TESIS
Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Mencapai
Oleh :
MELDA SYOVINA
BP 1620522045
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Transportasi udara adalah jenis transportasi yang paling sesuai untuk kondisi
seperti itu, negara Indonesia juga memiliki jumlah penduduk yang banyak yaitu 255
juta jiwa. Hal tersebut menyebabkan industri penerbangan di tanak air tumbuh
berkembang secara pesat selama satu dekade. Berdasarkan laporan International Air
Transportation (IATA), pada tahun 2009 sampai dengan 2014, telah terjadi
kali lipat dari 27.421.235 orang menjadi 94.504.086 orang, dan diperkirakan jumlah
penumpang pesawat di pasar domestik akan mencapai 100 juta orang pada tahun 2019.
dari bulan Januari sampai dengan Desember 2017. Pencapaian penumpang di area 15
bandara di Angkasa Pura II sudah mencapai surplus 15% dibandingan year of year
bahwa transportasi udara tengah menjadi trend dan sebagai pusat pertumbuhan
ekonomi baru. Perkiraan penumpang yang akan diangkut pada tahun 2018 berjumlah
sekitar 116.654.624 orang, ini sejalan dengan peningkatan pembanguan bandara
Perhubungan dari tahun 2012 sampai 2015 yang diperlihatkan oleh gambar berikut
ini :
2018 yang bisa mencapai 4.35 juta orang atau mengalami peningkatan sebesar
10,12%. Peningkatan itu ditopang dengan animo masyarakat di Kota Padang untuk
Secara umum, maskapai penerbangan saling bersaing dalam dua hal utama, yaitu
kualitas layanan (service quality) dan harga tiket pesawat. Pada unsur pelayanan,
maskapai penerbangan dibagi menjadi dua segmen, antara lain : segmen full service
carrier dan low cost carrier. Perbedaan diantara dua segmen ini terletak pada kualitas
layanan (service quality) dimana gmen full service carrier adalah konsep yang
ditemukan pada segmen low cost carrier. Sedangkan segmen low cost carrier pada
jasa penerbangan hanya memberikan kualitas layanan (service quality) yang terbatas
merupakan leader market di dalam segmei full service carrier, berusaha menguasai
pangsa pasar rute domestik di Indonesia. Berdasarkan annual report dari maskapai
sebesar 7,01% dari 56,28 juta orang pada tahun 2016 menjadi 60,22 juta orang pada
tahun 2017. Namun, dalam segmentasi full service carrier, pangsa pasar dari maskapai
Garuda Indonesia yang selama ini menjadi leader market terus digerus dengan
hadirnya maskapai pesaing baru, seperti Batik Air dari Lion Group. Kehadiran Batik
Air menjadikan persaingan di segmen full service carrier semakin ketat. Kehadiran
pemain baru dalam persaingan bisnis kelas full service carrier menjadi sinyal bagi
maskapai Garuda Indonesia sebagai pemain lama agar terus berbenah diri
Selain bersaing dalam kualitas layanan (service quality), harga tiket juga
menjadi suatu ukuran tentang mutu produk jasa penerbangan. Seri nngkali
pelayanan yang sangat baik dalam industri jasa penerbangan. Di lain hal, komponen
yang menentukan harga tiket pesawat bukan hanya berdasarkan kualitas layanan
(service quality), komponen lain yang menjadi dasar penentu harga tiket pesawat
antara lain :
penerbangan, dimana tarif ini mempunyai subclass mulai dari harga tiket
pesawat yang murah sampai dengan harga tiket pesawat yang mahal
d. Tarif fuel surcharge (FS), adalah tarif tambahan yang sesuai kebijakan
rute satu dengan rute yang lain. Tarif fuel surcharge (FS) merupakan
akibat sering terjadinya perubahan terhadap harga fuel atau avtur sebagai
mengakibatkan hyper competition dengan model perang harga yang sudah tak bisa
dihindari lagi sejak Kementerian Perhubungan menetapkan batas atas dan tarif
referennsi pada tarif penerbangan. Garuda Indonesia sering meletakkan harga tiket
pesawat yang sedikit lebih mahal dari maskapai penerbangan lainnya. Namun,
tiket yang relatif lebih mahal dibanding maskapai lain disebabkan kualitas pelayanan
(service quality) dari Garuda Indonesia experience yang memiliki kelebihan dan tidak
sebagian besarnya sudah berkerja dan termasuk dalam ekonomi menengah ke atas
sesuai dengan segmen target konsumen pada maskapai Garuda Indonesia. Dan
Andalas pernah melakukan perjalanan domestik baik. Disini peneliti ingin melakukan
penelitian mengenai pengaruh kualitas pelayanan (service quality) dan harga tiket
sebagai beriku : “Service Quality dan Harga Tiket Pesawat Maskapai Garuda
Universitas Andalas)”.
Andalas ?
