Anastesiologi Nazaruddin PDF
Anastesiologi Nazaruddin PDF
NAZARUDDIN UMAR
Bagian Anestesiologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Paru merupakan organ penting bagi tubuh yang mempunyai fungsi utama
sebagai alat pernafasan (respirasi). Proses pernafasan yaitu pengambilan oksigen
dari udara luar dan pengeluaran CO2 dari paru – paru.
Sistem pernafasan membawa udara melalui hidung dengan 021° , 26°C, rh
50-60 % ke dalam alveoli Dirongga hidung udara dibersihkan dari debu ukuran 2 –
10 u, dipanaskan dan dilembabkan oleh bulu dan lendir hidung sebelum masuk ke
trakea. Debu yang lolos ditangkap oleh lendir dari sel-sel mukosa di bronkus dan
bronkioli, cilia set mukosa ini bergerak berirama mendorong kotoran keluar dengan
kecepatan 16 mm/menit.
Proses transfer oksigen setelah sampai di alveoli terjadi proses difusi oksigen
ke eritrosit yang terikat oleh haemoglobin sejumlah 20 ml/100 ml darah dan
sebagian kecil larut dalam plasma 0,3 ml/ 100 CC, jika Hb 15 gr% Dan sebaliknya
karbondioksida dari darah dibawa ke alveoli untuk dikeluarkan melalui udara
ekspirasi.
Proses ventilasi (keluar masuknya udara) didukung oleh unsur-unsur jalan
nafas, jaringan paru, rongga thorax, otot natas dan saraf nafas.
Rongga Thorax
Paru berada dalam rongga pleura yang tekanannya selalu negatif selama siklus nafas
(tekanan udara di luar dianggap = 0) Paru mengembang sampai menempel pleura.
Bila tekanan rongga pleura jadi positif, paru-paru akan collaps. Hal ini terjadi pada:
• pneumothorax karena luka tusuk dari luar
• pneumothorax karena pecahnya blebs, caverne TBC atau pccahnya bronkus
pada trauma .
• hidro/hemato-thoraks. pleural effusion
Gangguan - gangguan itu menyebabkan restriksi pengembangan para. Collaps paru
karena pneumothorax disebut coppression atelectasis, sedangkan yang disebabkan
obstruksi jalan nafas disebut dengan resorbtion atelectasis
Gangguan gerakan thorax terjadi pada penderita nyeri post operatif (Daerah thorax,
abdomen atas. traktura costae Ini disebabkan karena bagian yang luka tersebut
harus bergerak paling sedikit 20 x/menit untuk bernafas Pemakaian gurita/pleister
fixasi yang lebar dan erat mengganggu pernatasan yang menyebabkan hipoventilasi,
mikro atelektasis dan berlanjut menjadi atelektasis
Otot Nafas
Otot diaphragma melakukan 75% ventilasi, sisanya oleh otot nafas sekunder :
intercostali,. sterno-cleido-mastoidus. sealenus
Otot expirasi sekunder adalah otot-otot dinding perut. Gangguan otot dijumpai pada
amstenia gravis atau penggunaan obat pelumpuh otot (muscle-relaxant) selama
anestesi. Pada respitionary distress (sesak nafas berat) tubuh menggunakan otot-
otot nafas disebut dengan akan tampak gerakan pada otot-otot leher, wajah dan
Syaraf Nafas
Pusat nafas di medulla oblongata bekerja otomatik memerintah sistem pernafasan
selain itu ada rangsang-rangsang yang mempengaruhi pusat nafas.
1. Wakefulness stimuli (rangsang kesadaran)
Bila orang sadar, maka pandangan, suara, sentuhan, nyeri, berperan
menjalankan 50% dari respirasi
2. Rangsangan pC02.
Bila pCO2: di arteri naik, maka pC02 cairan cerebrospinal juga naik hingga pH
cairan cerebrospinal menurun/acidosis, ini merangsang peningkatan respirasi
3. Rangsang-rangsang lewat receptor perirer
a. pH (acidosis)
b. pCO2 (hipercarbia/hipercapnia)
c. hipotensi
d. hipoxia. p02 < 60 mmHg (hypoxic drive)
e. suhu darah )'ang naik
Ventilasi
Frekwensi nafas normal 12-15 x/menit. Pada orang dewasa setiap satu kali nafas
(tidal volume Vt) udara masuk 500 cc atau 10 ml/kg BB. Sehingga setiap menit
udara masuk ke sistem nafas 6-8 liter (minute volume, MV).
