Anda di halaman 1dari 37

BAHAN AJAR

(Disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Kapita Selekta Sains 1)

PENGUKURAN

Disusun oleh:
Rizka Zakaria (421416036)
Niniek Asih Pratiwi (421416035)
Alan Fujianto (421416041)

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS MIPA
JURUSAN FISIKA
PENDIDIKAN FISIKA
2018/2019
Standar Kompetensi
Setelah mengikuti perkuliahan ini Anda diharapkan mencapai standar kompetensi :
Menguasai struktur dan materi kurikulum untuk mengembangkan indikator dan materi ajar fisika
yang relevan dengan tuntutan kompetensi dalam standar nasional pendidikan.

Materi Pokok/Sub Materi Pokok


Pembahasan materi ajar besaran fisika dan pengukurannya dalam kuliah ini meliputi :
 Pengukuran, Satuan dan Besaran-Besaran Fisik
 Satuan Standar dan System Satuan Internasional
 Besaran pokok dan besaran turunan
 Konversi satuan
 Dimensi
 Notasi Ilmiah
 Ketidak pastian pengukuran dan hasil pengukuran, serta angka penting dan bilangan
penting
 Vektor
 Pengukuran Berbasis Kearifan Lokal

Sumber
Bahan ajar ini bersumber dari buku-buku dan beberapa jurnal di bawah ini.
 Fisika SMP dan SMA.
 Fisika, Douglas C Giancoli
 Fisika Untuk Sains dan Teknik, Tippler.
 Jurnal Fisika Pengukuran
Peta Konsep
A. Pengukuran, Satuan dan Besaran-Besaran Fisik
Salah satu aspek penting dalam sains adalah observasi atau pengamatan terhadap kejadian-
kejadian. Observasi, bersama dengan pelaksanaan eksperimen dan pengukuran yang dilakukan
secara saksama, adalah salah satu dari proses ilmiah. Hasil-hasil observasi, eksperimen, dan
pengukuran dapat membantu mencetuskan suatu teori dan sebaliknya teori tersebut juga dapat
runtuh berdasarkan observasi, eksperimen, dan pengukuran.
Pengukuran adalah proses untuk memperoleh informasi suatu besaran fisis tertentu, misalnya
seperti tekanan (p), suhu (T), tegangan (V), arus listrik (I), dan lain sebagainya. Informasi yang
diperoleh dapat berupa nilai dalam bentuk angka (kuantitatif) maupun berupa pernyataan yang
merupakan sebuah kesimpulan (kualitatif). Untuk memperoleh informasi tersebut, maka kita
memerlukan alat ukur, misalnya untuk mengetahui tegangan V, arus I, hambatan R kita dapat
menggunakan alat multimeter.Pengukuran besaran fisik mencakup pembandingan besaran
tersebut dengan beberapa nilai satuan besaran tersebut, yang telah didefinisikan secara tepat.
Pengukuran kuantitas apapun dilakukan relatif terhadap standar atau satuan (unit). Satuan
didefinisikan sebagai sesuatu yang digunakan untuk menyatakan hasil pengukuran, atau
pembanding dalam suatu pengukuran. Sebagai contoh mengukur panjang buku dan diperoleh 15
cm, tetapi bagaimana jika diperoleh angka tersebut hanya 15, tentunya tidak bisa dibenarkan
karena angka tanpa satuan tidak memiliki makna sama sekali.
Untuk setiap besaran fisik dapat dinyatakan dalam satuan-satuan pokok yang perlu
distandarisasi. Pemilihan satuan standar untuk setiap besaran fisik menghasilkan suatu system
satuan.
1. Sistem Satuan Sains yang sangat dekat dengan observasi dan pengukuran mengharuskan
penggunaan satu set satuan yang konsisten. Di zaman sekarang ini sistem satuan
terpenting adalah Sistem Internasional (SI) yang berasal dari Bahasa Prancis
2. Systeme International. Dalam satuan SI, satuan panjang standar adalah meter, satuan
waktu adalah sekon, dan satuan massa standar adalah kilogram. Sistem ini juga dikenal
dengan system MKS (Meter-Kilogram-Sekon).
Sistem untuk pengukuran yang kedua adalah sistem cgs (Centimeter-Gram-Sekon). Sistem
tersebut adalah satuan-satuan standar dari pengukuran panjang, massa, dan waktu seperti halnya
MKS.

B. Satuan Standar dan System Satuan Internasional


Pada dasarnya satuan besaran dapat ditentukan secara sembarang. Tetapi hal ini akan
menyulitkan atau banyak menimbulkan masalah karena satu besaran dapat mempunyai
bermacam-macam satuan. Satuan tersebut dapat berbeda antara satu daerah dengan daerah yang
lain. Misalnya, untuk satuan besaran panjang digunakan meter, inci, kaki, hasta, depa, dan
jengkal. Oleh karena itu, perlu ditetapkan satuan standar yang berlaku secara umum.
Pengukuran semua besaran sebenarnya relative terhadap suatu standar atau satuan tertentu, dan
satuan ini harus dispesifikasikan disamping nilai numeriknya. Sebagai contoh, kita dapat
mengukur panjang dalam satuan inci, feet (kaki), mil, atau pada system metric dalam sentimeter,
meter, atau kilometer. Menyatakan panjang suatu benda adalah 18,6 tidak ada artinya. Satuan
harus diberikan ; karena jelas, 18,5 meter sangat berbeda dari 18, 5 inci atau 18, 6 milimeter
Standar internatioan yang pertama adalah meter (m), dinyatakan sebagai standar panjang oleh
French academy of science pada tahun 1790an dalam semangat rasionalitas, pada awalnya
ditentukan satu persepuluhh juta dari jarak antara garis ekuator bumi dengan salah satu kutub dan
buatlah sebuah garis platinum untuk merepresentasikan panjang ini. (panjang ini ternyata kira-
kira, merupakan jarak antara ujung hidung anda dan jari anda yang terpanjang, dengan tangan
dan telapaknya direntangkan secara horizontal) pada tahun 1889, meter didefinisikan dengan
lebih tepat sebagai jarak antara dua tnda yang dibuaat jelas pada sebuah penggaris campuran,
platinum, datar, iridium. Tahu n 1990, untuk memberikan ketepatan yang lebih tinggi dan agar
bisa diprodusi ulang, meter didefinsikan kembali sebagai 1.650.763,73 panjang gelombang dari
suatu cahaya jingga terntetu yang dipancarkan oleh gas krypton 86. Tahun 1883, meter dkembali
didefinisikan ulang kali ini dalam hubungannya dengan kecepatan cahaya (yang nilai
pengukuran terbaiknya dalam definisi meter yang lama adalah 299.792.458 m2, dengan
ketidakpastian sebesar 1m2). Definisi yang baru adalah : “meter adalah panjang jalur yang dilalui
oleh cahaya pada ruang hampa udara selama selang waktu 1/299.792458 second.” Satuan inggris
untuk panjang (inci, foot, mil) sekarang didefinisikan dalam meter. Inci (in). didefinisikan tepat
sebesar 2,54 cm (sentimeter. 1 cm = 0,01m).

Tabel 1-1
Beberapa panjang atau Jarak tertentu (dalam nilai pangkat)

PM
N
A
V
K
L
P
T
D
B
B
G
G

Satuan standar waktu adalah detik atau second (s). Selama bertahun-tahun, second didefinisikan
sebagai 1/86.400 dari rata-rata hari matahari standar second sekarang didefinisikan lebih tepat
dalam frekuensi radiasi yang dipancarakan oleh atom cesium ketika melewati dua keadaaan
tertentu. Tepatnya, 1 second didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan untuk 9.192.631.770
periode radiasi ini. Tentu saja, ada tepat 60s dalam satu menit dan 60 menit dalam 1 jam.
Perhatikan dua factor 60 ini (sebagaimana juga 2,54 cm/inci) merupakan definisi dengan
demikian memiliki jumlah angka signifikan tak terhingga.
Tabel 1-2 Beberapa Interval Waktu Tertentu
SS

