Anda di halaman 1dari 5

Perubahan Perubahan Pada Lansia Sistem Pernafasan

A. Gambaran Sistem Pernafasan Pada Lansia


1. Otot pernafasan kaku dan kahilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi
berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.
2. Penurunan aktifitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial
terjadi penumpukan sekret.
3. Penurunan aktifitas paru (mengembang dan mengempisnya) sehingga jumlah udara
pernafasan yang masuk ke paru mengalami penurunan, apabila pada pernafasan
yang tenang kira-kira 500 ml.
4. Alveoli ukurannya semakin melebar dan jumlahnya berkurang (luas permukaan
normal 50 m2), menyebabkan terganggunya proses difusi.
5. Penurunan oksigen (O2) arteri menjadi 75 mmHg mengganggu proses oksigenasi
dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua ke jaringan.
6. CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun dan
lama-kelamaan menjadi racun bagi tubuh sendiri.
7. Kemampuan batuk berkurang sehingga pengeluaran sekret dan corpus alium dari
saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.
B. Perubahan Anatomik Sistem Pernafasan
1. Dinding dada: tulang-tulang mengalami osteoporosis, tulang-tulang rawan
mengalami osifikasi
2. Otot-otot pernafasan : mengalami kelemahan akibat atrofi
3. Saluran nafas : akibat kelemahan otot berkurangnya jaringan elastis bronkus dan
alveoli menyebabkan lumen bronkus mengecil, cincin-cincin tulang rawan bronkus
mengalami pengapuran
4. Struktur jaringan parenkim paru: bronkiolus, duktus alveolaris dan alveolus
membesar secara progeseif terjadi emfisema senilis.
C. Perubahan Fisiologik Sistem Pernafasan
1. Gerak pernafasan: adanya perubahan bentuk, ukuran dada, maupun rongga dada
akan merubah mekanika pernafasan amplitudo pernafasan menjadi dangkal timbul
keluhan sesak bernafas.

1
2. Distribusi gas: perubahan struktur anatomik saluran gas akan menimbulkan
penumpukan udara dalam alveolus (air traping) ataupun gangguan pendistribusian
oksigen.
3. Volume dan kapasitas paru menurun
4. Gangguan transport gas: pada usia lanjut terjadi penurunan PaO2 secara bertahap,
yang penyebabnya terutama disebabkan oleh adanya tidak keseimbangan ventilasi-
perfusi, selain itu diketahui bahwa pengambilan O2 dalam darah dari alveoli (difusi)
dan transport O2 kejaringan –jaringan berkurang, terutama saat melakukan olahraga
5. Gangguan perubahan ventilasi paru : akibat adanya penurunan kepekaan
komoreseptor perifer, komoreseptor sentral ataupun pusat-pusat pernafasan pada
medula oblongata dan pons
D. Faktor Yang Memperburuk Fungsi Paru
Selain penurunan funsi paru akibat proses penuaan terdapat beberapa faktor
yang memperburuk fungsi paru yaitu antara lain:
1. Faktor merokok
Merokok akan memperburuk fungsi paru yaitu penyempitan saluran nafas. Pada
tingkat awal saluran nafas mengalami penurunan nilai VEP1 yang besarnya
tergantung pada beratnya penyakit paru tadi.
2. Obesitas
Pada obesitas, biasanya terjadi penimbunan lemak pada leher, dada dan dinding
perut, akan dapat mengganggu compliance dinding dada.
3. Immobilitas
Immobilitas akan menimbulkan kekakuan atau keterbatasan gerak saat otot-otot
berkontraksi, sehingga kapasitas vital paksa atau volume paru akan relatif berkurang
4. Operasi
Dari pengalaman para ahli diketahui bahwa yang pasti memberikan faal paru adalah:
(1) pembedahan toraks (dada dan jantung); (2) pembedahan abdomen bagian atas;
(3) anastesi atau jenis obat anastesi tertentu.
E. Masalah Penyakit yang Sering Terjadi
1. Pnemonia
Kejadian Pnemonia pada usia lanjut tergantung pada tiga hal yaitu
a) Kondisi fisik penderita.
b) Lingkungan dimana mereka berada.
c) Kuman penyebabnya atau virulensinya.

2
Penyebab Pnemonia pada usia lanjut dapat bermacam-macam, yang paling
sering penyebabnya adalah kombinasi berbagai kuman. Pada usia lanjut, pnemoni
kiomunitas yang disebabkan oleh bakteri gram positif, sebagian besar adalah kuman
streptococcus pheumoniae
2. Tuberkolosis Paru
Gejala tersering yang dikeluhkan oleh para penderita tuberkulosis usia lanjut adalah:
sesak nafas, penurunan berat badan dan gangguan mental. Bila tuberkulois
reaktivitas dari fokus infeksi sebelumnya, daerah paru yang sering terserang adalah
bagian daerah apeks paru dengan atau penyebaran kedaerah-daerah lain.
3. Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM)
PPOM adalah kelainan paru yang ditandai dengan gangguan fungsi paru berupa
memanjangnya periode ekspirasi yang disebabkan oleh adanya penyempitan saluran
nafas dan tidak banyak mengalami banyak perubahan dalam masa observasi
beberapa waktu. Yang termasuk PPOM adalah Bronkitis kronis, emfisema paru dan
penyakit saluran nafas perifer.
4. Karsinoma Paru
Beberapa faktor yang telah diketahui berpengaruh terhadap timbulnya karsinoma
paru antara lain, merokok, polusi udara dan bahan industri yang bersifat
karsinogenik. Perkiraan penyebabnya adalah irtasi bahan-bahan yang bersifat
karsinogenik dan berlangsung kronis.
F. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
sekret.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan alveolar – kapiler (efek
inflamasi); gangguan kapasitas oksigen darah.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk menelan atau mencerna makanan atau menyerap makanan
karena faktor biologis dan psikologis; kelemahan
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan untuk
menghindar dari lingkungan patogen
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, pengobatan berhubungan dengan kurang
informasi
6. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan

3
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan; ketidak seimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.

4
DAFTAR PUSTAKA

Muhith, Abdul dan Sandu Siyoto. 2016. Pendidikan Keperawatan Gerontik. Penerbit Andi,

Yogyakarta

Dewi, Sofia Rhosma Dewi. 2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Deepublis, Yogyakarta,

Beare, Patricia Gauntlett. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2, Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai