Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Parkinson
I. Pendahuluan
Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat kronis
progresif yang ditandai dengan adanya akumulasi dari protein α-synuclein presinaptik
dan gejala yang diberikan berupa kelambanan dan kelambatan pergerakan (bradikinesia),
tremor saat istirahat, kekakuan,dan postur badan membungkuk. Penyakit ini pertama kali
ditemukan oleh seorang dokter inggris yang bernama James Parkinson pada tahun 1887.
Penyakit ini merupakan suatu kondisi ketika seseorang mengalami ganguan pergerakan.
Penyakit Parkinson merupakan penyakit degeneratif progresif terbanyak kedua setelah
penyakit Alzheimer, sekitar 1% dari penduduk usia 65-69 tahun.Rata- rata penduduk
Amerika yang terkena penyakit ini sebanyak 1 juta orang sedangkan untuk rata -rata
penduduk dunia yang terkena penyakit ini adalah sebanyak 5 juta orang. Penyakit
Parkinson dapat terjadi pada pria dan wanita dari semua ras, jenis pekerjaan,dan tidak
terbatas pada daerah tempat tinggal 1,2.
Beberapa gangguan parkinson bersifat kronis dan progresif dan disebabkan oleh
proses penyakit degeneratif yang tidak diketahui, sementara yang lain mungkin memiliki
penyebab genetik yang jelas, seperti kasus yang didorong oleh mutasi dominan autosomal
pada gen untuk synuclein. Yang lain bisa sementara dan disebabkan oleh efek racun,
gangguan metabolik, atau obat-obatan terlarang. Penyakit Parkinson merupakan salah
satu penyebab utama disabilitas di bidang neurologi. Disabilitas yang diakibatkan oleh
penyakit ini akan memberikan pengaruh besar pada standar kehidupan pasiennya. Selain
itu, penyakit ini juga dapat menimbulkan beban yang cukup berat dalam keluarga baik
secara financial maupun fungsi sosial.2,3