Udara yang sampai ke alveoli disebut Ventilasi Alveolair VA) Ventilasi Alveolair lebih
kecil dari minute volume, karena sebahagian udara di jalan nafas tidak ikut
pertukaran gas (Dead Space = VD).
VA normal ± 80 ml/kg/menit. VD Normal l 2-3 1m/kg BB.
misalnya : Berat Badan 50 kg.
MV = VT x f
MY = 500 x 12 = 6000 ml/menit
VA = (VT-Vd) x f
VA = (500 -150) x 4200 ml/menit
Gangguan Ventilasi
Hipoventilasi ===> p02 turun dan pC02 naik.
Hyperventilasi → turun tetapi pO2 tidak naik
Distribusi
Gangguan distrihusi disebabkan oleh
1. Retensi spututm menyebabkan obstruksi bronchioli, hipovcntilasi alveolair dan
atelektasis
2. Aspirasi masuknya benda asing ke jalan nafas.
3. Bronchospasme karena asthma bronchiale atau alergi
Disfusi
Disfsi oksigen berjalan lancar bila alveoli mengembang baik dari jarak disfusi trans-
membran pendek Edema menyebabkan jarak disfusi oksigen menjauh hingga kadar
O2 dalam darah menurun (hipoxemia).
Disfusi CO2 tidak pernah terganggu karena kapasitas disfusi CO2 jauh lebih besar
daripada oksigen Pada edema paru tahap awal terjadi penumpukan cairan dalam
jaringan di sekitar alveoli dan kapiler (interstitial edema) Pada tahap lanjut cairan
masuk ke dalam alvcoli ,elveolar edema
Aliran darah di kapiler paru (perfusi) ikut menentukan jumlah O2 yang dapat
diangkut Masaah timbul jika terjadi ketidak-seimbangan antara ventilasi alveolair
(VA) dengan perfusi (Q) yang lazim disebut VA/Q imbalance
Dapat terjadi :
A. Ventilasi normal, perfusi normal → semua O2 diambil darah
B. Ventilasi normal, perfusi kurang → ventilasi berlebihan, tak semua O2 sempat
diambil unit ini dinamai “dead space” yang terajadi pada shock dan emboli
paru.
C. Ventilasi berkurang → perfusi normal. Darah tidak mendapat cukup oksigen
(desaturasi) unit ini disebut "Shunt". Terjadi pada atelektasis edema paru.
ARDS dan aspirasi cairan
D. Silent unit: tidak ada ventilasi dan perfusi
Bila Dead Space unti banyak, pendceita kekurangan oksigen, merasa sesak tetapi
pO2-nya mungkin normal Bila Shunt Unit banyak, penderita merasa sesak dan pO2-
nya menurun. Pada keadaan normal, shunt hanya 1 – 2% dari sirkulasi. Gejala sesak
Suction jangan dilakukan bila kita akan melakukan pemeriksaan analisa gas darah
15 menit -20 menit sebelumnya dan hindarkan bila hemodinamik tidak stabil.
Keteter Surtion
Kateter suction yang akan digunakan untuk membersihkan jalan nafas biasanya
mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda idealnya kateter suction yang baik
adalah efektif menghisap sekret dan resiko trauma jaringan yang minimal.