W1

W1

W1

W1

S1
S3
R2
P1

M1

K1
U1

Satuan standar masa adalah kilogram (kg). standar dari masa adalah tabung platinum iridium
khusus, yang disimpan dibiro internasional untuk berat dan ukuran (international berau of
weights and messure) didekat kota paris, prancis yang masanya didefinisikan tepat 1 kg. ketika
berurusan dengan atom dlan molekul, biasanya digunakan satuan masa atom (U). dalam
kilogram
1 u = 1,6605 x 10-7 kg
Pada system metric, satuan yang lebih besar dan lebih kecil didefinisikan dalam kelipatan 10
dalam satua standar, dengan cara ini membuat perhitungan cukupmudah. Dengan demikian, 1 kg
(km) adalah 1000 m, 1 cm adalah ½ 100m, 1 milimeter (mm) adalah 1/1000 m atau 1/10 cm,dan
seterusnya. Awalan “centi-,” “kilo-“ dan lainnya diberikan pada table 1-4 dan dapat diterapkan
pada satuan panjang, tetapi juga satuan volume, masa, atau satuan metric lainnya. Misalnya, 1
centliter (cL) adalah 1/1000 liter (L) dan 1 kg adalah 1000 gram (g).
Ketiak berurusan dengan hokum dan persamaan fisika penggunaan satu set satuan yang
konsisten merupakan hal yang sangat oenting. Beberapa system satuan telah digunakan selama
bertahun-tahun. Sekarang ini, yang paling penting adalah systeme international (fersi prancis dari
system internasional yang disingkat dengan si). Pada satuan SI, standar panjang adalah meter,
standar waktu adalah second dan standar masa adalah kilogram. System ini dulu disebut system
MKS (Meter-kilogram-second).
System metric kedua adalah system cgs, dimana sentimeter, gram dan second adalah satuan
standar untuk panjang, masa, dan waktu, sebagaimana disingkat pada namanya. British
engineering system memakai standar foot untuk panjang, pound, untuk daya, dan second untuk
waktu.
Satuan SI merupakan yang pertama dipakai saat ini dipakai dalam pekerjaan-pekerjaan ilmiah.
Untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan juga kepentingan sosial perlu adanya keseragaman
dalam pemakaian satuan, untuk itu diperlukan adanya standarisasi satuan. Namun untuk
memperoleh satuan standar yang baik memerlukan kecermatan dan ketelitian yang baik. Suatu
standar akan baik bila memiliki sifat-sifat :nilainya tetap, tidak terpengaruh oleh perubahan-
perubahan lingkungan, mudah ditiru atau mudah diduplikasi, juga mudah untuk prosedur
menghasilkannya. Karena itu sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi definisi standar
satuan telah mengalami beberapa perubahan dan senantiasa diupayakan untuk menghasilkan
ketelitian yang semakin tinggi.
Di berbagai negara maupun di berbagai penerapan tekhnologi telah digunakan berbagai
macam satuan untuk suatu besaran. Misalnya untuk satuan panjang,masih ada orang yang
menggunakan inchi, kaki, mil, bahkan di daerah-daerah tertentu masih digunakan jengkal,
tumbak, depa atau yang lainnya. Adanya berbagai satuan untuk besaran yang sama tentu saja
dapat menimbulkan kesulitan. Untuk mengatasi kesulitan tesebut kita perlu merumuskan satu
jenis satuan untuk suatu besaran tertentu yang standar yang disebut satuan standar. Syarat utama
satuan standar adalah :
· Nilai satuannya harus sama
· Mudah diperoleh kembali ( mudah ditiru )
· Dapat diterima secara internasional
Berikut ini akan diuraikan definisi satuan standar untuk 3 besaran pokok, yaitu meter untuk
besaran panjang, kilogram untuk besaran massa, dan sekon untuk besaran waktu.
1. Meter standar
Standar panjang internasional yang pertama adalah sebuah batang yang terbuat dari
campuran platina-iridium yang disebut meter standar. Meter standar ini di simpan di
Internasional Bureau of Weight and Measures di kota Sevres, Perancis. Satu meter
didefinisan sebagai jarak antara dua goresan pada kedua ujung meter standar yang diukur
pada suhu 0oC. Ada beberapa kelemahan dalam penggunaan meter standar, diantaranya :
Meter standar mudah rusak. Hal ini disebabkan batang platina iridium mudah terpengaruh
oleh perubahan suhu. Apabila rusak batang ini sulit untuk dibuat ulang. ketelitian
pengukuran tidak memadai lagi dengan kemajuan teknologi saat ini. Dengan adanya
kelemahan tersebut dibutuhkan meter standar yang baru dengan menggunakan panjang
gelombang cahaya. Pada tahun 1960 ditetapkan bahwa satu meter didefinisikan sama
dengan 1.650.763,73 kali panjang gelombang sinar jingga yang dipancarkan atom-atom
krypton ( Kr-86 ). Pada tahun 1983, definisi standar meter diubah lagi. Satu meter adalah
jarak yang ditempuh cahaya dalam selang waktu 1.299.792.458

2. Kilogram standar
Satu kilogram adalah massa silinder campuran platina-iridium yang di simpan di
Internasional Bureau of Weight and Measures di kota Sevres dekat Paris, Perancis. Massa
standar satu kilogram dipilih sedemikian rupa sehingga sama dengan massa 1 liter air
murni pada suhu 4o C.
Gambar 1. Satu kilogram standar yang disimpan di Sevres, Perancis
3. Sekon standar
Pada tahun 1956, satu sekon ditetapkan berdasarkan perputaran bumi pada porosnya
(rotasi bumi), yaitu waktu satu hari. Karena rotasi bumi tidak tetap benar, maka
digunakan waktu hari rata-rata dalam satu tahun. Namun, setelah dilakukan pengamatan
dengan lebih teliti lagi ternyata selang waktu satu hari matahari rata-rata berbeda dari
tahun ke tahun. Ini menyebabkan para ilmuwan mengubah satuan standar sekon. Pada
tahun 1967 satuan waktu standar ditetapkan berdasarkan jam atom Cesium. Satu sekon
didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan oleh atom Cesium-133 (Cs-133) untuk
bergetar sebanyak 9.192.631.770 kali.

C. Besaran dan Satuan


Besaran-besaran fisik terbagi menjadi dua kategori yaitu besaran pokok dan besaran turunan.
Satuan-satuan yang terkait dengan jenis besaran yang tersebut disebut satuan pokok dan satuan
turunan. Besaran dalam fisika diartikan sebagai sesuatu yang dapat diukur, serta memiliki nilai
besaran (besar) dan satuan. Sedangkan satuan adalah sesuatu yang dapat digunakan sebagai
pembanding dalam pengukuran.
Satuan Internasional (SI) merupakan satuan hasil konferensi para ilmuwan di Paris, yang
membahas tentang berat dan ukuran. Berdasarkan satuannya besaran dibedakan menjadi dua,
yaitu besaran pokok dan besaran turunan. Selain itu, berdasarkan ada tidaknya arah, besaran juga
dikelompokkan menjadi dua, yaitu besaran skalar dan besaran vektor (akan dibahas khusus pada
subbab E).

1. Besaran Pokok
Besaran pokok adalah besaran yang digunakan sebagai dasar untuk menetapkan besaran yang
lain. Satuan besaran pokok disebut satuan pokok dan telah ditetapkan terlebih dahulu
berdasarkan kesepakatan para ilmuwan. Besaran pokok bersifat bebas, artinya tidak bergantung
pada besaran pokok yang lain. Pada Tabel 1.1 berikut, disajikan besaran pokok yang telah
disepakati oleh para ilmuwan.
a. Panjang
Pengukuran panjang bisa jadi menjadi pengukuran yang paling sering kita temui di
kehidupan sehari-hari. Alat yang paling sering ditemui untuk mengukur panjang suatu
benda adalah mistar atau meteran untuk jarak yang lebih panjang. Namun untuk
mengukur panjang benda yang kecil atau tipis, diperlukan alat ukur yang tingkat
ketelitiannya lebih tinggi misalnya jangka sorong dan mikrometer sekrup.
b. Massa
Mengukur massa sering disamakan dengan mengukur berat. Apakah benar demikian?
Kebanyakan orang menanyakan mengenai berat badan padahal yang ditanyakan adalah
massa badan orang tersebut. Satuan massa dinyatakan dengan kg sedangkan berat
dinyatakan dengan newton. Berat badan yang biasa dinyatakan dengan 50 kg, 60 kg, dll
adalah merupakan hasil dari pengukuran massa. Mengukur massa menggunakan neraca
misalnya Ohauss atau timbangan sedangkan pengukuran berat menggunakan neraca
pegas/dinamometer.
Pada dasarnya cara mengukur massa sebuah benda adalah sama yaitu 1) meletakkan
benda yang akan diukur massanya pada tempat (piring beban) yang disediakan oleh alat
ukur tersebut, 2) geser beban pada lengan bebab sampai posisi seimbang, 3) amati
penunjukan skala dan baca hasil penunjukan tersebut. Untuk neraca digital lebih muda
karena nilai pengukuran sudah langsung tertera pada layar.
c. Waktu
Waktu adalah besaran yang juga menjadi bagian yang tidak terlepas dari kehidupan kita
sehari-hari. Jam dinding dan jam tangan merupakan alat ukur waktu yang paling sering
kita temui. Untuk mengukur waktu dengan ketelitian tinggi diperlukan alat ukur yang
baik misalnya stopwatch.
Sekon didefinisikan didefinisikan secara presisi dalam bentuk frekuensi radiasi yang
dipancarkan oleh atom sesium ketika atom tersebut berpindah di antara dua keadaan
tertentu. Menurut definisinya, terdapat 60 s dalam 1 menit dan 60 menit di dalam satu
jam.
d. Arus listrik
Arus listrik dapat diukur dengan menggunakan alat yang disebut amperemeter. Alat ini
ada beberapa jenis, ada yang analog dan ada juga yang digital. Amperemeter analog
terdiri dari beberapa bagian yaitu terminal positif, terminal negatif, skala, dan batas ukur
seperti terlihat pada gambar berikut.

