ABSTRAK
ABSTRACT
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumatera Utara melalui pemerintahan provinsi pada Januari 2015 lalu menyatakan
bahwa akan berusaha untuk mencapai swasembada pangan. Swasembada pangan
tersebut tidak hanya di komoditi padi tetapi juga komoditi tanaman pangan
lainnya seperti padi, jagung, kacang tanah, ubi kayu, dan ubi jalar.
Sumatera Utara memiliki pola konsumsi masyrakat yang belum beragam dan
masih belum memenuhi kaidah gizi seimbang. Hal ini dibuktikan dari penelitian
Hasibuan (2014) yang berjudul Analisis Pola Konsumsi Pangan Non Beras
Sumber Karbohidrat di Kecamatan Medan Tuntungan yaitu menyatakan bahwa
pola konsumsi masyrakat Sumatera Utara masih didominasi oleh padi-padian dan
yang menjadi penghalang dalam pemenuhan gizi seimbang tersebut adalah
ketersediaan pangan. Pencapaian ketersediaan pangan tersebut dapat dilakukan
dengan pembangunan pertanian khususnya di subsektor tanaman pangan.
Penelitian berikutnya yang menyatakan bahwa Sumatera Utara merupakan daerah
yang harus melakukan pembangunan pertanian di subsektor tanaman pangan
adalah penelitian dari Sinaga (2014) yang berjudul Analisis Forecasting
Ketersediaan Pangan 2015 Dalam Rangka Pemantapan Ketahanan Pangan
Provinsi Sumatera Utara. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa laju
pertumbuhan penduduk semakin meningkat dengan laju pertumbuhan penduduk
1,1 persen dan mengungkapkan konsumsi beras masyarakat pada tahun 2010 lebih
besar 39.4 gram per kapita per hari atau 14.42 kg per kapita per tahun. Hasil
peramalan untuk tahun 2015 berdasarkan penelitian tersebut adalah rasio
ketersediaan beras terhadap konsumsi beras di Sumatera Utara sebesar 0,84
dengan laju pertumbuhan ketersediaan beras sebesar -0,52 persen dan laju
pertumbuhan konsumsi sebesar 1,38 persen yang berarti ketersediaan beras
tersebut belum mampu untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pada tingkat
provinsi. Jika tidak ada pembangunan pertanian maka Sumatera Utara akan tetap
bergantung pada pasokan pangan impor.
Pembangunan pertanian di subsektor tanaman pangan tersebut dapat dilakukan
dengan melakukan pembangunan pada komoditi unggulan yang ada di setiap
kabupaten/kota di Sumatera Utara. Pembangunan pertanian tersebut dapat
2
berkontribusi terhadap pencapaian swasembada pangan dengan cara distribusi
silang oleh setiap kabupaten/kota yang kekurangan sumber bahan pangan tersebut.
SUMATERA UTARA
KABUPATEN A KABUPATEN B
Keunggulan produksi : Ubi Jalar Beras
Kelemahan produksi : Beras Ubi Jalar
Pembangunan komoditi
unggulan
Swasembada pangan
Sumatera Utara
Jika Kabupaten A yang memiliki komoditi unggulan ubi jalar namun produksi
beras yang belum mampu memenuhi kebutuhan di kabupaten tersebut dan
Kabupaten B yang memiliki keunggulan produksi beras dan kekurangan produksi
pada ubi jalar kemudian dilakukan pembangunan pada komoditi unggulan di
setiap kabupaten tersebut maka kekurangan beras pada Kabupaten A dipenuhi dari
pasokan beras Kabupaten B dan kekurangan ubi jalar pada Kabupaten B dipenuhi
dari kelebihan ubi jalar Kabupaten A. Pengidentifikasian komoditi unggulan di
setiap kabupaten/kota di Sumatera Utara dapat membantu pencapaian
swasembada pangan melalui pembangunan pertanian di komoditi unggulan
tersebut.
