Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia yang
dilimpahkan sehingga salah satu persyaratan untuk mengikuti seleksi anggota Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Kota Bandung Periode 2013-2018 ini dapat terselesaikan dengan
baik. Makalah terstruktur ini bertujuan sebagai salah satu bagian penilaian pengetahuan dan
kompetensi calon pelamar untuk menduduki kursi sebagai komisioner KPU Kota Bandung.
Dalam kesempatan ini, selaku pelamar seleksi anggota KPU ingin menyampaikan rasa terima
kasih sedalam-dalamnya kepada, Tim Seleksi dan Pegawai Sekertariat Kantor KPU Kota
Bandung yang sudah memberi kesempatan kepada saya untuk ikut dalam seleksi penyaringan
Anggota KPU Kota Bandung periode 2013-2018. Semoga semua amal baiknya, dalam
pekerjaan selama pelaksanaan Seleksi ini dibalas oleh yang Maha Kuasa.

Bandung, 27 September 2013


Penulis,

Yadi Risyadi

DAFTAR ISI
TEMA : KEPEMIMPINAN
Oleh Yadi Risyadi
Bandung, 27 September 2013
Petunjuk : Jawab pertanyaan masing-masing tema maksimal dalam 2 halaman kertas kwarto
A4 spasi 1 font 12pt.
1. Jika diberi Skor 1 s/d 100, berapa Anda menilai kemampuan kepemimpinan Anda?
Mengapa?
2. Deskripsikan pengalaman apa yang bisa membuktikan kualitas dan karakter kepemimpinan
Anda?
TEMA : INTEGRITAS
Oleh Yadi Risyadi
Bandung, 27 September 2013
Petunjuk : Jawab pertanyaan masing-masing tema maksimal dalam 2 halaman kertas kwarto
A4 spasi 1.
1. Jika diberi Skor 1 s/d 100, berapa Anda menilai tingkat integritas Anda? Mengapa?
2. Deskripsikan pengalaman apa yang bisa membuktikan derajad integritas Anda?
TEMA : INDEPENDENSI
Oleh Yadi Risyadi
Bandung, 27 September 2013
Petunjuk : Jawab pertanyaan masing-masing tema maksimal dalam 2 halaman kertas kwarto
A4 spasi 1.
1. Jika diberi Skor 1 s/d 100, berapa Anda menilai tingkat independensi Anda?
2. Deskripsikan pengalaman apa yang bisa membuktikan derajad independensi Anda?
3. Bagaimana sikap Anda ketika terdapat kepentingan partai politik tertentu meminta
kepentingannya diakomodasi dan jika tidak diakomodasi akan terjadi keguncangan politik
yang besar?
TEMA : KOMPETENSI KEPEMILUAN
Oleh Yadi Risyadi
Bandung, 27 September 2013
Petunjuk : Jawab pertanyaan masing-masing tema maksimal dalam 2 halaman kertas kwarto
A4 spasi 1.
1. Mengapa pemilu itu penting dalam Negara demokrasi?
2. Jelaskan hubungan antara sIstem pemilu, system kepartaian, dan system pemerintahan?
3. Jelaskan siklus/tahapan penyelenggaraan pemilu?
4. Apa yang Anda lakukan untuk menciptakan pemilu yang berkualitas?

1. KEPEMIMPINAN

Saya menilai kepemimpinan saya 90.


Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada
pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari
kepemimpinan adalah “melakukannya dalam kerja” dengan praktik seperti pemagangan pada
seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan
sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.
Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang efektif mempunyai
sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke depan, daya
persuasi, dan intensitas. Dan memang, apabila kita berpikir tentang pemimpin yang heroik
seperti Napoleon, Washington, Lincoln, Churcill, Sukarno, Jenderal Sudirman, dan
sebagainya kita harus mengakui bahwa sifat-sifat seperti itu melekat pada diri mereka dan
telah mereka manfaatkan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. (sumber :
Wikipedia.org)
Saya menilai kepemimpinan saya 90.
Mengapa? Karena saya memiliki banyak pengalaman yang dapat menjadi indikasi penilaian
kualitas dan kompetensi yang saya miliki tentang kepemimpinan. Pengalaman-pengalaman
itu telah mengajarkan saya bahwa menjadi pemimpin adalah karena adanya faktor pendidikan
baik formal maupun non formal serta faktor pengalaman.
Yang pertama kepemimpinan dibentuk dari faktor pendidikan formal dan non formal : selama
menjalani pendidikan mulai dari pendidikan dari orangtua, lingkungan sekitar dan pendidikan
dasar samapai dengan sekolah lanjutan tingkat pertama dan tingkat atas. Banyak hal yang
menjadikan saya dituntut untuk menjadi seorang pemimpin. Mulai dari sekolah dasar saya
sudah ditunjuk oleh teman-teman sekelas untuk menjadi Ketua Murid bahkan dari kelas satu
sampai kelas enam, dan mulai kelas lima setiap upacara senin pagi harus memimpin upacara
penaikan bendera di sekolah. Menginjak pendidikan sekolah pertama pun demikian apalagi
ditambah dengan pendidikan ekstra kulikuler Pramuka yang mempunyai Dasa Darma bahwa
Setiap anggota Gerakan Pramuka wajib memahami isi dan makna Dasa Darma Pramuka yang
merupakan ketentuan moral. Dalam kegiatan Pramuka di tingkat gugus depan, Dasa Darma
menjadi materi wajib di setiap tingkatan, baik penggalang, ramu, rakit, dan terap. Kalau
dilihat dari isi materi tersebut, ternyata Dasa Darma memiliki nilai kandungan dalam diri
manusia sebagai pribadi manusia seutuhnya. Dan membentuk pemimpin yang tangguh dan
berintegritas. Menginjak tingkat pendidikan SLTA saya aktif di berbagai organisasi yang
menempa lebih kuat lagi dalam karakter kepemimpinan saya. Dimana saya menjadi Pradana
Pramuka yang mepimpin ambalan putra. Di remaja mesjid saya dan rekan-rekan berhasil
mendirikan organisasi Remaja Mesjid yang bernama KARIMAH yang sebelumnya memang
belum ada, dan saya menjadi Ketua Ikhwan Karimah, aktif juga di organisasi Karate yaitu
anggota Bandung Karate Club (BKC) sampai dengan sabuk coklat.

