tersebut dicatat pada nilai wajarnya pada saat investasi. Nilai wajar
dari harta benda bukan kas tersebut ditentukan oleh kesepakatan semua sekutu.
Nilai yang disepakati harus dicantumkan dalam perjanjian persekutuan tertulis.
Asumsikan, misalnya bahwa C.Cola dan R. Crown membentuk persekutuan
dengan investasi berikut :

C.Cola R. Crown
(Nilai Wajar) (Nilai Wajar)

Kas - $7.000

Tanah (C.Cola membeli senilai $5.000) $10.000 -


Bangunan (C.Cola membeli senilai $30.000) $40.000 -
Barang persediaan (R.Crown membeli senilai $28.000) $35.000
Total $50.000 $42.000
Investasi persekutuan dicatat pada niali wajar karena semua harta benda yang
dibawa masuk dalam persekutuan menjadi hak milik persekutuan, dan setiap laba
atau rugi akibat penggunaan atau pelepasan/pengurangan harta benda tersebut akan
dibagi dengan menggunakan rasio pembagian laba dan rugi.

Asumsikan bahwa investasi C.Cola dan R.Crown dicatat pada biaya pembelian
masing-masing sekutu, bahwa aktiva bukan kas tersebut segera dijual pada nilai
wajarnya, dan bahwa persekutuan dilikuidasi.

Perencanaan investasi bukan kas pada nilai wajarnya memastikan bahwa laba
dan rugi yang timbul atas pelepasan/pengurangan barang tersebut melalui
penggunaan atau melalui penjualan, akan adil. Laba atau rugi yang demikian dibagi
sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi yang tercantum dalam perjanjian
persekutuan.

b. Bonus dan Goodwill pada Investasi Awal


Masalah penilaian timbul apabila sekutu sepakat atas kepemilikan modal relatif
yang tidak sesuai dengan investasi aktiva yang dapat diidentifikasi. Misalnya,
C.Cola dan R.Crown sepakat untuk membagi modal awal persekutuan secara sama
rata, walaupun C.Cola menyumbang $50.000 dalam bentuk aktiva teridentifikasi
dan R.Crown menyumbang $42.000. Kesepakatan yang demikian
mengimplikasikan bahwa R.Crown menyumbangkan suatu aktiva yang tidak
teridentifikasi seperti kemampuan individual, klien, atau koneksi perbankan
kepada persekutuan.
Investasi pada Biaya Pembelian Investasi pada
Nilai Wajar
1. Untuk mencatat investasi C.Cola
Tanah (+A) 5.000 10.000
Bangunan (+A) 30.000 40.000
Modal C.Cola (+E) 35.000 50.000

2. Untuk mencatat investasi R.Crown


Kas (+A) 7.000 7.000
Persediaan (+A) 28.000 35.000
Modal R.Crown (+E) 35.000 42.000
3. Untuk penjualan aktiva pada nilai
wajar
Kas (+A) 85.000 85.000
Tanah (-A) 5.000 10.000
Bangunan (-A) 30.000 40.000
Persediaan (-A) 28.000 35.000
Laba Penjualan (+L, +E) 22.000 Tidak ada
4. Untuk mencatat pembagian laba
penjualan secara sama rata
Laba penjualan (-L, -E) 22.000 Tidak ada
Modal C.Cola (+E) 11.000 Tidak ada
Modal R.Crown (+E) 11.000 Tidak ada
5. Untuk mencatat distribusi kas pada
saat likuidasi final persekutuan
Modal C.Cola (-E) 46.000 50.000
Modal R.Crown (-E) 46.000 42.000
Kas (-A) 92.000 92.000
Perjanjian persekutuan menentukan kepemilikan modal yang sama rata,
sehingga kita dapat melakuakn penyesuaian terhadap saldo modal C.Cola dan
R.Crown yang memenuhi syarat perjanjian tersebut. Ada dua pendekatan yang
digunakan untuk menyesuaiakan saldo modal yaitu pendekatan bonus atau
goodwill.

Pendekatan bonus, aktiva yang tidak teridentifikasi tidak dicatat dalam buku
persekutuan dan yang diperlukan hanya ayat jurnal berikut :

Modal C.Cola (-E) $4.000

Modal R.Crown (+E) $4.000

(untuk membentuk kepemilikan modal yang sama sebesar $46.000 dengan


C.Cola memberikan bonus kepada R.Crown sebesar $4.000)

Pendekatan goodwill, maka aktiva tidak teridentifikasi yang disumbangkan oleh


R.Crown diukur sesuai dengan dasar investasi C.Cola $50.000 untuk kepemilikan
50%. Investasi C.Cola mengimplikasikan total modal persekutuan sebesar
$100.000($50.000+50%) dan goodwill sebesar $8.000 (total modal $100.000 –
aktiva teridentifikasi $92.000).

