Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan Rumah Sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan rujukan di
Indonesia akhir-akhir ini sangat pesat, baik dari jumlah maupun pemanfaatan teknologi
kedokteran. Rumah Sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tetap harus mengedepankan
peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat dengan tanpa mengabaikan upaya
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bagi seluruh pekerja Rumah Sakit.
Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat
maka tuntutan pengelolaan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit
(K3RS) semakin tinggi karena Sumber Daya Manusia (SDM) Rumah Sakit,
pengunjung/pengantar pasien, pasien dan masyarakat sekitar Rumah Sakit ingin
mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik sebagai
dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi sarana dan prasarana
yang ada di Rumah Sakit yang tidak memenuhi standar.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit perlu mendapat perhatian serius
dalam upaya melindungi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh proses
pelayanan kesehatan, maupun keberadaan sarana, prasarana, obat-obatan dan logistik
lainnya yang ada di lingkungan Rumah Sakit sehingga tidak menimbulkan kecelakaan
kerja, penyakit akibat kerja dan kedaruratan termasuk kebakaran dan bencana yang
berdampak pada pekerja Rumah Sakit, pasien, pengunjung dan masyarakat di sekitarnya.
Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di RS (K3RS) ini merupakan pedoman
yang dipakai sebagai acuan dalam pelaksanaan pengelolaan K3RS dan dapat menggantikan
peran standar K3RS terdahulu yang di kenal dengan Kebakaran, Keselamatan Kerja dan
Kewaspadaan Bancana. Standar K3RS sebagai acuan lebih komprehensif karena
didalamnya terdapat Standar Kesehatan Kerja dan Standar Keselamatan Kerja yang
mencakup standar penanggulangan kebakaran dan kewaspadaan terhadap bencana. Standar
K3RS yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.1087/MENKES/SK/VIII/2010 diharapkan dapat diterapkan di seluruh Rumah Sakit
sebagai bagian dalam pengelolaan Rumah Sakit dan sebagai salah satu parameter penilaian
Akreditasi Rumah Sakit yang diamanatkan oleh Undang undang no 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
Di dunia Internasional, program K3 telah lama diterapkan di berbagai sektor
industri (akhir abad 18), kecuali di sektor kesehatan. Perkembangan K3RS tertinggal
dikarenakan fokus pada kegiatan kuratif, bukan preventif. Fokus pada kualitas pelayanan
bagi pasien, tenaga profesi di bidang K3 masih terbatas, organisasi kesehatan yang
dianggap pasti telah melindungi diri dalam bekerja.