Yang kedua pemimpin berdasarkan pengalaman, begitupun ketika saya terjun ke masyarakat
sejak tahun 2000 saya sudah diangkat menjadi sekretaris Ketua RW, pada tahun 2008
menjadi Anggota Badan Keswadayaan Masyarakat Kelurahan Pasirluyu, pada tahun 2009
menjadi Ketua LSM Gerakan Rakyat Membangun (LSM-GERRAM) Kota Bandung sampai
dengan sekarang. Dan baru-baru ini dipilih oleh masyarakat untuk menjadi Ketua Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kelurahan Pasirluyu, dan di DPC menjadi wakil sekretaris
DPC LMP Kecamatan Regol.
Dari pengalaman-pengalaman selama saya mempimpin organisasi sejak kecil lebih
menguatkan lagi dalam hal sifat-sifat kepemimpinan saya. prinsip saya dalam memimpin :
“What is a leader? Leader is one who: How the way? Show the way and goes to the way”
Selanjutnya dukungan teori kepemimpinan mengenai kemampuan kepemimpinan saya.
Bagaimana definisi kepemimpinan? Definisi kepemimpinan adalah “ketepatan seorang
pemimpin dalam melakukan tanggapan terhadap gejala-gejala yang terjadi sebagai dampak
dari hasil interaksi dinamis antara visi, nilai, dan dorongan bertindak dalam menghadapi
peluang dan tantangan yang terjadi di dalam atau di luar kehidupan. Kalau bicara mengenai
kepemimpinan berarti bicara soal jabatan. Prinsip jabatan ada tiga, yaitu dihargai, mampu dan
dapat dipercaya. Seseorang dipilih menjadi pemimpin dihargai dan pantas menjadi pemimpin.
Seorang dipilih menjadi pemimpin karena dinilai dan menilai dirinya punya kemampuan
sebagai pemimpin dan seseorang menjadi pemimpin karena dia dapat dipercaya sebagai
pemimpin. Berdasarkan formula dari kepemimpinan diatas, maka dalam memasuki dan
menghadapi arus globalisasi yang penuh tantangan dan daya saing, peranan seorang
pemimpin berkembang memiliki kemampuan untuk: (1) Memberdayakan dan mengendalikan
proses manajemen: (2) Memberdayakan dan mengendalikan unsur-unsur manajemen dan
pembinaan sumber daya manusia dan seluruh energy organisasi; (3) Perencanaan strategik,
dan (4) Analisis informasi dalam rangka memberikan kepuasan pelanggan (costumer focus
and satisfaction), dan keberhasilan organisasi (business result). Dan menurut saya, teori
kepemimpinan yang singkat ini sudah sering saya praktekan dalam berorganisasi maupun
dalam menjalankan tugas seperti yang sudah diuraikan diatas.
Dalam “A Handbook of Leadership” yang dikutip oleh Prof. Drs. S. Pamuji, MPA,
a. Leadership As A Focus Of Group Process (Kepemimpinan sebagai titik pusat proses
kelompok)
b. Leadership As Personality And Its Effects (Kepemimpinan sebagai kepribadian seseorang
yang memiliki sejumlah perangai (Traits) dan watak (Character) yang memadai dari suatu
kepribadian)
c. Leadership As The Art Of Inducing Comliance(Kepemimpinan sebagai seni untuk
menciptakan kesesuaian paham, kesepakatan)
d. Leadership As The Exercise Of Its Influence (Kepemimpinan sebagai pelaksanaan
pengaruh)
e. Leadership As Act Or Behavior (Kepemimpinan sebagai tindakan atau prilaku)
f. Leadership As A From Of Persuasion (Kepemimpinan adalah bentuk persuasi)
g. Leadership As A Power Relation (Kepemimpinan sebagai suatu hubungan
kekuasaan/kekuatan)
h. Leadership Is An Instrumental Of Goal Achievement (Kepemimpinan adalah sarana
pencapaian tujuan)
i. Leadership As An Effect Of Interaction (Kepemimpinan adalah suatu hasil dari interaksi)
j. Leadership As A Deferentiated Role (Kepemimpinan adalah peranan yang dipilahkan)
k. Leadership As The Initiation Of Structur (Kepemimpinan sebagai awal dari pada struktur)
2. INTEGRITAS

Saya menilai tingkat integritas saya 90.