II. Anatomi dan Fisiologi


Susunan saraf terdiri dari: Susunan Saraf Pusat (SSP) dan Susunan Saraf Tepi
(Nn. Craniales + Nn. Spinales). Susunan Saraf Pusat terdiri Encephalon dan Medulla
Spinalis. Otak, atau ensefalon secara konvensional dibagi dalam 5 bagian utama :
telensefalon atau otak besar, diensefalon atau otak antara, mesensefalon atau otak tengah,
metensefalon atau otak belakang, dan mielensefalon atau medulla oblongata (sambungan
sumsum tulang). Telensefalon dan diensefalon membentuk prosensefalon atau otak
depan. Metensefalon dan mielensefalon membentuk rombensefalon atau otak belah
ketupat. Metensefalon terdiri dari pons dan serebelum. Serebrum mencakup telensefalon,
diensefalon dan otak tengah bagian atas4.
Serebrum sebagiannya terbagi dalam dua belahan – hemisfer oleh suatu fisura
longitudinal vertical yang dalam. Sebuah hemisfer serebrum adalah setengah bagian otak
depan. Hemisfer serebrum meliputi struktur telensefalon seperti korteks serebrum, zat
putih yang dalam terhadap korteks, ganglia basal, dan korpus kalosum. Sistem
ventrikulus ialah rongga-rongga di dalam otak yang berisi cairan serebrospinal. Sistem itu
dibagi sebagai berikut : ventrikel lateral ialah rongga di dalam hemisfer serebrum,
ventrikel ketiga ialah rongga di dalam diensefalon, akuaduktus serebrum (akuaduktus
sylvii) ialah rongga di dalam mesensefalon dan ventrikel keempat ialah rongga
rombensefalon. Serebelum (otak kecil) ialah bagiandorsal metensefalon yang
mengembang4,5.
Batang otak ialah istilah kolektif untuk diensefalon, mesensefalon dan
rombensefalon tanpa serebelum. (Diensefalon kadang-kadang tidak dimasukkan ke dalam
batang otak). Batang otak dibagi menurut hubungan topografiknya dengan tentorium
dalam bagian supratentorium dan infratentorium4.
Diensefalon ialah bagian bagian supratentorium dan otak tengah, pons dan
sambungan sumsum tulang belakang merupakan bagian infratentorium. Semua saraf otak
kecuali saraf penghidu dan saraf optik, muncul dari batang otak bagian infratentorium.
Sistem saraf terdiri dari:
1.Reseptor sensoris reaksi segera memori pada otak
2.Informasi ( medulla spinalis, substansia retikularis)
3.Efektor ke otot & kelenjar
Fungsi sistem saraf adalah:
1. Menghantarkan informasi dari satu tempat ke tempat yang lain
2. Mengelola informasi sehingga dapat digunakan atau dapat menjadi jelas artinya pada
pikiran4.
Patokan anatomis yag digunakan dalam pemetaan korteks serebri terdiri dari 4 lobus yaitu
:
1. Lobus oksipitalis, untuk pengelolaan awal masukan penglihatan
2. Lobus Temporalis, untuk sensasi suara (Pendengaran).
3. Lobus parietalis, untuk menerima & mengolah masukan sensorik seperti sentuhan,
panas, tekanan, dingin dan nyeri dari permukaan tubuh.
4. Lobus Frontalis, berfungsi :
a. aktifitas motorik volunter
b. Kemampuan berbicara
c. Elaborasi pikiran.
Fungsi korteks serebri :
1. Persepsi sensorik
2. Kontrol gerakan volunter
3. Bahasa
4. Sifat pribadi
5. Proses berpikir, mengingat,kre-atifitas
Fungsi Talamus :
1.Menerima impuls eksteroseptif dan proprioseptif
2.Stasiun penyambung yang mengirim impuls ke korteks serebri
3.Beberapa tingkat kesadaran
4.Pusat koordinasi timbulnya gerakan afektif,ekspresif yang terjadi
sebagai rangsangan emosional
5. Kontrol motorik yang termodifikasi
6.Bagian penting darir sistem aktivasi retikular ascedens
Fungsi Hipotalamus :
1. Mengatur fungsi homeostatik seperti kontrol suhu,rasa haus, pengeluaran urin dan
asupan makanan
2. Pusat primer dari sistem saraf otonom perifer.
3. Mengontrol emosi dan pola perilaku.
Fungsi Batang Otak :
Dibentuk oleh medulla oblongata,pons,dan mesencephalon.
1. Penyalur asenden dan desendens yang menghubungkan medulla spinalis dengan pusat
yang lebih tinggi.
2. Pusat-pusat refleks penting yang mengatur sistem respirasi, kardiovaskuler dan kendali
tingkat kesadaran.
3. Mengandung nuclei saraf kranial III sampai XII.
4. Memodulasi rasa nyeri
5. Pusat yg bertanggungjawab untuk tidur
6. Mengatur refleks-refleks otot yang terlibat dlm keseimbangan dan postur.
Medulla Spinalis : Berjalan melalui kanalis vertebralis dan dihubungkan dengan saraf
spinalis. Terdiri dari :
1. Substansia Grisea berbentuk seperti kupu-kupu (H) terdiri dari badan sel saraf dan
dendritnya, antarneuron pendek dan sel-sel glia
2. Substansia Alba tersusun menjadi traktus (jaras) yaitu :
1. Traktus Asendens (dari Medulla Spinalis ke Otak), menyalurkan sinyal dari
aferen ke otak.
2. Traktus Desendens (dari Otak ke Medulla Spinalis), menyampaikan pesan - pesan
dari otak ke neuron eferen.
Medulla Spinalis bertanggung jawab untuk integrasi banyak refleks dasar, mempunyai 2
fungsi utama :
1. Sebagai penghubung untuk menyalurkan informasi antara otak dan bagian tubuh
lainnya.
2. Mengintegrasikan aktifitas refleks antara masukan aferen dan keluaran eferen tanpa
melibatkan otak, jenis aktifitas refleks ini dikenal sbg refleks spinal.4

A. Ganglia Basalis
Ganglia basalis meliputi semua nucleus yang berkaitan secara fungsional di dalam
substansia alba telensefali yang terletak dalam dan secara embriologis berasal dari
eminensia ganglionika (pars anterior vesikulae telensefali). Ganglia basalis adalah
bagian sistem motorik. Nuklei utama ganglia basalis meliputi5:
a) Nukelus kaudatus
Nukleus kaudatus membentuk bagian dinding ventrikel lateral dan, seperti dinding
tersebut, memiliki bentuk melengkung akibat rotasi telensefalon pada masa
perkembangan embrio. Kaput nucleus kaudatus membentuk dinding lateral
ventrikel lateral; bagian kaudalnya mebentuk atap kornu inferius pada ventrikel di
lobus temporalis, membentang hingga amigdala, yang terletak di ujung anterior
kornu inferius. Dengan demikian, nucleus kaudatus dapat terlihat di dua lokasi yang
berbeda pada potongan koronal, di dinding lateral korpus ventrikuli lateralis serta di
atap kornu inferius. Bagian rostal (kaput) nucleus kaudatus berhubungan dengan
putamen5.
b) Putamen
Putamen terletak di lateral globus palidus, menyelubungi seperti tempurung dan
membentang melebihi globus palidus baik dibagian rostal maupun kaudal. Putamen
dan globus palidus dipisahkan oleh lapisan tipis substansia alba yang disebut
lamina medularis medialis. Nukleus kaudatus dan putamen dihubungkan oleh
jembatan kecil substansia grisea dan kedua nuclei ini memiliki nama lain korpus
striatum5.
c) Globus palidus
Nukleus ketiga ini terdiri dari segmen internal dan eksternal. Putamen dan globus
palidus secara bersama-sama disebut nucleus lentiformis atau nucleus lentikularis5.
Hubungan-hubungan ganglia basalis
a) Jaras Aferen
Korpus striatum menerima input aferen dari area korteks serebri utamanya area
motorik lobus frontalis melewati capsula interna dan beberapa input masuk ke
putamen melewati capsul eksterna. Jaras aferen ini juga menghantarkan impuls dari
serebelum dan formasio retikularis mesensefali ke striatum. Substansia nigra dari
pars kompakta berperan mengantarkan serabut aferen dopaminergik ke striatum5,6.
b) Jaras Eferen
Proyeksi eferen utama korpus striatum berjalan ke segmen interna dan eksterna
globus palidus dan serabut eferen lain berjalan ke pars kompakta dan pars retikulata
substansia nigra. Serabut eferen dari pallidus bersifat tebal dan bermielin. Serabut
eferen dari globus palidus berjalan ke thalamus yang kemudian berproyeksi ke
korteks serebri melengkapi lengkung umpan balik5,6.