Gambar 1.5 Amperemeter Analog


e. Suhu
Penggunaan satuan suhu sangat beranekaragam. Di negara-negara barat satuan suhu yang
familiar digunakan adalah Farhenheit sedangkan di Indonesia sendiri lebih familiar
dengan Celcius. Alat ukur suhu disebut dengan termometer. Oleh karena itu nama
termometer sering disesuaikan dengan jenis satuan suhu atau jenis skala yang digunakan.
Satuan Internasional untuk suhu adalah Kelvin. Meski demikian, masing-masing wilayah
menggunakan jenis termometer sesuai dengan yang familiar digunakan.
Penggunaan termometer sangatlah mudah. Anda mungkin pernah mengukur suhu badan
anak kecil atau melihat perawat mengukur suhu badan seseorang ketika di rumah sakit.
Di bagian ujung thermometer terdapat sensor yang sangat sensitif terhadap suhu. Untuk
mengukur suhu, Anda cukup meletakan/menyentuhkan ujung termometer tersebut pada
benda yang akan diukur suhunya lalu membaca skala atau hasil pengukuran suhu.
f. Intensitas Cahaya
Satuan Intensitas Cahaya = Candela (C)
Satuan intensitas cahaya diperlukan untuk menentukan brightness (keterangan) dari suatu
cahaya. Sebelumnya, lilin dan bola lampu pijar digunakan sebagai standar. Standar yang
digunakan saat ini adalah sumber cahaya monokromatik(satu warna), biasanya dihasilkan
oleh laser, dan suatu alat bernama radiometer digunakan untuk mengukur panas yang
ditimbulkan saat cahaya tersebut diserap.1 candela adalah intensitas cahaya pada arah
yang ditentukan, dari suatu sumber yang memancarkan radiasi monokromatik dengan
frekuensi 540 x 1012 per detik, dan memiliki intensitas radian pada arah tersebut sebesar
(1/683) watt per steradian.

2. Besaran Turunan
Besaran turunan adalah besaran yang dapat diturunkan dari besaran pokok. Satuan besaran
turunan disebut satuan turunan dan diperoleh dengan mengabungkan beberapa satuan besaran
pokok. Berikut merupakan beberapa contoh besaran turunan beserta satuannya.

a. Luas
Luas merupakan salah satu besaran turunan yang diturunkan dari besaran panjang.
Satuan dari luas adalah m2. Cara menghitung luas permukaan suatu benda ditentukan
oleh model bidang tersebut. Menghitung luas yang paling sederhana adalah
menghitung luas persegi atau persegi panjang. Luas persegi diperoleh dengan
mengalikan dua sisi dan untuk persegi panjang luas diperoleh dengan mengalikan
panjang dan lebarnya.
Untuk bidang yang tidak beraturan misalnya untuk menghitung luas dari daus, kita
bias melakukan estimasi memperhatikan model daun apakah mendekati model jajaran
genjang atau layang-layang. Luas daun tersebut bias dihitung dengan menggunakan
rumus luas bidang tersebut. Ada cara lain juga yang bias dilakukan yaitu dengan
menggunakan kertas grafik. Luas bisa ditentukan dengan menghitung banyaknya kotak
yang disapu oleh daun kemudian mengalikan dengan luas tiap satu kotak kecil.
b. Volume
Volume pada umumnya dapat diperoleh dengan menggunakan rumus luas alas dikali
dengan tinggi. Misalnya untuk mencari volume buku, Anda dapat mengukur tinggi,
panjang, dan lebar dari buku tersebut kemudian mengalikan 3 hasil pengukuran
tersebut. Atau Anda dapat mencari volume silinder dengan menghitung luas alas yang
berbentuk lingkaran kemudian mengalikan dengan tinggi silinder tersebut. Menghitung
volume zat cair dapat dilakukan dengan menggunakan gelas ukur. Pada gelas ukur
terdapat skala yang menunjukan besar volume zat cair yang diukur. Gelas ukur juga
dapat digunakan untuk mengukur benda yang tidak beraturan misalnya batu. Volume
batu dapat ditentukan dengan memasukkan batu ke dalam gelas ukur yang berisi air.
Pertambahan volume saat batu dimasukkan ke dalamnya adalah volume dari batu
tersebut. Bagaimana mengukur volume suatu danau? Diketahui bahwa danau bukan
wilayah yang beraturan seperti kolam renang yang berbentuk balok atau kubus. Oleh
karena itu untuk mengukur volume suatu danau diperlukan pendekatan.
c. Laju
Laju atau kelajuan lebih dikenal dengan kecepatan. Perbedaan dari kelajuan dan
kecepatan adalah bahwa kelajuan merupakan besaran skalar sedangkan kecepatan
adalah besaran vektor (materi ini akan dibahas selanjutnya). Menghitung kelajuan
PMW
ass
a
111
slu
g j= suatu benda diperoleh dari membagi jarak tempuh dengan waktu tempuh. Alat yang
a
14, yang biasa digunakan untuk mengukur laju adalah speedometer. Setiap kendaraan
59m bermotor memiliki speedometer untuk mengukur kelajuan kendaraan.
kg
= D. Konversi Satuan
Pemakaian satuan dalam penyelesaian suatu persoalan terkadang menjadi masalah,
3 dikarenakan perbedaan satuan yang digunakan untuk menafsirkan suatu besaran. Untuk
6 mengatasi hal tersebut kita memerlukan suatu tahapan konversi untuk mengubah suatu
0 satuan ke satuan lain. Di dalam pengkonversian suatu satuan, maka kita memerlukan suatu
0 faktor konversi yang terdiri dari bilangan dan penyebut yang masing-masing memiliki
satuan yang berbeda, tetapi memiliki besar yang sama, sehinggga faktor konversi ini
s bernilai satu.
111 Contoh:
am Mengubah dari 45 yard ke dalam satuan meter 1 yard = 0,9144 meter 1s = 45 yard = (45
u h= yard ). 0,9144 meter / 1 yard = 41,1 meter
a
1,6
6 rx Tabel 3. Faktor konversi besaran panjang, massa dan waktu
i
10-
27+ E. Dimensi
kg Dimensi suatu besaran adalah cara besaran tersebut tersusun atas besaran-besaran
8 pokoknya. Pada sistem Satuan Internasional (SI), ada tujuh besaran pokok yang
6 berdimensi, sedangkan dua besaran pokok tambahan tidak berdimensi. Cara penulisan
2 dimensi dari suatu besaran dinyatakan dengan lambang huruf tertentu dan diberi tanda
0 kurung persegi. Untuk lebih jelasnya, perhatikan Tabel 1.3 berikut!
0

s
111
ton
=t
10a
00h
kgu
n

3
.
1
6 Berdasarkan Tabel 1.3, Anda dapat mencari dimensi suatu besaran yang lain dengan
cara mengerjakan seperti pada perhitungan biasa. Untuk penulisan perkalian pada dimensi,
x biasa ditulis dengan tanda pangkat positif dan untuk pembagian biasa ditulis dengan tanda
pangkat negatif.
1 Dimensi mempunyai dua kegunaan, yaitu untuk menentukan satuan dari suatu
0 besaran turunan dengan cara analisis dimensional dan menunjukkan kesetaraan beberapa
7 besaran yang sepintas tampak berbeda.

s
11 g
=
10-
Salah satu manfaat dari konsep dimensi adalah untuk menganalisis benar atau salahnya
suatu persamaan. Pada suatu persamaan dimensi besaran di ruas kiri harus sama dengan dimensi
di ruas kanan.. Melalui analisa dimensi kita pun bisa mencek kebenaran suatu persamaan fisika,
karena suatu persamaan fisika harus memiliki dimensi yang konsisten. Misal dalam persamaan
gerak lurus beraturan ada persamaan yang menghubungkan perpindahan dengan kecepatan dan
waktu, yaitu s = v.t. Jika kita analisis dimensinya maka dimensi ruas kiri harus sama dengan
dimensi ruas kanan. Dimensi perpindahan adalah [L]. Sedang dimensi kecepatan adalah [L/T]
dan dimensi waktu adalah [T].
Maka s = v. t
[L] = [L/T][T]= [LT-1][T]
[L] = [L] ⇒ berarti persamaan tersebut adalah benar, karena dimensinya
konsisten.
Contoh 1.1
Tentukan dimensi besaran-besaran berikut!
a) Luas
b) Volume
c) Kecepatan
d) Percepatan
e) Gaya
f) Usaha
Jawab:
a. Luas (L) = panjang × lebar = [L] × [L] = [L]2
b. b. Volume (V) = panjang × lebar × tinggi = [L] × [L] × [L] = [L]3
c. Kecepatan (v) = perpindahan waktu = [L] /[T] = [L][T]-1
d. Percepatan (a) = kecepatan / waktu = [L]/[T]-1 [T] = [L][T]-2
e. Gaya (F) = massa × percepatan = [M] × [L][T]-2
f. Usaha (W) = gaya × perpindahan = [M] × [L][T]-2 × [L] = [M] × [L]2 [T]-2

1. Analisis Dimensional
Analisis dimensional adalah suatu cara untuk menentukan satuan dari suatu besaran turunan,
dengan cara memerhatikan dimensi besaran tersebut.
2. Menunjukkan Kesetaraan Beberapa Besaran
Selain digunakan untuk mencari satuan, dimensi juga dapat digunakan untuk menunjukkan
kesetaraan beberapa besaran yang terlihat berbeda.
F. Instrumen Pengukuran
Sejak jaman dahulu orang telah melakukan pengukuran, seperti mengukur luas tanah,
mengukur massa badannya, dan mengukur selang waktu antara matahari terbit sampai
tenggelam. Di SMP Anda telah mengetahui definisi mengukur, yaitu proses membandingkan
suatu besaran yang diukur dengan besaran tertentu yang telah diketahui atau ditetapkan sebagai
acuan.
Pada pengukuran yang berbeda Anda mungkin membutuhkan alat/instrumen yang berbeda pula.
Misalnya, saat mengukur panjang jalan Anda menggunakan meteran, tetapi saat menimbang
berat badan Anda menggunakan neraca. Berikut akan Anda pelajari instrumen pengukur panjang,
massa, dan waktu.

1. Alat Ukur Panjang


Penggaris/mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup merupakan contoh alat ukur
panjang. Setiap alat ukur memiliki ketelitian yang berbeda, sehingga Anda harus bisa memilih
alat ukur yang tepat untuk sebuah pengukuran. Pemilihan alat ukur yang kurang tepat akan
menyebabkan kesalahan pada hasil pengukuran.
a. Mistar
Alat ukur panjang yang sering Anda gunakan adalah mistar atau penggaris. Pada umumnya,
mistar
memiliki skala terkecil 1 mm atau 0,1 cm. Mistar mempunyai ketelitian pengukuran 0,5 mm,
yaitu sebesar setengah dari skala terkecil yang dimiliki oleh mistar. Pada saat melakukan
pengukuran dengan menggunakan mistar, arah pandangan hendaknya tepat pada tempat yang
diukur. Artinya, arah pandangan harus tegak lurus dengan skala pada mistar dan benda yang di
ukur. Jika pandangan mata tertuju pada arah yang kurang tepat, maka akan menyebabkan nilai
hasil pengukuran menjadi lebih besar atau lebih kecil. Kesalahan pengukuran semacam ini di
sebut kesalahan paralaks.
b. Jangka Sorong
Jangka sorong terdiri atas dua bagian, yaitu rahang tetap dan rahang geser. Skala panjang yang
terdapat pada rahang tetap merupakan skala utama, sedangkan skala pendek yang terdapat pada
rahang geser merupakan skala nonius atau vernier. Nama vernier diambilkan dari nama penemu
jangka sorong, yaitu Pierre Vernier, seorang ahli teknik berkebangsaan Prancis.
Skala utama pada jangka sorong memiliki skala dalam cm dan mm. Sedangkan skala nonius
pada jangka sorong memiliki panjang 9 mm dan di bagi dalam 10 skala, sehingga beda satu skala
nonius dengan satu skala pada skala utama adalah 0,1 mm atau 0,01 cm. Jadi, skala terkecil pada
jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm. Jangka sorong tepat digunakan untuk mengukur
diameter luar, diameter dalam, kedalaman tabung, dan panjang benda sampai nilai 10 cm. Untuk
lebih memahami tentang tentang jangka sorong, perhatikan Gambar 1.2.

c. Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup sering digunakan untuk mengukur tebal benda-benda tipis dan mengukur
diameter benda-benda bulat yang kecil seperti tebal kertas dan diameter kawat. Mikrometer
sekrup terdiri atas dua bagian, yaitu poros tetap dan poros ulir. Skala panjang yang terdapat pada
poros tetap merupakan skala utama, sedangkan skala panjang yang terdapat pada poros ulir
merupakan skala nonius.
Skala utama mikrometer sekrup mempunyai skala dalam mm, sedangkan skala noniusnya terbagi
dalam 50 bagian. Satu bagian pada skala nonius mempunyai nilai 1/50 × 0,5 mm atau 0,01 mm.
Jadi, mikrometer sekrup mempunyai tingkat ketelitian paling tinggi dari kedua alat yang telah
disebutkan sebelumnya, yaitu 0,01 mm. Perhatikan gambar berikut!
Langkah-langkah menggunakan mikrometer sekrup hampir sama dengan langkah-langkah
penggunaaan jangka sorong, yaitu sebagai berikut :
1) Periksa kedudukan skala nol dengan cara menutup rapat rahang ukur tetap dan rahang ukur
gerak dan lihatlah posisi nol pada skala tetap dan skala putar! Jika garis pada angka nol skala
putar dan garis pada skala tetap membentuk garis lurus, berarti mikrometer sekrup tidak
mengalami kesalahan nol dan siap untuk melakukan pengukuran.
2) Letakkan rangka mikrometer sekrup pada telapak tangan kanan dan jepit dengan jari
kelingking, jari manis, dan jari tengah. Bukalah rahang ukur gerak dengan memutar silinder
putar, lalu letakkan benda pada rahang ukur tetap dengan dipegangi tangan kiri. Putarlah silinder
putar dengan menggunakan telunjuk dan ibu jari tangan kanan. Jangan memutar rangka
dengan memegang silinder putar!
3) Bacalah angka yang tertera pada skala tetap, yaitu satu angka di belakang koma, kemudian
dilanjutkan membaca skala putar dengan mancari garis angka skala putar yang segaris dengan
skala tetap (dua angka di belakang koma).
2. Alat Ukur Massa
Massa benda menyatakan banyaknya zat yang terdapat dalam suatu benda. Massa tiap benda
selalu sama dimana pun benda tersebut berada. Satuan SI untuk massa adalah kilogram (kg).
Alat untuk mengukur massa disebut neraca. Ada beberapa jenis neraca, antara lain, neraca
ohauss, neraca lengan, neraca langkan, neraca pasar, neraca tekan, neraca badan, dan neraca
elektronik. Setiap neraca memiliki spesifikasi penggunaan yang berbeda-beda.
Ada dua jenis neraca Ohauss, yaitu neraca dua lengan yang mempunyai batas ketelitian 0,01 g
dengan batas mengukur massa 310 g sehingga disebut neraca Ohauss-310 dan neraca tiga lengan
yang mempunyai batas ketelitian 0,1 g dengan batas mengukur massa 2,610 kg dan disebut
neraca Ohauss-2610. Kedua jenis neraca Ohauss ini sering digunakan di laboratorium.

Gambar 8. Neraca Ohauss-2610

Pada neraca Ohauss-2610, lengan paling depan memuat angka satuan dan sepersepuluhan,
lengan tengah memuat angka puluhan, dan lenganpaling belakang memuat angka ratusan. Cara
menimbangnya, sebagai berikut.
a) Geser penunjuk pada lengan depan dan belakang ke sisi kiri dan lingkaran skala
diarahkan pada posisi nol! Ini artinya neraca menunjuk skala nol.
b) Periksa bahwa neraca pada posisi setimbang.
c) Letakkan benda yang akan diukur di tempat yang tersedia pada neraca.
d) Geser ketiga penunjuk diurutkan dari penunjuk yang terdapat pada ratusan, puluhan,
dan satuan sehingga tercapai keadaan yang setimbang.
e) Bacalah massa benda dengan menjumlah nilai yang ditunjukkan oleh penunjuk
ratusan, puluhan, satuan, dan sepersepuluhan.
Jenis neraca yang umum ada di sekolah Anda adalah neraca tiga lengan dan empat lengan. Pada
neraca tiga lengan, lengan paling depan memuat angka satuan dan sepersepuluhan, lengan tengah
memuat angka puluhan, dan lengan paling belakang memuat angka ratusan. Cara menimbang
dengan menggunakan neraca tiga lengan adalah sebagai berikut.
a. Posisikan skala neraca pada posisi nol dengan menggeser penunjuk pada lengan
depan dan belakang ke sisi kiri dan lingkaran skala diarahkan pada angka nol!
b. Periksa bahwa neraca pada posisi setimbang!
c. Letakkan benda yang akan diukur di tempat yang tersedia pada neraca!
d. Geser ketiga penunjuk diurutkan dari penunjuk yang terdapat pada ratusan, puluhan,
dan satuan sehingga tercapai keadaan setimbang!
e. Bacalah massa benda dengan menjumlah nilai yang ditunjukkan oleh penunjuk
ratusan, puluhan, satuan, dan sepersepuluhan!

3. Alat Ukur Waktu


Standar satuan waktu adalah sekon atau detik (dalam buku ini akan digunakan sekon).
Alat yang digunakan untuk mengukur waktu biasanya adalah jam atau arloji. Untuk megukur
selang waktu yang pendek di gunakan stopwatch. Stopwatch memiliki tingkat ketelitian sampai
0,01 detik.
Alat ukur yang paling tepat adalah jam atom. Jam ini hanya digunakan oleh para ilmuwan di
laboratorium.

