Anda di halaman 1dari 21

18 BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi secara global


yang menghasilkan banyak produk dan penghasilan dalam kehidupan kita selalu berhubungan
dengan interaksi manusia dalam proses produksi yang menggunakan teknologi yang sudah
berlangsung sejak awal peradaban manusia dimana teknologi mulai menjadi bagian dari
kemanusiaan pada saat manusia menemukan dan mengembangkan berbagai peralatan sebagai
bagian dari usaha mempertahankan hidupnya. Peralatan ini terus dikembangkan sehingga
didapatlah peralatan dari berbagai jenis untuk berbagai kegunaan dan dengan tingkat
kecanggihan yang semakin tinggi. Namun, di sampingitu, peralatan tersebut mempunyai segi
positif maupun negatif. Seperti pada kasus pabrik dapat menghasilkan pupuk atau pestisida,
namun proses produksi dalam pabrik juga dapat menimbulkan kerusakan lingkungan bahkan
secara langsung dapat membunuh. Karena itu teknologi sering diibaratkan sebagai pedang
bermata dua. Dengan kata lain untuk setiap produk yang dibuat, pembuatnya sekaligus
menyediakan dua hal yaitu baik dan buruk. 1Dengan adanya faktor resiko kerugian yang
ditimbulkan lingkungan kerja, ada faktor penting yang menunjukkan karakteristik masyarakat
industri yang hidup di negara maju yaitu banyaknya orang yang hidup dalam lingkungan fisik
yang merupakan hasil budidaya manusia. Hal ini akan kontras sekali dengan kehidupan masa
lampau disaat kebanyakan dari mereka masih hidup dalam lingkungan alam yang asli.
Perubahan waktu secara perlahan-lahan telah merubah manusia dan keadaan. Disini manusia
berusaha mengadaptasikan dirinya menurut situasi dan kondisi lingkungannya. Banyak bukti
yang menunjukkan perubahan manusia untuk menyesuaikan diri dengan kondisi alam yang ada
di sekitar lingkungannya serta ditunjukkan oleh perkembangan kebudayaan dari waktu ke waktu.
Manusia melakukan perubahan rancangan peralatan-peralatan yang dipakai untuk memudahkan
dalam mengoperasikan penggunaannya serta dalam penggunaan manusia dapat merasakan
kenyamanan dan terlindunginya kesehatan dan keselamatan mereka. Tujuan pendekatan
antropometri dalam perancangan alat dan perlengkapan ditempat kerja adalah agar terjadi
keserasian antara manusia dengan sistem kerja sehingga menjadikan tenaga kerja dapat
bekerja secara nyaman, baik dan efisien. Tenaga kerja akan bekerja secara terus menerus pada
setiap hari kerja di tempat kerja tersebut. Karena itu perancangan tempat kerja dan peralatan
pendukungnya menjadi penting agar sisi buruk yang ada pada setiap produk tidak muncul. Sisi
buruk yang dimunculkan suatu produk diakibatkan oleh tidak manusiawinya desain produk itu
karena terkadang para pendesain terlalu berorientasi pada kuantitas, berkorban sekecil-kecilnya
dengan mengharapkan hasil sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan kualitas. Pemilihan
desain terlalu diukur pada †œmurah†• yang berkonotasi pada penghematan biaya daripada
produktifitas dan efektifitas desain tad. Disinilah letak pentingnya Antropometri karena
kenyamanan atau ketidaknyamanan menggunakan alat bergantung pada kesesuaian alat
dengan ukuran manusia. B. Tujuan Dari praktikum ini diharapkan praktikan mampu: 1. Untuk
mengetahui pentingnya data antropometri. 2. Untuk mengetahui kesesuaian antara ukuran tubuh
probandus dengan kursi yang digunakan. 3. Untuk mengetahui kesesuaian antara ukuran tubuh
probandus dengan meja yang digunakan. C. Manfaat 1. Bagi Praktikan a. Memberikan
pengetahuan kepada mahasiswa tentang antropometeri. b. Memberikan pengalaman pada
mahasiswa bagaimana langkah†“ langkah mengukur bagian-bagian tubuh manusia. c.
Memberikan pengetahuan pada mahasiswa mengenai fungsi antropometri dalam kehidupan
sehari-hari. d. Mahasiswa dapat meminimalisir resiko akibat kerja yang dipengaruhi oleh
antropometri seseorang. e. Mahasiswa dapat menghindari kelelahan akibat kerja. f. Mahasiswa
dapat menciptakan suatu desain sesuai dengan antropometri tubuh. 2. Bagi Program Diploma 4
Keselamatan dan Kesehatan Kerja a. Mencetak alumnus yang berguna dan bermanfaat dalam
suatu industri atau tempat kerja b. Meningkatkan kualitas dan kemampuan mahasiswa didunia
kerja dalam penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. c. Meningkatkan pengalaman untuk
mahasiswa agar menjadi lulusan yang berkopeten. d. Mendesain ruangan yang nyaman baik
bagi mahasiswa, karyawan maupun pengunjung yang berkunjung ke kampus Diploma IV
Keselamatan dan Kesehatan kerja. BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1.
Pengertian Ergonomi Istilah †œergonomi†• berasal dari bahasa latin yaitu ergon (kerja) dan
nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam
lingkungan yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain
atau perancangan (Nurmianto, 2008). Egonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk
memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk
merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan
baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan
nyaman. Ergonomi berkenaanpula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan
kenyamanan manusia ditempat kerja, di rumah, dan di tempat rekreasi Menurut Sutalaksana
(1979). Ergonomi disebut juga sebagai Human Factors. Ergonomi juga digunakan oleh beberapa
ahli pada bidangnya misalnya: ahli anatomi, arsitektur , perancangan produk, fisika, fisioterapi,
terapi pekerjaan, psikologi, dan teknik industri. Ergonomic dapat berperan pula sebagai desain
pekerjaan pada suatu organisasi, misalnya: penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal
pergantian waktu kerja, meningkatkan variasi pekerjaan. Ergonomi dapat pulaberperan sebagai
desain perangkat lunak karena dengan semakin banyaknya pekerjaan yang berkaitan dengan
komputer. 4 2. Definisi Antropometri Kata antropometri berasal dari bahasa Yunani (Greek), yaitu
anthropos yang berarti manusia (man, human) dan metrein (to measure) yang berarti ukuran.
Yang dimaksud dengan Antropometri adalah ilmu yang mempelajari tentang pengukuran tubuh
manusia. Sedangkan menurut Stevenson (1989) dan Nurmianto (1991), antropometri
didefinisikan sebagai kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh
manusia baik ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk
penanganan masalah desain. Menurut Sanders & Mc Cormick, Phesant (1988) dan pulat (1992),
antropometi adalah pengukuran dimensi tubuh atau karakteristik fisik tubuh lainnya yang relevan
dengan desain tentang sesuatu yang dipakai orang. Didalam melakukan pengukuran
antropometri, maka pengetahuan tentang anatomi manusia sangatlah penting, karena hampir
seluruh pengukuran antropometri dijelaskan dengan menggunakan istilah dari berbagai bagian
tubuh atau pada lokasi bagian tubuh manusia. Subjek yang diukur diarahkan untuk
mengasumsikan posisi tertentu yang telah didefinisikan sebelumnya dengan menggunakan
standar posisi secara anatomi, dimana orang yang diukur berdiri dengan kedua tangan
disamping badan dan telapak tangan menghadap kedepan. Dari postur tubuh seperti tersebut,
maka anatomi manusia dapat didefinisikan dengan istilah axis dan plane (belahan tubuh. Dari
istilah plane ini, maka istilah dasar yang digunakan untuk menjelaskan posisi relatif atau lokasi
dari titik yang relevan pada struktur tubuh akan dikembangkan. Istilah anatomi yang paling
umum digunakan dalam kaitanya dengan pengukuran antropometri. Berdasarkan kriteria
antropometri untuk penerapan ergonomi, antropometri ada dua, yaitu : a. Antropometri statis
Antropometri dengan dimensi statis adalah pengukuran yang dilakukan pada saat tubuh dalam
keadaan posisi statis atau diam. Atropometri statis ini meliputi dimensi otot rangka atau skeletal
penggunaan dalam desain. Secara umum, beberapa contoh pengukuran antropometri statis
antara lain : 1. Pusat gravitasi tubuh 1. Berat, volume, masa tubuh. 1. Tinggi dan berat badan. 1.
Jarak antara sendi-sendi segmen tubuh. 1. Dimensi antropometri duduk vs berdiri. 1. Dimensi
dengan pakaian tipis vs pakaian biasa. 1. Dimensi dengan pakaian tipis vs pakaian biasa. 1.
Tinggi siku duduk yang diukur dari tempat duduk. 1. Ukuran : panjang, lebar, tebal anggota tubuh
tertentu. 1. Lingkar dari berbagai anggota tubuh tertentu. b. Antropometri dinamis Antropometri
dengan dimensi dinamis adalahsuatu pengukuran yang dilakukan pada saat tubuh sedang
melakukan aktivitas fisik. Pengukuran tersebut antara lain meliputi : jangkauan, lebar jalan lalu
lalang untuk orang yang sedang berjalan, termasuk juga pengukuran kisaran gerak untuk variasi
sendi dan persendian. 3. Kelebihan dan kelemahan antropometri a. Kelebihan antropometri 1)
Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingkar lengan atas, mikrotoa, dan alat
pengukur panjang bayi yang dapat dibuat sendiri dirumah. 2) Pengukuran dapat dilakukan
berulang-ulang dengan mudah dan objektif. 3) Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan
tenaga khusus profesional, juga oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu. 4) Biaya relatif murah.
5) Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas. 6) Secara alamiah diakui
kebenaranya. b. Kelemahan antropometri 1) Tidak sensitif 2) Faktor diluar gizi (penyakit, genetik,
dan penurunan penggunaan energi) 3) Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat
mempungaruhi presisi, akurasi, dan validitas pengukuran antropometri gizi. 4) Kesalahan terjadi
karena: a) Pengukuran b) Perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan c)
Analisis dan asumsi yang keliru 5) Sumber kesalahan, biasanya berhubungan dengan: a)
Latihan petugas yang tidak cukup b) Kesalahan alat atau alat tidak ditera c) Kesulitan
pengukuran 4. Data Antropometri Data antropometri diaplikasikan secara luas antara lain dalam
perancangan area kerja, perancangan peralatan kerja, perancangan produk konsumtif, dan
perancangan lingkungan kerja fisik. Perancangan suatu produk harus memperhatikan beberapa
faktor yang mempengaruhi ukuran tubuh manusia yaitu umur, jenis kelamin, suku atau bangsa,
dan posisi tubuh. Adapun hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan antropometri : a.
Menentukan aplikasi yang akan digunakan dengan perencanaan distribusi ekstrim. b. Harus bisa
menentukan nilai kelonggaran. c. Menentukan secara pasti populasi yang akan menggunakan
desain tersebut. d. Menentukan dimensi tubuh yang terpenting dalam suatu desain. Antropometri
terbagi menjadi dua tipe, yaitu : a. Antropometri Statis (Struktural) Adalah pengukuran yang
dilakukan pada saat tubuh dalam keadaan posisi statis atau diam. Antropometri statis meliputi
dimensi otot rangka atau skeletal yaitu antara pusat sendi (seperti antara siku dan pergelangan
tangan) atau dimensi kontur yaitu dimensi permukaan tubuh kulit (seperti kedalam atau tinggi
duduk). Data-data antropometri statis sudah barang tentu banyak didapatkan dari berbagai
sumber dan telah sering diaplikasikan diberbagai sektor kehidupan dan industri secara sangat
luas. Namun demikian, hal yang tidak boleh dilupakan adalah setiap pengukuran harus
mempunyai dan sesuai dengan tujuan penggunaan dalam desain . Secara umum, beberapa
contoh pengukuran antropometri statis antara lain : 1) Tinggi dan berat badan. 2) Tinggi siku
duduk yang diukur dari tempat duduk. 3) Ukuran : panjang, tinggi, lebar, tebal anggota tubuh
tertentu. 4) Jarak antara sendi-sendi segmen tubuh. 5) Berat, volume, massa tubuh. 6) Lingkar
dari berbagai anggota tubuh tertentu. 7) Pusat gravitasi tubuh. 8) Dimensi antara berpakaian tipis
dengan berpakaian tebal. 9) Dimensi antropometri duduk dengan berdiri, dan lain-lain. b.
Antropometri Dinamis (Fungsional) Antropometri Dinamis Adalah pengukuran yang dilakukan
pada saat tubuh melakukan aktivitas fisik. Pengukuran tersebut meliputi jangkauan, lebar jalan
lalu lalang untuk orang yang sedang berjalan, termasuk juga pengukuran kisaran gerak untuk
variasi sendi dan persendian, tenaga injak pada kaki, kekuatan jari menggenggam, dsb.
Mengingat pengukuran antropometri dinamis dilakukan pada saat tubuh sedang melakukan
gerakan, tentunya pengukuran antropometri dinamis lebih sulit dari pada statis. Data
antropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai macam anggota tubuh manusia dalam
percentile tertentu akan sangat besar manfaatnya pada saat suatu rancangan produk ataupun
fasilitas kerja akan dibuat. Agar rancangan suatu produk nantinya bisa sesuai dengan ukuran
tubuh manusia yang akan mengoperasikannya, maka prinsip-prinsip apa yang harus diambil
didalam aplikasi data antropometri tersebut harus ditetapkan terlebih dahulu seperti diuraikan
berikut ini : 1) Prinsip perancangan produk yang bisa dioperasikan diantara rentang ukuran
tertentu Disini rancangan bisa dirubah-rubah ukurannya sehingga cukup fleksibel dioperasikan
oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh. Contoh yang paling umum
dijumpai adalah perancangan kursi mobil yang mana dalam hal ini letaknya bisa digeser
maju/mundur dan sudut sandarannya bisa dirubah-rubah sesuai dengan yang diinginkan. Dalam
kaitannya untuk mendapatkan rancangan yang fleksibel, semacam ini maka data antropometri
yang umum diaplikasikan adalah rentang nilai 5-th sampai dengan 95-th percentile. 2) Prinsip
perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang akstrim Disini rancangan produk dibuat
agar bisa memenuhi 2 sasaran produk, yaitu : a) Bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang
mengikuti klasifikasi ekstrim dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata-
ratanya. b) Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas dari
populasi yang ada ). c) Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata. Berkaitan dengan
aplikasi data antropometri yang diperlukan dalam proses perancangan produk ataupun fasilitas
kerja, maka ada beberapa saran yang bisa diberikan sesuai dengan langkah-langkah seperti
berikut : 1) Selanjutnya tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi, diakomodasikan dan
menjadi target utama pemakai rancangan produk tersebut. Hal ini lazim dikenal sebagai "market
segmentation", seperti produk mainan untuk anak-anak, peralatan rumah tangga untuk wanita.
2) Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh yang mana yang nantinya akan
difungsikan untuk mengoperasikan rancangan tersebut. 3) Tentukan dimensi tubuh yang penting
dalam proses perancangan tersebut, dalam hal ini juga perlu diperhatikan apakah harus
menggunakan data struktural body dimension ataukah functional body dimension. 4) Pilih
prosentase populasi yang harus diikuti, 90-th, 95-th, 99-th ataukah nilai percentile yang lain yang
dikehendaki. 5) Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah rancangan tersebut
untuk ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran yang fleksibel (adjustable) ataukah ukuran
rata-rata. 6) Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasikan selanjutnya pilih/tetapkan
nilai ukurannya dari tabel data antropometri yang sesuai. Aplikasi data tersebut dan tambahkan
faktor kelonggaran (allowance) bila diperlukan seperti halnya tambahan ukuran akibat faktor
tebalnya pakaian yang harus dikenakan oleh operator, pemakaian sarung tangan (glowes), dan
lain-lain. Terdapat berbagai macam faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia,
diantaranya : a. Umur Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai kira-kira
berumur 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Kemudian manusia akan berkurang
ukuran tubuhnya saat manusia berumur 60 tahun. b. Jenis kelamin Pada umumnya pria memiliki
dimensi tubuh yang lebih besar kecuali dada dan pinggul. c. Suku Bangsa (Etnis) Variasi dimensi
akan terjadi, karena pengaruh etnis. d. Pekerjaan Aktivitas kerja sehari-hari juga menyebabkan
perbedaan ukuran tubuh manusia. Selain faktor-faktor di atas, masih ada beberapa kondisi
tertentu (khusus) yang dapat mempengaruhi variabilitas ukuran dimensi tubuh manusia yang
juga perlu mendapat perhatian, seperti: a. Cacat tubuh Data antropometri akan diperlukan untuk
perancangan produk bagi orang-orang cacat. b. Tebal atau tipisnya pakaian yang harus
dikenakan Faktor iklim yang berbeda akan memberikan variasi yang berbeda pula dalam bentuk
rancangan dan spesifikasi pakaian. Artinya, dimensi orang pun akan berbeda dalam satu tempat
dengan tempat yang lain. c. Kehamilan (pregnancy) Kondisi semacam ini jelas akan
mempengaruhi bentuk dan ukuran dimensi tubuh (untuk perempuan) dan tentu saja memerlukan
perhatian khusus terhadap produk-produk yang dirancang bagi segmentasi seperti itu. 5.
Penggunaan Data Antropometri Penerapan data antropometri ini akan dilakukan jika tersedia
nilai mean (rata-rata) dan standar deviasi dari distribusi normal. Berikut ini adalah rumus
perhitungan persentil. 1 % x †“ 2,325 ðx 2,5 % x †“ 1,960 ðx 5 % x †“ 1,6450 ðx 10 %
x †“ 1,280 ðx 50 % X 90 % x + 1,280 ðx 95 % x + 1,645 ðx 97,5 % x + 1,960 ðx 99 % x +
2,325 ðx Tabel 2.1 Distribusi Normal dan Perhitungan Persentil Istilah ini †œThe Fallacy of
The Average Man or Average woman†• mengatakan bahwa merupakan suatu kesalahan
dalam perancangan suatu tempat kerja ataupun produk jika berdasarkan pada dimensi yang
hipotesis yaitu menganggap bahwasemua dimensi adalah merupakan rata-rata. Walaupun
hanya dalam penggunaan satu dimensi saja. Selain dari itu, jika seseorang mempunyai dimensi
pada rata-rata populasi, katakanlah tinggi badan, maka belum tentu, bahwa dia berada pada
ratarata populasi untuk dimensi lainnya. (Nurmianto, 2003). Peralatan dan ukuran alat-alat kerja
hendaknya disesuaikan keadaan tenaga kerja atau pemakainya. Adapun kriterianya sebagai
berikut : b. Meja kerja Meja kerja merupakan sarana kerja yang vital dalam melaksanakan
pekerjaannya. Kriteria : Seharusnya meja kerja yang sehat dan nyaman adalah sesuai dengan
anthropometri tubuh tenaga kerja dan jenis pekerjaannya. Namun ada hal-hal perlu ditekan
dalam meja kerja, seperti : 1) Tinggi meja kerja adalah setinggi siku. a) Sikap berdiri : (1) Perlu
ketelitian: 10 - 20 cm †º tinggi siku. (2) Perlu penekanan: 10-20 cm †¹ tinggi siku. b) Sikap
duduk : 68 - 74 cm dari permukaan daun meja sampai lantai. 2) Tebal daun meja Kriteria : a)
Dapat memberikan kebebasan gerak pada kaki. b) Terbuat dari bahan yang keras dan tidak
mudah patah. 3) Permukaan meja Kriteria : rata dan tidak menyilaukan. 4) Lebar meja Diukur
dari tenaga kerja dari arah depan. Kriteria : tidak melebihi dari jangkauan tangan. Usulan : 60 -
80 cm. 5) Luas pandangan Kriteria : Daerah pandangan yang jelas bila pekerja berdiri tegak dan
diukur dari tinggi mata 0 - 30o vertikal ke bawah, 0 †“ 50o. c. Tempat duduk Kriteria :
Seharusnya sikap duduk objek mendapatkan kedudukan yang mantap dan memberikan
relaksasi otot-otot yang tidak dipakai untuk bekerja, dan tidak mengalami penekanan-penekanan
pada bagian tubuh yang mengganggu sirkulasi darah dan sensitifitas bagian tersebut. 1)
Sandaran tangan Diukur panjang lebar dan tinggi. Kriteria : a) Jarak tepi dalam kedua sandaran
tangan lebih lebar dari lebar pinggul dan tidak melebihi lebar bahu. b) Tinggi sandaran tangan
adalah setinggi siku. c) Panjang sandaran tangan adalah sepanjang lengan bawah. 2) Sandaran
pinggang Diukur panjang dan lebar. Kriteria : Seharusnya bagian atas sandaran tidak melebihi
tepi bawah ujung tulang belikat dan bagian bawahnya setinggi pinggul. 3) Panjang alas duduk.
Pertemuan garis proyeksi permukaan depan sandaran duduk sampai dengan permukaan alas
duduk. Kriteria : Seharusnyalebih pendek dari lekuk lutut sampai dengan garis punggung. Usulan
: 40 cm 4) Tinggi tempat duduk. Dari lantai sampai dengan permukaan atas bagian depan alas
duduk. Kriteria : seharusnya lebih pendek dari panjang lekuk lutut sampai dengan kaki. Usulan :
40 - 48 cm. 5) Lebar tempat duduk. Diukur pada garis tengah alas duduk melintang. Kriteria :
Seharusnya desain tempat duduk lebih lebar dari lebar pinggul. Usulan : 40-45 cm. 6) Sudut alas
duduk. Kriteria : sudut alas tempat duduk dirancang sedemikian rupa sehingga memberi
kemudahan pada pekerja untuk melakukan pemilihan-pemilihan gerakan dan posisi. Usulan :
horizontal yaitu untuk pekerjaan yang tidak perlu sedikit membungkuk kedepan. Alas duduk
miring kedepan 3-50. Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data antropometri untuk bisa
diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk atau pun fasilitas kerja, hal yang akan diukur
untuk memberikan informasi tentang berbagai macam anggota tubuh yang perlu diukur, ialah
sebagai berikut : a. Data Antropometri Kepala 1) Panjang Kepala. 2) Lebar kepala. 3) Diameter
maksimum dari dagu. 4) Dagu kepuncak kepala 5) Telinga kepuncak kepala. 6) Telinga
kebelakang kepala. 7) Antara dua telinga. 8) Mata kepuncak kepala. 9) Mata kebelakang kepala.
10) Antara dua pupil kepala. 11) Hidung kepuncak kepala. 12) Hidung kebelakang kepala. 13)
Mulut kepuncak kepala. 14) Lebar mulut. b. Data antropometri yang diperlukan (seluruh tubuh) 1)
Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung kepala). 2) Tinggi mata dalam
posisi berdiri tegak. 3) Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak. 4) Tinggi siku dalam posisi berdiri
tegak (siku tegak lurus). 5) Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak
(dalam gambar tidak ditunjukan). 6) Tinggi tubuh dalam posisi duduk (dukur dari atas tempat
duduk atau pantat sampai dengan kepala). 7) Tinggi mata dalam posisi duduk. 8) Tinggi bahu
dalam posisi duduk. 9) Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus). 10) Tebal atau lebar
paha. 11) Panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan ujung lutut. 12) Panjang paha
yang diukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari lutut atau betis. 13) Tinggi lutut
yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk. 14) Tinggi tubuh dalam posisi duduk
yang diukur dari lantai sampai dengan paha. 15) Lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi
berdiri ataupun duduk). 16) Lebar pinggul atau pantat. 17) Lebar dari dada dalam keadaan
membusung (tidak tampak ditunjukan pada gambar). 18) Lebar perut 19) Panjang siku yang
diukur dari siku smpai dengan ujung jari†“ jari dalam posisi siku tegak lurus. 20) Lebar kepala.
21) Panjang tangan diukur dari pergelangan tangan sampai dengan ujung jari. 22) Lebar telapak
tangan. 23) Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar†“ lebar kesamping
kiri†“ kanan (tidak ditunjukan dalam gambar). 24) Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri
tegak, diukur dari lantai sampai dengan telapak tangan yang terjangkau lurus keatas (vertikal). B.
Perundang-undangan 1. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 3 ayat 1 yang
berbunyi †•Mengenai Syarat-Syarat Tentang Keselamatan Kerja yaitu memperoleh keserasian
antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan kerja dan proses kerja†•. 2. Peraturan Menteri
Perburuhan No. 7 tahun 1964 tentang Syarat-Syarat Kebersihan, Kesehatan Tempat Kerja. 3.
UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 9 ayat 4 yang berbunyi, "Pengurus
diwajibkan memenuhi dan menaati semua syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang berlaku
bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankannya". 3. Cara Kerja 0. Antropometer set 1. Pasang
antropometer pada bagian tubuh probandus yang akan diukur pada posisi berdiri maupun duduk.
1. Lalu lihat angka pada skala yang tertera pada antropometer. Ketentuan yang berlaku apabila
dalam pengukuran menggunakan bagian luar stik dan dalam stik dari antropometer maka skala
yang dibaca di dalam kotak bagian atas, apabila menggunakan bagian dalam stik dan dalam stik
dari antropometer maka baca skala bagian bawah, dan apabila menggunakan bagian luar dan
luar dari antropometer maka skala yang dibaca bagian atas ditambah 1 cm. 1. Kemudian catat
hasil yang sudah dibaca tadi. 0. Pengukur diameter kepala 0. Putar mur yang ada pada
pegangan alat agar bisa disesuaikan dengan kepala probandus yang akan di ukur. 0. Pasang
pada kepala untuk mengukur diameternya. 0. Lalu kencangkan alat hingga hasil pengukuran
akurat. 0. Kemudian catat hasilnya. 0. Jangka sorong 1. Pasang jangka sorong ke obyek yang
diukur. 1. Kencangkan alat agar ukuran tidak berubah. 1. Lihat dan catat hasil pengukuran. 0.
Busur 0. Letakkan busur di s udut kemiringan pada sandaran kursi. 0. Lihat berapa besarnya
derajat kemiringan. 0. Kemudian catat hasil pengukuran. 3. Prosedur Pengukuran a. Pengukuran
Antropometri Statis Berdiri. 1) Tinggi badan (Gidan) Cara kerja : Diukur dari bagian kepala yang
paling atas sampai alas kaki dalam keadaan berdiri tegak dan kepala menempel di tembok.
Dengan alat sliding caliper. 2) Tinggi bahu (Gihu) Cara kerja : Diukur dari bahu yang paling atas
sampai batas alas kaki dalam keadaan berdiri tegak. Dengan alat sliding caliper. 3) Tinggi siku
(Giku) Cara kerja : Diukur dari lengan yang berada dalam posisi vertikal sampai alas kaki dalam
keadaan berdiri tegak. Dengan alat sliding caliper. 4) Tinggi pinggul (Gigul) Cara kerja : Diukur
dari tulang pinggul yang paling atas sampai alas kaki posisi tegak lurus. Dengan alat sliding
caliper. 5) Lebar bahu (Barhu) Cara kerja : Diukur bagian lengan atas kiri sampai dengan bagian
luar lengan atas kanan dan diambil yang paling lebar. Dengan alat sliding caliper. 6) Lebar
pinggul (Bargul) Cara kerja : Diukur dari pinggul kiri sampai pinggul kanan dan diambil yang
paling lebar dalam keadaan berdiri. Dengan alat sliding caliper. 7) Panjang lengan (Pangleng)
Cara kerja : Jarak vertikal diukur dari ketiak sampai ujung jari tengah. Dengan alat sliding caliper.
8) Panjang lengan atas (Panglengtas). Cara kerja : Diukur dari ketiak sampai siku. Dengan alat
sliding caliper. 9) Panjang lengan bawah (Panglengwah). Cara kerja : Diukur dari siku sampai
ujung jari tengah sebagai jari yang paling panjang. Dengan alat sliding caliper. 10) Jangkauan
atas (Jangtas) Cara kerja : Diukur dari titik tengah pegangan teratas sampai alas kaki dalam
keadaan berdiri. Dengan alat sliding caliper. 11) Panjang depa (Panpa) Cara kerja : Diukur dari
ujung jari tengah kiri sampai ujung jari yang paling panjang. Dengan alat sliding caliper. 12)
Diameter kepala (lebar kepala) Cara kerja : Mengukur jarak dari glabella ke titik terposterior
daroios occipital pada garis tengah (linea mediana) kepala. Dengan alat spreading caliper. a.
Pengukuran Antropometri Statis Duduk. 1) Tinggi duduk (Giduk) Cara kerja : Diukur dari bagian
kepala yang paling atas sampai alas duduk dalam posisi sikap duduk tegak. Dengan alat sliding
caliper. 2) Tinggi siku duduk (Gikuduk). Cara kerja : Diukur dari siku sampai alas duduk dalam
posisi sikap duduk tegak. Dengan alat sliding caliper. 3) Tinggi pinggul duduk (Gikulduk). Cara
kerja : Diukur dari tulang pinggul yang paling atas sampai alas duduk. Dengan alat sliding
caliper. 4) Tinggi lutut duduk (Gitutduk). Cara kerja : Diukur dari lutut sampai alas kaki dalam
posisi sikap tegak. Dengan alat sliding caliper. 5) Panjang tungkai atas (Pangkaitas) Cara kerja :
Diukur dari lutut sampai garis vertikal yang melalui punggung dan pinggang pada posisi sikap
