Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Parameter adalah bilangan nyata yang menyatakan sebuah karakteristik dari sebuah
populasi, contohnya mean populasi, varians populasi dan simpangan baku atau bisa juga disebut
dengan komponen yang dapat dikendalikan dalam percobaan untuk tetap konstan di sepanjang
prosedur. Kualitas suatu produk dapat dibandingkan dengan parameter yang diuji untuk produk
tersebut.
Parameter kimia adalah parameter yang sangat penting untuk menentukan suatu bahan atau
sampel tersebut dikatakan baik atau tidak. Pencemaran lingkungan dapat diukur dengan
parameter kualitas lingkungannya, seperti air, limbah cair, udara, tanah dan makanan minuman.
Parameter tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran yang sudah terjadi di
lingkungan. Pada air, limbah cair, udara, tanah dan makanan minuman memiliki parameter yang
berbeda-beda. Untuk itu kita harus mngetahui berbagai macam parameter yang digunakan untuk
menentukan suatu sampel tersebut dikatakan layak sesuai dengan batas yang ditentukan dari
masing-masing parameter.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui berbagai macam parameter kimia air.
2. Untuk mengetahui berbagai macam parameter kimia limbah cair.
3. Untuk mengetahui berbagai macam parameter kimia udara.
4. Untuk mengetahui berbagai macam parameter kimia tanah.
5. Untuk mengetahui berbagai macam parameter kimia makanan minuman.
6. Untuk mengetahui jenis dan dampak parameter kimia air .
7. Untuk mengetahui jenis dan dampak parameter kimia limbah cair
8. Untuk mengetahui jenis dan dampak parameter kimia udara
9. Untuk mengetahui jenis dan dampak parameter kimia tanah
10. Untuk mengetahui jenis dan dampak parameter kimia makanan dan minuman

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Parameter Kimia Air

Parameter kimia adalah parameter yang sangat penting untuk menentukan air tersebut
dikatakan baik atau tidak. Parameter kimia meliputi DO, pH, amoniak, nitrat, nitrit, TAN, TOM,
fospor, BOD, COD, alkalinitas, kesadahan, CO2 dan lain-lain. Parameter kimia meliputi :
2.1.1 DO (Dissolved Oxygen)
Oksigen terlarut (DO) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari
fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara dengan satuan ppm (part per million).
Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam ekosistem
akuatik, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar organisme.
Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung dari beberapa faktor, seperti kekeruhan air,
suhu, salinitas, pergerakan massa dan udara, seperti kekeruhan, suhu, salinitas, pergerakan
massa air dan udara, seperti arus, gelombang dan pasang surut. Oksigen terlarut dapat
berasal dari proses fotosintesis tumbuhan air dan dari proses fotosintesis tumbuhan air dan
dari udara yang masuk ke dalam air. Konsentrasi DO dalam air tergantung pada suhu dan
tekanan udara. Pada suhu 200C tekanan udara satu atmosfer konsentrasi DO dalam keadaan
jenuh 9,2 ppm dan pada suhu 500 C (tekanan udara sama) konsentrasi DO adalah 5,6 ppm
(Manik, 2000)

2.1.2 COD (Chemical Oxygen Demand)


Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh biota perairan
dalam reaksi kimia dengan satuan ppm (part per million).

2.1.3 BOD (Biology Oxygen Demand)


Biology Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh biota perairan
dengan satuan ppm (part per million).Menurut Effendi (2003), secara tidak langsung BOD
merupakan gambar kadar garam organik, yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh

2
mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi karbondioksida dan air (Davis
and Cornwell, 1991). Dengan kata lain, BOD menunjukkan jumlah oksigen yang
diinkubasi pada suhu sekitar 200C selama lima hari, dalam keadaan tanpa cahaya (Boyd,
1988).
BOD atau blochemical oxygen demand adalah suatu karakteristik yang menunjukkan
jumlah oxygen yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurangi
atau mendekomposisi Bahan organik dalam kondisi aerobic.
Selama pemeriksaan BOD, contoh yang diperiksa harus bebas dari udara luar mencegah
kontaminasi dari oksigen yang ada di udara bebas. Konsentrasi air buangan/ sampel
tersebut yang harus berada pada suatu tingkat pencemaran tertentu. Hal ini untuk menjaga
supaya oksigen terlarut selalu ada selama permiksaan. Hal ini penting diperhatikan
mengingat kelarutan oksigen salam air terbatas dan hanya berkisar -9 ppm pada suhu 200C
(Salmin. 2005).
Faktor-faktor yang mempengaruhi BOD adalah jumlah senyawa organik yang
diuraikan, tersedianya mirkoorganisme aerob dan tersedianya sejumlah oksigen yang
dibutuhkan dalam proses penguraian tersebut (barus, 1990 dalam Sembiring, 2008).

2.1.4 CO2 (Karbondioksida)


Karbondioksida adalah jumlah karbon yang dihasilkan oleh biota air dalam respirasi
dengan satuan ppm (part per million).
Karbondioksida (CO2) adalah komponen normal dalam semua air alami dan
merupakan gas yang mudah larut dalam air. CO2 di alam terdiri dari CO2 bebas dan
CO2 terikat yang tergantung pada pH air. CO2 bebas terdiri dari CO2 yang berada dalam
kesetimbangan, diperlukan untuk memelihara ion bikarbonat (HCO3–) dan CO2 agresif
yang dapat melarutkan CaCO3 dan bersifat korosif. CO2 terikat hadir dalam bentuk
bikarbonat (HCO3–) dan karbonat (CO32-). CO2 agresif merupakan CO2 yang berada dalam
keseimbangan dan diperlukan untuk memelihara ion bikarbonat dalam air.
Air permukaan pada umumnya mengandung < 10 mg CO2 bebas/liter, namun
beberapa air tanah mengandung lebih banyak lagi. Tidak semua CO2 bersifat agresif.
CO2 bersifat agresif apabila terjadi kesetimbangan dalam reaksi (2.21).