2
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan,
kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu
meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Selain dituntut mampu memberikan pelayanan
dan pengobatan yang bermutu, Rumah Sakit juga dituntut harus melaksanakan dan
mengembangkan program K3 di Rumah Sakit (K3RS) seperti yang tercantum dalam buku
Standar Pelayanan Rumah Sakit dan terdapat dalam instrumen akreditasi Rumah Sakit.
Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal
165 : ”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui
upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja”.
Berdasarkan pasal di atas maka pengelola tempat kerja di RumahSakit mempunyai
kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya adalah melalui upaya
kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. Rumah Sakit harus menjamin kesehatan dan
keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja maupun masyarakat
sekitar dari berbagai potensi bahaya di Rumah Sakit. Oleh karena itu, Rumah Sakit dituntut
untuk melaksanakan Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang dilaksanakan
secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga risiko terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK)
dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di Rumah Sakit dapat dihindari.
K3RS merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah
Sakit, khususnya dalam hal kesehatan dan keselamatan bagi SDM Rumah Sakit, pasien,
pengunjung/pengantar pasien, masyarakat sekitar Rumah Sakit. Hal ini secara tegas
dinyatakan di dalam Undang-undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pasal 40
ayat 1 yakni “Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan
akreditasi secara berkala menimal 3 (tiga) tahun sekali”. K3 termasuk sebagai salah satu
standar pelayanan yang dinilai di dalam akreditasi Rumah Sakit, disamping standar
pelayanan lainnya.
Selain itu seperti yang tercantum dalam pasal 7 ayat 1 Undang-undang No.44
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa “Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan
lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan”, yang mana
persyaratan-persyaratan tersebut salah satunya harus memenuhi unsur K3 di dalamnya. Dan
bagi Rumah Sakit yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut tidak diberikan
izin mendirikan, dicabut atau tidak diperpanjang izin operasional Rumah Sakit (pasal 17).
a. Data dan fakta K3RS :
1. Secara Global :
WHO : Dari 35 juta pekerja kesehatan :
• 3 juta terpajan patogen darah (2 juta terpajan virus HBV, 0,9 juta
terpajan virus HBC dan 170,000 terpajan virus HIV/AIDS).
• Dapat terjadi : 15,000 HBC, 70,000 HBB & 1000 kasus HIV.
• Lebih dari 90% terjadi di negara berkembang.
3
• 8–12% pekerja Rumah Sakit, sensitif terhadap lateks.
ILO (2000); Kematian akibat penyakit menular yang berhubungan dengan
pekerjaan : Laki-laki 108, 256 dan perempuan 517, 404.
2. Di luar negeri :
• USA : (per tahun) 5000 petugas kesehatan terinfeksi Hepatitis B 47 positif
HIV dan Setiap tahun 600.000–1.000.000 luka tusuk jarum dilaporkan
(diperkirakan lebih dari 60% tidak dilaporkan).
• SC-Amerika (1998) mencatat frekuensi angka KAK di Rumah Sakit lebih
tinggi 41% dibanding pekerja lain dengan angka KAK terbesar adalah
cedera jarum suntik (NSI-Needle Stick injuries).
• Staf wanita Rumah Sakit yang terpajan gas anestesi, secara signifikan
meningkatkan abortus spontan, anak yang dilahirkan mengalami kelainan
kongenital (studi restrospektif di Rumah Sakit Ontario terhadap 8.032
orang, tahun 1981-1985).
• 41% perawat Rumah Sakit mengalami cedera tulang belakang akibat kerja
(occupational low back pain), (Harber P et al,1985).
3. Indonesia :
• Gaya berat yang ditanggung pekerja rata-rata lebih dari 20 kg. Keluhan
subyektif low back pain didapat pada 83.3% pekerja. Penderita terbanyak
usia 30-49 : 63.3 %. (instalasi bedah sentral di RSUD di Jakarta 2006).
• 65.4% petugas pembersih suatu Rumah Sakit di Jakarta menderita
Dermatitis Kontak Iritan Kronik Tangan (2004).
• Penelitian dr Joseph tahun 2005-2007 mencatat bahwa angka KAK NSI
mencapai 38-73 % dari total petugas kesehatan.
• Prevalensi gangguan mental emosional 17,7% pada perawat di suatu
Rumah Sakit di Jakarta berhubungan bermakna dengan stressor kerja.
• Insiden akut secara signifikan lebih besar terjadi pada Pekerja Rumah Sakit
dibandingkan dengan seluruh pekerja di semua kategori (jenis kelamin,
ras, umur dan status pekerjaan. (Gun 1983).
Berdasarkan data-data yang ada Insiden akut secara signifikan lebih besar terjadi
pada Pekerja RS dibandingkan dengan seluruh pekerja di semua kategori (jenis kelamin,
ras, umur, dan status pekerjaan) (Gun 1983). Pekerja RS berisiko 1,5 kali lebih besar dari
golongan pekerja lain. Probabilitas penularan HIV setelah luka tusuk jarum suntik yang
terkontaminasi HIV 4: 1000. Risiko penularan HBV setelah luka tusuk jarum suntik yang
terkontaminasi HBV 27 - 37: 100. Risiko penularan HCV setelah luka tusuk jarum suntik
yang mengandung HCV 3 - 10 : 100

b. Keadaan dan Masalah di Rumah Sakit


Bahaya-bahaya potensial di Rumah Sakit yang disebabkan oleh faktor biologi (virus,
bakteri,jamur,parasit); faktor kimia (antiseptik, reagent, gas anestesi); faktor ergonomi
4
(lingkungan kerja,cara kerja, dan posisi kerja yang salah); faktor fisik (suhu, cahaya, bising,
listrik, getaran dan radiasi); faktor psikososial (kerja bergilir, beban kerja, hubungan sesama
pekerja/atasan) dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja.
PAK di Rumah Sakit, umumnya berkaitan dengan faktor biologi (kuman patogen
yang berasal umumnya dari pasien); faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil yang terus
menerus seperti antiseptik pada kulit, gas anestesi pada hati); faktor ergonomi (cara duduk
salah, cara mengangkat pasien salah); faktor fisik (panas pada kulit, tegangan tinggi pada
sistem reproduksi, radiasi pada sistem produksi sel darah); faktor psikologis (ketegangan di
kamar bedah, penerimaan pasien gawat darurat, bangsal penyakit jiwa, dan lain-lain).
Sumber bahaya yang ada di Rumah Sakit harus diidentifikasi dan dinilai untuk menentukan
tingkat risiko, yang merupakan tolok ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan PAK.
Bahaya-bahaya potensial di Rumah Sakit dapat dikelompokkan, seperti dalam tabel
berikut :