Gambar 1 . Tampak lateral ganglia basalia dan system ventricular (dikutip dari kepustakaan
5
)

Gambar 2 . potongan horizontal serebrum dan ganglia basalia (dikutip dari kepustakaan 5)
Gambar 3 . potongan koronal melalui ganglia basalia (dikutip dari kepustakaan 5)

III. Epidemiologi
Prevalensi rata-rata dari penyakit Parkinson di negara-negara Eropa adalah
berkisar 65,5 per 100.000 hingga 12.500 per 100.000 dan insidennya dari 5 per 100.000
hingga 346 per 100.000. Di Asia prevalensinya lebih rendah yakni berkisar 15 per
100.000 hingga 328 per 100.000. Menariknya, perbedaan yang cukup besar antara
prevalensi dan insidensi disebabkan oleh perbedaan metodologi yang digunakan oleh
berbagai kelompok peneliti; dalam hal ini termasuk protocol penelitian yang digunakan,
kriteria diagnostic dan usia di dalam populasi penelitian7.
Lebih dari satu juta orang di Amerika Serikat (lima juta orang diseluruh dunia)
diketahui menderita penyakit Parkinson dan prevalensinya diyakini akan meningkat dua
kali lipat pada tahun 2030. Beban setiap tahun untuk penderita penyakit Parkinson pada
tahun 2010 diperkirakan lebih dari 14,4 miliar dollar dan nilai ini akan terus meningkat
karena semakin meningkatnya angka harapan hidup. Parkinson merupakan penyakit
degenerative kedua setelah Alzheimer yang menyerang 0,6 % dari seluruh populasi
yang berusia 65-69 tahun dan 2,6 % pada populasi usia 85-89 tahun.8,9
IV. Klasifikasi
Secara umum parkinson dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Parkinson primer : paling sering dijumpai, penyebab tidak diketahui (idiopatik)
2. Parkinson Sekunder : post infeksi ( ensepalitis, sifilis meningovaskular,
tuberkulosis), post trauma ( sering pada petinju ), drug induce (sering obat-obatan
psikosis misalnya: Chlorpromazin, Petidin, Fenotiazin, Reserfin, Tetrabenazin ),
Toksik ( misalnya CO,mangan, karbon disulfida
3. Sindrom Paraparkinson ( Parkinson’s Plus ) : Sindrom Shy -Drager, Penyakit
Wilson,Parkinsonismus juvenilis, Hidrosefalus normotensif, Degenerasi
striatonigral,Penyakit Creutzfeldt-Jakob, sindrom Steele-Richardson-Olszewski,
penyakit Hallervorden-Spatz, kompleks demensia Parkinsonisme Guam.5

V. Etiologi

Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di substansi


nigra.Suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki
(involuntary). Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur/menahan gerakan-gerakan
yangtidak disadarinya. Mekanisme bagaimana kerusakan itu belum jelas benar10.

Beberapa hal yang diduga bisa menyebabkan parkinson adalah sebagai berikut:

1. Genetik. Penelitian menunjukkan adanya mutasi genetik yang berperan pada


penyakit parkinson. Yaitu mutasi pada gen sinuklein pada lengan panjang kromosom
4(PARK1) pada pasien dengan Parkinsonism autosomal dominan. Pada pasien dengan
autosomal resesif parkinson, ditemukan delesi dan mutasi point pada
gen parkin (PARK2) di kromosom 6. Selain itu juga ditemukan adanya disfungsi
mitokondria10.
2. Parkin
Parkin adalah ligase ubiquitin, yang tugasnya menambahkan ubiquitins ke protein
yang ditujukan untuk degradasi oleh proteasom. Mutasi parkin mengganggu fungsi
ligasi, menyebabkan akumulasi protein di dalam sel. Homozigot mutasi parkin
menyebabkan PD yang awet, juga disebut PD remaja resesif autosomal (ARJP).
Meskipun tergolong gangguan resesif, ada beberapa bukti bahwa haploinsufisiensi
juga dapat terjadi, meningkatkan kerentanan terhadap penyakit pada pasien yang lebih
tua. Mutasi Parkin adalah penyebab genetik paling umum dari PD. Dalam satu
penelitian di Eropa, ini diidentifikasi pada 40% individu dengan onset PD sebelum
berusia 40 tahun11.
3. Protein lainnya
UCHL1 adalah anggota lain dari sistem proteasom ubiquitin (UPS). Ubiquitin
carboxyterminal hydrolase L1 terlibat dalam metabolisme ubiquitins. PINK1 adalah
protein kinase mitokondria yang baru saja diidentifikasi yang mutasinya dapat
meningkatkan kerentanan terhadap stres oksidatif dan apoptosis. DJ-1 adalah protein
dari fungsi yang tidak diketahui. Mekanisme untuk protein ini sampai saat ini belum
dapat dilakukan penelitian lanjutan11.