Mengapa? saya selalu melakukan tindakan berdasarkan norma, hukum dan aturan yang
berlaku umum maupun khusus. Saya tidak suka melakukan kecurangan, perampasan hak
orang, atau tidak suka cara-cara yang tidak adil. Saya lebih suka bicara aturan dan hal-hal
yang ilmiah dan masuk akal serta tidak merugikan orang lain.
Membangun harga diri yang lebih unggul adalah jauh lebih penting bagi hidup dan masa
depan saya. Sebab harga diri akan sangat menentukan kualitas dan kelayakan pekerjaan dan
nilai kepantasan saya untuk dihargai. Seseorang dikatakan mempunyai integritas apabila
tindakannya sesuai dengan nilai, keyakinan dan prinsip yang dipegangnya. Integritas juga
adalah suatu konsep yang menunjukkan konsistensi antara tindakan dan nilai prinsip. Orang
yang punya integritas memiliki konsep yang utuh dan jelas dalam tindakan.
Belajar dari keteladanan sangat penting daripada kata-kata bijaksana yang tidak sesuai
dengan tindakan. Artinya, saya hanya bisa menyampaikan apa yang saya bisa/sudah saya
lakukan dan yang saya ketahui, selebihnya saya selalu katakan tidak bisa atau tidak tahu.
Dalam prinsip hidup saya dalam hal ini adalah jangan katakan apa yang orang lain katakan
kepadamu, tetapi katakanlah apa yang kamu tahu. Maksudnya, ketika orang lain ingin
buktinya, saya bisa tunjukan atau jelaskan karena saya tahu.
Dalam membuat suatu keputusan, selalu melalui pertimbangan dan menilai untuk rugi dari
sebuah keputusan yang berdampak kepada orang banyak. Selalu berupaya untuk
meminimalisir dampaknya.
Dalam menyelesaikan sebuah persoalan selalu menempuh jalur netral dan formil serta lebih
mengedepankan aturan-aturan prinsip. Sehingga untuk menemukan kesalahan saya sangat
sulit. Sebab saya lebih memilih posisi aman bekerja sesuai aturan. Artinya, saya selalu
mencari aturan-aturan yang bisa digunakan sebagai dasar pijakan dalam menyelesaikan atau
memenangkan suatu persoalan dengan dasar hukum yang tidak jelih dilihat oleh orang lain.
Saya sangat membenci kolusi korupsi dan nepotisme. Logikanya adalah kalau itu terjadi,
berarti mereka akan hidup dalam alam “haram”. Hal itu jelas, tidak mendatangkan sesuatu
yang baik bagi pelakunya. Kebenaran kalau ditutup-tutupi tidak apa, jika suatu saat diketahui
ternyata hal yang ditutup-tutupi itu adalah benar, itu tidak apa-apa. Tetapi bagaimana dengan
KKN yang ditutup-tutupi kemudian suatu saat terbongkar. Mereka pantas mendapatkan
ganjaran yang setimpal.
Keberanian saya dalam menerima tanggungjawab, selalu diikuti dengan kesadaran bahwa
saya memiliki kemampuan, kadang juga terpaksa menerima tanggungjawab itu untuk
memperkuat integritas saya, dan saya ingin menunjukkan kemampuan saya kepada banyak
orang. Kenyataannya, memang saya menjadi pribadi yang sangat dibutuhkan dalam hal
integritas dan juga kepemimpinan.
Dengan banyaknya wawasan dan pengalaman kerja, saya menjadi seorang yang tidak mudah
percaya orang, apalagi bila berbicara pekerjaan dalam birokrasi maupun lembaga dan
institusi. Saya selalu menuntut konsistensi pekerjaan dengan aturan.
Saya selalu memainkan peran oposisi, senang memberikan kritik dan evaluasi terhadap
banyak hal. Selain itu, sebagai seorang penulis, saya juga sudah biasa mendapat kritik dan
masukan dari para pembaca. Dari kondisi ini, mental, kepribadian saya dalam menghadapi
kritik, tekanan dan berbagai pertanyaaan dari berbagai tipe orang dengan berbagai cara
mereka. Hal ini telah membentuk saya menjadi seseorang yang bisa menempatkan diri
dengan baik dalam menghadap berbagai macam orang dengan gayanya masing-masing,
dengan cara yang ilmiah dan masuk akal juga memperhatikan hal etika dan sopan santun
dalam berbicara dan menanggapi berbagai hal.
Bicara integritas berarti tidak memiliki kesetiaan yang terbagi-bagi, tidak berpura-pura dan
munafik. Orang dengan integritas adalah manusia yang utuh. Mereka dapat diidentifikasi oleh
pemikiran tunggal mereka. Orang dengan integritas tidak menyembunyikan sesuatu dan tidak
gentar terhadap apapun juga. Hidup mereka seperti buku yang terbuka. Intergritas pribadi
adalah sesuatu yang dihasilkan dari dalam diri, maka kekuatan di luar diri bisa saja tidak
memiliki integritas. Sering sekali realitas kehidupan sosial, politik, ekonomi selalu
mempersembahkan integritas yang sangat miskin dan lemah. Dampaknya, integritas pribadi
yang kuat harus menjadi sangat bermoral dan berkualitas tinggi. Untuk itu, saya
memberanikan diri agar dapat mengalahkan tantangan dari realitas integritas diluar diri, yang
lemah dan tak berdaya.
Pengalaman yang membuktikan derajat integritas saya adalah dalam setiap aktifitas yang
saya lakukan, baik sebagai pribadi, kepala keluarga, pimpinan organisasi, dalam tim kerja,
maupun dalam pekerjaan pada tatanan adat dan masyarakat. Mulai dari hal-hal kecil hingga
hal-hal besar. Saya selalu berkomitmen, bahwa apa yang saya bicarakan kepada orang lain
harus sesuai dengan bukti yang ada pada diri saya, dimana serta kapanpun dan bersama
siapapun. Semua kegiatan saya dalam keluarga, tempat kerja, pelayanan di gereja, dalam
masyarakat suku saya, dan kegiatan lainnya, selalu saya usahakan mengatur waktu dengan
baik supaya semua yang direncanakan maupun yang tak terduga, dapat dilaksanakan dengan
baik.
Juga dalam memimpin suatu organisasi baik itu di PPS maupun di LPM dan LSM bertindak
konsisten sesuai dengan nilai-nilai dan kebijakan organisasi serta kode etik profesi, walaupun
dalam keadaan yang sulit untuk melakukan ini. Dengan kata lain, “satunya kata dengan
perbuatan”. Mengkomunikasikan maksud, ide dan perasaan secara terbuka, jujur dan
langsung sekalipun dalam negosiasi yang sulit dengan pihak lain.