Arloji ada dua jenis, yaitu arloji mekanis dan arloji digital. Jarum arloji mekanis digerakkan oleh
gerigi mekanis yang selalu berputar, sedangkan arloji digital berdasarkan banyaknya getaran
yang dilakukan oleh sebuah kristal kuarsa yang sangat kecil. Arloji akan bekerja sepanjang
sumber energinya masih ada. Ketelitian arloji adalah 1 sekon. Kelemahan arloji mekanis maupun
digital adalah selalu bergerak sehingga sulit dibaca secara teliti.
Waktu yang terbaca pada arloji mekanis ditunjukkan oleh kerja ketiga jarum, yaitu jarum jam,
jarum menit, dan jarum detik. Jarum jam bergerak satu skala tiap satu jam, jarum menit bergerak
satu skala tiap satu menit, jarum detik bergerak satu skala tiap satu detik. Cara membaca untuk
arloji digital sangat mudah sebab angka yang ditampilkan pada arloji sudah menunjukkan
waktunya.

Stopwatch
Stopwatch juga merupakan alat ukur waktu. Langkah – langkah pengukuran waktu
menggunakan stop watch :
· Tekan tombol reset kemudian lepaskan, sehingga jarum penunjuk ada pada posisi nol.
· Tekan dan lepaskan tombol start pada saat pengukuran waktu tepat dimulai.
· Tekan dan lepaskan tombol stop pada saat pengkuran waktu tepat selesai.
· Baca skala dengan cara menjumlahkan bacaan pada jarum penunjuk besar (dalam satuan
menit ) ditambah bacaan jarum penunjuk kecil (dalam satuan sekon ) .
Contoh : - posisi jarum penunjuk besar : 5
- posisi jarum penunjuk kecil : 43
- hasil pengukuran : 5 menit + 43 sekon = 343 sekon
- penulisan hasil pengukuran : ( 343 + 1 ) sekon

G. Angka Penting
Sebuah pengukuran akan menghasilkan hasil ukur dengan sejumlah digit tertentu. Banyaknya
digit yang masih dapat dipercaya disebut dengan angka penting (significant figure). Berapa
jumlah angka penting dalam setiap pengukuran? Jawabnya adalah tergantung pada presisi dari
sebuah alat ukur. Makin tinggi ketepatan hasil pengukuran, maka makin banyak pula jumlah
angka penting yang dapat dituliskan dalam melaporkan hasil ukur. Dalam menuliskan hasil ukur
x x x , maka angka yang dilaporkan seharusnya merupakan angka penting, sedang angka
yang bukan angka penting perlu kiranya untuk dibuang. Angka penting adalah angka-angka yang
diperoleh dari hasil pengukuran yang terdiri dari angka-angka pasti dan satu angka terakhir yang
diragukan. Penentuan jumlah angka penting dan cara penulisannya dalam proses berhitung harus
mengacu pada ketentuan yang berlaku.
Berkaitan dengan konsep angka penting, maka ada aturan-aturan yang perlu diperhatikan yaitu:
f) Banyaknya angka penting dihitung dari kiri sampai angka paling kanan dengan
mengabaikan tanda desimal.
g) Angka penting mencakup angka yang diketahui dengan pasti maupun satu angka
pertama yang paling meragukan atau tidak pasti. Angka selanjutnya yang
meragukan tidak perlu disertakan lagi dalam menuliskan hasil ukur.
h) Semua angka bukan nol adalah angka penting.
i) Angka nol di sebelah kiri angka bukan nol pertama paling kiri tidak termasuk angka
penting.
j) Angka nol di antara angka bukan nol adalah termasuk angka penting.
k) Angka di ujung kanan dari suatu bilangan namun di kanan tanda koma adalah angka
penting.
l) Angka nol di ujung kanan seluruh bilangan adalah angka penting, kecuali bila
sebelum angka nol terdapat garis bawah.
1. Angka yang merupakan angka penting adalah :
a. semua angka bukan nol
Contoh :
 458 terdiri dari 3 angka penting
 46,79 terdiri dari 4 angka penting
 Angka nol yang berada diantara angka bukan nol
Contoh ;
 450043 terdiri dari 6 angka penting
 20,02 terdiri dari 4 angka penting
 Angka nol yang berada di sebelah kanan tanda desimal dan mengikuti angka bukan nol
Contoh :
 2,280 terdiri dari 4 angka penting
 0,200 terdiri dari 3 angka penting
2. Angka yang bukan merupakan angka penting adalah ;
b. Angka nol yang berada di sebelah kiri angka bukan nol
Contoh :
 0,000675 terdiri dari 3 angka penting
 0,03 terdiri dari 1 angka penting
 Angka nol disebelah kanan angka bukan nol dan tanpa desimal, kecuali jika diberi tanda
khusus, misalnya garis pada angka yang diragukan
Contoh:
 500 terdiri dari 1 angka penting
 2050 terdiri dari 3 angka penting

H. Ketidakpastian Pengukuran
Saat melakukan pengukuran mengunakan alat, tidaklah mungkin Anda mendapatkan nilai
yang pasti benar (xo), melainkan selalu terdapat ketidakpastian. Apakah penyebab ketidakpastian
pada hasil pengukuran? Secara umum penyebab ketidakpastian hasil pengukuran ada tiga, yaitu
kesalahan umum, kesalahan sistematik, dan kesalahan acak
Dalam penyelidikan untuk memahami dunia disekitar kita, para ilmuwan mencari hubungan
antara berbagai besaran fisika yang mereka teliti dan ukur
Pengukuran yang akurat merupakan bagian penting dari fisika. Tetapi tidak ada pengukuran yang
benar-benar tepat. Ada ketidakpastian yang berhubungan dengan setiap pengukuran.
Ketidakpastian muncul dari sumber yang berbeda. Diantara yang paling penting, selain
kesalahan, adalah keterbatasan setiap alat pengukur dan ketidakmampuannya membaca
instrument diluar batas bagian terkecil yang ditunjukkan. Misalnya jika anda memakai penggaris
centimeter untuk mengukur lebar sebuah papan, hasilnya dapat dipastikan akurat sampai 0,1 cm,
yaitu bagian terpenting pada penggaris itu. Alasannya, adalah sulit bagi peneliti untuk
memastikan suatu nilai diantara garis pembagi terkecil tersebut, dan penggaris itu sendiri
mungkin tidak dibuat atau dikalibrasi sampai ketepatan yang lebih dari ini.
Ketika menyatakan hasil pengukuran , penting juga untuk mengatakan ketepatan,atau perkiraan
ketidakpastian, pada pengukuran tersebut.
Seringkali, ketidakpastian pada suatu nilai terukur tidak dinyatakan secara eksplisit. Pada kasus
seperti ini, ketidakpastian biasanya di anggap sebesar satu atau dua satuan ( atau bahkan tiga)
dari digit terakhir yng diberikan.
Jumlah digit yang dapat diandalkan disebut angka signifikan. Dengan demikian ada empat angka
signifikan pada angka 23,21 dan dua pada angka 0,062 cm (nol pada angka pertama dan kedua
hanya merupakan “pemegang tempat” yang menunjukkan dimana koma diletakkan
Ketika melakukan pengukuran atau peritungan anda harus menghindar dari keinginan untuk
menulis lebih banyak digit pada jawaban terakhir dari jumlah yang diperbolehkan. Sebagai
contoh untuk mnghitung luas persegi panjang dengan ukuran 11,3 cm dan 6,8cm, perkaliannya
adalah 76,84 cm2. Tetapi jawaban ini jelas tidak akurat sampai 0,01 cm2, karena (dengan
menggunakan batas luar dari perkiraan ketidakpastian untuk setiap pengkuran) hasilnya bisa
diantara 11,2 kali 6,7 = 75,4cm2 dan 11,4 x 5,9 = 78,66 cm2. Sebaik-baiknya, kita bisa
menyatakan jawabannya adalah 77 cm2, yang menyatakan ketidakpastian sekitar 1 atau 2 cm2.
Dua digit lainnya pada angka 76,84cm2 harus dihilangkan karena tidak signifikan. Sebagai
aturan umum, hasil akhir dari perkalian harus memiliki digit hanya sebanyak digit pada angka
dengan jumlah signifikan terkecil yang digunakan pada perhitungan tersebut. Pada contoh kita,
6,8cm memiliki jumlah angka signifika terkecil, yaitu 2. Dengan demikian hasil 76,84cm2 perlu
dibulatkan menjadi 77cm2.
Dengan cara yang sama, ketika menambahkan atau mengurangi angka-angka, hasil akhirnya
tidak lebih akurat dari angka yang paling tidak akurat yang digunakan. Misalnya, hasil
pengurangan 0,7 dari 3,6 adalah 3,0 (dan bukan 3,03). Ingat bahawa ketika anda menggunakan
kalkulator, semua digit yang dihailkannya mungkin tidak signifikan. Ketika anda membagi 2,0
dnegan 3,0 jawabannya yang tepat adalah 0,67, dan bukan 0, 0,6666666. Digit-digit tidak boeh
disebut (ditulis) dala sebuah hasil, kecuali memang merupakan angka signifikan. Bagaimanapun,
untuk mendapatan hasil yang paling akurat meupakan praktek yang baik untuk menyimpan 1
atau 2 angka signifikan selama perhitungan, dan bulatkan hanya pada hasil akhir. Perhatikan pula
bahwa kalkulator kadang-kadang memberikan telalu sedikit angka signifikan. Sebagai contoh,
ketika anda mengalikan 2,5 x 3,2 kalkulator bisa saja hanya memberikan jawab 8, walaupun
jawaban yang baik adalah sampai 2 angka signifikan, sehingga jawaban yang benar adalah 8,0.
Adalah merupakan hal yang umum dalam sains untuk menulis angka dalam “pangkat dari 10”,
atau notasi ”eksponensial”. Misalnya 36.900 sebagai 3,69 x 10 4, atau 0,0021 sebagai 2,1 x 10-3.
Satu keuntungan dari notasi eksponensial ialah dimungkinkannya jumlah angak signifikan
dinyatakan dengan jelas. Sebagai contoh, tidak jelas apakah 36.900 memiliki tiga, emoat, atau
lima angka signifiakn. Dengan notasi eksponensial, kerancuan-kerancuan tersebut dapat
dihindari, jika angka tersebut diketahui sampai ketepatan tiga angka seignifikan, kita tuliskan
3,69 x 104, tetapi jika diketahui sampai 4, kita tuliskan 3,690 x 104.