3
CO2 + H2O ↔ HCO3– + H+

Kadar HCO3– yang meningkat akan membuat kesetimbangan bergeser ke arah CO2.
CO2menjadi agresif dan berusaha mempercepat kesetimbangan melalui reaksi dengan
CaCO3 atau benda lain sehingga terjadi kekorosifan.
2.1.5 Nitrat (NO3-)
Nitrat adalah hasil dari proses nitrifikasi oleh bakteri Nitrobacter.
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien
utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air
dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen
di perairan. Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat
merupakan proses yang penting dalam siklus nitrogen dan berlangsung pada kondisi aerob.
Oksidasi amonia menjadi nitrit dilakukan oleh bakteri Nitrosomonas, sedangkan oksidasi
nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh bakteri Nitrobacter. Kedua jenis bakteri tersebut
merupakan bakteri kemotrofik, yaitu bakteri yang mendapatkan energi dari proses kimiawi.
Oksidasi nitrit menjadi amonia ditunjukkan dalam persamaan reaksi (2.12), sedangkan
oksidasi nitrit menjadi nitrat ditunjukkan dalam persamaan reaksi (2.13).
2 NH3 + 3 O2– → 2 NO2 – + 2 H– + 2 H2O
2 NO2 – + O2– → 2 NO3–
Nitrat tidak bersifat toksik terhadap organisme akuatik. Konsumsi air yang
mengandung kadar nitrat yang tinggi akan menurunkan kapasitas darah untuk mengikat
oksigen, terutama pada bayi yang berumur kurang dari lima bulan. Keadaan ini dikenal
sebagai methemoglobinemia atau blue baby disease yang mengakibatkan kulit bayi
berwarna kebiruan (cyanosis) (Davis dan Cornwell, 1991; Mason, 1993 dalam Effendi,
2003).
Penetapan nitrogen nitrat merupakan analisa yang sulit dilakukan untuk mencapai
hasil yang diinginkan. Berdasarkan Standard Methods, metode yang digunakan adalah
metode Asam Phenoldisulfat dan Metode Brusin. Brusin merupakan senyawa kompleks
organik yang bereaksi dengan nitrat pada kondisi asam dan peningkatan temperatur di alam
menghasilkan warna kuning. Metode Brusin mempunyai kelebihan dari metode

4
phenoldisulfat, dimana klorida dalam konsentrasi normal tidak mengganggu, tetapi warna
yang dihasilkan tidak mengikuti hukum Beer’s.

2.1.6 Nitrit (NO2-)


Nitrit adalah hasil dari proses oksidasi amonia oleh bakteri Nitrosomonas.
Di perairan alami, nitrit (NO2) ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit, lebih
sedikit daripada nitrat, karena bersifat tidak stabil dengan keberadaan oksigen. Nitrit
merupakan bentuk peralihan (intermediate) antara amonia dan nitrat (nitrifikasi) dan antara
nitrat dengan gas nitrogen (denitrifikasi) yang berlangsung pada kondisi anaerob. Proses
denitrifikasi ditunjukkan dalam persamaan reaksi

NO3 – + H+ → 1/2 (H2O + N2) + 5/4 O2

Pada denitrifikasi, gas N2 dilepaskan dari dalam air ke udara. Keberadaan nitrit
menggambarkan berlangsungnya proses biologis perombakan bahan organik yang
memiliki kadar oksigen terlarut sangat rendah.
Sumber nitrit dapat berupa limbah industri dan limbah domestik. Kadar nitrit pada
perairan relatif kecil karena segera dioksidasi menjadi nitrat. Di perairan, kadar nitrit
jarang melebihi 1 mg/liter (Sawyer dan McCarty, 1987). Bagi manusia dan hewan, nitrit
bersifat lebih toksik daripada nitrat.
Garam-garam nitrit digunakan sebagai penghambat terjadinya proses korosi pada
industri. Pada manusia, konsumsi nitrit yang berlebihan dapat mengakibatkan
terganggunya proses pengikatan oksigen oleh hemoglobin darah, yang selanjutnya
membentuk met-hemoglobin yang tidak mampu mengikat oksigen. Selain itu, NO2 juga
dapat menimbulkan nitrosamin (RR’N – NO) pada air buangan tertentu yang dapat
menyebabkan kanker. Penetapan nitrogen pada umumnya digunakan sebagai pengontrol
derajat purifikasi yang terjadi pada pengolahan biologis.
Metode Reaksi Diazotasi – Spectrofotometri merupakan metode yang digunakan
untuk pemeriksaan nitrit. Metode ini menggunakan dua macam reagen yaitu asam
sulfanilat dan 1–naphthylamine hydrocloride. Reaksi antara reagen dan nitrit terjadi pada
suasana asam dan ditentukan secara kolorimetris menggunakan spektrofotometer. Pada pH
2 sampai 2,5, nitrit berikatan dengan hasil reaksi antara diazo asam sulfanilik dan N-(1-

5
naftil)-etilendiamin dihydrocloride membentuk celupan berwarna ungu kemerah-merahan.
Warna tersebut mengikuti hukum Beer-Lambert dan menyerap sinar dengan panjang
gelombang 543 nm. Hasil yang diperoleh akan dibandingkan warnanya dengan warna
standar.