Bahaya Diantaranya : radiasi pengion, radiasi non-pengion, suhu


Fisik panas,suhu dingin, bising, getaran, pencahayaan

Bahaya Diantaranya Ethylene Oxide, Formaldehyde,


Kimia Glutaraldehyde, Ether, Halothane, Etrane, Mercury,
Chlorine
Bahaya Diantaranya Virus (misal : Hepatitis B, Hepatitis C,
Biologi Influenza, HIV), Bakteri (misal : S. Saphrophyticus,
Bacillus sp., Porionibacterium sp., H.Influenzae,
S.Pneumoniae, N.Meningitidis, B.Streptococcus,
Pseudomonas), Jamur (misal : Candida) dan Parasit
(misal : S. Scabiei)
Bahaya ErgonomiCara kerja yang salah,Cara diantaranya posisi kerja statis,
angkat angkut pasien, membungkuk, menarik, mendorong
Bahaya Diantaranya kerja shift, stress beban kerja, hubungan
Psikososial kerja, post traumatic

Bahaya Diantaranya terjepit, terpotong, terpukul, tergulung,


Mekanik tersayat, tertusuk benda tajam
Bahaya Diantaranya sengatan listrik, hubungan arus pendek,
Listrik kebakaran, petir,listrik statis

Kecelakaan Diantaranya kecelakaan benda tajam

Limbah RS Diantaranya limbah medis(limbah benda tajam,limbah farmasi,limbah infeksus


Limbah kimiawi,limbah radioaktif dan limbah cair yang berasal dari krgiatan
rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikrooraganisme,bahan kimia
beracun dan radioaktif yag berbahaya bagi kesehatan

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka RSIA Defina kecamatan parigi


moutong perlu dibuat standar pelayanan K3RS yang merupakan pedoman bagi
Rumah Sakit dalam upaya-upaya melaksanakan program kesehatan dan
keselamatan kerja secara komperenship sehinnga tercipta kondisi lingkungan
yang sehat dilingkungan rumah sakit yang pada akhirya terciptanya kualitas
pelayanan kesehatan yang aman diberikan di lingkungan rumah sakit.
Tujuan Umum

Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM
Rumah Sakit, aman dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien, mas -
yarakat dan lingkungan sekitar Rumah Sakit sehingga proses pelayanan Rumah
Sakit berjalan baik dan lancar

Tujuan Khusus

a. Terwujudnya organisasi kerja yang menunjang tercapainya K3RS.


b. Meningkatnya profesionalisme dalam hal K3 bagi manajemen,
pelaksana dan pendukung program.
c. Terpenuhi syarat-syarat K3 di setiap unit kerja.
d. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK dan KAK.
e. Terselenggaranya program K3RS secara optimal dan menyeluruh.
f. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas Rumah Sakit.

3. Sasaran
a. Pengelola Rumah Sakit.
b. SDM Rumah Sakit.

B. Ruang Lingkup

Standar K3RS mencakup; prinsip, program dan kebijakan pelaksanaan


K3RS, standar pelayanan K3RS, standar sarana, prasarana dan peralatan K3RS,
pengelolaan barang berbahaya, standar sumber daya manusia K3RS,
pembinaan, pengawasan, pencatatan dan pelaporan.