tegak. Dengan alat sliding caliper. 6) Panjang tungkai bawah (Pangkaiwah) Cara kerja : Diukur
dari lipat lutut belakang sampai alas kaki dalam sikap duduk dengan betis pada kedudukan
vertikal. Dengan alat sliding caliper. c. Cara pengukuran kursi-meja kerja 1) Kursi a) Tinggi kursi
dari lantai sampai dengan permukaan atas bagian depan alas duduk. Dengan alat pita meter. b)
Lebar kursi diukur pada garis tengah alas duduk melintang. Dengan alat pita meter. c) Panjang
kursi, tinggi sandaran kaki diukur dari lantai sampai alas sandaran kaki dengan menggunakan
pita meter. d) Panjang sandaran tangan diukur dari depan sandaran tangan sampai belakang
sandaran tangan. Dengan alat pita meter. e) Sudut sandaran punggung diukur pada bagian
sudut alas duduk dengan menggunakan bantuan busur sudut. 2) Meja a) Tinggi meja dari lantai
sampai permukaan atas bagian depan alas meja. Dengan alat pita meter. b) Lebar meja diukur
dari tenaga kerja ke arah depan. Dengan alat pita meter. c) Panjang meja diukur dari ujung kiri
meja sampai ujung kanan meja dalam satu garis. Dengan alat pita meter. d) Tebal meja diukur
dari permukaan bawah meja sampai permukaan atas meja duduk. Dengan alat antrhopometer
bone caliper. B. Hasil Pengukuran dan Perhitungan 1. Desain Stasiun Kerja No. Stasiun Kerja
Ukuran (cm) 1 Meja : Panjang meja 104,5 Lebar meja 68,7 Tinggi meja 74,2 Tebal meja 2,6 2
Kursi : Tinggi kursi 44 Lebar kursi 44,3 Tinggi sandaran tangan 24 Sudut sandaran punggung
115º 3 Panjang Kursi 49,3 Tinggi sandaran kaki 13,5 2. Hasil Pengukuran Postur Tubuh
Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu, 6 Mei 2015, pukul 09.00-selesai, di ruang kuliah I Prodi
D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dengan hasil praktikum sebagai berikut : Probandus : A.
Hylmi Wicaksono Umur : 19 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki a. Statis Berdiri Tinggi Badan 168,2
cm Tinggi Bahu Berdiri 135.6 cm Tinggi Siku Berdiri 98 cm Lebar Bahu 35 cm Tinggi Pinggul 100
cm Tinggi Jangkauan Atas 215 cm Panjang Depa 175 cm Panjang Lengan Atas 33 cm Panjang
Lengan Bawah 43 cm Diameter Kepala 18 cm Lebar Pinggul 26 cm Lingkar Kepala 18 cm Lebar
Pinggul 26 cm b. Statis Duduk Tinggi Duduk 79,5 cm Tinggi Pinggul Duduk 13 cm Tinggi Siku
Duduk 22 cm Tinggi Lutut Duduk 50 cm Panjang Tungkai Atas 54 cm Panjang Tungkai Bawah
42 cm BAB IV PEMBAHASAN A. Tempat Duduk (Kursi) Kriteria : Probandus dengan sikap
duduk mendapatkan sikap yang mantap dan memberikan relaksasi otot, dan tidak mengalami
penekanan- penekanan pada bagian tubuh yang mengganggu sirkulasi darah dan sensitifitas
bagian tubuh. 1. Lebar 44,3 cm Harus lebih lebar dari lebar pinggul. Dengan usulan 40 - 50 cm.
Sangat memenuhi kriteria yang ada, adapun lebar kursi sebesar 50 cm, juga sesuai dengan
usulan yang ada antara 40 - 50 cm. 1. Tinggi tempat duduk 44 cm Tinggi kursi sudah cukup
sesuai dengan probandus karena tinggi kursi tidak lebih tinggi dari panjang tungkai bawah yaitu
44,5 cm sehingga cukup ergonomis. 1. Tinggi sandaran tangan 24 cm Sandaran tangan kursi
lebih pendek dari tinggi siku posisi duduk probandus yaitu 26 cm dengan tinggi sandaran tangan
setinggi 24 cm.Berarti tinggi sandaran kursi tersebut sudah ergonomis. 1. Sudut sandaran
punggung 115 ° Sudut alas tempat duduk dirancang sedemikian rupa sehingga memberi
kemudahan melakukan gerakan dan posisi. Usulan horisontal yaitu untuk pekerjaan yang tidak
perlu sedikit membungkuk kedepan. Sudut sandaran sudah ergonomis dan sudah nyaman
digunakan oleh probandus. 1. Panjang Kursi 45 cm Lebih pendek dari lekuk lutut sampai depan
garis punggung. Panjang kursi sudah sesuai dengan probandus dan probandus dapat duduk
dengan nyaman. 1. Tinggi sandaran kaki 13,5 cm Sandaran kaki terlalu tinggi dikarenakan tinggi
kursi yang lebih pendek dari tinggi lutut duduk sehingga sandaran kursi tidak dibutuhkan. Apabila
tinggi kursi lebih tinggi maka sandaran kaki akan lebih berfungsi. B. Meja Kriteria : Meja kerja
yang sehat dan nyaman adalah sesuai dengan antropometri tubuh probandus dan jenis
pekerjaannya. 1. Tebal meja 2,6 cm Ketebalan meja sudah ergonomis, yaitu dapat memberikan
kebebasan bagi kaki probandus untuk bergerak, jarak antara lutut probandus dan tebal meja
juga sudah sesuai. 1. Lebar meja 68,7 cm Diukur dari probandus dari arah depan. Lebar tidak
melebihi dari jangkauan tangan. Meja sudah ergonomis untuk bekerja karena sesuai dengan
usulan sesuai kriteria dengan ukuran sekitar 60-80 cm. Panjang lengan probandus dan lebar
meja 68.7 cm cukup optimal dan baik bagi probandus ketika akan menulis dan melakukan
segala aktivitas di meja tersebut. 1. Tinggi meja 74,2 cm Tinggi meja cukup nyaman dan tidak
lebih tinggi dari tinggi bahu dalam posisi duduk. 1. Panjang meja 104,5 cm Sesuai dengan panpa
probandus yang berukuran 175 cm sehingga tangan masih dapa menjangkau ke seluruh meja.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Data antropometri sangat diperlukan dalam
perencanaan desain peralatan kerja maupun stasiun kerja. Peralatan yang digunakan dalam
pengukuran antropometer set, pengukur diameter kepala, jangka sorong, meteran gulung, busur,
meja dan kursi. 1. Meja 2. Tinggi meja 74,2 cm, sudah cukup ergonomis. 2. Tebal meja 2,6 cm,
sudah ergonomis. 2. Panjang meja 104,5 cm, dapat dijangkau probandus,sudah ergonomis. 2.
Lebar meja 68,7 cm, sudah sesuai dengan mayoritas probandus dalam kelompok. 1. Kursi 3.
Tinggi tempat duduk 44 cm, tidak sesuai dengan probandus, dan probandus dalam kelompok
yang memiliki tinggi lutut dibawah 43. 3. Lebar kursi 44,3 cm, sudah sesuai dengan probandus.
3. Panjang kursi 45 cm, sudah sesuai dengan probandus. 3. Tinggi sandaran tangan kursi 24 cm
dari tempat duduk, sudah sesuai dengan probandus. 3. Sudut Sandaran Punggung kursi 115O ,
sudah sesuai dengan probandus dan ergonomis. 3. Tinggi sandaran kaki 13,5 cm,kurang sesuai
dengan probandus utamanya jika probandus memiliki tinggi lutut yang tidak memiliki perbedaan
yang cukup besar dengan tinggi kaki. B. Saran 1. Ketika pengukuran diharapkan memperhatikan
alat ukur masih berfungsi dengan baik dan lengkap. 1. Pengukuran harus selalu teliti serta
memperhatikan titik awal (titik nol) agar pengukuran tepat. 1. Pemakaian alat dalam pengukuran
harus benar dan tepat. 1. Pastikan alat ukur tidak miring saat melakukan pengukuran. 1. Saat
pengukuran praktikan diharapkan serius dan teliti agar tidak terjadi kesalahan pada pengukuran.
1. Praktikan harus memanfaatkan waktu dengan efektif dan efisien. 1. Hendaknya praktikan
bersungguh-sungguh dalam melaksanakan praktikum. 1. Melihat hasil data antropometri perlu
adanya redesain kursi agar probandus dapat lebih nyaman dalam kegiatan belajar mengajar. 1.
Perlu adanya redesain tinggi meja dan tinggi tempat duduk agar lebih sesuai dengan tinggi
praktikan.

Makalah MASALAH ERGONOMI DI


TEMPAT KERJA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan
pokok pada lapangan pekerjaan.Artinya peralatan dan teknologi merupakan salah satu penunjang
yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping
itu,akan terjadi dampak negatifnya bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang
mungkin akan timbul. Hal ini tentunya dapat di cegah dengan adanya antisipasi berbagai resiko.
Antara lin kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja, penyakit yang berhubungan dengan
pekerjaan dan kecelakaan akibat kerja yang dapat menyebkan kecacataan dan kematian. Antisipasi
ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan
lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomic.

Dalam dunia kerja terdapat Undang-Undang yang mengatur tentang ketenagakerjaan yaitu
Undang-Undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok tenaga kerja merupakan
subyek dan obyek pembangunan. Ergonomic yang bersasaran akhir efisiensi dan keserasian kerja
memiliki arti penting bagi tenaga kerja, baik sebagai subyek maupun obyek. Akan tetapi sering kali
suatu tempat kerja mengesampingkan aspek ergonomic bagi para pekerjanya, hal ini tentunya
sangat merugikan para pekerja itu sendiri.

Pada umumnya ergonomic belum diterapkan secara merata pada sector kegiatan ekonomi.
Gagasannya telah lama disebarluaskan sebagai unsure hygiene perusahaan dan kesehatan kerja
(hiperkes), tetapi sampai saat ini kegiatan-kegiatan baru sampai pada taraf pengenalan oleh
khususnya pada pihak yang bersangkutan, sedangkan penerapannya baru pada tingkat perintisan.
Fungsi pembinaan ergonomic secara teknis merupakan tugas pemerintah. Pusat Bina Hiperkes dan
Keselamatan Kerja memiliki fungsi pembinaan ini melalui pembinaan keahlian dan pengembangan
penerapannya. Namun begitu, sampai saat ini pengembangan kegiatan-kegiatannya baru
diselenggarakan dan masih menunggu kesiapan masyarakat untuk menerima ergonomic dan
penerapannya.

B. Rumusan masalah

Rumusan masalah yang kiranya dapat di susun dalam topic kali ini antara lain:

1. Apakah yang dimaksud dengan ergonomi ditempat kerja?

2. Apakah tujuan dari ergonomi di tempat kerja?

3. Bagaimana metode dan pengembangan ergonomi ditempat kerja?

4. Apa saja masalah yang ditimbulkan di tempat kerja?

5. Apa manfaat pelaksanaan dari ergonomi ditempat kerja?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari Ergonomi

2. Untuk mengetahui tujuan, manfaat dan ruang lingkup ergonomi.

3. Untuk mengetahui metode-metode ergonomi.

4. Untuk mengetahui masalah ditempat kerja.

D. Manfaat
1. Menambah pengetahuan bagi pembaca mengenai masalah ergonomi ditempat kerja.

2. Sebagai sarana informasi bagi pekerja dan perusahaan untuk lebih memperhatikan tentang masalah
ergonomi ditempat kerja.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Ergonomi

Ergonomi yaitu ilmu yang penerapanya berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan
terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas dan efisiensi yang setinggi-
tingginya melalui pemanfaatan factor manusia seoptimal-optimalnya. (Dr. Suma’mur P.K, M.Sc :
1989 hal 1 ). Ergonomi adalah komponen kegiatan dalam ruang lingkup hiperkes yang antara lain
meliputi penyerasian pekerjaan terhadap tenaga kerja secara timbale balik untuk efisiensi dan
kenyamanan kerja.

Contoh : suatu perusahaan kerajinan mengubah cara kerja duduk di lantai dengan bekerja di meja kerja,
mengatur tata ruangan menjadi lebih baik, mengadakan ventilasi, menambah penerangan,
mengadakan ruang makan, mengorganisasi waktu istirahat, menyelenggarakan pertandingan
olahraga, dan lain-lain. Dengan usaha ini, keluhan-keluhan tenaga kerja berkurang dan produksi
tidak pernah terganggu oleh masalah-masalah ketenagakerjaan. Dengan begitu, produksi dapat
mengimbangi perluasan dari pemasaran.

Ergonomi mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan manusia. Sasaran
penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah
untuk menurunkan stress atau tekanan yang akan dihadapi. Salah satu upaya yang dilakukan antara
lain menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan
suhu, cahaya dan kelembapan. Hal ini bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Ada
salah satu definisi yang menyebutkan bahwa ergonomi bertujuan untuk “fitting the job to the
worker”. Ergonomi juga bertujuan sebagai ilmu terapan biologi manusia dan hubungannya dengan
ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal
selain meningkatkan produktivitasnya. (ILO)
B. Tujuan Ergonomi

Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja di mulai dari yang sederhana dan pada
tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan ergonomi akan dapat meningkatkan efisiensi,
efektivitas dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan system serta lingkungan yang cocok,
aman, nyaman dan sehat.

- Adapun tujuan penerapan ergonomic adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental dengan meniadakan beban kerja tambahan(fisik dan
mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan kepuasan kerja

2. Meningkatkan kesejahteraan social dengan jalan meningkatkan kualitas kontak sesame pekerja,
pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan system kebersamaan dalam tempat kerja.

3. Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik, ekonomi, antropologi dan
budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan meningkatkan efisiensi sistem manusia-mesin.

C. Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi:

1. Tehnik

2. Fisik

3. Pengalaman psikis

4. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian

5. Sosiologi

6. Fisiologi, kaitanya dengan temperature tubuh, oxygen up take, dan aktifitas otot

7. Desain, dll

D. Manfaat Ergonomi

1. Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.

2. Menurunnya kecelakaan kerja.

3. Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.

4. Stress akibat kerja berkurang.

5. Produktivitas membaik.
6. Alur kerja bertambah baik.

7. Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.

8. Kepuasan kerja meningkat

E. Metode-metode Ergonomi

1. Diagnosis

Dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja, penilaian fisik pekerja,
uji pencahayaan, ergonomi checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. variasi akan sangat
luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.

2. Treathment

Dapat dilakukan dengan cara perubahan posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai,
Membeli furniture sesuai dengan dimensi fisik pekerja

3. Follow up

Bisa dilakukan dengan cara menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku,
keletihan, sakit kepala dan lain-lain.

F. Pengembangan penerapan ergonomi

1. Pengorganisasian kerja

- Semua sikap tubuh membungkuk atau sikap tubuh yang tidak alamiah harus dihindari. Fleksi tubuh
atau kepala ke arah samping lebih melelahkan dari sedikit membungkuk ke depan. Sikap tubuh yang
disertai paling sedikit kontraksi otot statis dirasakan paling nyaman.

- Posisi ekstensi lengan yang terus-menerus baik ke depan, maupun ke samping harus dihindari.
Selain menimbulkan kelelahan, posisi lengan seperti itu sangat mengurangi ketepatan kerjadan
ketrampilan aktivitas tangan.

- Selalu diusahakan agar bekerja dilakukan sambil duduk. Sikap kerja denagn kemungkinan duduk dan
berdiri silih berganti juga dianjurkan.

- Kedua lengan harus bergerak bersama-sama atau dalam arah yang berlawanan. Bila hanya satu
lengan saja yang bergerak terus-menerus, maka otot-otot tubuh yang lainnya akan berkontraksi
statis. Gerakan berlawanan memungkinkan pula pengendalian saraf yang lebih cermat terhadap
kegiatan pekerjaan tangan.

2. Bangku atau meja kerja


Pembuatan bangku dan meja kerja yang buruk atau mesin sering-sering adalah penyebab kerja otot
statis dan posisi tubuh yang tidak alamiah. Maka syarat-syarat bangku kerja yang benar adalah
sebagai berikut :

- Tinggi area kerja harus sesuai sehingga pekerjaan dapat dilihat dengan mudah dengan jarak optimal
dan sikap duduk yang enak. Makin kecil ukuran benda, makin dekat jarak lihat optimal dan makin
tinggi area kerja.

- Pegangan, handel, peralatan dan alat-alat pembantu kerja lainnya harus ditempatkan sedemikian
pada meja atau bangku kerja, agar gerakan-gerakan yang paling sering dilakukan dalam keadaan
fleksi.

- Kerja otot statis dapat dihilangkan atau sangat berkurang dengan pemberian penunjang siku, lengan
bagian bawah, atau tangan. Topangan-topangan tersebut harus diberi bahan lembut dan dapat di
stel, sehingga sesuai bagi pemakainya.

3. Sikap kerja

 Tempat duduk

Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga orang yang bekerja dengan sikap duduk
mendapatkan kenyamanan dan tidak mengalami penekanan-penekanan pada bagian tubuh yang
dapat mengganggu sirkulasi darah.

 Meja kerja

Tinggi permukaan atas meja dibuat setinggi siku dan disesuaikan dengan sikap tubuh pada saat
bekerja.

 Luas pandangan

Daerah pandangan yang jelas bila pekerja berdiri tegak dan diukur dari tinggi mata adalah 0-30°
vertical kebawah, dan 0-50° horizontal ke kanan dan ke kiri

4. Proses kerja

Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai
dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.

5. Tata letak tempat kerja

Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku
secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.

6. Mengangkat beban
Bermacam cara dalam mengangkat beban yakni dengan kepala, bahu, tangan, punggung , dll. Beban
yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat
gerakan yang berlebihan.

- Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan mengangkat dan mengangkut adalah sebagai


berikkut :

1. Beban yang diperkenakan, jarak angkut dan intensitas pembebanan.

2. Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan medan yang licin, kasar, naik turun dll.

3. Keterampilan bekerja

4. Peralatan kerja beserta keamanannya

- Cara-cara mengangkut dan mengangkat yang baik harus memenuhi 2 prinsip kinetis yaitu :

1. Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang keluar dan sebanyak mungkin otot tulang
belakang yang lebih lemah dibebaskan dari pembebanan

2. Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan.

Penerapan :

1. Pegangan harus tepat

2. Lengan harus berada sedekatnya pada badan dan dalam posisi lurus

3. Punggung harus diluruskan

4. Dagu ditarik segera setelah kepala bisa di tegakkan lagi seperti pada permulaan gerakan

5. Posisi kaki di buat sedemikian rupa sehingga mampu untuk mengimbangi momentum yang terjadi
dalam posisi mengangkat

6. Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertical yang melalui pusat grafitas tubuh.

7. menjinjing beban

Tabel 1 beban yang diangkaat tidak melebihi aturan yang ditetapkan


Jenis kelamin Umur(th) Beban yang disarankan (kg)

Laki-laki 16-18 15-20

>18 40

wanita 16-18 12-15

>18 15-20

G. Keluhan-keluhan di tempat kerja yang berkaitan dengan ergonomi

a. Ketidaktepatan kursi kerja, menyebabkan keluhan kepala, leher, bahu, pinggang, bokong, lengan,
tangan, lutut, kaki, dan paha

- Kelelahan fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki
performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat
dan tidur yang cukup.

a. Kelelahan yang sumber utamanya adalah mata (kelelahan visual)

Mata merupakan indera yang mempunyai peranan penting dalam penyelesaian pekerjaan.

b. Kebisingan

Pengaruh kebisingan secara keseluruhan adalah:

 Kerusakan pada indera pendengaran

 Gangguan komunikasi dan timbulnya salah pengertian

 Pengaruh faal seperti gangguan psikomotor, gangguan tidur dan efek-efek saraf otonom

 Efek psikologis

- Kelelahan yang patologis


Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat
gejalanya.

- Psikologis dan emotional fatique


Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis “mekanisme melarikan
diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan
mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.

Sebab –sebab kelelahan:


1. Monotomi

2. Beban dan lama kerja

3. Lingkungan

4. Faktor kejiwaan

5. Sakit , rasa sakit , gizi

Penyegaran:

1. Kepemimpi-nan

2. Manajemen

3. Pehatian terhadap keluarga

4. Perorgani-sasian kerja

5. Kesehatan dan kesejah-teraan ter-masuk upah dan gizi

Siap kerja

Kondisi lelah

Produktif dan sejahtera


H. Waktu bekerja dan istirahat yang baik bagi pekerja

a) Lama bekerja

Lamanya pekerja dalam sehari yang baik pada umumnya 6 – 8 jam sisanya untuk istirahat atau
kehidupan dalam keluarga dan masyarakat. Dalam hal lamanya kerja melebihi ketentuan-ketentuan
yang ada, perlu diatur istirahat khusus dengan mengadakan organisasi kerja secara khusus
pula.pengaturan kerja demikian bertujuan agar kemampuan kerja dan kesegaran jasmani serta
rohani dapat dipertahankan.

b) Istirahat

Terdapat 4 jenis istirahat yaitu :

o istirahat secara spontan adalah istirahat pendek setelah pembebanan

o istirahat curian terjadi jika beban kerja tidak di imbangi oleh kemampuan kerja.

