Anda di halaman 1dari 8

PEREKONOMIAN INDONESIA

RINGKASAN MATA KULIAH SAP 12

ASPEK ASPEK PEMBANGUNAN DAERAH

OLEH :

KELOMPOK 4

Ngurah Surya Maotama (1607532129/17)


I Gusti Ayu Agung Yustika Nanda (1607532136/23)
Anak Agung Mas Prabha Iswara (1607532152/34)

PROGAM REGULER SORE

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2018
1. Pembangunan daerah dan Otonomi
Pemerintah daerah memiliki kesempatan lebih luas untuk memperbaiki kondisi pelayanan
publik, perkembangan perekonomian daerah, serta dalam mengembangkan berbagai terobosan
baru dalam pengelolaan pemerintahan daerah. Daerah-daerah semakin memiliki kebebasan
untuk mengembangkan wilayahnya sesuai kebutuhan masyarakat lokal. Kewenangan
pemerintah daerah melalui otonomi daerah akan memberikan pelayanan maksimal kepada para
pelaku ekonomi di daerah, baik lokal, nasional, regional maupun global.
Otonomi daerah juga akan mendorong munculnya aktivitas perekonomian dan akselerasi
pertumbuhan ekonomi di daerah perbatasan dan tertinggal. Melalui kewenangan yang
dimilikinya untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat, pemerintah daerah akan
berupaya untuk meningkatkan perekonomian sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan
kemampuannya. Jadi kebijakan otonomi daerah yang bertujuan untuk pemberdayaan kapasitas
daerah akan memberikan kesempatan bagi daerah untuk mengembangkan dan meningkatkan
perekonomiannya. Peningkatan dan pertumbuhan perekonomian daerah akan membawa
pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah.

2. Otonomi Provinsi dan Kabupaten


Provinsi mempunyai kedudukan sebagai daerah otonom sekaligus adalah wilayah
administrasi yaitu wilayah kerja Gubernur untuk melaksanakan fungsi-fungsi kewenangan
yang dilimpahkan kepadanya. Gubernur selain pelaksana asas desentralisasi juga
melaksanakan asas dekonsentrasi. Besaran dan isi dekonsentrasi harus mempunyai sifat dekat
dengan kepentingan masyarakat dan bermakna sebagai upaya mempertahankan dan
memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa serta keutuhan wilayah NKRI dan meningkatkan
pemberdayaan, menumbuhkan prakarsa, dan kreatifitas masyarakat serta kesadaran nasional.
Oleh sebab itu Gubernur memegang peranan penting sebagai unsur perekat NKRI.
Pemerintahan daerah adalah peyelenggaraan urusan pemerintah oleh pemerintah daerah
dan DPRD menurut asas ekonomi dan tugas dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam
sistem dan prinsip NKRI sebagaimana dimaksud dalam UUD 19945, antara lain:
1) Pemerintah Daerah Provinsi terdiri atas pemerintah daerah di provinsi dan DPRD
provinsi.
2) Pemerintah Daerah Kabupaten terdiri atas pemerintah daerah di kabupaten dan DPRD
kabupaten.
Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya
urusan pemerintah yang perlu ditangani. Namun tidak berarti bahwa setiap penanganan urusan
pemerintah harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah
sekurang-kurangnya mempertimbngkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah,
cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus terwujud, luas wilayah kerja, jumlah
penduduk, sarana prasarana. Oleh karena itu kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi
masing-masing daerah tidak senantiasa seragam. Perangkat daerah provinsi terdiri atas
sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, dan lembaga teknis daerah. Perangkat
daerah kabupaten tedii atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, lembaga tekis
daerah, kecamatan, dan kelurahan. Susunan orgaisasi perangkat daaerah ditetapkan dalam
Perda dengan memperhatikan faktor-faktor tertentu