Goodwill (+A) $8.000

Modal R.Crown (+E) $8.000

(untuk membentuk kepemilikan modal yang sama sebesar $50.000 dengan


mengakui investasi R.Crown dalam bentuk aktiva tidak teridentifikasi sebesar
$8.000)

Keputusan untuk menggunakan satu pendekatan dibanding pendekatan lainnya


tergantung pada sikap sekutu terhadap pencatatan aktiva tidak teridentifikasi
sebesar $8.000 menurut metode goodwill dan terhadap kemauan C.Cola untuk
menerima bahwa modalnya hanya $46.000 untuk investasi sebesar $50.000
menurut pendekatan bonus.
3. Tambahan Investasi dan Pengambilan
Perjanjian persekutuan harus memuat pedoman untuk investasi tambahan dan
penarikan yang dilakukan setelah kegiatan usaha persekutuan dimulai. Investasi
tambahan dikreditkan pada akun modal sekutu yang sudah ada, pada nilai wajar saat
investasi. Penarikan dalam jumlah yang besar dan tidak biasa (irregular) umumnya
dibebankan pada akun modal sekutu yang melakukan penarikan. Jurnal penarikan yang
demikian adalah:
Modal Tn. X (-E) 20.000
Kas (-A) 20.000
a. Penarikan Dana
Laba persekutuan adalah imbalan usaha bagi para sekutu, karena itu sekutu
tidak perlu digaji seperti halnya karyawan persekutuan. Sebaliknya, sekutu yang
aktif biasanya menarik dana yang jumlahnya tetap secara mingguan atau bulanan
untuk mengambil bagian mereka dalam laba persekutuan. Penarikan yang demikian
disebut pengambilan (drawings), tunjangan, pengambilan, atau kadang-kadang
tunjangan gaji, dan umumnya penarikan ini cenderung dibebankan ke akun
pengambilan masing-masing sekutu, dan bukannya langsung ke akun modal.
Contohnya, apabila Townsend dan Lee menarik $1.000 dari persekutuan setiap
bulan, mereka akan mencatat penarikan bulanan tersebut sebagai berikut:
Penarikan Townsend (-E) 1.000
Kas (-A) 1.000
Untuk mencatat tunjangan pengambilan Townsend
Penarikan Lee (-E) 1.000
Kas (-A) 1.000
Akun penarikan harus ditutup ke akun modal pada akhir tiap periode akuntansi.
Efek akhir dari ayat jurnal ini sama saja dengan seolah-olah penarikan dibebankan
langsung ke akun modal. Akun penarikan memberikan catatan mengenai penarikan
dana yang dilakukan tiap sekutu selama suatu periode akuntansi. Catatan ini dapat
dibandingkan dengan jumlah penarikan yang diperbolehkan menurut perjanjian
persekutuan untuk menegakkan kontrol pembukuan terhadap penarikan yang
berlebihan. (Saldo penarikan juga merupakan faktor dalam perjanjian bagi hasil,
dan akan dibahas sehubungan dengan perjanjian tersebut).
Apabila Townsend mengambil $1.000 tiap bulan sepanjang tahun, saldo akun
penarikannya pada akhir tahun berjumlah $12.000 dan akun penarikannya akan
ditutup dengan jurnal berikut:
Modal Townsend (-E) 12.000
Penarikan Townsend (+E) 12.000
Untuk menutup akun penarikan Townsend
b. Pinjaman dan Uang Muka
Seorang sekutu bisa saja memberikan pinjaman pribadi kepada persekutuan.
Situasi ini dimuat dalam Pasal 18c dari undnag-undang, yang menyatakan bahwa
“seorang sekutu, yang dalam rangka menolong persekutuan dengan melakukan
pembayaran atau memberikan uang muka diluar jumlah modal yang telah dia
sepakati untuk diberikan, akan menerima bunga terhitung sejak tanggal pembayaran
atau pemberian uang muka tersebut”. Pinjaman atau uang muka tersebut dan utang
bunganya akan dianggap sebagai kewajiban persekutuan. Demikian pula halnya
dengan pinjaman dan uang muka persekutuan kepada sekutu individual, akan
dianggap sebagai aktiva persekutuan. Hal-hal yang berhubungan dengan pinjaman
dan uang muka kepada atau dari sekutu akan dibahas dalam perjanjian persekutuan.