VI. Patofisiologi
Masalah utama pada penyakit Parkinson adalah hilangnya neuron di substansia
nigra pars kompakta yang memberikan inervasi dopaminergik ke striatum (putamen dan
nukleus kaudatum). Penyakit parkinson terjadi karena penurunan kadar dopamine akibat
kematian neuron di substansia nigra pars kompakta, suatu area otak yang berperan
dalam mengontrol gerakan dan keseimbangan. Substansia nigra merupakan sumber
neuron dopaminergik yang berakhir dalam striatum11.
Striatum dan substansia nigra yang duhubungkan oleh neuron yang mengeluarkan
transmitter inhibitor GABA di terminalnya dalam substansia destruksi sel dalam
substansia nigra menimbulkan degenerasi neuron sehingga sekresi dopamine dalam
neostriatum menyebabkan menurunnya kontrol gerakan otot pada penyakit Parkinson.
Basal ganglia dapat dilihat sebagai daerah modulasi yang mengatur arus informasi dari
korteks serebral ke neuron motorik di medulla spinalis. Neostriatum adalah struktur
input utama basal ganglia dan menerima rangsangan glutamatergik dari berbagai daerah
korteks. Arus keluar dari striatum dapat melalui 2 jalur yaitu jalu langsung dan jalur
tidak langsung11.
Jalur langsung muncul dari neuron yang menghubungkan striatum dengan nukleus
output, termasuk globus pallidum internum (Gpi) dan substantia nigra pars reticularis
(SNr). Neuron jalur langsung mengandung GABA, neurotransmiter penghambat, dan
zat P (neuropeptida yang berfungsi baik sebagai neurotransmitter dan neuromodulator),
dan mengekspresikan reseptor D1 dekomnoldaiti. Neuron jalur langsung menerima
proyeksi glutamatergik dari korteks ke striatum. Mereka juga mengirimkan proyeksi
GABAergik dari SNr / Gpi ke nuklei thalamic ventral anterior dan ventral lateral,
menyelesaikan loop dengan mengirimkan serat glutamaterg kembali ke korteks.
Pengaruh striatopallidal langsung menghambat neuron Gpi. Neuron ini menghambat
arus keluar thalamic ke korteks. Efek bersih dari aktivitas jalur langsung adalah
rangsang dengan merangsang aktivitas kortikal.11
Jalur tidak langsung mencakup sinapsis antara dalam globus pallidum externum
(Gpe) dan subthalamic nucleus (STN). Neuron dalam jalur ini mengandung enkephalin
dan mengekspresikan reseptor dopamin D2 inhibitor. Jalur ini terdiri dari tiga
glutamatergic dan tiga GABAergic-type neurons. Glutamatergic neuron dalam proyek
korteks ke striatum; neuron GABAergik striatal ke Gpe. Dari Gpe, rangkaian neuron
GABAergic kedua diproyeksikan ke set neuron glutamatergik kedua di STN yang
diproyeksikan ke Gpi / SNr. Neuron dari Gpi / SNr mengirim neuron GABAergik ke
thalamus. Proyeksi thalamokorteks akhir adalah glutamatergik. Sebaliknya, peningkatan
aktivitas jalur tidak langsung menggairahkan neuron Gpi, yang pada akhirnya
menghambat aktivitas korteks.11
Penurunan neuron dopaminergik di PD mempengaruhi jalur langsung dengan
mengurangi aktivitas pada Gpi dan SNr yang menyebabkan peningkatan keluaran
penghambatan Gpi dan SNr. Di Germanpathway tidak langsung, defisiensi dopamin
pada PD menyangkal neuron striatopallidal yang disinkronkan di Gpe, mengurangi
aktivitas pada neuron pallidosubthalamic inhibitor. Kehilangan Dopamin meningkatkan
aktivitas striatal melalui proyeksi ke neuron GABAergik yang meningkatkan tindakan
pada Gpe. Selanjutnya, kehilangan dopamin menyebabkan disinhibisi STN melalui jalur
tidak langsung11.

