Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

INTERAKSI OBAT

Oleh
Akwarini
N01418052

MAKASSAR
2018
1. Cetirizine

merupakan antihistamin yang sangat kuat dan spesifik. Cetirizine merupakan

antagonis reseptor H1 generasi kedua, yang merupakan metabolit aktif asam

karboksilat dari antagonis reseptor H1 generasi pertama yaitu hidroksizin Selain

mempunyai efek antagonis terhadap reseptor H1, cetirizine juga mempunyai efek

antiinflamasi. Efek antiinflamasi cetirizine terutama ditunjukkan melalui

penghambatan migrasi eosinofil (in vivo) ke lokasi kulit yang terstimulasi oleh
alergen dan secara in vitro Menghambat kemotaksis eosinofil dan adhesi ke sel

endotel kultur serta aktivasi platelet, juga mempengaruhi platelet dan neutrofil.

2. Methylprednisolone merupakan salah satu obat yang masuk dalam kelompok

glukokortikoid (bertindak seperti halnya hormon steroid) dan termasuk derivat

prednison. Obat ini bekerja dengan cara mengurangi peradangan (antiinflamasi)

dan menekan respon kekebalan tubuh (imunosupresan), dan mengurangi respon

alergi (antialergi). Sehingga metilprednisolon dapat digunakan untuk mengurangi

pembengkakan, kemerahan, gatal dan reaksi-reaksi alergi lainnya

3. Miconazole

menghambat aktivitas jamur Trichophyton, Epidermophyton, Microsporum,

Candida, dan Malassezia furfur digunakan untuk indikasi dermatofitosis, tinea

versicolor, candidiasis mukokutan.

4. Betamethasone merupakan obat golongan glukokortikoid kerja pendek yang

dapat digunakan sebagai peredaan gejala-gejala peradangan. Glukokortikoid

menurunkan manifestasi radang secara dramayis (misalnya peradangan pada

kulit) termasuk kemerahan, bengkak, panas, dan nyeri tekan yang lazim terdapat

pada tempat radang. Efek glukokortikoid pada proses radang merupakan akibat

sejumlah kerja, termasuk redistribusi leukosit menuju kompartemen tubuh lainnya

sehingga menurunkan konsentrasi leukosit dalam tubuh (fungsi leukosit juga

terganggu). Efek lainnya meliputi peningkatan konsentrasi neutrofil, penurunan

konsentrasi limfosit (sel T dan B), basofil, eosinofil dan monosit. Dan

penghambatan kemampuan leukosit dan makrofag untuk berespon pada mitogen


dan antigen. Penurunan produksi prostaglandin dan leukotrien diyakini sebagai

pusat kerja peradangan. Glukokortikoid juga mempengaruhi respons peradangan

melalui kemampuannya menurunkan jumlah histamin yang dilepaskan oleh

basofil dan sel mast sehingga mengurangi aktivasi sistem kinin.

INTERAKSI OBAT YANG TERJADI

Dari keempat obat tersebut memiliki efek sinergis farmakodinamis karena

cetrizine memiliki efek antihistamine. . Efek antiinflamasi cetirizine terutama

ditunjukkan melalui penghambatan migrasi eosinofil (in vivo) ke lokasi kulit

yang terstimulasi oleh alergen dan secara in vitro menghambat kemotaksis

eosinofil dan adhesi ke sel endotel kultur serta aktivasi platelet, juga

mempengaruhi platelet dan neutrofil. dan miconazole merupakan antijamur yang

dapat membantu kerja dari antihistamin, miconazole dapat mengambat dan

membunuh jamur dan bakteri yang menyebakan terjadinya alergi pada kulit dan

terdapat obat betametsone dan metilprednisolon yang merupakan obat yang

bekerja sebagai glukokortikoid yang dapat mengurangi peradangan yang

disebabkan oleh antiinflaamasi. Metilprednisolon bekerja dengan cara

mengurangi peradangan (antiinflamasi) dan menekan respon kekebalan tubuh

(imunosupresan), dan mengurangi respon alergi (antialergi). Sedangkan

betametashone merupakan glukokortikoid yang mempengaruhi respons

peradangan melalui kemampuannya menurunkan jumlah histamin yang

dilepaskan oleh basofil dan sel mast sehingga mengurangi aktivasi sistem kinin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Harvey R dan Champe P.2002. Farmakologi Ulasan Bergambar.edisi 4.EGC.

Jakarta

2. Pramudianto A, Evaria. Mims Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 16.jakarta

:EGC 2006

3. Gunawan SG, Setiabudy R, Editor. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta :

Badan penerbit FKUI.2011

Anda mungkin juga menyukai