Universitas Andalas ?
Universitas Andalas ?
Andalas ?
f. Apakah harga tiket maskapai Garuda Indonesia mempengaruhi loyalitas
Andalas ?
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Universitas Andalas ?
Universitas Andalas ?
Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumbangan ilmiah
bagi pengembangan ilmu pemasaran melalui pengajian empiris mengenai harga dan
loyalitas konsumen.
maskapai Garuda Indonesia dalam merancang program dan strategi pemasaran yang
Penelitian ini berfokus pada service quality dan harga tiket maskapai Garuda
Universitas Andalas.
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
2.1 Konsep Service Quality
pengalaman aktual-layanan mereka (Naik et al., 2010). Kualitas layanan telah menjadi
Memang kualitas layanan telah menjadi konsep kunci dalam strategi perusahaan
kompetitif (Gronroos, 2001). Atribut khas dari layanan (Gronroos, 1982; Lovelock,
1996) membuat studi tentang kualitas pelayanan sulit. Secara khusus, sifat tidak
berwujud layanan membuat kualitas lebih sulit untuk dikontrol daripada yang terjadi
Kualitas layanan yang berbeda dari kualitas produk fisik karena karakteristik
layanan, membuat pendekatan untuk mengukur kualitas berbeda dalam teori kualitas
layanan Jasa secara langsung berkaitan dengan kualitas produk dan sastra kepuasan
pelanggan (Brady dan Cronin, 2001) namun disesuaikan sesuai dengan karakteristik
2005).
harga terlalu rendah dapat mengurangi keuntungan atau membuat produk terlihat
murah dan harga terlalu tinggi dapat menghambat permintaan. Pelanggan, sadar dan
belajar, harga yang lebih tinggi berarti kualitas yang lebih tinggi, karena itu harga
digunakan untuk menyimpulkan karakteristik produk. Pelanggan hanya membeli
produk ketika mereka percaya bahwa mereka menerima nilai lebih dari harga yang
multi-level untuk menilai dan bereaksi terhadap informasi yang diberikan oleh
harga yang dirasakan karena itu adalah selama tahap ini bahwa konsumen
didasarkan pada Teori Adaptasi-Level (Helson, 1964) dan Teori Prospek (Kahneman
dan Tversky, 1979). Konsumen dapat menggunakan harga saat ini merek apapun
sebagai harga referensi (Mayhew dan Winer, 1992), harga terendah dari kategori
sebagai harga referensi eksternal (Rajendran dan Tellis, 1994), atau harga saat ini
merek terkemuka (Hardie et al., 1993), dengan cara yang sama konsumen bisa
Menurut Kotler dan Keller (2014), proses psikologis dasar memainkan peran
yang cerdas mencoba untuk memahami semua proses keputusan pembelian oleh
konsumen. Ada 5 tahap yang dilalui oleh konsumen : engakuan masalah, pencarian
dengan dua kategori faktor pengaruh yang dapat berdampak pada perilaku konsumen.
Faktor pertama pengaruh meliputi variabel psikologis, yaitu persepsi dan
lebih tepatnya kelompok referensi dan keluarga. Proses keputusan pembelian telah
didefinisikan secara luas sebagai serangkaian tindakan dan faktor-faktor dinamis yang
dimulai dengan identifikasi stimulus untuk tindakan dan diakhiri dengan komitmen
proses keputusan pembelian dan sejumlah besar pekerjaan konseptual dan empiris
Namun, sebagian besar telah difokuskan pada pemahaman cara di mana konsumen
belajar tentang, membangun preferensi untuk, dan memilih di antara produk standar
yang ada atau layanan yang dirancang untuk memenuhinya sebelum konsumen
bentuk pelanggan setelah memperoleh barang atau jasa konsumen. Ini adalah
penghakiman evaluatif setelah melalui seleksi dari yang disebabkan oleh pemilihan
penilaian dan respons emosional yang ditunjukkan oleh konsumen setelah proses
produk dan harapan dan evaluasi pengalaman mengkonsumsi suatu produk atau jasa.
Kepuasan konsumen adalah faktor kunci yang mendorong ketika kinerja produk atau
jasa melebihi harapan. Kepuasan adalah negara pasca-pembelian pikiran konsumen
yang mencerminkan berapa banyak konsumen suka atau tidak suka layanan setelah
berulang dan merujuk sebuah perusahaan untuk pelanggan lain (Heskett et al., 1997).
tentang merek;
b. “split-loyals”, yang secara bersamaan sangat setia kepada dua atau tiga
c. “pergeseran loyals”, yang sangat setia kepada satu merek, tetapi pada
saat yang sama mencoba merek lain tertarik dengan keuntungan promosi;
dan
suatu pilihan-keputusan;
dan
konsumsi.
terorganisir secara hierarkis ke dalam piramida loyalitas, sesuai sampai lima kategori
pelanggan:
menggunakan model dua dimensi yang meliputi, di satu sisi, sikap relatif pelanggan
c. “Laten loyalitas”: sikap relatif tinggi dan tingkat rendah patronase; dan
tinggi.