VII.Manifestasi Klinis
Gejala motorik
Gejala penyakit Parkinson dapat bervariasi, yaitu adanya tremor merupakan
manifetasi klinis yang paling umum. Kemudian disertai dengan gangguan cara berjalan.
Pada Parkinson juga menunjukkan rigiditas yang merupakan manifestasi paling jelas12

Berikut penjelasan beberapa manifetasi klinis dari penyakit Parkinson :

 Bradykinesia
Bradikinesia merupakan lambatnya inisiasi dan melaksanakan gerakan, seperti
menggerakan anggota badan, mengespresika wajah atau gangguan cara berjalan. Ciri
bradikinesia berupa diadochokinesis (kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan
berbalik secara cepat). Kemudian ditemukan Mikrografia (tulisan tangan yang kecil,
merapat yang diakibatkan dari kombinasi kelambatan gerakan, gerakan yang tidak
lengkap, dan kekakuan). Pada pasien penyakit Parkinson juga ditemukan mengalami
depresi sampai 20% kasus12.
 Tremor
Tremor dikarakteristikan dengan frekuensi 4-6 Hz saat resting tremor. tremor yang
paling penting adalah tremor esensial (ET). Pada banyak penderita, pada mulanya
Parkinson muncul sebagai tremor (gemetar) tangan ketika sedang beristirahat, tremor
akan berkurang jika tangan digerakkan secara sengaja dan menghilang selama tidur.
Stres emosional atau kelelahan bisa memperberat tremor. Pada awalnya tremor
terjadi pada satu tangan, akhirnya akan mengenai tangan lainnya, lengan dan tungkai.
Tremor juga akan mengenai rahang, lidah, kening dan kelopak mata114.

 Rigiditas (kekakuan)
Kekakuan menjadi jelas pada pemeriksaan klinis, ketika gerakan pasif anggota tubuh
terganggu. Dalam kombinasi dengan frekuensi tremor menghasilkan fenomena
cogwheel pada gerakan pasif dalam sendi. Banyak pasien mengeluh dengan
unilateral dan / atau nyeri bahu akibat kekauan otot asimetris12.
 Ketidakstabilan postural
Instabilitas postural secara teratur muncul dalam perjalanan penyakit, paling sering
pada tahap yang lebih maju. Biasanya gejala motorik asimetris12.
Gambar 4 . Manifestasi klinik motorik Parkinson (dikutip dari kepustakaan 11)

Gejala non motoric

Selain gejala motoric, pada penderita penyakit Parkinson juga disertai dengan
gejala non motoric, seperti dibawah ini :

 Disfungsi penciuman
Disfungsi penciuman telah diakui menjadi tanda klinis awal pada pasien dengan IPD.
Sekitar 70-90% dari semua pasien IPD hadir dengan kurangnya signifikan
diskriminasi bau dan sepertinya hadir sebelum hadinyagejala motorik. Hilangnya bau
kerap diikuti dengan hilangnya rasa. Dopamin adalah pengantar kimia yang
membawa sinyal antara otak dan otot dan saraf di seluruh tubuh. Seperti yang
memproduksi dopamin sel mati, indera penciuman menjadi terganggu, dan pesan
seperti isyarat bau tidak sampai13.
 Dysautonomia
Dysautonomia merupakan malfungsi pada ANS (Autonomic Nervus System) seperti
seborrhoea, hipotensi ortostatik, gastrointestinal atau disfungsi kemih dapat terjadi
sebelum atau setelah timbulnya gejala motorik. Pada pasien Parkinson juga disertai
dengan disfungsi kemih ang menandakan keparahan dari penyakit. Gejala
gastrointestinal dapat berupa sembelit, disfagia, mual, muntah, buang air besar tidak
lengkap dalam pengosongan atau inkontinensia. 20% dari pasien menunjukkan
penurunan tekanan darah sistolik lebih dari 20 mmHg terkait dengan ketidakstabilan
postural. Pasien mungkin tidak menyadari bahwa terjadi disfungsi ereksi dan
hilangnya libido13.
 Depresi dan cemas
Gangguan neuropsikiatri, seperti depresi dan kecemasan sering ditemukan bersama
dengan gejala motorik - sekitar 40% dari semua pasien Parkinson menunjukkan-
kecemasan terkait depresi atau gabungan psikopatologi Keparahan penyakit di juga
telah terbukti berkorelasi positif dengan kecemasan dengan pasien muda13.
 Penurunan kognitif dan demensia
Sekitar 40% dari semua pasien awalnya didiagnosis dengan IPD akan mengalami
penurunan kognitif dengan demensia dalam perjalanan penyakitnya. Menurut kriteria
diagnostik saat ini, terjadinya disfungsi kognitif pada pasien dengan gejala
parkinsonian paling lambat 12 bulan setelah presentasi pertama gejala motorik
dianggap sebagai penyakit Parkinson demensia. Pemeriksaan neuropsikologi untuk
penyakit Parkinson demensia harus mencakup skala tertentu yang harus didukung
untuk mendeteksi disfungsi kortikal. Sebagai contoh, Timbangan untuk Hasil dari
penyakit Parkinson-Kognisi (Scopa-COG), Parkinson Penyakit-kognitif Rating Scale
(PD-CRS), dan Parkinson Neuropsychometric Demensia Assessment (PANDA)
cenderung menghasilkan penilaian yang lebih tepat dari kognitif13.
 Gangguan perilaku tidur REM (RBD)
RBD dapat muncul bertahun-tahun sebelum terdiagnosis penyakit Parkinson
berdasarkan gejala motorik klasik. RBD ditandai dengan peningkatan aktivitas
motorik selama tidur REM, yang dapat mengakibatkan vokalisasi dan gerakan
anggota badan yang kuat. Pasien biasanya juga dapat menggambarkan pengalaman
mimpi. Gangguan tidur serta kaki gelisah adalah daftar gejala yang paling
mengganggu untuk pasien pada tahap awal dan bahkan pada tahap akhir. Selain itu,
50% dari pasien mengeluh kantuk di siang hari yang berlebihan, yang juga dapat
mendahului manifestasi gejala motor yang bertahun-tahun13.