C. Batasan Operasional
1. Manjemen K3RS
Adalah : upaya terpadu seluruh pekerja Rumah Sakit, pasien, pengunjung/pen
gantar orang sakit untuk menciptakan lingkungan kerja, tempat kerja Rumah Sakit
yang sehat, aman dan nyaman baik bagi pekerja Rumah Sakit, pasien, pengunjung/
pengantar orang sakit maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar Rumah Sakit
2. Pengembangan kebijakan K3RS
Adalah : merencanakan program K3RS selama 3 tahun ke depan. (setiap 3
tahun dapat direvisi kembali, sesuai dengan kebutuhan) maupun revitalisasi organisasi
K3RS.
3. Pembudayaan perilaku K3RS
Adalah : Upaya Advokasi sosialisasi K3 pada seluruh jajaran Rumah Sakit, baik
bagi SDM Rumah Sakit, pasien maupun pengantar pasien/pengunjung Rumah Sakit
ter-masuk penyebaran brosur, poster, pamlet,dll termasuk promosi kesehatan
6
4. Pengembangan SDM K3RS
Adalah : upaya peningkatan kapasitas petugas di bidang K3RS melalui Upaya pen-
didikan dan latihan baik dalam maupun luar daerah melalui kegiatan seminar, pe –
latihan lanjutan, worshop dll.
5. Pengembangan Pedoman, Petunjuk Teknis dan Standard Operational Procedure (SOP)
K3RS
Adalah : menyusun standar pedoman pelaksanaan pelayanan yang
berhubungan Dengan K3RS

6. Pemantauan dan evaluasi kesehatan lingkungan tempat kerja


Adalah : Upaya Pemetaan daerah yang dianggap beresiko atau berbahaya yang
Belum melaksanakan K3RS maupun yang sudah melakukan termasuk evaluasi ling-
kungan melalui observasi,wawancara sumber daya manusia Rumah Sakit.
7. Pelayanan Kesehatan Kerja
Adalah : Pembinaan dan pengawasan keselamatan/keamanan sarana, prasarana
dan peralatan Rumah Sakit, termasuk pembianan pengawasan perlengkapan
keselamatan, maupun dalam hal pengadaan pemeliharaan sarana dan prasarana alat
kesehatan.
8. Pengembangan program pemeliharaan pengelolaan limbah padat, cair dan gas Adalah :
Upaya Penyediaan fasilitas untuk penanganan dan pengelolaan limbah
padat, cair dan gas.
9. Pengelolaan jasa, bahan beracun berbahaya dan barang berbahaya
Adalah : Upaya Inventarisasi bahan racun berbahaya, barang berbahaya
Membuat kebijakan dan prosedur pengadaan, penyimpanan dan penanggulangan bila
terjadi kontaminasi dengan acuan Lembar Data Keselamatan Bahan (MSDS-Material
Sa-fety Data Sheet) atau Lembar Data Pengaman (LDP); lembar informasi dari pabrik
tentang sifat khusus (fisik/kimia) dari bahan, cara penyimpanan, risiko pajanan dan
cara penanggulangan bila terjadi kontaminasi.
10. Pengembangan manajemen tanggap darurat
Adalah : menyusun rencana tanggap darurat (survey bahaya, membentuk
tim tanggap darurat, menetapkan prosedur pengendalian, pelatihan dll);
11. Pengumpulan, pengolahan, dokumentasi data dan pelaporan kegiatan K3
Adalah : Menyusun prosedur pencatatan dan pelaporan serta penanggulangan
kecelakaan kerja, PAK, kebakaran dan bencana dan pembuatan pelaporan kejadian
dan tindak lanjutnya.
12. Review program tahunan
Adalah : Upaya internal audit K3 dengan menggunakan intrumen self assessment
Maupun umpan balik SDM Rumah Sakit melalui wawancara, observasi maupun survey.
D. Landasan Hukum
1, Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
1. Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
2. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Peraturan Menaker RI No. 5/MENAKER/1996 tentang Sistem Manajemen K3.
5. Keputusan Menkes No. 876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang Pedoman Teknis
Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan;
6. Keputusan Menkes No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan
Ling kungan Kerja Perkantoran dan Industri
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/Menkes/SK/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan lingkungan Rumah Sakit;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 432/Menkes/IV/2007 tentang Pe
– doman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1087/MENKES/SK/VIII/2010 ten-
Tang standar kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah Sakit.

8
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Dalam upaya melaksanakan pelayanan K3RS di RSIA Defina kecamatan Parigi