o Istirahat yang ditetapkan adalah istirahat atas dasar ketentuan perundang-undangan

o Istirahat oleh karena proses kerja tergantung dari bekerjanya mesin peralatan atau prosedur-
prosedur kerja

I. Upaya kesehatan kerja

1) Gizi dan produktivitas

Dalam bekerja seorang pekerja dalam kehidupannya memerlukan kalori makanan yang cukup demi
menunjang aktivitas para pekerja. Adapun susunan yang baik bagi pekerja adalah sebagai berikut :

a. Makan pokok, yakni :

1. Bahan makan yang lazim dimakan dengan porsi besar sehingga diharapkan dapat menjamin tenaga
(kalori) yang besar pula

2. Bahan makanan setempat, yang mudah didapatkan atau yang sesuai dengan selera keluarga

3. Bahan-bahan ini berupa beras, jagung, sagu, ubi, dll


b. Lauk pauk, yakni :

1. Bahan makan yang lazim dapat menjamin pertumbuhan tubuh atau mengganti bagian badan yang
aus dan rusak

2. Bahan-bahan ini berupa kedelai, kacang, tempe, tahu, dll

c. Sayuran, yakni :

1. Bahan makan yang lazim dapat mempertahankan tubuh, dalam keadaan sehat atau
mempertahankan tubuh terhadap serangan atau penyakit

2. Sayuran yang berwarna lebih baik khasiatnya misalnya kangkung, bayam, wortel, tomat, dll

d. Buah yakni;

1. Bahan makan yang gunya hampir seperti sayuran

2. Di Indonesia buah terkenal sebagai pencuci mulut

3. Setelah makan dan biasa dimakan dan sebagai maknan extra diluar waktu-waktu makan. Sebaiknya
buah-buahan yang sesuai dengan musimnya sebab relative lebih murah

2) Penerangan dan dekorasi

Penerangan dan dekorasi yaitu keserasian fungsi mata terhadap pekerjaan dan kegairahan atas
dasar faktor kejiwaan.

o Intensitas penerangan

Tabel 2 Pedoman intensitas penerangan

Pekerjaan Contoh-contoh Tingkat penerangan yang perlu

Tidak teliti Penimbunan barang 80 - 70

Agak teliti Pemasangan (tidak teliti) 170 – 350

Teliti Membaca, menggambar 350 – 700


Sangat teliti Pemasangan(teliti) 700– 10.000

o Warna di tempat kerja

Warna yang dipakai di tempat kerja sangat berpengaruh karena menimbulkan penciptaan
kontras warna agar tangkapan mata dan pengadaan lingkungan psikologis yang optimal.

3) Pemeliharaan pendengaran dan penggunaan musik

1. Kebisingan,efek dan pencegahannya

Adapun pengaruh kebisingan secara keseluruhan adalah:

 Kerusakan pada indera pendengaran

 Gangguan komunikasi dan timbulnya salah pengertian

 Pengaruh faal,seperti gangguan psikomotor, gangguan tidur, dan efek-efek saraf otonom

 Efek psikologis yaitu perasaan terganggu dan ketidaksenangan

2. Music dan pekerjaan

Musik dalam kerja diharapkan meningkatkan kegairahan dan kesegaran, tetapi musik tidak dapat
dipergunakan dalam pekerjaan yang memiliki kebisingan tinggi, karena pada keadaan seperti itu
music menambah besarnya gangguan. Musik dapat dimainkan pada saat sebelum bekerja, Ketika
bekerja, pada waktu istirahat atau ketika pulang menurut keperluan.

4) Olahraga dan kesegaran jasmani

Mengingat pentingnya kesegaran jasmani untuk kesehatan dan produktivitas maka pembinaan
kesegaran jasmani perlu mendapat perhatian yang lebih, sungguh-sungguh baik berupa
pelaksanaan, pembinaan kesegaran jasmani yang khusus maupun melalui berbagai kegiatan
olahraga. Pembinaan kesegaran jasmani perlu dilaksanakan sejak seleksi karyawan yang berupa tes
kesegaran jasmani. Misalnya, program aerobic dari cooper.

BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan

Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam
keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut,
perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal
ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggungjawab terhadap kesehatan
masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di Tempat Kerja serta
menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya.
Ergonomi secara tehnis merupakan bagian dari hygiene kesehatan dan keselamatan kerja, namun
sampai saat ini pengembangannya baru diselenggarakan dan masih menunggu kesiapan masyarakat
untuk menerima ergonomi dan penerapannya. Untuk mendapat manfaat dari ergonomi perlu dibuat
suatu program untuk menggerakkan baik masyarakat industry maupun tradisional agar ergonomic
diterapkan secara luas. Program demikian meliputi kegiatan-kegiatan pokok sebagai berikut :

1. Kegiatan penyuluhan yang ditujukan kepada kelompok yang penerapan ergonominya adalah khusus

2. Evaluasi dan koreksi keadaan ergonomi di tempat-tempat kerja melalui kunjungan-kunjungan


perusahaan oleh tim-tim teknis.

3. Standarisasi dalam ergonomi atas dasar data-data yang diperoleh dari evalusi dan perbaikan

Kegiatan-kegitan tersebut ditingkatkan dari tahun ketahun secara bertahap dalam program
jangka pendek dan jangka menengah.Dengan terciptanya program ini bagian terpenting program
jangka pendek telah terselesaikan. Setelah program jangka menengah dilalui, pembudayaan
ergonomic lebih lanjut dapat diselenggarakan antara lain melalui pendidikan masyarakat dan
pendidikan formal. Bagi pengembangan ergonomic, penelitian memegang peranan penting. Untu
pelaksanaannya, perlu kerja sama interdisipliner antar lembaga-lembaga seperti perguruan tinggi,
lembaga-lembaga penelitian dan badan-badan lainnya. Hasil-hasil penelitian tersebut perlu
disebarluaskan dan dituangkan dalam standar-standar bagi penyelenggaran praktik selanjutnya.

B. Saran

- Pendekatan disiplin ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki performansi kerja


manusia seperti menambah kecepatan kerja, accuracy, keselamatan kerja disamping untuk
mengurangi energi kerja yang berlebihan serta mengurangi datangnya kelelahan yang terlalu
cepat. Disamping itu disiplin ergonomi diharapkan mampu memperbaiki pendayagunaan
sumber daya manusia serta meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan
manusia (human errors). Manusia adalah manusia, bukannya mesin. Mesin tidak
seharusnya mengatur manusia, untuk itu bebanilah manusia (operator/pekerja) dengan
tugas-tugas yang manusiawi.

- Pendekatan khusus yang ada dalam disiplin Ergonomi ialah aplikasi yang sistematis dari
segala informasi yang relevan yang berkaitan dengan karakteristik dan perilaku manusia
didalam perancangan peralatan, fasilitas dan lingkungan kerja yang dipakai.
Daftar Pustaka

Suma’mur, 1989, “Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja”, PT Temprint: Jakarta

Cermin Dunia Kedokteran No. 154, 2007

http://www.ergoweb.com/news/SubscribeNewsletter.cfm

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/02/tugas-ergonomi-3/

Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI

http://ariagusti.wordpress.com/2010/10/17/tugas-kelompok-ergonomi di-tempat-kerja/

Anda mungkin juga menyukai