Kriteria Diagnostik berdasarkan Kriteria Hughes:


Possible: terdapat salah satu dari gejala utama

 Tremor istirahat
 Rigiditas
 Bradikinesia
 Kegagalan reflex postural
Probable

 Bila terdapat kombinasi dua gejala utama (termasuk kegagalan


reflex postural) atau satu dari tiga gejala pertama yang tidak
simetris (dua dari empat tanda motorik).
Definite

 Bila terdapat kombinasi tiga dari empat gejala atau dua gejala
dengan satu gejala lain yang tidak simetris (tiga tanda cardinal).
Bila semua tanda-tanda tidak jelas sebaiknya dilakukan
pemeriksaan ulangan beberapa bulan kemudian. Kemajuan di
bidang radiologi telah membantu dalam menentukan etiologi
Parkinsonism dan dalam mendiagnosa PD yang idiopatik dengan
lebih akurat. Walaupun CT scan dan MRI tidak dapat menunjukkan
pola yang spesifik untuk PD, alat-alat ini dapat membantu
mengeliminasi atau mengkonfirmasi penyakit-penyakit lainnya.
Teknologi yang sedang dikembangkan (contohnya Positron
Emission Tomography, Single Photon Emission CT) kemungkinan
akan berpengaruh pada diagnosa PD, tetapi, keduanya tidaklah
murah13.
Diagnosis parkinsonisme ini ditegakkan pada temuan klinisnya. Kunci untuk
menegakkan diagnosis Penyakit Parkinson sejati adalah respons pengobatan terhadap
levodopa (L-dopa). Bentuk lain parkinsonisme adalah degenerasi neuron yang
sebelumnya telah mendapatkan pasokan dopaminergik sehingga tidak berespon
terhadap L-dopa. Berikut ini adalah gambaran neurologis utama penyakit ini yang
dapat diketahui dari anamnesis dan pemeriksaan fisik14.
Temuan Neurologis Keterangan
Tremor istirahat Gerakan memilin pada jari tangan, tremor
berkurang dengan gerakan voluntar
dan pada saat tidur
Bradikinesia Perlahan dalam memulai dan
mempertahankan gerakan

Rigiditas pola pedati Resistensi relatif konstan sepanjang rentan


Gerakan
Kelainan posisi tubuh dan Membungkuk,
cara berjalan dengan kaki di seret,
berjalan tidakmampu berbalik dengan cepat, berbalik
badan secara bersamaan (en bloc)
Mikrografia Tulisan tangan yang kecil dan secara perlahan
lahan, tremor dapat terlihat ketika menggambar
lingkaran yang konsentrik
Wajah seperti topeng Mata melotot, ekspresi dingin,
berkedip 2-3 kali/menit
Suara datar (monotone) Bicara tanpa ekspresi

Refleks hiperaktif glabelar Sensitifitas yang berlebihan terhadap ketukan


jari diatas glabellar, menyebabkan pasien
berkedip setiap kali ketukan (Tanda Meyerson’s).

VIII. Diagnosa
Kriteria Diagnosa
Klinis :
1. Anamnesis
Defisit neurologis yang terjadi secara tiba-tiba, saat aktifitas/ istirahat,
kesadaran baik/terganggu, nyeri kepala/tidak, muntah/tidak, riwayat hipertensi (
faktor risiko stroke lainnya), lamanya (onset), serangan pertama /ulang14.
Pemeriksaan Fisik (Neurologis dan umum): Pemeriksaan penunjang
dilakukan bila ada indikasi, antara lain dengan melakukan pemeriksaan :
 Neuroimaging : CT – Scan, MRI
Untuk mengetahui gambaran internal otak. Pada penyakit parkinson
kemungkinan didapatkan gambaran pelebaran ventrikel12.