Moutong Maka diperlukan tenaga yang memiliki kemampuan atau yang telah mendapatkan
pelatihan khusus dibidang K3RS. RSIA Defina merupakan Rumah Sakit dengan klas C
apabila mengacu kepada standar pelayanan K3RS ketersediaan tenaga yang telah
mendapatkan pendidikan dan pelatihan belum merata, perlu kiranya melakukan kegiatan
peningkatan sumber daya yang ada baik itu jumlah maupun kualitas ketenagaan guna
melaksanakan program pelayanan K3RS lebih optimal.
Atas dasar tersebut perlu adanya perencanaan SDM, yaitu proses dimana Rumah
Sakit berkomitmen pada kebijakan pelayanan K3RS melalui pengembangan kemampuan
petugas dibidang K3RS sehingga tujuan pelayanan kesehatan diberikan dapat tercipta pada
lingkungan yang aman dan sehat.
Perencanaan bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan
oganisasi dalam mencapai sasarannya melalui strategi pengembangan kontribusi.
Berdasarkan Kepmenkes No. 1087 tahun 2010 tentang kesehatan dan keselamatan
kerja bahwa Rumah Sakit dengan klas c sumber daya manusia dalam melaksanakan program
K3RS antara lain :
1. Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 Diploma III dan S1 minimal 1 orang dan
mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS;

2. Dokter minimal 1 orang dengan sertifikasi Dalam bidang K3 dan mendapatkan


pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS.
3. Tenaga paramedis yang mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai
K3RS minimal 1 orang
4. Tenaga teknis lainnya yang mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi
mengenai K3RS minimal 1 orang.

B. Distribusi Ketenagaan

SDM Di RSIA DEFINA yang bersertifikat K3 belum merata ini dapat terlihat dari
struktur organiasi K3RS yang ada dari jumlah 5 ketenaganaan dari berbagi disiplin ilmu
terdapat 2 orang yang telah memiliki sertifikat pelatihan khusus K3 sedangkan 3 orang lagi
belum mendapatkan pelatihan.
Dibawah ini terlihat data ketenagaan yang melaksanakn K3 Di Rumah Sakit
Kecamatan Mandau adalah sebagai berikut :
9
N Nama Petugas/Nama Jabatan Kualifikasi Keterangan
o. Formal
1. M.Ridwan/Ka.Instalasi IPSRS SKM Ketua Tim K3RS/Bersertifikat K3RS
2. SalimHadi/Kasie.Pengembangan SKM Sekretaris/Bersertifikat K3RS
SDM
3. Evelyne/dokter UGD Dokter Umum Anggota Tim K3RS/ Belum belum
bersertifikat K3RS
4. Hotman Hamonangan/Ka.Inst SKM Anggota Tim K3RS/Belum belum
sanitasi & Loundry bersertifikat K3RS
5. Usman Saleh,AMK/Perawat OK Perawat Anggota Tim K3RS/Belum belum
bersertifikat K3RS

C. Pelatihan Serta Pengembangan SDM K3

Program pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) K3RS


merupakan hal pokok yang tidak bisa dikesampingkan. Direktur Dan
Manajemen serta Tim K3RS memegang peranan penting dalam membangun
kepedulian dan memotivasi pekerja dengan menjelaskan nilai-nilai organisasi
dan mengkomunikasikan komitmennya pada kebijakan yang telah dibuat.
Selanjutnya transformasi sistem manajemen K3 dari prosedur tertulis menjadi
proses yang efektif merupakan komitmen bersama.
Identifikasi pengetahuan, kompetensi dan keahlian yang diperlukan
dalam mencapai tujuan dilakukan mulai dari proses: rekruitmen, seleksi,
penempatan, orientasi, pengkajian, pelatihan dan pengembangan
kompetensi/keahlian lainnya, rotasi dan mutasi, serta hukuman & penghargaan
(reward & punishment).
Dalam ini Rumah Sakit ibu dan anak kec parigi dalam upaya pengembangan
SDM melalui pendidikan dan latihan hendaknya memuat unsure- unsur antaranya :
1. Identifikasi kebutuhan pelatihan SDM Rumah Sakit yang dituangkan
dalam matriks pelatihan.
2. Pengembangan rencana pelatihan untuk memenuhi kebutuhan tertentu.
3. Ditetapkannya program dan jadwal pelatihan di bidang K3.
4. Ditetapkannya program simulasi atau latihan praktek untuk semua SDM
Rumah Sakit di bidang K3.
5. Harus ada kegiatan keterampilan melalui seminar, workshop, pertemuan
ilmiah, pendidikan lanjutan yang dibuktikan dengan sertifikat.
6. Verifikasi kesesuaian program pelatihan dengan persyaratan organisasi
atau perundang- undangan.
7. Pelatihan untuk sekelompok SDM Rumah Sakit yang menjadi sasaran.
8. Pendokumentasian pelatihan yang telah diterima.
9. Evaluasi pelatihan yang telah diterima.

Anda mungkin juga menyukai