Identifikasi Masalah
Adapun masalah yang teridenfikasi dalam penelitian ini dapat diajabarkan sebagai
berikut :
1. Bagaimana kondisi produksi tanaman pangan di Sumatera Utara selama
periode tahun 2010 – 2014?
2. Bagaimana analisis nilai LQ tanaman pangan untuk dapat mengidentifikasi
komoditi unggulan di Sumatera Utara selama periode tahun 2010 – 2014?
3. Bagaimana nilai LQ untuk menentukan komoditi unggulan tanaman pangan
kabupaten/kota di Sumatera Utara selama periode 2010 – 2014 sehingga dapat
terwujudnya pembangunan subsektor tanaman pangan per kabupaten/kota?
3
Tujuan Penelitian
Adapun masalah yang teridenfikasi dalam penelitian ini dapat diajabarkan sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui perkembangan produksi tanaman pangan di Sumatera
Utara selama periode tahun 2010 – 2014.
2. Untuk menganalisis identifikasi komoditi unggulan tanaman pangan di
Sumatera Utara selama periode tahun 2010 – 2014.
3. Untuk menganalisis identifikasi komoditi unggulan tanaman pangan di
kabupaten/kota Sumatera Utara selama periode 2010 – 2014.
TINJAUAN PUSTAKA
Komoditi Unggulan
Konsep komoditi unggulan merupakan sebuah pemikiran untuk menentukan
komoditi yang memiliki posisi strategis yang didasarkan pada kemampuan atau
daya dukung di suatu wilayah. Daya dukung atau kemampuan suatu wilayah
tersebut antara lain kondisi tanah dan iklim, sosial ekonomi, kelembagaan, sarana
dan prasarana, serta kondisi sosial budaya di suatu wilayah tersebut.
Kerangka Pemikiran
Secara sistematis kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
4
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah
Penentuan daerah penelitian dengan menggunakan metode convenience sampling
yaitu dengan teknik sengaja memilih sesuai dengan keinginan peneliti dengan
pertimbangan tertentu.
Dimana :
LQ = Location Quotient
Xr = Produksi komoditi i pada tingkat Provinsi Sumatera Utara
RVr = Total produksi tanaman pangan di tingkat Provinsi Sumatera Utara
Xn = Produksi komoditi i di Indonesia
RVn = Total produksi tanaman pangan di Indonesia
Kriteria :
LQ > 1 : maka komoditi tersebut unggulan dan menjadi komoditi basis dengan
jumlah produksi yang berlebih dari jumlah kebutuhan
LQ = 1 : maka komoditi juga merupakan komoditi unggul dan dapat dijadikan
komoditi basis namun jumlah produksi hanya mampu memenuhi
kebutuhan daerah itu sendiri
LQ < 1 : maka komoditi tersebut tidak dapat menjadi komoditi unggulan karena
tidak mampu memenuhi kebutuhan daerah tersebut
5
Definisi Operasional
Untuk tidak terjadi saling salah memahami maka penulis memberikan beberapa
definisi sebagai berikut:
1. Sektor Pertanian adalah kegiatan pemanfatan sumber daya hayati yang
dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri,
atau seumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan
pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian dipahami
orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (crop cultivation) serta
pembesaran hewan ternak (raising), penangkapan ikan atau eksploitasi hutan,
meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan
bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan.
2. Subsektor tanaman pangan adalah tanaman bahan makanan yaitu padi, jagung,
kedelai, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar.
3. Komoditi unggulan adalah komoditi yang mampu berproduksi melebihi
jumlah produksi tanaman pangan lainnya dalam subsektor tersebut atau sering
disebut juga komoditi basis.
6
2. Padi ladang
Produksi padi ladang di Sumatera Utara mengalami tren penurunan. Produksi
tertinggi pada tahun 2011 sebesar 167.141 ton namun hingga pada tahun 2014
menurun sampai dengan 140.523 ton.