 SPECT- imaging

Teknik SPECT ini menungkinkan pemeriksa untuk mengetahui keadaan


kompartemen pre sinaps an post sinaps negostriatal, yang mana dengan alat
ini dapat diketahui gambaran semikuantitatif pada jalur negostriatal ini.
Defisit dopamin dapat dikuantifikasi dengan DAT-SPECT dan hasilnya dapat
diinterpretasikan dengan jumlah transporter presinaptik pada sinaps dopamin
di striatal14.

Gambar A. DAT-SPECT irisan transversal setelah 3 jam diinjeksi dengan 220 MBq.
Kiri: pencitraan reseptor dopamie normal. Kanan: Penurunan jumlah transporter
dopamin pada defisit nigostriatal. Gambar B. Reseptor D2-SPECT irisan transversal
setelah 1,5 jam diinjeksi dengan 185 Mbq. Kiri: Ekspresi normal reseptor D2. Kanan:
Penurunan ekspresi reseptor D214

 USG- Transkranial
USG transkranial menjadi pemeriksaan standar pada pasien dengan suspek
penyakit parkinson. Pemeriksan ini mengandallkan deskripsi hiperekogenisitas
pada substansia nigra pasien dengan PD14.
Gambar 2. Transkranial sonografi pada midbrain (titik ungu). Gambar A menunjukkan
area hiperekogenisitas yang kecil pada substansia nigra. Sedangkan Gambar B
menunjukakn daerah yang hiperekogenisitas yang lebih besar (ditandai dengan titik
putih), dimana gambar B adalah yang mengalami Penyakit Parkinson.

 Analisis cairan serebrospinalis


Pengambilan cairan serebrospinal dapat dilakukan dengan cara Lumbal Punksi,
Sisternal Punksi atau Lateral Cervical Punksi. Lumbal Punksi merupakan
prosedure neuro diagnostik yang paling sering dilakukan, sedangkan sisternal
punksi dan lateral hanya dilakukan oleh orang yang benar-benar ahli. Dilakukan
dengan cara menginsersi jarum berongga ke dalam ruang sub-araknoid di antara
lengkung saraf vertebra lumbal ketiga dan lumbal keempat. Kemungkinan hasil
menunjukkan adanya penurunan kadar dopamine.14

 Laboratorium ( Penyakit Parkinson sekunder ) : patologi anatomi, pemeriksaan


kadar bahan Cu ( Wilson’s disease, prion Bovine spongiform encephalopathy).12

IX. Tata Laksana


 Farmakologi
Terapi dari penyakit Parkinson dikelompokkan menjadi terapi farmakologi dan
terapi non-farmakologi. Terapi farmakologi meliputi obat-obatan yang bekerja
pada sistem dopaminergic, kolinergik, glutamatergic, dan neuroprotector15.

Terapi farmakologi yang dapat digunakan dalam penanganan penyakit Parkinson


meliputi
a. Obat pengganti dopamine (Levodopa)
Levodopa merupakan pengobatan utama untuk penyakit parkinson. Di dalam
otak levodopa dirubah menjadi dopamine. L-dopa akan diubah menjadi
dopamine pada neuron dopaminergik oleh L-aromatik asam amino
dekarboksilase (dopa dekarboksilase). Walaupun demikian, hanya 1-5% dari
L-Dopa memasuki neuron dopaminergik, sisanya dimetabolisme di
sembarang tempat, mengakibatkan efek samping yang luas. Karena
mekanisme feedback, akan terjadi inhibisi pembentukan L-Dopa endogen.
Carbidopa dan benserazide adalah dopa dekarboksilase inhibitor, membantu
mencegah metabolisme L-Dopa sebelum mencapai neuron dopaminergik15.

Levodopa mengurangi tremor, kekakuan otot dan memperbaiki gerakan.


Penderita penyakit parkinson ringan bisa kembali menjalani aktivitasnya
secara normal. Obat ini diberikan bersama carbidopa untuk meningkatkan
efektivitasnya & mengurangi efek sampingnya15.

Banyak dokter menunda pengobatan simtomatis dengan levodopa sampai


memang dibutuhkan. Bila gejala pasien masih ringan dan tidak mengganggu,
sebaiknya terapi dengan levodopa jangan dilakukan. Hal ini mengingat bahwa
efektifitas levodopa berkaitan dengan lama waktu pemakaiannya. Levodopa
melintasi sawar-darah-otak dan memasuki susunan saraf pusat dan
mengalami perubahan ensimatik menjadi dopamin. Dopamin menghambat
aktifitas neuron di ganglia basal15.