2.1.7 Mangan (Mn)


Mangan (Mn), metal kelabu-kemerahan, merupakan kation logam yang memiliki
karakteristik kimia serupa dengan besi. Mangan berada dalam bentuk manganous (Mn2+)
dan manganik (Mn4+). Di dalam tanah, Mn4+ berada dalam bentuk senyawa mangan
dioksida yang sangat tak terlarut di dalam air dan mengandung karbondioksida. Mangan
biasanya muncul dalam air sumur sebagai Mn(HCO3)2, MnCl2, atau MnSO4. Mangan juga
dapat ditemukan di dasar reservoir dimana terjadi kondisi anaerob akibat terjadinya proses
dekomposisi. Kenaikan pH menjadi 9 – 10 dapat menyebabkan Mg berpresipitasi dalam
bentuk yang tidak terlarut.
Kadar mangan pada kerak bumi sekitar 950 mg/kg. Sumber alami mangan
adalah pyrolusite (MnO2), rhodocrosite (MnCO3), manganite (Mn2O3.H2O), hausmannite (
Mn3O4), biotite mica [K(Mg,Fe)3(AlSi3O10)(OH)2], dan amphibole [(Mg,Fe)7Si8O22(OH)2]
(McNeely et al., 1979; Moore, 1991 dalam Effendi 2003).
Kadar mangan pada perairan alami sekitar 0,2 mg/liter atau kurang. Kadar yang lebih
besar dapat terjadi pada air tanah dalam dan pada danau yang dalam. Perairan yang
diperuntukkan bagi irigasi pertanian untuk tanah yang bersifat asam sebaiknya memiliki
kadar mangan sekitar 0,2 mg/liter, sedangkan untuk tanah yang bersifat netral dan alkalis
sekitar 10 mg/liter.Mangan merupakan ion logam yang dapat menimbulkan masalah dalam
sistem penyediaan air minum, masalah utama timbul pada air tanah dan kesulitannya
adalah ketika sumber air mengandung mangan pada musim-musim tertentu. Hal ini
disebabkan adanya reaksi-reaksi kimia yang sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan.

2.1.8 Klorida (Cl)


Sekitar 3/4 dari klorin (Cl2) yang terdapat di bumi berada dalam bentuk larutan. Unsur klor
dalam air terdapat dalam bentuk ion klorida (Cl–). Ion klorida adalah salah satu anion
anorganik utama yang ditemukan pada perairan alami dalam jumlah yang lebih banyak

6
daripada anion halogen lainnya. Klorida biasanya terdapat dalam bentuk senyawa natrium
klorida (NaCl), kalium klorida (KCl), dan kalsium klorida (CaCl2). Selain dalam bentuk
larutan, klorida dalam bentuk padatan ditemukan pada batuan mineral sodalite
[Na8(AlSiO4)6]. Pelapukan batuan dan tanah melepaskan klorida ke perairan. Sebagian
besar klorida bersifat mudah larut.
Klorida terdapat di alam dengan konsentrasi yang beragam. Kadar klorida umumnya
meningkat seiring dengan meningkatnya kadar mineral. Kadar klorida yang tinggi, yang
diikuti oleh kadar kalsium dan magnesium yang juga tinggi, dapat meningkatkan
sifat korosivitas air. Hal ini mengakibatkan terjadinya perkaratan peralatan logam. Kadar
klorida > 250 mg/l dapat memberikan rasa asin pada air karena nilai tersebut merupakan
batas klorida untuk suplai air, yaitu sebesar 250 mg/l (Rump dan Krist, 1992 dalam
Effendi, 2003). Perairan yang diperuntukkan bagi keperulan domestik, termasuk air
minum, pertanian, dan industri, sebaiknya memiliki kadar klorida lebih kecil dari 100
mg/liter (Sawyer dan McCarty, 1978). Keberadaan klorida di dalam air menunjukkan
bahwa air tersebut telah mengalami pencemaran atau mendapatkan rembesan dari air laut.
Klorida tidak bersifat toksik bagi makhluk hidup, bahkan berperan dalam pengaturan
tekanan osmotik sel. Klorida tidak memiliki efek fisiologis yang merugikan, tetapi seperti
amonia dan nitrat, kenaikan akan terjadi secara tiba-tiba di atas baku mutu sehingga dapat
menyebabkan polusi. Toleransi klorida untuk manusia bervariasi berdasarkan iklim,
penggunaannya, dan klorida yang hilang melalui respirasi. Klorida dapat menimbulkan
gangguan pada jantung/ginjal.
Penentuan jumlah klorin di perairan diperlukan dalam proses pengolahan air baku
untuk keperluan domestik dan pengolahan limbah cair yang menggunakan klorin sebagai
desinfektan, untuk mengetahui kadar klorin yang tersisa di perairan.

2.1.9 Kesadahan
Kesadahan adalah kandungan mineral tertentu di dalam air, umumnya
yaitu ionkalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air sadah atau
sering disebut dengan air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi.
Kesadahan (hardness) disebabkan adanya kandungan ion-ion logam bervalensi
banyak (terutama ion-ion bervalensi dua, seperti Ca, Mg, Fe, Mn, Sr). Kation-kation logam

7
ini dapat bereaksi dengan sabun membentuk endapan maupun dengan anion-anion yang
terdapat di dalam air membentuk endapan/karat pada peralatan logam. Kation-kation utama
penyebab kesadahan di dalam air antara lain Ca2+, Mg2+, Sr2+, Fe2+, dan Mn2+. Anion-anion
utama penyebab kesadahan di dalam air antara lain HCO3 –, SO42-, Cl–, NO3–, dan SiO32-.
Air sadah merupakan air yang dibutuhkan oleh sabun untuk membusakan dalam jumlah
tertentu dan juga dapat menimbulkan kerak pada pipa air panas, pemanas, ketel uap, dan
alat-alat lain yang menyebabkan temperatur air naik.
Kesadahan air berkaitan erat dengan kemampuan air membentuk busa. Semakin
besar kesadahan air, semakin sulit bagi sabun untuk membentuk busa karena terjadi
presipitasi. Busa tidak akan terbentuk sebelum semua kation pembentuk kesadahan
mengendap. Pada kondisi ini, air mengalami pelunakan atau penurunan kesadahan yang
disebabkan oleh sabun. Endapan yang terbentuk dapat menyebabkan pewarnaan pada
bahan yang dicuci. Pada perairan sadah (hard), kandungan kalsium, magnesium, karbonat,
dan sulfat biasanya tinggi (Brown, 1987 dalam Effendi, 2003). Jika dipanaskan, perairan
sadah akan membentuk deposit (kerak). Pada Tabel 2.5 diperlihatkan klasifikasi perairan
berdasarkan nilai kesadahan.

2.1.10 Hidrogen Sulfida (H2S)


H2S adalah gas beracun yang dihasilkan dari hasil penguraian atau perombakan bahan
organik oleh bakteri.