3. Prinsip Pembiayaan Pemerintah Daerah


Melalui pemerintah daerah yang memiliki wewenang untuk menggali pendapatan dan
melakukan peran alokasi secara mandiri dalam menetapkan prioritas pembangunan. Otonomi
daerah dapat lebih memeratakan pembangunan sesuai dengan keinginan daerah untuk
mengembangkan wilayah menurut potensi masing-masing. Pembangunan di daerah
merupakan bagian dari pembangunan nasional, untuk itu pembangunan di daerah dilaksanakan
secara bertahap sehingga mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional. Pelaksanaan
akan memberikan manfaat yang optimal jika diikuti oleh kemampuan finansial yang memadai
oleh daerah otonom. Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah merupakan
suatu sistem pembiayaan pemerintahan dalam kerangka negara kesatuan, yang mencakup
pembagian keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.
Struktur pembiayaan daerah mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Pembiayaan dirinci menurut kelompok, jenis, dan obyek pembiayaan.
2) Kelompok pembiayaan terdiri atas: Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah.
3) Kelompok pembiayaan dirinci lebih lanjut ke dalam jenis pembiayaan antara lain
berupa: sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu, transfer dari dana cadangan,
penerimaan pinjaman dan obligasi dan penjualan aset daerah yang dipisahkan.
4) Jenis pembiayaan dirinci lebih lanjut ke dalam obyek pembiayaan.
5) Penerimaan pinjaman dan obligasi dirinci lebih lanjut ke dalam obyek pembiayaan
antara lain berupa pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

4. Sumber Sumber Pendapatan Daerah


Penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri atas pendapatan daerah dan
pembiayaan. Pendapatan satu daerah terdiri dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan,
dan pendapatan lain lain sedangkan pembiayaannya bisa bersumber dari sisa lebih perhitungan
anggaran daerah, penerimaan pinjaman daerah, dana cadangan daerah, dan hasil penjualan
kekayaan daerah yang dipisahkan. Pembicaraan selanjutnya meliputi masing masing
komponen dari pendapatan daerah dan sumber pembiayaan daerah yang berasal dari pinjaman,
karena sumber pembiayaan lainnya sudah dianggap cukup jelas.
1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari pajak daerah, restrbusi daerah,
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain lain pendapatan asli
daerah yang sah.
2) Dana perimbangan
a. Dana bagi hasil yang bersumber dari pajak (PBB, BPHTB, PPh pasal 25 dan pasal
29 WPOP dalam negeri dan PPh pasal 21 dibagi antara pusat, provinsi dan
kabupaten atau kota) dan sumber daya alam.
b. Dana alokasi umum ditentukan sekurang kurangnya 26% dari pendapatan dalam
negeri neto yang ditetapkan dalam APBN
c. Dana alokasi khusus dialokasikan kepada daerah tertentu yang ditetapkan setiap
tahun dalam APBN untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan
daerah dan sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan dalam APBN.
3) Pendapatan lain lain yang terdiri atas pendapatan hibah dan pendapatan dana darurat.

5. Pinjaman Daerah
Pinjaman daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan pemerintah daerah
menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga
pemerintah daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali. Pemerintah pusat
yang dalam hal ini menteri keuangan menetapkan batas maksimal kumulatif pinjaman
pemerintah dan pemerintah daerah dengan memperhatikan hal hal berikut :
1) Keadaan da perkiraan perkembangan perekonomian nasional
2) Tidak melebih 60% dari PDB tahun bersangkutan

Penentuan batas maksimum tersebut dilakukan selambat lambatnya bulan agustus untuk
tahun anggaran berikutnya, dan harus sesuai dengan peraturan perundang undangan. Daerah
tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, dan pelanggaran
terhadapnya dikenakan sanksi administrative berupa penundaan dan atau pemotongan atas
penyaluran dana perimbangan oleh menteri keuangan.
Sumber pinjaman daerah berasal dari pemerintah pusat dananya bisa dari dalam negeri
atau luar negeri. Pinjaman pemerintah pusat yang dananya berasal dari luar negeri dapat
dinyatakan dalam mata uang rupiah atau mata uang asing melalui perjanjian penerusan
pinjaman kepada pemerintah daerah antara menteri keuangan dan kepala daerah yang
bersangkutan. Pinjaman daerah yang berasal dari pemerintah daerah lainnya, lembaga
keuangan bank dan bukan bank dapat dilaksanakan berdasarkan kesepakatan ke dua belah
pihak, sedangkan yang bersumber dari masyarakat berupa obligasi daerah diterbitkan melalui
pasar modal.

