OLEH :
KELOMPOK 4
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
1. Pembangunan daerah dan Otonomi
Pemerintah daerah memiliki kesempatan lebih luas untuk memperbaiki kondisi pelayanan
publik, perkembangan perekonomian daerah, serta dalam mengembangkan berbagai terobosan
baru dalam pengelolaan pemerintahan daerah. Daerah-daerah semakin memiliki kebebasan
untuk mengembangkan wilayahnya sesuai kebutuhan masyarakat lokal. Kewenangan
pemerintah daerah melalui otonomi daerah akan memberikan pelayanan maksimal kepada para
pelaku ekonomi di daerah, baik lokal, nasional, regional maupun global.
Otonomi daerah juga akan mendorong munculnya aktivitas perekonomian dan akselerasi
pertumbuhan ekonomi di daerah perbatasan dan tertinggal. Melalui kewenangan yang
dimilikinya untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat, pemerintah daerah akan
berupaya untuk meningkatkan perekonomian sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan
kemampuannya. Jadi kebijakan otonomi daerah yang bertujuan untuk pemberdayaan kapasitas
daerah akan memberikan kesempatan bagi daerah untuk mengembangkan dan meningkatkan
perekonomiannya. Peningkatan dan pertumbuhan perekonomian daerah akan membawa
pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah.
5. Pinjaman Daerah
Pinjaman daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan pemerintah daerah
menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga
pemerintah daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali. Pemerintah pusat
yang dalam hal ini menteri keuangan menetapkan batas maksimal kumulatif pinjaman
pemerintah dan pemerintah daerah dengan memperhatikan hal hal berikut :
1) Keadaan da perkiraan perkembangan perekonomian nasional
2) Tidak melebih 60% dari PDB tahun bersangkutan
Penentuan batas maksimum tersebut dilakukan selambat lambatnya bulan agustus untuk
tahun anggaran berikutnya, dan harus sesuai dengan peraturan perundang undangan. Daerah
tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, dan pelanggaran
terhadapnya dikenakan sanksi administrative berupa penundaan dan atau pemotongan atas
penyaluran dana perimbangan oleh menteri keuangan.
Sumber pinjaman daerah berasal dari pemerintah pusat dananya bisa dari dalam negeri
atau luar negeri. Pinjaman pemerintah pusat yang dananya berasal dari luar negeri dapat
dinyatakan dalam mata uang rupiah atau mata uang asing melalui perjanjian penerusan
pinjaman kepada pemerintah daerah antara menteri keuangan dan kepala daerah yang
bersangkutan. Pinjaman daerah yang berasal dari pemerintah daerah lainnya, lembaga
keuangan bank dan bukan bank dapat dilaksanakan berdasarkan kesepakatan ke dua belah
pihak, sedangkan yang bersumber dari masyarakat berupa obligasi daerah diterbitkan melalui
pasar modal.
1) Pinjaman jangka pendek yang merupakan pinjaman daerah dalam jangka waktu
kurang atau sama dengan satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali
pinjaman yang meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain lain seluruhnya harus
dilunasi dalam satu anggaran yang bersangkutan.
2) Pinjaman jangka menengah yang merupakan pinjaman daerah dalam jangka waktu
lebih dari satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang
meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain lain harus dilunasi dalam kurun waktu
yang tidak melebihi sisa masa jabatan kepala daerah yang bersangkutan.
3) Pinjaman jangk panjang yang merupakan pinjaman daerah dalam jangka waktu lebih
dari satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi
pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain harus dilunsi pada tahun tahun anggaran
berikutnya sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman yang bersangkutan.
1) Pendapatan daerah dan atau barang milik daerah, serta pinjaman dari pihak lain tidak
boleh dipakai sebagai jaminan
2) Pemerintah daerah yang bersangkutan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian
pinjaman yang berasal dari pemerintah pusat.
3) Jumlah sisa pinjaman daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak
melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya
4) Rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman ditetapkan oleh
pemerintah pusat dan obligasi daerah.
Penerbitan obligasi daerah ditetapkan dengan peraturan daerah, dimana ditentukan bahwa
kepala daerah terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan DPRD dan dari pemerintah
pusat. Persetujuan tersebut hanya diberikan atas nilai bersih maksimal obligasi daerah yang
akan diterbitkan pada saat penetapan APBD. Nilai tersebut harus telah meliputi pembayaran
semua kewajiban Bunga dan pokok yang timbul sebagai akibat penerbitan obligasi daerah
dimaksud.
Penerbitan obligasi daerah wajib mengikuti peraturan perundang undangan dibidang pasar
modal, yang antara lain harus mencantumkan :
1) Nilai nominal
2) Tanggal jatuh tempo
3) Tanggal pembayaran bunga
4) Tingkat bunga
5) Frekuensi pembayaran bunga
6) Cara perhitungan pembayaran bunga
7) Ketentuan tentang hak untuk membeli kembali obligasi daerah sebelum jatuh tempo
8) Ketentuan tentang pengalihan kepemilikan
Pengelolaan obligasi daerah diselenggarakan oleh kepala daerah yang sekurang kurangnya
meliputi :
Pelaporan dan sanksi. Seluruh kewajiban pinjaman daerah yang jatuh tempo wajib
dianggarkan dalam APBD tahun anggaran yang bersangkutan dan pemerintah daerah wajib
melaporkan posisi kumulatif pinjaman dan kewajiban pinjaman kepada pemerintah pusat setiap
semester dalam tahun anggaran berjalan.
REFERENSI
Hall Hill. 1996. Transformasi Ekonomi Indonesia Sejak 1966. Yogyakarta: PAU
Ekonomi UGM