Secara konsep pengukuran, baik karena keterbatasan alat ukur maupun karena kondisi
lingkungan, maka dipercaya bahwa setiap pengukuran akan selalu menghasilkan hasil ukur yang
tidak sebenarnya. Simpangan atau selisih antara hasil ukur dan hasil yang sebenarnya disebut
sebagai ralat (error). Perlu dicermati di sini bahwa pengertian ralat bukan berarti kita salah
mengukur, tapi lebih menggambarkan deviasi hasil baca alat ukur terhadap nilai “benar” besaran
fisis yang diukur, sebagai akibat bahwa kita tidak mengetahui nilai benar dari apa yang ingin kita
ukur. Meskipun demikian pada beberapa buku ada yang menyebutkan ralat dengan istilah
kesalahan karena mengambil dari istilah error, untuk itu diharapkan Anda tidak perlu bingung.
Karena kita tidak mengetahui nilai benar tersebut, maka hasil ukur yang kita peroleh harus
dinyatakan dalam bentuk interval hasil pengukuran. Dengan pengertian ini, maka dalam
mengukur tegangan misalnya, hasilnya dinyatakan dengan 1,5 V 1,6 volt atau V = (1,4 0,1)
volt. Nilai benar pengukuran tentu saja berada di dalam rentang hasil pengukuran ini. Karena
sebuah rentang nilai pengukuran sekaligus menyatakan ketidakpastian (uncertainty) hasil ukur,
maka pengertian ralat sering tidak dibedakan dengan pengertian ketidakpastian untuk
menunjukkan deviasi pengukuran terhadap nilai benar.
Sebagai contoh, sebuah pengukuran tegangan dituliskan hasilnya dengan V = (10,5 0,5) volt,
artinya alat ukur kita menunjukkan hasil baca 10,5 volt dengan ketidakpastian/ralat pengukuran
0,5 volt, sedangkan nilai benar kita berada dalam selang nilai (10,5 – 0,5 = 10,0) volt sampai
dengan (10,5 + 0,5 = 11,0) volt. Selanjutnya untuk lebih jelasnya akan kita bahas hal ini lebih
detail bagaimana kita menentukan ketidakpastian. Suatu alat ukur dikatakan tepat jika
mempunyai akurasi (accuracy) yang baik, yaitu hasil ukur menunjukkan ketidakpastian yang
kecil. Dapat juga dipahami sebagai seberapa dekat hasil ukur dengan nilai benarnya. Dalam hal
ini sebelum sebuah alat ukur digunakan, harus dipastikan bahwa kondisi alat benar-benar baik
dan layak untuk digunakan, yaitu alat dalam keadaan terkalibrasi dengan baik. Kalibrasi yang
buruk akan menyebabkan ketidakpastian hasil ukur menjadi besar. Alat ukur perlu diteliti
kalibrasinya sebelum dipergunakan agar hasil ukurnya dapat dipercaya. Termasuk kalibrasi
adalah selalu menempatkan jarum penunjuk pada titik nol yang sesungguhnya, saat alat akan
digunakan. Sering pada alat ukur, jarum penunjuk tidak berada pada titik nol yang semestinya
sehingga saat digunakan nilai baca selalu lebih besar atau lebih kecil dari yang seharusnya,
sehingga menyumbang apa yang disebut ralat sistematis. Secara umum pengertian kalibrasi di
sini adalah membandingkan alat ukur Anda dengan referensi. Referensi (standar) yang digunakan
untuk mengkalibrasi alat ukur Anda dapat ditempuh dengan beberapa tahap yaitu dengan tahapan
standar primer, standar sekunder, maupun dengan standar lain yang diketahui.
Apabila ada standar primer, maka sebaiknya acuan ini yang Anda gunakan untuk menguji
kalibrasi alat. NIST (National Institute of Standart and Technology) dalam hal ini termasuk yang
memiliki wewenang untuk selalu memelihara dan menyediakan standar yang diperlukan dalam
pengukuran, misalnya temperatur, massa, waktu dan lain sebagainya. Biasanya apabila standar
primer tidak dapat Anda temukan, maka Anda dapat menggunakan standar sekunder berupa alat
ukur lain yang Anda yakini mempunyai akurasi yang lebih baik. Sebagai contoh voltmeter Anda
pada waktu digunakan menunjukkan pembacaan 4,5 volt sedangkan alat lain yang Anda yakini
akurasinya (standar sekunder) menghasilkan nilai 4,4 volt.
Dengan ini berarti voltmeter Anda dapat di kalibrasi 0,1 volt lebih kecil. Apabila standar
sekunder juga tidak dapat Anda peroleh, Anda dapat menggunakan acuan lain, misalnya nilai
hasil perhitungan teoritik. Sebuah alat ukur dikatakan presisi (precssion) jika untuk pengukuran
besaran fisis tertentu yang diulang, maka alat ukur tersebut mampu menghasilkan hasil ukur
yang sama seperti sebelumnya. Sebagai contoh jika pengukuran tegangan dengan voltmeter
menghasilkan 5,61 volt (tanpa ralat), maka jika pengukuran diulang beberapa kali kemudian
tetap menghasilkan pembacaan 5,61 volt kita mengatakan bahwa alat tersebut sangat presisi.
Oleh karena itu sifat presisi sebuah alat ukur bergantung pada resolusi dan stabilitas alat ukur.
Sebuah alat ukur dikatakan mempunyai resolusi yang tinggi/baik jika alat tersebut mampu
mengukur perubahan nilai besaran fisis untuk skala perubahan yang semakin kecil. Voltmeter
dengan skala terkecil 1 mV tentu mempunyai resolusi lebih baik dibanding voltmeter dengan
skala baca terkecil 1 volt.
Stabilitas alat ukur dikaitkan dengan stabilitas hasil ukur/hasil pembacaan yang bebas dari
pengaruh variasi acak. Jadi dikaitkan dengan penunjukan hasil baca yang tidak berubah-ubah
selama pengukuran. Jarum voltmeter tidak bergerak-gerak ke kiri ke kanan di sekitar nilai
tertentu, atau jika menggunakan voltmeter digital, maka angka yang tampil pada alat ukur tidak
berubah-ubah terus menerus secara naik turun. Jadi sebuah alat ukur yang baik harus memiliki
akurasi yang baik sekaligus juga harus menghasilkan presisi tinggi. Sebuah alat ukur mungkin
saja mempunyai presisi yang baik tapi tidak akurat dan sebaliknya. Selain sebuah alat ukur perlu
mempunyai akurasi dan presisi yang baik, perlu juga memiliki sensitivitas yang tinggi.
Apabila alat ukur mempunyai respons yang baik terhadap setiap perubahan kecil sinyal
input/masukan sehingga output (hasil baca) mengikuti perubahan tersebut, maka alat dikatakan
memiliki sensitivitas (sensitivity).