2.2 Parameter Kimia Limbah Cair


Pencemaran lingkungan dapat diukur dengan parameter kualitas limbah. Parameter
tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran yang sudah terjadi di lingkungan.
Beberapa parameter kimia kualitas air yang perlu diketahui antara lain adalah BOD, COD, DO,
dan pH. Pengukuran fisik dapat dilakukan dengan memperhatikan warna, bau, dan rasa air
sungai, kecepatan laju air dengan bola pingpong, penetrasi cahaya, dalam dan lebar sungai dan
lainnya.

8
2.2.1 BOD (Biochemical oxygen demand)
BOD adalah ukuran kandungan oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme
yang hidup di perairan untuk menguraikan bahan organik yang ada di dalamnya. Apabila
kandungan oksigen dalam air menurun, maka kemampuan mikroorganisme aerobik untuk
menguraikan bahan organik tersebut juga menurun.
BOD ditentukan dengan mengukur jumlah oksigen yang digunakan oleh
mikroorganisme selama kurun waktu dan pada temperatur tertentu (biasanya lima hari pada
suhu 20°C). Nilai BOD diperoleh dari selisih oksigen terlarut awal dengan oksigen terlarut
akhir. BOD merupakan ukuran utama kekuatan limbah cair.

2.2.2 COD (Chemical oxygen demand)


COD merupakan jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada didalam
air dapat teroksidasi melalui reaksi kimiawi. Indikator ini umumnya digunakan pada
limbah industri.

2.2.3 DO (Dissolved oxygen)


DO adalah kadar oksigen terlarut dalam air. Penurunan DO dapat diakibatkan oleh
pencemaran air yang mengandung bahan organik sehingga menyebabkan organisme air
terganggu.
Semakin kecil nilai DO dalam air, tingkat pencemarannya semakin tinggi. DO
penting dan berkaitan dengan sistem saluran pembuangan maupun pengolahan limbah.

2.2.4 pH
Nilai pH limbah cair adalah ukuran kemasaman atau kebasaan limbah. Air yang tidak
tercemar memiliki pH antara 6.5-7.5. Sifat air bergantung pada besar kecilnya pH. Air
yang memiliki pH lebih kecil dari pH normal akan bersifat masam, sedangkan air yang
memilki pH lebih besar dari pH normal akan bersifat basa.
Perubahan pH air tergantung pada polutan air tersebut. Air yang memiliki pH lebih
kecil atau lebih besar dari kisaran pH normal tidak sesuai untuk kehidupan bakteri asidofil
atau organisme lainnya.

9
2.2.5 Logam Berat
Air sering tercemar oleh berbagai komponan anorganik, diantaranya berbagai jenis logam
berat yang berbahaya. Logam berat bila konsentrasinya berlebih dapat bersifat toksik
sehingga diperlukan pengukuran dan pengolahan limbah yang mengandung logam berat.
Logam berat yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan, yang terutama
adalah Merkuri (Hg), Timbal (Pb), Arsenik (As), Kadmium (Cd), Tembaga (Cu), Kromium
(Cr), dan Nikel (Ni). Logam- logam tersebut diketahui dapat mengumpul di dalam tubuh
suatu organisme dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama sebagai
racun yang terakumulasi.

2.3 Parameter Kimia Udara


2.3.1 Sulfur dioksida (SO2)
Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk gas
yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), dan keduanya
disebut sulfur oksida (SOx). Sulfur dioksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan
tidak mudah terbakar di udara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen yang
tidak reaktif.
Pembakaran bahan-bahan yang mengandung Sulfur akan menghasilkan kedua bentuk
sulfur oksida, tetapi jumlah relatif masing-masing tidak dipengaruhi oleh jumlah oksigen
yang tersedia. Di udara SO2 selalu terbentuk dalam jumlah besar. Jumlah SO3 yang
terbentuk bervariasi dari 1 sampai 10% dari total SOx.

2.3.2 Karbon monoksida (CO)


Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senjawa karbon monoksida (CO)
sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna. Karbon monoksida merupakan senyawa
yang tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak
berwarna. Senyawa CO mempunyai potensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu
membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin. Ikatan ini 200 kali
lebih kuat dibandingkan dengan ikatan antara oksigen dan haemoglobin.

10
2.3.3 Nitrogen Dioksida(NO2)
Oksida Nitrogen (NOx) adalah kelompok gas nitrogen yang terdapat di atmosfir yang
terdiri dari nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2). Walaupun ada bentuk
oksida nitrogen lainnya, tetapi kedua gas tersebut yang paling banyak diketahui sebagai
bahan pencemar udara. Nitrogen monoksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak
berbau sebaliknya nitrogen dioksida berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam.
Nitrogen monoksida terdapat diudara dalam jumlah lebih besar daripada NO2.
Pembentukan NO dan NO2 merupakan reaksi antara nitrogen dan oksigen diudara sehingga
membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih banyak oksigen membentuk NO2.

2.3.4 Oksidan
Oksidan merupakan senyawa di udara selain oksigen yang memiliki sifat sebagai
pengoksidasi, salah satunya adalah ozon. Ozon merupakan salah satu zat pengoksidasi
yang sangat kuat setelah fluor, oksigen dan oksigen fluorida (OF2). Meskipun di alam
terdapat dalam jumlah kecil tetapi Ozon sangat berguna untuk melindungi bumi dari
radiasi ultraviolet (UV-B).

2.3.5 Hidrokarbon
Struktur Hidrokarban (HC) terdiri dari elemen hidrogen dan korbon dan sifat fisik HC
dipengaruhi oleh jumlah atom karbon yang menyusun molekul HC. HC adalah bahan
pencemar udara yang dapat berbentuk gas, cairan maupun padatan. Semakin tinggi jumlah
atom karbon, unsur ini akan cenderung berbentuk padatan. Hidrokarbon dengan kandungan
unsur C antara 1-4 atom karbon akan berbentuk gas pada suhu kamar, sedangkan
kandungan karbon diatas 5 akan berbentuk cairan dan padatan.
HC yang berupa gas akan tercampur dengan gas-gas hasil buangan lainnya.
Sedangkan bila berupa cair maka HC akan membentuk semacam kabut minyak, bila
berbentuk padatan akan membentuk asap yang pekat dan akhirnya menggumpal menjadi
debu.
Berdasarkan struktur molekulnya, hidrokarbon dapat dibedakan dalam 3 kelompok
yaitu hidrokarban alifalik, hidrokarbon aromatik dan hidrokarbon alisiklis. Molekul

11
hidrokarbon alifalik tidak mengandung cincin atom karbon dan semua atom karbon
tersusun dalam bentuk rantai lurus atau bercabang.