4. Kegiatan Usaha Persekutuan


Kegiatan usaha persekutuan sama dengan kegiatan usaha bentuk badan usaha
lainnya yang bergerak di bidang usaha yang sama. Namun, dalam mengukur laba
persekutuan selama suatu periode, biaya biaya harus diperiksa dengan cermat untuk
memastikan bahwa biaya pribadi para sekutu dikeluarkan dari biaya bisnis persekutuan.
Apabila biaya pribadi seorang sekutu dibayar dengan menggunakan asset persekutuan,
pembayaran tersebut dibebankan kea kun penarikan atau modal sekutu yang
bersangkutan. Penarikan dan tunjangan gaji ditutup ke akun modal sekutu tersebut, dan
bukannya kea kun ikhtisar laba rugi.
Laporan keuangan umum persekutuan meliputi laporan laba rugi, neraca,
laporan moda persekutuan, dan laporan arus kas. Laporan modal persekutuan bersifat
unik.

5. Perjanjian Pembagian Laba dan Rugi


a. Perjanjian Bagi Hasil
Pembagian yang sama besar atas laba persekutuan diterapkan apabila tidak ada
perjanjian bagi hasil. Namun, para sekutu umumnya sepakat untuk membagi
labanya dalam rasia tertentu, seperti pembagian 60:40. Pembagian bagi hasil juga
berlaku untuk pembagian kerugian kecuali bila dinyatakan dalam lain dalam
perjanjian. Apabila seorang sekutu mengelola persekutuan, perjanjian persekutuan
memperbolehkan sekutu tersebut memperoleh tunjangan gaji yang besarnya sama
dengan jumlah yang bisa dia peroleh dari kesempatanbekerja di tempat lain sebelum
laba yang tersisa dialokasikan. Demikian pula halnya bila seorang sekutu
melakukan investasi yang signifikan lebihnya dibanding sekutu lain dalam suatu
persekutuan, perjanjian bisa saja memberikan tunjangan bunga atas investasi modal
sebelum laba yang tersisa dibagikan.
b. Pertimbangan jasa dalam perjanjian bagi hasil
Seperti yang disebutkan sebelumnya, seorang sekutu yang mendedikasikan
waktunya untuk kegiatan usaha persekutuan sementara sekutu lainnya bekerja di
tempat lain boleh menerima tunjangan gaji. Tunjangan gaji juga digunakan untuk
mengkompensasi selisih nilai wajar atas kemampuan para sekutu, yang
mendedikasikan waktunya untuk persekutuan. Dalam variasi lain, perjanjian bagi
hasil memberikan tunjangan gaji untuk sejutu aktif dan bonus untuk sekutu
pelaksana/pengelola untuk mendorong perolehan laba yang lebih besar.
c. Tunjangan gaji dalam perjanjian bagi hasil
Skema alokasi laba - 2003

Bob Gary Pete Total

Laba bersih $60.000

Tunjangan gaji

untuk Bob dan Gary (24.000) $12.000 $12.000 $24.000

Sisa laba untuk dibagikan 36.000

Dibagi rata (36.000) 12.000 12.000 $12.000 36.000

Sisa laba untuk dibagikan 0

Alokasi laba bersih $24.000 $24.000 $12.000 $60.000


Skema alokasi laba - 2004

Bob Gary Pete Total

Laba bersih $12.000

Tunjangan gaji

untuk Bob dan Gary (24.000) $12.000 $12.000 $24.000

Sisa laba untuk dibagikan (12.000)

Dibagi rata 12.000 (4.000) (4.000) $(4.000) (12.000)

Sisa laba untuk dibagikan 0

Alokasi laba bersih $8.000 $8.000 $4.000 $12.000

Dalam akuntansi persekutuan tunjangan gaji bukan merupakan biaya dalam


menentukan laba bersih persekutuan. Tunjangan tersebut merupakan alat untuk
memperoleh pembagian laba yang adil di antara para sekutu berdasarkan waktu dan
kemampuan yang diberikan untuk kegiatan usaha persekutuan.

