PENDAHULUAN
Indonesia saat ini mengalami permasalahan beban ganda dalam menghadapi masalah
gizi. Dimana ketika permasalahan gizi kurang belum teratasi,muncul permasalahan baru yaitu
permasalahan gizi lebih. Gizi kurang banyak dihubungkan dengan penyakit-penyakit infeksi,
sedangkan gizi lebih sering dianggap sebagai sinyal awal dan munculnya keluhan penyakit-
penyakit degeneratif/non infeksi yang sekarang ini banyak terjadi di Indonesia. Tingginya
Indonesia. Gangguan gizi ini terjadi banyak pada kelompok penduduk berisiko seperti bayi
dan balita, wanita usia subur, wanita hami dan menyusui serta kaum lanjut usia (lansia).1
meningkatnya umur harapan hidup. Peningkatan umur harapan hidup ini disebabkan oleh 3
hal yaitu: kemajuan dalam bidang kesehatan, meningkatnya sosial ekonomi dan
sejak tahun 2000 yaitu dengan persentase populasi lansia 7,18% dengan usia harapan hidup
64,5 tahun. Angka ini meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010 dengan persentase
populasi lansia adalah 7,56%, dan pada tahun 2011 menjadi 69,65 tahun dengan persentase
Selain masalah gizi lebih yang berdampak pada peningkatan penyakit degeneratif
pada lansia, masalah gizi lain yang sering diderita lansia adalah masalah gizi kurang.3 Status
gizi merupakan komponen yang terdiri dari beberapa masukan makanan terhadap kecukupan
gizi yang dapat dilihat dengan mempergunakan Indeks Massa Tubuh (IMT).4 Banyak
penelitian tentang status gizi lansia yang telah dilakukan sehubungan dengan hal ini, seperti
penelitian yang dilakukan oleh Bardosono dkk sebuah studi komparatif tentang status gizi
lansia di Jawa Barat menemukan bahwa lebih dari 50 % lansia di perkotaan dan pedesaan
mempunyai pola makan tidak baik. Kejadian status gizi kurang, cukup tinggi pada usila
dipedesaan (25,2%), sedangkan konsumsi energi dan protein rata-rata lansia < 80% AKG
Kecukupan makanan sehat sangat penting bagi para usia lanjut. Orang yang berusia
70 tahun, kebutuhan gizinya sama dengan saat berumur 50-an. Sayangnya, nafsu makan
mereka secara biologis cenderung terus menurun dan pola makannya menjadi tidak teratur,
Karena itu, harus terus diupayakan konsumsi makanan penuh gizi. Gizi seimbang untuk
lansia perlu diterapkan dengan melihat kondisinya, apakah masih dapat mengunyah dengan
baik atau tidak. Jika tidak, upayakan makanan lunak dan tetap memenuhi kebutuhan gizinya.
Sebaiknya ada yang mengatur menu supaya mereka tidak mengalami masalah akibat
makanan yang salah. Jika menderita penyakit, sebaiknya awasi dan atur menu agar
kesehatannya tetap dapat dipertahankan. Resiko ini yang mungkin terjadi pada lansia yang
kekurangan gizi adalah menurunya berat badan, kemampuan fisik berkurang, pemenuhan
bahan pangan, kesepian, depresi, dan kebingungan mental yang akan mempengaruhi
kebiasaan makan.4
DAFTAR PUSTAKA
1. Dian Isti A, Ety A, Tri Umiana S, et al.Deteksi dini Gangguan Gizi (Malnutrisi)
usila di kota padang tahun 2006. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2006, I (1): 5-8
4. Nur Amita T. Gambaran status gizi pada lanjut usia (lansia) di panti trisna werdha
status gizi lanjut usia di UPTD Rumoh seujahtera geunaseh sayang BANDA
10. Yuli A, Riastuti K, Nita S. Determinan Asupan Makanan Usia Lanjut. Jurnal
12. Darmojo, R. Boedhi.,dkk. Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI,1999.
13. Kane,R.L., Ouslander, JG., Abrass, IB. Essentials of Clinical Geriatric, ed.5.