2.3.6 Khlorin
Senyawa khlorine yang mengandung khlor yang dapat mereduksi atau mengkonversi zat
inert atau zat kurang aktif dalam air, yang termasuk senyawa khlorin adalah asam
hipokhlorit (HOCL) dan garam hipokhlorit (OCL). Gas Khlorin ( Cl2) adalah gas berwarna
hijau dengan bau sangat menyengat. Berat jenis gas khlorin 2,47 kali berat udara dan 20
kali berat gas hidrogen khlorida yang toksik.
Terbentuknya gas khlorin di udara ambien merupakan efek samping dari proses
pemutihan (bleaching) dan produksi zat/ senyawa organik yang mengandung khlor. Karena
banyaknya penggunaan senyawa khlor di lapangan atau dalam industri dalam dosis
berlebihan seringkali terjadi pelepasan gas khlorin akibat penggunaan yang kurang efektif.
Hal ini dapat menyebabkan terdapatnya gas pencemar khlorin dalam kadar tinggi di udara
ambien.

2.3.7 Partikel Debu


Partikulat debu melayang (Suspended Particulate Matter/SPM) merupakan campuran
yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang tersebar di udara
dengan diameter maksimal 100 mikron. Partikulat debu tersebut akan berada di udara
dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang- layang di udara dan masuk
kedalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Selain dapat berpengaruh negatif
terhadap kesehatan, partikel debu juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan
juga mengadakan berbagai reaksi kimia di udara. Partikel debu SPM pada umumnya
mengandung berbagai senyawa kimia yang berbeda, dengan berbagai ukuran dan bentuk
yang berbada pula, tergantung dari mana sumber emisinya.

2.3.8 Timah Hitam


Timah hitam ( Pb ) merupakan logam lunak yang berwarna kebiru-biruan atau abu-abu
keperakan dengan titik leleh pada 327,5°C dan titik didih 1.740°C pada tekanan atmosfer.

12
Senyawa Pb-organik seperti Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil merupakan senyawa yang
penting karena banyak digunakan sebagai zat aditif pada bahan bakar bensin dalam upaya
meningkatkan angka oktan secara ekonomi. Pb-tetraetil dan Pb tetrametil berbentuk larutan
dengan titik didih masing-masing 110°C dan 200°C.

2.4 Parameter Kimia Tanah


2.4.1 Keasaman (pH)
Tanah asam dapat memengaruhi keadaan tanah dan pertumbuhan tanaman. Agar tanah
yang bereaksi asam dapat ditanami maka keasamannya perlu diperkecil, angka pH
diperbesar dengan keasaman kapur.

2.4.2 Nitrogen
Nitrogen merupakan unsur mutlak yang harus ada dalam tanah dan dibutuhkan dalam
jumlah banyak. Unsur Nitrogen mempunyai peranan merangsang pertumbuhan secara
keseluruhan dan khususnya batang, cabang dan daun, hijau daun serta berguna dalam
proses fotosintesis.Tanah dengan kandungan nitrogen rendah menyebabkan tanaman
tumbuh kerempeng.

2.4.3 Bahan Organik


Tanah memiliki kandungan bahan organik tinggi artinya struktur tanahnya baik, menambah
kondisi kehidupan di dalam tanah karena organisme dalam tanah memanfaatkan bahan
organik sebagai makanan.

2.4.4 Phosfor
Phosfor berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman
muda. Phosfor juga berfungsi sebagai bahan mentah untuk pembentukkan protein tertentu,
membantu asimilasi, memeprcepat bunga, pemasakan biji dan buah. Tanah yang kadar
phosfor nya sedikit akan jelek akibatnya bagi tanaman pada saat berbuah.

13
2.4.5 Kalium
Kalium merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan
penyakit. Apabila tanah dengan kandungan unsur kalium rendah menyebabkan daun
tanaman keriting, mengerut, timbul bercak merah coklat, mengering lalu mati.

2.4.6 Kalsium
Kalsium berperan merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mengeraskan batang dan
merangsang pembentukan biji dan apabila tanah dengan kandungan Kalsium rendah maka
daun mudah mengalami klorosis.

2.4.7 Magnesium
Tanah dengan kandungan Mg yang rendah menyebabkan daun tua mengalami klorosis dan
tampak bercak-bercak coklat. Daun yang semula hijau segar menjadi kekuningan. Daun
akan mengering dan kerap kali langsung mati.

14
2.5 Parameter Kimia Makanan Minuman

15
2.6 Jenis Dan Dampak Parameter Kimia Air

Parameter kimia air


1. Arsen dampaknya :Kerusakan kulit atau masalah pada sistem peredaran darah dan
sistem syaraf,serta dapat meningkatkan resiko terkena penyakit kanker,kerusakan
hati dan ginjal
2. Fluorida dampaknya : penyakit tulang (sakit pada tulang dan pengeroposan
tulang),pada anak anak dapat terkena penyakit gigi berbintik (fluorosis yaitu
perubahan pada warna gigi menjadi kecoklatan).
3. Total kromium dampaknya :alergi kulit,keusakan hati,ginjal,sistem peredaran
darah,jaringan saraf

16
4. Kadmium dampak : kerusakan ginjal,hati tulang dan peredaran darah
5. Nitrat (NO2-) dampaknya :bayi berusia dibawah 6 bulan yang meminum air yang
mengandung nitrat melebihi nilai maksimum yang diperbolehkan bisa sakit parah
dan jika tidak dirawat bisa meninggal dunia gejala sesak napas dan blue syndrome
6. Sianida dampaknya :kerusakan syaraf atau masalah pada tyroid penurunan berat
badan,kerusakan hati<limpa dan otak
7. Selenium dampak kerontokan rambut atau kuku jari tangan,ati rasa pada jari
tangan atau kaki,masalah pada peredaran darah,sistem syaraf,ginjal dan hati

2.7 Jenis Dan Dampak Parameter Kimia Limbah Cair

1. Deterjen
Deterjen umumnya tersusun atas lima jenis bahan penyusun. Pertama, surfaktan yang
merupakan senyawa Alkyl Bensen Sulfonat (ABS) yang berfungsi untuk mengangkat kotoran
pada pakaian. ABS memiliki sifat tahan terhadap penguraian oleh mikroorganisme
(nonbiodegradable). Kedua, senyawa fosfat, (bahan pengisi) yang mencegah menempelnya
kembali kotoran pada bahan yang sedang dicuci. Senyawa fosfat digunakan oleh semua merk
deterjen memberikan andil yang cukup besar terhadap terjadinya proses eutrofikasi yang
menyebabkan Booming Algae (meledaknya populasi tanaman air) Ketiga, Pemutih dan pewangi
(bahan pembantu) zat pemutih umumnya terdiri dari zat natrium karbonat. Menurut hasil riset
organisasi konsumen Malaysia (CAP) Pemutih dapat menimbulkan kanker pada manusia.
sedangkan untuk penwangi lebih banyak merugikan konsumen karena bahan ini membuat makin
tingginya biaya produksi, sehingga harga jual produk semakin mahal. Padahal zat pewangi tidak
ada kaitannya dengan kemampuan mencuci.

2. Tinja
Bagian yang paling berbahaya dari limbah domestik adalah mikroorganisme patogen
yang terkandung dalam tinja, karena dapat menularkan beragam penyakit bila masuk tubuh
manusia, dalam 1 gram tinja mengandung 1 milyar partikel virus infektif, yang mampu bertahan
hidup selama beberapa minggu pada suhu dibawah 10 derajat Celcius. Terdapat 4
mikroorganisme patogen yang terkandung dalam tinja yaitu : virus, Protozoa, cacing dan bakteri

17
yang umumnya diwakili oleh jenis Escherichia coli (E-coli). Menurut catatan badan Kesehatan
dunia (WHO) melaporkan bahwa air limbah domestik yang belum diolah memiliki kandungan
virus sebesar 100.000 partikel virus infektif setiap liternya, lebih dari 120 jenis virus patogen
yang terkandung dalam air seni dan tinja. Sebagian besar virus patogen ini tidak memberikan
gejala yang jelas sehingga sulit dilacak penyebabnya.
Setelah tinja memasuki badan air, E-coli akan mengkontaminasi perairan, bahkan pada kondisi
tertentu E-coli dapat mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh dan dapat tinggal di dalam
pelvix ginjal dan hati.
Tingginya tingkat pencemaran domestik Kali Mas memberikan dampak yang signifikan
terhadap kualitas kesehatan masyarakat yang tinggal disepanjang bantaran Kali Mas, hal ini
merujuk pada data yang dikeluarkan oleh Paguyuban Kanker Anak Jawa Timur RSUD Dr
Soetomo Oktober 2003 yang menyebutkan bahwa 59% penderita kanker anak adalah leukimia
dan sebagian besar dari penderita kanker ini tinggal di Daerah Aliran Sungai Brantas (termasuk
Kali Surabaya dan Kali Mas). Jenis Kanker lainnya yang umum diderita Anak yang tinggal di
Bantaran Kali adalah kanker syaraf (neuroblastoma), Kanker kelenjar getah bening (Limfoma),
kanker ginjal (tumor wilms), dan Kanker Mata.

2.8 Jenis Dan Dampak Parameter Kimia Udara

1. Sulfur Dioksida
Pencemaran SOx menimbulkan dampak terhadap manusia dan hewan, kerusakan pada tanaman
terjadi pada kadar sebesar 0,5 ppm. Pengaruh utama polutan SOx terhadap manusia adalah iritasi
sistem pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada
kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi
pada kadar 1-2 ppm. SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap
orang tua dan penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan kadiovaskular.
Individu dengan gejala penyakit tersebut sangat sensitif terhadap kontak dengan SO2, meskipun
dengan kadar yang relatif rendah.

Kadar SO2 yang berpengaruh terhadap gangguan kesehatan adalah sebagai berikut :
Konsentrasi (ppm) Pengaruh

18
3-5 Jumlah terkecil yang dapat dideteksi dari
baunya
8-12 Jumlah terkecil yang segera
mengakibatkan iritasi tenggorokan
20 Jumlah terkecil yang akan mengakibatkan
iritasi mata
20 Jumlah terkecil yang akan mengakibatkan
batuk
20 Maksimum yang diperbolehkan untuk
konsentrasi dalam waktu lama
50 – 100 Maksimum yang diperbolehkan untuk
kontak singkat (30 menit)
400 – 500 Berbahaya meskipun kontak secara
singkat

2. Karbon Monoksida
Karakteristik biologis yang paling penting dari CO adalah kemampuannya untuk berikatan
dengan haemoglobin, pigmen sel darah merah yang mengangkut oksigen keseluruh tubuh. Sifat
ini menghasilkan pembentukan karboksihaemoglobin (HbCO) yang 200 kali lebih stabil
dibandingkan oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO yang relatif lambat menyebabkan
terhambatnya kerja molekul sel pigmen tersebut dalam fungsinya membawa oksigen keseluruh
tubuh. Kondisi seperti ini bisa berakibat serius, bahkan fatal, karena dapat menyebabkan
keracunan. Selain itu, metabolisme otot dan fungsi enzim intra-seluler juga dapat terganggu
dengan adanya ikatan CO yang stabil tersebut. Dampat keracunan CO sangat berbahaya bagi
orang yang telah menderita gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah periferal yang parah.