3. INDEPENDENSI

Saya menilai tingkat independensi saya 95


Mengapa? Karena menurut saya independensi seseorang berkorelasi dengan tingkat
pengetahuan dan rasa percaya dirinya. Independensi adalah suatu keadaan atau posisi dimana
kita tidak terikat dengan pihak manapun. Artinya keberadaan kita adalah mandiri. tidak
mengusung kepentingan pihak tertentu atau organisasi tertentu. Contoh independensi dapat
kita lihat pada organisasi-organisasi tertentu dimana keberadaannya adalah merdeka tanpa
diboncengi kepentingan tertentu. Dalam konteks lain, independensi juga merupakan hak kita
sebagai manusia, yang memiliki hak bebas dan merdeka tanpa ditekan oleh orang lain. Tentu
saja dalam pelaksanaannya yang disebut independen juga ada batasan-batasannya. Karena
suatu lembaga atau organisasi juga tidak dapat eksis tanpa adanya dukungan dari pihak lain.
Seseorang yang memiliki kepercayaan diri tidak akan mudah diintervensi. Dengan
mengajukan diri mengikuti seleksi calon Anggota Komisi Pemilihan Umum Kota Bandung
saya memiliki kepercayaan diri. Apalagi melihat pelaksanaan tugas KPU berdasarkan
Undang-Undang dan peraturan-peraturan saya merasa yakin bahwa saya mampu menjadi
manusia independen, pada saat saya menjabat anggota Komisi Pemilihan Umum Kota
Bandung.
Pengalaman yang membuktikan derajat independensi saya yaitu, pada aktivitas saya sehari-
hari. Pertama, Organisasi selalu menjadi kepengurusan bahkan ketua di organisasi yang
sifatnya independen baik pengalaman saya sebagai penyelenggara pemilu di KPPS dan PPS
maupun di lembaga swadaya masyarakat dan LPM. Merupakan kembaga-lembaga yang
dituntut untuk bersikap independen tidak ada keberpihakan.
Kedua, dalam pelaksanaan tugas saya menghormati hak-hak orang dan juga menjaga hak
saya. Fungsi koordinasi dan kerjasama saya jalankan dengan baik dengan menggunakan
semua sarana yang ada dan terjangkau.
Ketiga, menjaga independensi maka saya adalah seseorang yang senang dikritik dan senang
belajar. Dalam melaksanakan suatu tugas baru, biasanya saya akan proaktif untuk
mempelajari aturan dan cara kerjanya. Kalau tidak atau belum faham/jelas saya akan bertanya
kepada yang lebih tahu. Dengan demikian, dalam bekerja saya akan lebih cepat
menyesuaikan diri.
Sikap saya ketika terdapat kepentingan partai politik tertentu meminta kepentingannya
diakomodasi dan jika tidak akan terjadi kegoncangan politik yang besar “Hanya Satu”, yaitu
melaksanakan tugas sesuai dengan fungsi dan kewenangan saya mengikuti perundang-
undangan yang berlaku. Sebab, semua petugas baik dari KPU, PPK, PPS dan KPPS semua
ada dalam perlindungan keamanan dan hukum. Kalau saja saya bekerja salah, mengakomodir
partai atau goncangan tertentu, tentu bisa dipastikan akan terjadi goncangan politik lebih
besar lagi. Melihat tugas KPU yang independen, itu saja sudah cukup jelas untuk tidak boleh
mengakomodir kepentingan partai politik dalam bentuk apapun, sehingga tidak
mengorbankan kepentingan rakyat.