3. Jagung
Produksi jagung di Sumatera Utara pada tahun 2010 – 2014 menunjukkan
produksi tertinggi pada tahun 2010 sebesar 1.377.718 ton sedangkan produksi
terendah yaitu 1.159.795 ton.
7
4. Kacang Kedelai
Produksi kacang kedelai tertinggi pada tahun pada tahun 2011 yaitu sebesar
11.426 ton sedangkan yang terendah pada tahun 2013 yaitu sebesar 3.229 ton.
Pada tahun 2011 produksi menurun sangat besar dan diikuti sampai pada
tahun 2012 dan tahun 2013.
5. Kacang Tanah
Produksi tertinggi ditunjukkan pada tahun 2012 yaitu sebesar 3.817 ton
sedangkan yang terendah pada tahun 2014 yaitu sebesar 2.907 ton.
8
6. Ubi Kayu
Produksi tertinggi yaitu pada tahun 2013 yaitu sebesar 1.518.221 ton
sedangkan produksi terendah yaitu pada tahun 2010 yaitu sebesar 905.571 ton.
Dilihat dari tren maka tren produksi ubi kayu di Sumatera Utara pada periode
tahun 2010 sampai tahun 2014 adalah tren peningkatan.
7. Ubi Jalar
Produksi ubi jalar di Sumatera Utara tertinggi ditunjukkan pada tahun 2011
yaitu sebesar 191.104 ton sedangkan produksi terendah pada tahun 2013 yaitu
mencapai 116.670 ha. Berdasarkan tren terlihat bahwa posisi tahun 2011
produksi sempat meningkat dari tahun 2010 namun terus menurun hingga
tahun 2013 yang menjadi nilai produksi terendah dan pada 2014 terjadi
peningkatan yang cukup besar.
9
Analisis Location Quotient
Jika dilihat dari hasil nilai LQ maka tidak ada komoditi pangan yang dapat
dijadikan komoditi unggulan atau menjadi komoditi basis selama periode tahun
2010 sampai dengan tahun 2014.
Nilai LQ komoditi pangan di Sumatera Utara tersebut tidak ada yang konsisten
memenuhi kebutuhan yang ada di Sumatera Utara selama periode tahun 2010
hingga tahun 2014 ditunjukkan dengan besaran nilai LQ yang tidak konsisten
melebih satu (LQ>1) atau sama dengan satu (LQ=1). Komoditi padi hanya
mampu memenuhi kebutuhan di Sumatera Utara hanya sekali yaitu pada tahun
2010 dengan nilai LQ = 1,001. Komoditi yang mampu memenuhi kebutuhan
Sumatera Utara sebanyak dua kali adalah komoditi ubi jalar yaitu pada tahun 2010
dan tahun 2011.
Hal ini sangat memprihatinkan karena secara nasional Sumatera Utara mengalami
produksi yang kurang baik jika dilihat berdasarkan nilai LQ tersebut. Petani sudah
seharusnya melakukan pembangunan pertanian khususnya di subsektor tanaman
pangan di Sumatera Utara. Dukungan pemerintah dan seluruh pihak yang
berkaitan dengan subsektor tanaman pangan diperlukan untuk pelaksanaan
pembangunan subsektor tanaman pangan tersebut. Hal ini mengingat bahwa
kebutuhan akan bahan pangan yang semakin meningkat sedangkan produksi
tanaman lokal yang menjadi ketersediaan akan bahan pangan yang sangat terbatas.
Jika pembangunan tanaman pangan tersebut dilaksanakan maka dapat diharapkan
bahwa Sumatera Utara akan terlepas dari ketergantungan impor bahan pangan.
Jika dilihat dari per kabupaten/kota pada Tabel 2 maka setiap wilayah memiliki
komoditi unggulan yang berbeda-beda. Komoditi yang menjadi unggulan
didominasi oleh komoditi padi sawah. Setiap kabupaten/kota yang ada di
Sumatera Utara mengunggulkan komoditi padi sawah. Komoditi jagung menjadi
komoditi yang tidak banyak diunggulkan di Sumatera Utara. Kabupaten/kota di
Sumatera Utara yang memiliki komoditi unggulan paling banyak antara lain
adalah Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Dairi, dan Humbang Hasundutan. Kota
Sibolga tidak memiliki komoditi unggulan di subsektor tanaman pangan pada
periode tahun 2010 sampai tahun 2014.