Pinjaman daerah berupa :

1) Pinjaman jangka pendek yang merupakan pinjaman daerah dalam jangka waktu
kurang atau sama dengan satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali
pinjaman yang meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain lain seluruhnya harus
dilunasi dalam satu anggaran yang bersangkutan.
2) Pinjaman jangka menengah yang merupakan pinjaman daerah dalam jangka waktu
lebih dari satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang
meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain lain harus dilunasi dalam kurun waktu
yang tidak melebihi sisa masa jabatan kepala daerah yang bersangkutan.
3) Pinjaman jangk panjang yang merupakan pinjaman daerah dalam jangka waktu lebih
dari satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi
pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain harus dilunsi pada tahun tahun anggaran
berikutnya sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman yang bersangkutan.

Persyaratan pinjaman daerah meliputi :

1) Pendapatan daerah dan atau barang milik daerah, serta pinjaman dari pihak lain tidak
boleh dipakai sebagai jaminan
2) Pemerintah daerah yang bersangkutan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian
pinjaman yang berasal dari pemerintah pusat.
3) Jumlah sisa pinjaman daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak
melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya
4) Rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman ditetapkan oleh
pemerintah pusat dan obligasi daerah.
Penerbitan obligasi daerah ditetapkan dengan peraturan daerah, dimana ditentukan bahwa
kepala daerah terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan DPRD dan dari pemerintah
pusat. Persetujuan tersebut hanya diberikan atas nilai bersih maksimal obligasi daerah yang
akan diterbitkan pada saat penetapan APBD. Nilai tersebut harus telah meliputi pembayaran
semua kewajiban Bunga dan pokok yang timbul sebagai akibat penerbitan obligasi daerah
dimaksud.

Penerbitan obligasi daerah wajib mengikuti peraturan perundang undangan dibidang pasar
modal, yang antara lain harus mencantumkan :

1) Nilai nominal
2) Tanggal jatuh tempo
3) Tanggal pembayaran bunga
4) Tingkat bunga
5) Frekuensi pembayaran bunga
6) Cara perhitungan pembayaran bunga
7) Ketentuan tentang hak untuk membeli kembali obligasi daerah sebelum jatuh tempo
8) Ketentuan tentang pengalihan kepemilikan

Pengelolaan obligasi daerah diselenggarakan oleh kepala daerah yang sekurang kurangnya
meliputi :

1) Penetapan strategi dan kebijakan pengelolaan obligasi daerah termasuk kebijakan


pengendalian resiko
2) Perencanaan dan penetapan struktur portofolio pinjaman daerah
3) Penerbitan obligasi daerah
4) Penjualan obligasi daerah melalui lelang
5) Pembelian kembali obligasi daerah sebelum jatuh tempo
6) Pelunasan pada saat jatuh tempo
7) Pertanggungjawaban

Hasil penjualan obligasi daerah dan peruntukannya, pemerintah daerah dapat


mengeluarkan obligasi daerah untuk membiayai investasi sector public yang menghasilkan
penerimaan dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Penerimaan dari investasi sector public
yang dibiayai melalui obligasi daerah digunakan untuk membiayai kewajiban bunga dan
pokoknya obligasi daerah terkait dan sisanya disetorkan ke kas daerah. Dana untuk membayar
bunga dan pokok pinjaman disediakan dalam APBD setiap tahuan sampai dengan berakhirnya
kewajiban tersebut. Dalam hal pembayaran bunga dimaksud melebihi perkiraan dana yang
disediakan, kepala daerah melakukan pembayaran dan menyampaikan realisasi pembayaran
tersebut kepada DPRD dalam pembahasan perubahan APBD.

Pelaporan dan sanksi. Seluruh kewajiban pinjaman daerah yang jatuh tempo wajib
dianggarkan dalam APBD tahun anggaran yang bersangkutan dan pemerintah daerah wajib
melaporkan posisi kumulatif pinjaman dan kewajiban pinjaman kepada pemerintah pusat setiap
semester dalam tahun anggaran berjalan.
REFERENSI

Nehen, I K. 2012. Perekonomian Indonesia. Denpasar. Udayana University Press

Hall Hill. 1996. Transformasi Ekonomi Indonesia Sejak 1966. Yogyakarta: PAU
Ekonomi UGM

Anda mungkin juga menyukai