Berdasarkan konsep teori yang diuraikan dalam bab tinjauan literatur, maka
H1: Service quality berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2.1 Populasi
yang peneliti ingin ditelitii (Sekaran, 2003). Populasi penelitian ini adalah mahasiswa
populasi, sehingga studi tentang sampel juga pemahaman tentang sifat atau
Metode sampling yang digunakan adalah non probablity sampling, merupakan teknik
convenience sampling lebih baik karena lebih mudah untuk dilaksanakan dan dapat
mengurangi penolakan responden untuk mengisi kuesioner serta responden bisa lebih
Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer dimana data
Skala pengukuran dalam penelitian ini adalah Likert Scala (Skala likert).
Likert Scala disebut juga penjumlahan nilai atau skala additive karena skor seseorang
pada skala dihitung dengan menjumlahkan nilai-nilai respon seseorang pada skala
dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang bersifat positif dan negatif yang
diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Linan dan Chen (2009) dengan jumlah
item 5 (lima) pertanyaan dengan skala likert 5 point (1=sangat tidak setuju - 5=sangat
setuju). Likert Scala adalah skala yang sering digunakan dalam penelitian survei
dimana orang-orang mengekspresikan sikap atau respon yang lain dalam beberapa
level kategori (seperti setuju, tidak setuju) yang diurut dalam satu kesatuan (Neuman,
2000).
menjadi beberapa variabel penelitian seperti pada sub bab dibawah ini :
Tabel 3.1
Uji validitas dan reliabilitas adalah menguji kelayakan dari konstruk dari
penelitian adalah derajat ketepatan alat ukur penelitian terhadap isi atau arti
sebenarnya yang dikukur. Uji validitas digunakan untuk menunjukan sejauh mana
suatu pertanyaan pada suatu instrumen mampu mengungkapkan sesuatu yang akan
sesuatu yang diukur oleh instrumen tersebut maka data tersebut valid.
standardized loading factors lebih besar atau sama dengan 0,50 adalah
nilai t-value < 1,96 dan standardized loading factors < 0,50 atau 0,70
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Realibilitas adalah alat ukur melakukan
adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel
atau konstruk.
Alpha sesuai dengan saran yang diberikan oleh Sekaran dan Bougie (2010). Patokan
umum, indikator yang mendapat koefisien lebih besar dari 0,60 dinyatakan reliabel.
uji normalitas adalah untuk melihat pola penyebaran data tersebut telah
berdistribusi normal atau tidak. Normalitas juga dapat digunakan untuk menentukan
uji statistik apa yang digunakan dalam sebuah penelitian, apakah menggunakan uji
non-parametrik (untuk data terdistribusi tidak normal). Normal atau tidaknya sebuah
data dapat dilihat dari dalam pengujian Kolmogorov Smirnov, jika nilai asym sig yang
dihasilkan > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel data diuji terdistribusi
menemukan adanya kolerasi antar variabel independen. Pada model regresi yang baik
tidak terjadi kolerasi antara variabel independen, dengan beberapa cara yang dapat
independen, jika terdapat nilai kofisien kolerasi ( r ) lebih besar dari 0,80 maka ini
kecil 0,80 maka dapat dikatakan tidak terdapat gejala mulikolinearitas (Ghozali,
2005).
antara dua variabel, tujuannya untuk mengestimasi atau memprediksi rata rata populasi
atau nilai rata rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang
diketahui.
(Partial Least Square), ini digunakan untuk mengetahui kebenaran koefisien dengan
dilakukan pengujian hipotesis dengan uji F (pengujian secara keseluruhan) dan uji t
3.6.1 Uji F
3.6.2 Uji t
seberapa
Karakteristik pengujian :
Banfe CF. 1992. Airline Management. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, Inc.
Bitner MJ. 1990. Evaluating Service Encounters: The Effects of Physical Surroundings
and Employee Responses. Journal of Marketing, 54: 69-82.
Frederick A. Frost, Mukesh Kumar, 2001. Service Quality Between Internall Customer
and Internal Suppliers an International Airlines, The International Journal of
Quality and Reliability Management, pg 371.
Hsu, Hsuehen. 2006. An Empirical Study of Web Site Quality, Customer Value,
andCustomer Satisfaction Based on e-shop, The Business Review, Cambridge,
pg.190.
Interavia. 2004. Asia’s low cost carriers set to boom, Academic Research Library,
pg.23.
Jain, S.C, 1990, Marketing Planning and Strategy, 3rd Edition, Cincinnati, O.H :
South-Western Publishing Company.
Kotler, Philip. 2003, Marketing Management, The Millenium, Prentice Hall, New
Jersey.