1. Kesalahan Umum
Kesalahan umum adalah kesalahan yang disebabkan keterbatasan pada pengamat saat
melakukan pengukuran. Kesalahan ini dapat disebabkan karena kesalahan membaca skala
kecil, dan kekurangterampilan dalam menyusun dan memakai alat, terutama untuk alat
yang melibatkan banyak komponen.
2. Kesalahan Sistematik
Kesalahan sistematik merupakan kesalahan yang disebabkan oleh alat yang digunakan
dan atau lingkungan di sekitar alat yang memengaruhi kinerja alat. Misalnya, kesalahan
kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan komponen alat atau kerusakan alat, kesalahan
paralaks, perubahan suhu, dan kelembaban.
a) Kesalahan Kalibrasi
Kesalahan kalibrasi terjadi karena pemberian nilai skala pada saat pembuatan atau
kalibrasi (standarisasi) tidak tepat. Hal ini mengakibatkan pembacaan hasil
pengukuran menjadi lebih besar atau lebih kecil dari nilai sebenarnya. Kesalahan ini
dapat diatasi dengan mengkalibrasi ulang alat menggunakan alat yang telah
terstandarisasi.
b) Kesalahan Titik Nol
Kesalahan titik nol terjadi karena titik nol skala pada alat yang digunakan tidak tepat
berhimpit dengan jarum penunjuk atau jarum penunjuk yang tidak bisa kembali tepat
pada skala nol. Akibatnya, hasil pengukuran dapat mengalami penambahan atau
pengurangan sesuai dengan selisih dari skala nol semestinya. Kesalahan titik nol
dapat diatasi dengan melakukan koreksi pada penulisan hasil pengukuran
c) Kesalahan Komponen Alat
Kerusakan pada alat jelas sangat berpengaruh pada pembacaan alat ukur. Misalnya,
pada neraca pegas. Jika pegas yang digunakan sudah lama dan aus, maka akan
berpengaruh pada pengurangan konstanta pegas. Hal ini menjadikan jarum atau skala
penunjuk tidak tepat pada angka nol yang membuat skala berikutnya bergeser.
d) Kesalahan Paralaks
Kesalahan paralaks terjadi bila ada jarak antara jarum penunjuk dengan garis-garis
skala dan posisi mata pengamat tidak tegak lurus dengan jarum.
3. Kesalahan Acak
Kesalahan acak adalah kesalahaan yang terjadi karena adanya fluktuasi-fluktuasi halus
pada saat melakukan pengukuran. Kesalahan ini dapat disebabkan karena adanya gerak
brown molekul udara, fluktuasi tegangan listrik, landasan bergetar, bising, dan radiasi.
a. Gerak Brown Molekul Udara
Molekul udara seperti Anda ketahui keadaannya selalu bergerak secara tidak
teratur atau rambang. Gerak ini dapat mengalami fluktuasi yang sangat cepat dan
menyebabkan jarum penunjuk yang sangat halus seperti pada mikrogalvanometer
terganggu karena tumbukan dengan molekul udara.
b. Fluktuasi Tegangan Listrik
Tegangan listrik PLN atau sumber tegangan lain seperti aki dan baterai selalu
mengalami perubahan kecil yang tidak teratur dan cepat sehingga menghasilkan
data pengukuran besaran listrik yang tidak konsisten.
c. Landasan yang Bergetar
Getaran pada landasan tempat alat berada dapat berakibat pembacaan skala yang
berbeda, terutama alat yang sensitif terhadap gerak. Alat seperti seismograf butuh
tempat yang stabil dan tidak bergetar. Jika landasannya bergetar, maka akan
berpengaruh pada penunjukkan skala pada saat terjadi gempa bumi.
d. Bising
Bising merupakan gangguan yang selalu Anda jumpai pada alat elektronik.
Gangguan ini dapat berupa fluktuasi yang cepat pada tegangan akibat dari
komponen alat bersuhu.
e. Radiasi Latar Belakang
Radiasi gelombang elektromagnetik dari kosmos (luar angkasa) dapat
mengganggu pembacaan dan menganggu operasional alat. Misalnya, ponsel tidak
boleh digunakan di SPBU dan pesawat karena bisa mengganggu alat ukur dalam
SPBU atau pesawat. Gangguan ini dikarenakan gelombang elektromagnetik pada
telepon seluler dapat mengasilkan gelombang radiasi yang mengacaukan alat ukur
pada SPBU atau pesawat.
Adanya banyak faktor yang menyebabkan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam suatu
pengukuran, menjadikan Anda tidak mungkin mendapatkan hasil pengukuran yang tepat benar.
Oleh karena itu, Anda harus menuliskan ketidakpastiannya setiap kali melaporkan hasil dari
suatu pengukuran.

1. Ketidakpastian pada Pengukuran Tunggal


Pengukuran tunggal merupakan pengukuran yang hanya dilakukan sekali saja. Pada pengukuran
tunggal, nilai yang dijadikan pengganti nilai benar adalah hasil pengukuran itu sendiri.
Sedangkan ketidakpastiannya diperoleh dari setengah nilai skala terkecil instrumen yang
digunakan. Misalnya, Anda mengukur panjang sebuah benda menggunakan mistar. Perhatikan
Gambar 1.6!
Pada Gambar 1.6 ujung benda terlihat pada tanda 15,6 cm lebih sedikit.
Berapa nilai lebihnya? Ingat, skala terkecil mistar adalah 1 mm. Telah Anda sepakati bahwa
ketidakpastian pada pengukuran tunggal merupakan setengah skala terkecil alat. \
Karena nilai ketidakpastiannya memiliki dua desimal (0,05 mm), maka hasil pengukurannya pun
harus Anda laporkan dalam dua desimal. Artinya, nilai x harus Anda laporkan dalam tiga angka.
Angka ketiga yang Anda laporkan harus Anda taksir, tetapi taksirannya hanya boleh 0 atau 5.
Karena ujung benda lebih sedikit dari 15,6 cm, maka nilai taksirannya adalah 5. Jadi, pengukuran
benda menggunakan mistar tersebut dapat Anda laporkan sebagai berikut.

Arti dari laporan pengukuran tersebut adalah Anda tidak tahu nilai x (panjang benda) yang
sebenarnya. Namun, setelah dilakukan pengukuran sebanyak satu kali Anda mendapatkan nilai
15,6 cm lebih sedikit atau antara 15,60 cm sampai 15,70 cm.
2. Ketidakpastian pada Pengukuran Berulang
Agar mendapatkan hasil pengukuran yang akurat, Anda dapat melakukan pengukuran secara
berulang. Lantas bagaimana cara melaporkan hasil pengukuran berulang? Pada pengukuran
berulang Anda akan mendapatkan hasil pengukuran sebanyak N kali. Berdasarkan analisis
statistik, nilai terbaik untuk menggantikan nilai benar x0 adalah nilai rata-rata dari data yang
diperoleh ( 0 x (). Sedangkan untuk nilai ketidakpastiannya (x ) dapat digantikan oleh nilai
simpangan baku nilai rata-rata sampel. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.

Pada pengukuran tunggal nilai ketidakpastiannya ( x ) disebut ketidakpastian mutlak. Makin


kecil ketidakpastian mutlak yang dicapai pada pengukuran tunggal, maka hasil pengukurannya
pun makin mendekati kebenaran. Nilai ketidakpastian tersebut juga menentukan banyaknya
angka yang boleh disertakan pada laporan hasil pengukuran. Bagaimana cara menentukan
banyaknya angka pada pengukuran berulang?
Cara menentukan banyaknya angka yang boleh disertakan pada pengukuran berulang adalah
dengan mencari ketidakpastian relative pengukuran berulang tersebut. Ketidakpastian relatif
dapat ditentukan dengan membagi ketidakpastian pengukuran dengan nilai rata-rata pengukuran.
Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.

Setelah mengetahui ketidakpastian relatifnya, Anda dapat menggunakan aturan yang telah
disepakati para ilmuwan untuk mencari banyaknya angka yang boleh disertakan dalam laporan
hasil pengukuran berulang. Aturan banyaknya angka yang dapat dilaporkan dalam pengukuran
berulang adalah sebagai berikut.
• ketidakpastian relatif 10% berhak atas dua angka
• ketidakpastian relatif 1% berhak atas tiga angka
• ketidakpastian relatif 0,1% berhak atas empat angka
I. Vektor
Pada awal bab telah disinggung bahwa besaran dalam fisika dapat dikelompokkan
berdasarkan ada tidaknya arah, yaitu besaran skalar dan besaran vektor. Kata vektor berasal dari
bahasa latin yang berarti “pembawa” (carrier) yang ada hubungannya dengan pergeseran
(displacement). Vektor biasanya digunakan untuk menggambarkan perpindahan suatu partikel
benda yang bergerak, atau juga untuk menggambarkan suatu gaya. Vektor digambarkan dengan
sebuah garis dengan anak panah di salah satu ujungnya, yang menunjukkan arah perpindahan
dari partikel tersebut. Besaran vektor adalah besaran yang mempunyai nilai (besar) dan arah.
Contoh besaran vektor, antara lain, perpindahan, kecepatan, percepatan, momentum, dan gaya.
Untuk menyatakan besaran vektor, harus menggunakan nilai (angka) dan disebutkan arahnya.
Misalnya, Nisa berlari ke utara dengan kecepatan 5 km/jam dan Robert menggeser almari sejauh
3 meter ke barat.
Besaran skalar adalah besaran yang hanya mempunyai nilai (besar) saja. Contoh besaran skalar,
antara lain, massa, panjang, waktu, volume, energi, dan muatan listrik. Anda dapat menyatakan
besaran skalar hanya dengan menyatakan nilainya saja. Misalnya, massa Acong 35 kg, panjang
pensil 20 cm, dan volume bak mandi 1.000 liter. Besaran skalar selalu bernilai positif.