Diameter kateter suction bagian luar tidak boleh melebihi setengah dari diameter
bagian dalam lumen tube diameter kateter yang lebih besar akan menimbulkan
atelectasis sedangkan kateter yang terlalu kecil kurang efektif untuk menghisap
sekret yang kental. Yang penting diingat adalah setiap kita melakukan suction,
bukan sekretnya saja yang dihisap tapi Oksigen di paru juga dihisap dan alveoli juga
bisa collaps
Qa x 3
Qs = -------------- = F kateter
2
misalnya Qa = 8 mm
8x3
Qs = ----------- = 12 F
2
Jadi ukuran kateter suction yang digunakan adalah nomor = 12 F
Teknik :
Setiap melakukan suction melalui artificial airway harus steril untuk mencegah
kontaminasi kuman dan dianjurkan memakai sarung tangan yang steril. Karakter
suction harus digunakan satu kali proses suction misalnya setelah selesai suction
ETT dapat dipakai sekalian untuk suction nasofaring dan urofaring dan sesudah itu
harus dibuang atau disterilkan kembali,
Ingat" Jangan sikali-kali memakai kateter suction untuk beberapa pasien
Peralatan lain yang perlu disediakan cairan antiseptik, vacuum suction, spuit 5-10
ml untuk spooling (lavage sollution) dan ambu bag (hand resuscitator) untuk
oksigen 100%. Vacum Suction harus dicek dan diatur jangan terlalu tinggi karena
dapat menyebabkan trauma jaringan dan jangan terlalu rendah ==> penghisapan
tidak efektif
Lihat tabel I
Setting Patients
60 – 80 mm hg Infant
80 – 120 mm Hg Children
120 – 150 mm Hg Adult
Cairan antiseptik untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah suction untuk
mengurangi kontaminasi kuman
Sebelum suction, pasien harus diberi oksigen yang adekuat (pre oxygenasi) sebab
oksigen akan menurun selama proses pengisapan. pasa pasien – pasien yang
oksigennya sudah kurang. Pre oksigen isi dapat menghindari hipoksemia yang berat
dengan segala akibatnya, sebab proses suction dapat menimbulkan hiposemia . Pre
oksigen dapat diberikan dengan ambu bag dengan O2 100 % (0-10 liter) atau
dengan memakai alat ventilator mekanik dengan O2 100%.
Setelah pre oksigensi yang cukup, masukan kateter suction ke dalam airway sampai
ujungnya menotok tanpa hisap, kemudian tarik kateter suction sedikit, lakukan
penghisapan dan pemutaran berlahan dan sambil menarik keluar untuk mencegah
kerusakan jaringan dan memudahkan penghisapan secret.
Ingat : Bila terjadi spasme taring pada waktu suction naso tracheal : Segera cabut
kateter suction dan bantu dengan memakai ambu bag clan oksigen 100%, ini
merupakan life treathening
Komplikasi :
Hipoxcmia , oleh kenana suction melalui artiticial aireway dapat menghisap oksigelen
yang di alveoli dan menurunkan oksigen pada darah arteri yang dapat menimbulkan
tacicardi, aritmia/PVC, bradicardi
Untuk mencegah hipoxemia ini
• Oksigenasi yang baik sebelum dan sesudah suction
• Suction jangan melebihi I5 detik
• Ukuran diameter secction yang benar
Trauma Jaringan
Suncioning dapat menyebabkan trauma jaringan, iritasi dan pendarahan untuk
pencegahan :
• Pakai karakter suction dengan jenis dan ukuran yang benar
• Teknik suction yang baik dan benar
Hipotensi :
Hipotensi yag terjadi pada sewaktu suction biasanya oleh karena : vagal stimulasi,
batuk dan hipoxemia.
Vagal stimulasi menyebabkan bracardia, batuk menyebabkan penurunan venous
return, sedangkan hipoxemia menyebabkan aritmia dan pheperial vasodilatasi.
Walaupun tekanan darah sistemik menurun, namun tekanan intra cranial pressure
(ICP) tetap naik pada waktu silakukan section
Untuk pencegahan ;
• cek darah sebelum dan sesudah section
• Moditor yang ketat vital sign dan ECG.
Airways Contriction :
Airway Contriction terjadi olah karena adanya rangsangan mekanik lagsung dari
suction terhadap mukosa saluran nafas sehingga terjadi broncho contriction dengan
tanda adanya wheezing. Bila terjadi broncho contriction berikan broncho dilator,
pada naso trachel suction dapat terjadi spame laring.
KEPUSTAKAAN
Laurence Martin, Md, FACP, FCEP. Pulmonary Psyology Inclinical Practise, 1987, 33 –
39
Robert, M.K, PHD and James K. Stoller, MD., Current Respiratory Care, 1988,90 - 92