Efek samping levodopa dapat berupa: Neusea, muntah, distress abdominal,


Hipotensi postural. Sesekali akan didapatkan aritmia jantung, terutama pada
penderita yang berusia lanjut. Dan Diskinesia  yang paling sering
ditemukan melibatkan anggota gerak, leher atau muka. diskinesia sering
terjadi pada penderita yang berespon baik terhadap terapi
levodopaAbnormalitas laboratorium. Granulositopenia, fungsi hati abnormal
dan ureum darah yang meningkat merupakan komplikasi yang jarang terjadi
pada terapi levodopa15.
b. Antikolinergik
Obat ini menghambat sistem kolinergik di ganglia basal dan menghambat
aksi neurotransmitter otak yang disebut asetilkolin. Obat ini mampu
membantu mengoreksi keseimbangan antara dopamine dan asetilkolin,
sehingga dapat mengurangi gejala tremor. Ada dua preparat antikolinergik
yang banyak digunakan untuk penyakit parkinson , yaitu thrihexyphenidyl
(artane) dan benztropin (congentin). Preparat lainnya yang juga termasuk
golongan ini adalah biperidon (akineton), orphenadrine (disipal) dan
procyclidine (kamadrin) 15.

Efek samping obat ini adalah mulut kering dan pandangan kabur. Sebaiknya
obat jenis ini tidak diberikan pada penderita penyakit Parkinson usia diatas 70
tahun, karena dapat menyebabkan penurunan daya ingat15.

c. Penghambat Monoamin oxidase (MAO Inhibitor)


Selegiline (Eldepryl), Rasagaline (Azilect). Inhibitor MAO diduga berguna
pada penyakit Parkinson karena neurotransmisi dopamine dapat ditingkatkan
dengan mencegah perusakannya. Selegiline dapat pula memperlambat
memburuknya sindrom Parkinson, dengan demikian terapi levodopa dapat
ditangguhkan selama beberapa waktu. Berguna untuk mengendalikan gejala
dari penyakit Parkinson yaitu untuk mengaluskan pergerakan15.

Selegilin dan rasagilin mengurangi gejala dengan dengan menginhibisi


monoamine oksidase B (MAO-B), sehingga menghambat perusakan
dopamine yang dikeluarkan oleh neuron dopaminergik. Metabolitnya
mengandung L-amphetamin and L-methamphetamin. Biasa dipakai sebagai
kombinasi dengan gabungan levodopa-carbidopa. Selain itu obat ini juga
berfungsi sebagai antidepresan ringan. Efek sampingnya adalah insomnia,
penurunan tekanan darah dan aritmia15.

d. Amantadin
Berperan sebagai pengganti dopamine, tetapi bekerja di bagian lain otak.
Obat ini dulu ditemukan sebagai obat antivirus, selanjutnya diketahui dapat
menghilangkan gejala penyakit Parkinson yaitu menurunkan gejala tremor,
bradikinesia, dan fatigue pada awal penyakit Parkinson dan dapat
menghilangkan fluktuasi motorik (fenomena on-off) dan diskinesia pada
penderita Parkinson lanjut. Dapat dipakai sendirian atau sebagai kombinasi
dengan levodopa atau agonis dopamine. Efek sampingnya dapat
mengakibatkan mengantuk.15

e. Neuroproteksi
Terapi neuroprotektif dapat melindungi neuron dari kematian sel yang
diinduksi progresifitas penyakit. Yang sedang dikembangkan sebagai agen
neuroprotektif adalah apoptotic drugs (CEP 1347 and CTCT346), lazaroids,
bioenergetics, antiglutamatergic agents, dan dopamine receptors. Adapun
yang sering digunakan di klinik adalah monoamine oxidase inhibitors
(selegiline and rasagiline), dopamin agonis, dan complek I mitochondrial
fortifier coenzyme Q10. 15

X. Komplikasi
Penyakit Parkinson sering disertai dengan masalah-masalah lain, yang mungkin dapat
diobati seperti16 :

a. Kesulitan berpikir. Pasien mungkin mengalami masalah kognitif (demensia) dan


kesulitan berpikir, yang biasanya terjadi pada tahap akhir dari penyakit Parkinson.
Masalah kognitif seperti tidak sangat responsif terhadap obat-obatan.
b. Depresi dan perubahan emosional. Orang dengan penyakit Parkinson mungkin
mengalami depresi.
c. Pasien juga mungkin mengalami perubahan emosi lainnya, seperti rasa takut, cemas
atau kehilangan motivasi. Dokter dapat memberikan obat untuk mengobati gejala-
gejala tersebut.
d. Masalah menelan. Pasien merasa kesulitan untuk menelan. Pada Parkinson, ini bukan
merupakan masalah yang parah. Air liur dapat terakumulasi dalam mulut karena
perlambatan untuk menelan yang menyebabkan meneteskan air liur.
e. Masalah tidur dan gangguan tidur. Orang dengan penyakit Parkinson sering
mengalami masalah tidur, termasuk sering terbangun sepanjang malam, bangun pagi
atau tertidur di siang hari.
f. Masalah kandung kemih. Penyakit Parkinson dapat menyebabkan masalah kandung
kemih, termasuk tidak mampu mengontrol urine atau memiliki kesulitan buang air
kecil
g. Sembelit. Banyak orang dengan penyakit Parkinson mengembangkan sembelit,
terutama disebabkan oleh saluran pencernaan lebih lambat16.

Anda mungkin juga menyukai