1. Penulisan dan Penggambaran Vektor


Sebuah vektor dalam buku cetakan biasanya dinyatakan dalam lambang huruf besar yang
dicetak tebal (bold), misal: A, B, atau R. Untuk tulisan tangan sebuah vektor dilambangkan
dengan sebuah huruf kecil yang diberi tanda anak panah di atasnya, misalnya: a b atau r. Sebuah
vektor juga dapat dilambangkan dengan dua huruf dan tanda anak panah di atasnya, misalnya
AB. Pada penulisan nilai atau besar vektor, untuk buku cetakan biasanya menggunakan huruf
besar miring (italic), seperti A, B, atau R, sedangkan tulisan tangan dinyatakan dengan sebuah
huruf besar dengan anak panah di atasnya beserta tanda harga mutlak, seperti: A, B, R Sebuah
vektor digambarkan dengan anak panah yang terdiri atas pangkal dan ujung. Panjang anak panah
menyatakan besar vektor, sedangkan arah anak panah menyatakan arah vektor (dari pangkal ke
ujung). Perhatikan Gambar 1.7 berikut!

Pada Gambar 1.7(a) menunjukkan sebuah vektor C dengan titik tangkap (pangkal) A, ujungnya
di titik B, arahnya dari A ke B, dan besar vector diwakili panjang anak panah. Sedangkan Gambar
1.7(b), merupakan vector yang menyatakan sebuah gaya F sebesar 3 N dan memiliki arah ke kiri.
Dua buah vektor dikatakan sama apabila besar dan arahnya sama. Sebuah vektor dikatakan
negatif apabila mempunyai arah yang berlawanan dengan vektor yang dijadikan acuan.
2. Resultan Vektor
Beberapa vektor dapat dijumlahkan menjadi sebuah vektor yang disebut resultan vektor.
Resultan vektor dapat diperoleh dengan beberapa metode, yaitu metode segitiga, metode
jajargenjang, poligon, dan analitis.
a. Metode Segitiga
Untuk mengetahui jumlah dua buah vektor Anda dapat menggunakan metode segitiga. Langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut.
1) Lukislah vektor pertama sesuai dengan nilai dan arahnya, misalnya A!
2) Lukislah vektor kedua, misalnya B, sesuai nilai dan arahnya dengan titik tangkapnya
berimpit pada ujung vektor pertama!
3) Hubungkan titik tangkap vektor pertama (A) dengan ujung vector kedua (B)!
Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut!

Selisih dua buah vektor dapat diketahui dengan cara seperti penjumlahan vektor. Misalnya,
selisih dua buah vektor A dan B adalah C, juga dapat dinyatakan C = A – B atau C = A + (-B).
Hal ini menunjukan bahwa selisih antara vektor A dan B adalah hasil penjumlahan vektor A dan
-B, dengan -B adalah vektor yang berlawanan arah dengan B tetapi nilainya sama dengan B.
Perhatikan gambar berikut!
b. Metode Jajargenjang
Anda dapat memperoleh resultan dua buah vektor dengan metode jajargenjang. Pada metode
jajargenjang terdapat beberapa langkah, yaitu sebagai berikut.
1) Lukis vektor pertama dan vektor kedua dengan titik pangkal berimpit (Gambar 1.10(a))!
2) Lukis sebuah jajargenjang dengan kedua vektor tersebut sebagai sisisisinya (Gambar
1.10(b))!
3) Resultan kedua vektor adalah diagonal jajargenjang yang titik pangkalnya sama dengan
titik pangkal kedua vektor. Perhatikan (Gambar1.10(c))!

Pada metode jajargenjang, satu kali lukisan hanya dapat digunakan untuk mencari resultan dua
buah vektor. Untuk resultan yang terdiri atas tiga buah vektor diperlukan dua jajargenjang, empat
buah vektor diperlukan tiga jajargenjang, dan seterusnya.
c. Metode Poligon
Metode poligon dapat digunakan untuk menjumlahkan dua buah vector atau lebih, metode ini
merupakan pengembangan dari metode segitiga. Langkah-langkah menentukan resultan
beberapa vektor dengan metode poligon adalah sebagai berikut.
1) Lukis vektor pertama (lihat Gambar 1.11(a))!
2) Lukis vektor kedua, dengan pangkalnya berimpit di ujung vektor pertama (lihat Gambar
1.11(b))!
3) Lukis vektor ketiga, dengan pangkalnya berimpit di ujung vektor kedua dan seterusnya
hingga semua vektor yang akan dicari resultannya telah dilukis (lihat Gambar 1.11(c))!
4) Vektor resultan atau vektor hasil penjumlahannya diperoleh dengan menghubungkan
pangkal vektor pertama dengan ujung dari vektor yang terakhir dilukis (lihat Gambar
1.11(d))!

d. Metode Analisis
Metode yang paling baik (tepat) untuk menentukan resultan beberapa vektor dan arahnya adalah
metode analisis. Metode ini, mencari resultan dengan cara perhitungan bukan pengukuran, yaitu
menggunakan rumus kosinus dan mencari arah vektor resultan dengan menggunakan rumus
sinus.
1) Menentukan Resultan Vektor Menggunakan Rumus Kosinus
Untuk menentukan vektor resultan secara matematis dapat Anda gunakan rumus kosinus, yaitu
sebagai berikut.
2) Menentukan Arah Resultan Vektor Menggunakan Rumus Sinus
Anda ketahui bahwa vektor merupakan besaran yang mempunyai nilai dan arah. Untuk
menentukan arah dari vektor resultan terhadap salah satu vektor komponennya dapat digunakan
persamaan sinus. Perhatikan Gambar 1.12!
3. Menguraikan Vektor
Setelah memahami cara menjumlahkan vektor, Anda akan mempelajari cara menguraikan sebuah
vektor. Sebuah vektor dapat diuraikan menjadi dua buah vektor atau lebih. Pada materi ini, Anda
hanya akan mempelajari cara menguraikan sebuah vektor menjadi dua buah vektor yang saling
tegak lurus, yaitu pada sumbu X dan sumbu Y.
a. Menentukan Komponen Sebuah Vektor yang Besar dan Arahnya Diketahui
Vektor komponen adalah dua buah vektor atau lebih yang menyusun sebuah vektor. Setiap vektor
dapat diuraikan menjadi dua buah vector yang saling tegak lurus. Perhatikan Gambar 1.13!
b. Menentukan Besar dan Arah Sebuah Vektor Jika Kedua Vektor Komponennya
Diketahui
Misalkan, jika komponen-komponen vektor F adalah Fx dan Fy, maka besar vektor F dapat
ditentukan dengan menggunakan dalil Phytagoras pada segitiga siku-siku. Arah vektor tersebut
dapat ditentukan dengan menggunakan perbandingan trigonometri tangen. Besar vektor F adalah
sebagai berikut.

Untuk menentukan arah vektor (sudut yang dibentuk terhadap sumbu X positif) kamu harus
memperhatikan tanda Fx dan Fy, tanda tersebut akan membantu Anda dalam menentukan
kuadran dalam vektor koordinat. Perhatikan tabel berikut!
J. Pengukuran Berbasis Kearifan Lokal
Satuan yang biasa digunakan oleh masyarakat untuk mengukur sesuatu biasanya memakai alat
ukur tradisional. Karena mahalnya harga alat ukur maka sebagian masyarakat masih
menggunakan alat ukur tradisional
Satuan yang digunakan adalah satuan yang tergantung pada individu yang akan memakai satuan
itu. Dalam hal ini nama/istilah/penyebutan satuannya sama untuk semua orang, tetapi nilai
berbeda untuk tiap-tiap orang. Misalnya
a. Pengukuran Panjang

1. Meter = Untuk ukuran panjang ini banyak dipakai oleh orang-orang

2. Depa = Ukuran panjang ini banyak dipakai oleh orang-orang. Satu depa sama jika tangan
direntangkan dari ujung jari kiri ke ujung jari kanan.

3. Jengkal = diukur dari ujung jari kelingking ke cari jempol direntangkan

Gambar 11.1 Satu Depa

b. Massa
1. Tempurung = Ukuran yang menggunakan tempurung kelapa, satu tempurung sebesar 1/4
kg,

2. Blek = biasanya ini berupa satu kaleng minyak tanah / minyak makan jaman dahulu. Blek
dipakai untuk menakar beras dalam jumlah yang banyak

3. Genggam= Genggap ini ukuran segengaman orang dewasa, biasanya untuk mengukur
jumlah beras yang diberikan untuk memberi makan ayam

Gambar 11.2 Blek

Anda mungkin juga menyukai