Perhitungan laba perusahaan setelah tunjangan gaji juga dapat dilakukan dalam
menilai kesuksesan suatu bisnis. Sukses suatu persekutuan dari sisi keuangan terletak
pada perolehan tingkat pengembalian yang wajar atas jasa yang diberikan sekutu, atas
modal yang diinvestasikan dalam bisnis tersebut, dan untuk risiko yang dihadapi.
Apabila laba persekutuan tidak lebih besar daripada gabungan jumlah yang dpat
diperoleh sekutu aktid dengan bekerja di luar persekutuan, maka bisnis ini dianggap
sukses secara keuangan. Laba setelah tunjangan gaji haruslah cukup untuk
mengkompensasi modal yang diinvestasikan dan risiko yang diambil.

d. Bonus dan tunjangan gaji


Skema alokasi mengikuti ketentuan dalam perjanjian bagi hasil dalam
mengalokasikan pertama-tama bonus, kemudian tunjangan gaji, dan terakhir
sisanya ke para sekutu individual. Bonus dihitung berdasarkan laba bersih
persekutuan kerana konsep “laba bersih persekutuan” umumnya dimengerti dalam
praktik akuntansi. Namun, sekutu mungkin saja meminta agar tunjangan gaji
dikurangkan dahulu saat menentukan dasar perhitungan bonus.
Skema alokasi laba - 2003

Bob Gary Pete Total

Laba bersih $60.000

Bonus untuk Bob (6.000) $ 6.000 $ 6.000

Sisa laba untuk dibagikan 54.000

Tunjangan gaji

untuk Bob dan Gary (18.000) 10.000 $8.000 18.000

Sisa laba untuk dibagikan 36.000

Dibagi rata (36.000) 12.000 12.000 $12.000 36.000

Sisa laba untuk dibagikan 0

Alokasi laba bersih $28.000 $20.000 $12.000 $60.000

Skema alokasi laba - 2004

Bob Gary Pete Total

Laba bersih $12.000

Bonus untuk Bob (1.2000) $ 1.200 $ 1.200

Sisa laba untuk dibagikan 10.000

Tunjangan gaji

untuk Bob dan Gary (18.000) 10.000 $8.000 18.000

Sisa laba untuk dibagikan (7.200)

Dibagi rata 7.200 (2.400) (2.400) $(2.400) (7.200)


Sisa laba untuk dibagikan 0

Alokasi laba bersih $8.800 $5.600 $2.400 $12.000

Anggap B = bonus
B = 10% ($60.000 - $18.000 – B)
B = $6.000 - $1.800 – 0,1 B
1,1 B = $4.200
B = $3.818
e. Modal sebagai faktor dalam perjanjian bagi
Kontribusi modal para sekutu seringkali menjadi bahan pertimbangan dalam
perjanjian bagi hasil. Jika modal dipertimbangkan dalam pembagian laba
persekutuan, perjanjian bagi hasil harus jelas menyatakan konsep modal yang akan
diterapkan.
Penggunaan saldo awal modal untuk mengalokasikan laba persekutuan tidak
mendorong adanya investasi tambahan selama periode akuntansi karena sekutu
yang melakukan investasi tersebut tidak menerima kompensasi dalam pembagian
laba sampai periode berikutnya. Masalah yang sama timbul bila saldo akhir modal
yang digunakan. Penggunaan saldi akhir akan mendorong investasi pada akhir
tahun karena investasi tambahan tersebut akan termasuk dalam penentuan bagian
laba tiap sekutu, namun tidak ada insentif untuk sekutu yang melakukan investasi
sebelum akhir tahun. Saldo rata – rata tertimbang modal memberikan dasar yang
paling adil untuk mengalokasikan laba persekutuan.
Biasanya, tunjangan pengambilan yang ditentukan dalam perjanjian
persekutuan bisa ditarik tanpa memengaruhi saldo modal yang digunakan untuk
membagi laba persekutuan. Saldo penarikan sampai dengan jumlah yang ditentukan
dalam perjanjian tidak akan dikurangkan dalam menentukan saldo rata – rata atau
akhir modal. Dalam rangka membagi laba persekutuan, penarikan yang melebihi
jumlah yang ditentukan akan dikurangkan dari saldo modal sekutu dalam
menghitung saldo rata rata akhir modal.
REFERENSI

Floyd A. Beams Amir Abadi Jusuf. Akuntansi Keuangan Lanjutan di


Indonesia. 2004. Buku 2. Salemba Empat. Buku Utama

Anda mungkin juga menyukai