10
Tabel 2. Komoditi Unggulan Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara,
Periode Tahun 2010 – 2014
11
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kondisi produksi untuk subsektor tanaman pangan disetiap tahunnya selama
periode tahun 2010 - 2014 berfluktuatif namun secara umum dalam periode
tersebut tren produksi mengalami penurunan.
2. Berdasarkan nilai LQ di Sumatera Utara dalam periode 2010 – 2014 tidak ada
komoditi pada subsektor tanaman pangan yang dapat diunggulkan. Komoditi
padi saja tidak mampu konsisten dalam memenuhi kebutuhan di Sumatera
Utara. Komoditi padi hanya mampu memnuhi kebutuhan di Sumatera Utara di
tahun 2010 dengan nilai LQ 1,001. Komoditi yang mampu memenuhi
kebutuhan di Sumatera Utara sebanyak dua kali adalah komoditi ubi jalar yaitu
pada tahun 2010 – 2011.
3. Nilai LQ yang menentukan komoditi unggulan untuk setiap kabupaten/kota
yang ada di Sumatera Utara berbeda-beda untuk di setiap kabupaten/kota.
Komoditi padi mendominasi menjadi komoditi unggulan di Sumatera Utara
berdasarkan kabupaten/kota periode tahun 2010 – 2014. Kabupaten/kota yang
memiliki komoditi unggulan paling banyak antara lain adalah Kabupaten
Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Dairi, dan Humbang Hasundutan dengan
empat jenis komoditi. Kota Sibolga tidak memiliki komoditi unggulan di
subsektor tanaman pangan.
6.2 Saran
A. Kepada pemerintah
Pemerintah diharapkan perlu untuk melakukan pembangunan di subsektor
tanaman pangan dengan berkonsentrasi terhadap pembangunan komoditi
unggulan di subsektor tersebut. Pembangunan komoditi unggulan di subsektor
tanaman pangan dapat dijadikan sebagai langkah awal untuk mewujudkan
swasembada pangan di Sumatera Utara.
B. Kepada peneliti selanjutnya
Diharapkan perlu meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor pendukung dan
faktor penghambat pertumbuhan ekonomi subsektor tanaman pangan di
Sumatera Utara. Hal ini yang akan memberikan informasi untuk membantu
melakukan pembangunan pertanian di Sumatera Utara khusunya tanaman
pangan. Pembangunan pertanian di subsektor tanaman pangan tersebut dapat
membantu terwujudnya swasembada pangan di Sumatera Utara.
Diharapkan adanya pengembangan teknologi pangan dengan memanfaatkan
tanaman pangan yang unggul di kabupaten/kota yang ada di Sumatera Utara
dengan menciptakan pangan alternatif selain beras sehingga pangan yang
produksinya lebih baik kualitas dan kuantitasnya dapat berkontribusi lebih
dalam pencapaian swasembada pangan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Alkadri, 2001. Manajemen Teknologi untuk Pengembangan Wilayah. Edisi
Revisi. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta.
Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. 2015. Sumatera Utara Dalam Angka 2014.
BPS Sumatera Utara. Medan.
___________. 2015. Sumatera Utara Dalam Angka 2015. BPS Sumatera Utara.
Medan.
Hasibuan, Monalisa. 2014. Analisis Pola Konsumsi Pangan Non Beras Sumber
Karbohidrat Di Kecamatan Medan Tuntungan. Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan
Sinaga, Selfia Reni dkk. 2013. Analisis Forecasting Ketersediaan Pangan 2015
Dalam Rangka Pemantapan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera
Utara. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara. Medan.
13