Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia saat ini mengalami permasalahan beban ganda dalam menghadapi masalah

gizi. Dimana ketika permasalahan gizi kurang belum teratasi,muncul permasalahan baru yaitu

permasalahan gizi lebih. Gizi kurang banyak dihubungkan dengan penyakit-penyakit infeksi,

sedangkan gizi lebih sering dianggap sebagai sinyal awal dan munculnya keluhan penyakit-

penyakit degeneratif/non infeksi yang sekarang ini banyak terjadi di Indonesia. Tingginya

prevalensi penyakit degeneratif menyebabkan tingginya angka morbiditas dan mortalitas di

Indonesia. Gangguan gizi ini terjadi banyak pada kelompok penduduk berisiko seperti bayi

dan balita, wanita usia subur, wanita hami dan menyusui serta kaum lanjut usia (lansia).1

Populasi penduduk lanjut usia (lansia) mengalami peningkatan termasuk di Indonesia.

Peningkatan penduduk lansia tersebut menurut Nugroho, disebabkan oleh karena

meningkatnya umur harapan hidup. Peningkatan umur harapan hidup ini disebabkan oleh 3

hal yaitu: kemajuan dalam bidang kesehatan, meningkatnya sosial ekonomi dan

meningkatnya pengetahuan masyarakat.1 Meningkatnya derajat kesehatan dan kesejahteraan

penduduk akan berpengaruh pada peningkatan umum harapan hidup. Peningkatan

pertumbuhan penduduk lansia di Indonesia berdasarkan BPS RI-Susenas mulai dirasakan

sejak tahun 2000 yaitu dengan persentase populasi lansia 7,18% dengan usia harapan hidup

64,5 tahun. Angka ini meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010 dengan persentase

populasi lansia adalah 7,56%, dan pada tahun 2011 menjadi 69,65 tahun dengan persentase

populasi lansia adalah 7,58% dari total jumlah penduduk Indonesia.2

Selain masalah gizi lebih yang berdampak pada peningkatan penyakit degeneratif

pada lansia, masalah gizi lain yang sering diderita lansia adalah masalah gizi kurang.3 Status

gizi merupakan komponen yang terdiri dari beberapa masukan makanan terhadap kecukupan

gizi yang dapat dilihat dengan mempergunakan Indeks Massa Tubuh (IMT).4 Banyak
penelitian tentang status gizi lansia yang telah dilakukan sehubungan dengan hal ini, seperti

penelitian yang dilakukan oleh Bardosono dkk sebuah studi komparatif tentang status gizi

lansia di Jawa Barat menemukan bahwa lebih dari 50 % lansia di perkotaan dan pedesaan

mempunyai pola makan tidak baik. Kejadian status gizi kurang, cukup tinggi pada usila

dipedesaan (25,2%), sedangkan konsumsi energi dan protein rata-rata lansia < 80% AKG

kecuali untuk asupan protein pada usila di perkotaan ” 80 % AKG.2

Kecukupan makanan sehat sangat penting bagi para usia lanjut. Orang yang berusia

70 tahun, kebutuhan gizinya sama dengan saat berumur 50-an. Sayangnya, nafsu makan

mereka secara biologis cenderung terus menurun dan pola makannya menjadi tidak teratur,

Karena itu, harus terus diupayakan konsumsi makanan penuh gizi. Gizi seimbang untuk

lansia perlu diterapkan dengan melihat kondisinya, apakah masih dapat mengunyah dengan

baik atau tidak. Jika tidak, upayakan makanan lunak dan tetap memenuhi kebutuhan gizinya.

Sebaiknya ada yang mengatur menu supaya mereka tidak mengalami masalah akibat

makanan yang salah. Jika menderita penyakit, sebaiknya awasi dan atur menu agar

kesehatannya tetap dapat dipertahankan. Resiko ini yang mungkin terjadi pada lansia yang

kekurangan gizi adalah menurunya berat badan, kemampuan fisik berkurang, pemenuhan

bahan pangan, kesepian, depresi, dan kebingungan mental yang akan mempengaruhi

kebiasaan makan.4
DAFTAR PUSTAKA

1. Dian Isti A, Ety A, Tri Umiana S, et al.Deteksi dini Gangguan Gizi (Malnutrisi)

pada Kelompok Berisiko. JPM Ruwa Jurai.2015; 1(1) :38-42.

2. Desy R T, Burhanuddin B, Ulfah N. Hubungan pola makan, status gizi, dan

interaksi sosial dengan kualitas hidup lansia di kecamatan Tamalanrea. Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin. 2015; 1(1): 1-12

3. Elza E, Deni E, Sudihati H. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi

usila di kota padang tahun 2006. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2006, I (1): 5-8

4. Nur Amita T. Gambaran status gizi pada lanjut usia (lansia) di panti trisna werdha

gau mabaji Kabupaten GOWA. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri.2011; 1(1): 1-49.

5. Constantinides, P. General Pathobiology. Appleton & lange, 1994.

6. Sukmaniah,S. Nutrisi Pada Lanjut Usia.Majalah Gizi Medik.2004; 8 ;8-10.

7. Darmojo, R. Boedhi,dkk. Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI,1999.

8. Ibrahim HS. Hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi dengan

status gizi lanjut usia di UPTD Rumoh seujahtera geunaseh sayang BANDA

ACEH. Idea Nursing Journal.2012; 3(2): 51-62.

9. Fatmah. Gizi Usia Lanjut. Jakarta: erlangga,2010

10. Yuli A, Riastuti K, Nita S. Determinan Asupan Makanan Usia Lanjut. Jurnal

Kesehatan Masyarakat Nasional.2012; 6(6): 255-60.

11. Suwarsa, I. Kiat Sehat Bagi Lansia. Bandung: MQS Publishing,2006

12. Darmojo, R. Boedhi.,dkk. Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI,1999.

13. Kane,R.L., Ouslander, JG., Abrass, IB. Essentials of Clinical Geriatric, ed.5.

McGraw-hill companies: United states of America,2004

14. Nurachamah,E. Nutrisi dalam Keperawatan. Jakarta: sagung seto,2001.

Anda mungkin juga menyukai