3. Nitrogen Dioksida
Oksida nitrogen seperti NO dan NO2 berbahaya bagi manusia. Penelitian menunjukkan bahwa
NO2 empat kali lebih beracun daripada NO. Di udara ambien yang normal, NO dapat mengalami
oksidasi menjadi NO2 yang bersifat racun. Penelitian terhadap hewan percobaan yang dipajankan

19
NO dengan dosis yang sangat tinggi, memperlihatkan gejala kelumpuhan sistem syarat dan
kekejangan.

NO2 bersifat racun terutama terhadap paru. Kadar NO2 yang lebih tinggi dari 100 ppm dapat
mematikan sebagian besar binatang percobaan dan 90% dari kematian tersebut disebabkan oleh
gejala pembengkakan paru ( edema pulmonari ). Pemajanan NO2 dengan kadar 5 ppm selama 10
menit terhadap manusia mengakibatkan kesulitan dalam bernafas.

4. Oksidan
Oksidan fotokimia masuk kedalam tubuh dan pada kadar subletal dapat mengganggu proses
pernafasan normal, selain itu oksidan fotokimia juga dapat menyebabkan iritasi mata. Beberapa
gejala yang dapat diamati pada manusia yang diberi perlakuan kontak dengan ozon, sampai
dengan kadar 0,2 ppm tidak ditemukan pengaruh apapun, pada kadar 0,3 ppm mulai terjadi iritasi
pada hidung dan tenggorokan. Kontak dengan Ozon pada kadar 1,0–3,0 ppm selama 2 jam pada
orang-orang yang sensitif dapat mengakibatkan pusing berat dan kehilangan koordinasi. Pada
kebanyakan orang, kontak dengan ozon dengan kadar 9,0 ppm selama beberapa waktu akan
mengakibatkan edema pulmonari. Pada kadar di udara ambien yang normal, peroksiasetilnitrat
(PAN) dan Peroksiabenzoilnitrat (PbzN) mungkin menyebabkan iritasi mata tetapi tidak
berbahaya bagi kesehatan. Peroksibenzoilnitrat (PbzN) lebih cepat menyebabkan iritasi mata.

5. Hidrokarbon
Hidrokarbon diudara akan bereaksi dengan bahan-bahan lain dan akan membentuk ikatan baru
yang disebut plycyclic aromatic hidrocarbon (PAH) yang banyak dijumpai di daerah industri dan
padat lalulintas. Bila PAH ini masuk dalam paru-paru akan menimbulkan luka dan merangsang
terbentuknya sel-sel kanker. Pengaruh hidrokarbon aromatik pada kesehatan manusia dapat
terlihat pada tabel dibawah ini.
Jenis Hidrokarbon Konsentrasi (ppm) Dampak Kesehatan
Benzene (C6H6) 100 Iritasi membrane mukosa
3.000 Lemas setelah ½ - 1 jam
7.500 Pengaruh sangat
berbahaya setelah

20
pemaparan 1 jam
20.000 Kematian setelah
pemaparan 5 – 10 menit
Toluena (C7H8) 200 Pusing lemah dan
berkunang-kunang setelah
pemaparan 8 jam
600 Kehilangan koordinasi
bola mata terbalik setelah
pemaparan 8 jam

6. Khlorin
Selain bau yang menyengat gas khlorin dapat menyebabkan iritasi pada mata saluran pernafasan.
Apabila gas khlorin masuk dalam jaringan paru-paru dan bereaksi dengan ion hidrogen akan
dapat membentuk asam khlorida yang bersifat sangat korosif dan menyebabkan iritasi dan
peradangan. diudara ambien, gas khlorin dapat mengalami proses oksidasi dan membebaskan
oksigen.

Dengan adanya sinar matahari atau sinar terang maka HOCl yang terbentuk akan terdekomposisi
menjadi asam khlorida dan oksigen. Selain itu gas khlorin juga dapat mencemari atmosfer. Pada
kadar antara 3,0 – 6,0 ppm gas khlorin terasa pedas dan memerahkan mata. Dan bila terpapar
dengan kadar sebesar 14,0 – 21,0 ppm selama 30 –60 menit dapat menyebabkan penyakit paru-
paru (pulmonari oedema) dan bisa menyebabkan emphysema dan radang paru-paru.

7. Partikel Debu
Inhalasi merupakan satu-satunya rute pajanan yang menjadi perhatian dalam hubungannya
dengan dampak terhadap kesehatan. Walau demikian ada juga beberapa senjawa lain yang
melekat bergabung pada partikulat, seperti timah hitam (Pb) dan senyawa beracun lainnya, yang
dapat memajan tubuh melalui rute lain. Pengaruh partikulat debu bentuk padat maupun cair yang
berada di udara sangat tergantung kepada ukurannya.

21
Selain itu partikulat debu yang melayang dan berterbangan dibawa angin akan menyebabkan
iritasi pada mata dan dapat menghalangi daya tembus pandang mata (Visibility) Adanya ceceran
logam beracun yang terdapat dalam partikulat debu di udara merupakan bahaya yang terbesar
bagi kesehatan. Pada umumnya udara yang tercemar hanya mengandung logam berbahaya
sekitar 0,01% sampai 3% dari seluruh partikulat debu di udara

8. Timah Hitam
Gangguan kesehatan adalah akibat bereaksinya Pb dengan gugusan sulfhidril dari protein yang
menyebabkan pengendapan protein dan menghambat pembuatan haemoglobin, Gejala keracunan
akut didapati bila tertelan dalam jumlah besar yang dapat menimbulkan sakit perut muntah atau
diare akut. Gejala keracunan kronis bisa menyebabkan hilang nafsu makan, konstipasi lelah sakit
kepala, anemia, kelumpuhan anggota badan, Kejang dan gangguan penglihatan.

2.9 Jenis Dan Dampak Parameter Kimia Tanah

Dampak tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan , jalur masuk ke dalam tubuh dan
kerentanan populasi yang terkena . kromium , berbagai macam pestisida dan herbisida
merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi . timbal sangat berbahaya pada anak-anak ,
karena dapat menyebabkan kerusakan otak , serta kerusakan ginjal pada seluruh populasi .
paparan kronis ( terusmenerus ) terhadap benzena pada kosentrasi tertentu dapat meningkatkan
kemungkinan terkena leukimia . merkuri ( air raksa ) dan siklodiena dikenal dapat menyebabkan
kerusakan ginjal , beberapa bahkan tidak dapat diobati.PCB dan siklodiena terkait pada
keracunan hati.Organofosfat dan karmabat dapat menyebabkan gangguan pada saraf
otot.Berbagai pelarut yang mengandung klorin merangsang perubahan pada hati dan ginjal serta
penurunan terhadap sistem saraf pusat.Terdapat beberapa macam dampak kesehatan yang
tampak seperti sakit kepala pusing,letih,iritasi mata dan ruam kulit untuk paparan bahan kimia
yang disebut diatas.Yang jelas pada dosis yang besar,pencemaran tanah dapat menyebabkan
kematian.

22
2.10 Jenis Dan Dampak Parameter Kimia Makanan dan Minuman

1. Boraks

Boraks (asam borat) adalah senyawa berbentuk kristal putih, tidak berbau, dan stabil pada suhu
serta tekanan normal.Banyak dipakai untuk mematri logam, proses pembuatan gelas dan enamel,
sebagai pengawet kayu, dan pembasmi kecoa.Banyak dipakai pada : bakso, kerupuk karaks, mie
bakso, tahu, batagor, pangsit.Pemakaian yang sedikit dan lama akan terjadi akumulasi
(penimbunan) pada jaringan otak, hati, lemak, dan ginjal. Pemakaian dalam jumlah banyak
mengakibatkan demam, anuria, koma, depresi, dan apatis (gangguan yang bersifat sarafi).

2. Formalin

Formalin adalah nama populer dari zat kimia formaldehid yang dicampur dengan air. Larutan
formalin tidak berwarna, berbau menyengat, larut dalam air dan alkohol. La-rutan formalin
mengandung 37% formalin gas dan methanol.Pengawet mayat, disinfektan, antiseptik, anti
jamur, fiksasi jaringan, industri tekstil dan kayu lapis, juga sebagai germisida dan fungisida
(pada tanaman/sayuran), sebagai pembasmi lalat dan serangga lainnya.Formalin sering dipakai
untuk mengawetkan produk mie basah, tahu, dan ikan segar.Tahu : lebih kenyal, bisa tahan
hingga 2 hari, tidak dikerubungi lalat, terdapat bau khas formalin, dll.Mie kuning : lebih kenyal,
bisa tahan 2-3 hari (kalau tidak pakai hanya bertahan 4-6 jam), tidak dikerubungi lalat, memi-liki
warna lebih terang dari biasanya, terdapat bau khas formalin.Ikan segar : lebih awet, nampak
sekilas lebih segar, tekstur awet, tidak dikeru-bungi lalat, dll. Bau khas formalin mem-buat lalat
enggan mendekat.Jika terhirup, formalin akan menyebabkan rasa terbakar pada hidung dan
tenggorokan, sukar bernapas, napas pendek, sakit kepala, dan kanker paru-paru.Di antara efek
formalin pada kulit adalah munculnya warna kemerahan, gatal, dan ter-bakar. Pada mata,
senyawa ini akan menyebabkan kemerahan, gatal, berair, kerusakan, pandangan kabur, s.d.
kebutaan.Kalau kandungannya sudah sangat tinggi, formalin akan mengakibatkan iritasi pada
lambung, alergi, muntah, diare bercampur darah, dan kencing bercampur darah. Bukan itu saja,
formalin juga bisa mengakibatkan kematian karena kegagalan peredaran darah

3. Methanyl Yellow

Methanyl yellow adalah pewarna sintetis berwarna kuning menyala.

23
Pewarna kertas, tekstil, dan cat tembok.Banyak dipakai pada : minuman (sirup, limun), agar-agar
(jelly), limun, manisan (pisang, mangga, kedondong, dll.), permen.

4. RHODAMIN – B

Rhodamin – B (Rhodamin – B) adalah pewarna sintetis berbentuk kristal, tidak berbau,


berwarna merah keunguan, dalam larutan berwarna merah terang berpendar.Pewarna kertas,
tekstil, dan cat tembok.Banyak dipakai pada : minuman (es mambo, limun, syrup), lipstik,
permen, obat, saos.Jika terhirup dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan. Dapat pula
menimbu-kan iritasi pada kulit, iritasi pada mata (kemerahan, oedema pada kelopak), iritasi pada
saluran pencernaan (keracunan, air seni ber-warna merah, kerusakan ginjal), dll.Akumulasi
dalam waktu lama berakibat gangguan fungsi hati hingga kanker hati, merusak kulit wajah,
pengelupasan kulit, hipopigmentasi, hiperpigmentasi, dll.

24
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Parameter kimia adalah parameter yang sangat penting untuk menentukan suatu bahan atau
sampel tersebut dikatakan baik atau tidak. Pencemaran lingkungan dapat diukur dengan
parameter kualitas lingkungannya, seperti air, limbah cair, udara, tanah dan makanan minuman.
Parameter tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran yang sudah terjadi di
lingkungan. Pada air, limbah cair, udara, tanah dan makanan minuman memiliki parameter yang
berbeda-beda. Untuk itu kita harus mngetahui berbagai macam parameter yang digunakan untuk
menentukan suatu sampel tersebut dikatakan layak sesuai dengan batas yang ditentukan dari
masing-masing parameter.Jadi,dampak dari berbagai parameter kimia air,limbah
cair,udara,tanah,makanan dan minuman sangat berbahaya bagi kesehatan untuk itu maka kita
harus mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh berbagai parameter kimia tersebut dan
berusaha untuk menanggulanginya.

3.2 Saran

Mahasiswa Poletekkes Kemenkes Padang khususnya D-3 Kesehatan Lingkungan


sebaiknya mampu dan paham mengenai jenis dan dampak berbagai parameter kimia air , limbah
cair , udara , tanah , makanan dan minuman .

25
26

Anda mungkin juga menyukai