4. KOMPETENSI KEPEMILUAN

Kompetensi kepemiluan adalah kecakapan dan kemampuan mengenal penyelenggaraan


pemilu.

Penting Pemilu Dalam Negara Demokrasi.


Negara demokrasi mengutamakan kepentingan umum dari pada pribadi. Artinya demokrasi
merupakan bentuk pemerintahan dimana formulasi kebijakan, secara langsung atau tidak
ditentukan oleh suara mayoritas warga yang memiliki hak suara melalui wadah pemilihan.
Demokrasi bicara soal kehendak rakyat. Demokrasi juga bisa sebagai kebaikan bersama. Jadi
pemerintahan demokratis adalah menciptakan kebaikan bersama yang ditetapkan melalui
kontrak politik. Bicara demokrasi berarti berhubungan dengan pemilihan umum.
Dalam sebuah Negara demokrasi, Pemilihan Umum (pemilu) merupakan salah satu pilar
utama dari sebuah akumulasi kehendak rakyat. Pemilu sekaligus merupakan prosedur
demokrasi untuk memilih pemimpin. Diyakini pada sebagian besar masyarakat beradab di
muka bumi ini, pemilu adalah mekanisme pergantian kekuasaan (suksesi) yang paling aman,
bila dibanding dengan cara-cara lain. Sudah barang pasti bila dikatakan, Pemilu merupakan
pilar utama dari sebuah demokrasi. Melalui pemilu rakyat memilih wakilnya, selanjutnya
para wakil rakyat ini diserahi mandat kedaulatan rakyat untuk mengurusi negara ini. Melalui
pemilu rakyat menunjukkan kedaulatannya dalam memilih pemimpin seperti Presiden dan
Wakil Presiden. Melalui pemilu lokal yang disebut Pilkada, rakyat juga menunjukkan
kedaulatannya untuk memilih Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati atau
Walikota dan Wakil Walikota.
Konsep negara Indonesia adalah negara berdasarkan atas hukum, negara yang demokratis
atau berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan melihat
rumusan yang dipakai oleh pembentuk UUD 1945, yaitu “Indonesia adalah negara yang
berdasarkan atas hukum”. Bahwa negara kita bedasarkan atas negara hukum yang dilandasi
pancasila dan UUD 1945 dengan pengertian adanya system demokratis yang
bertanggugjawab dari individu masing-masing. Negara kita menjamin kebebasan tiap-tiap
individu untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya.
Dasar hukum negara Indonesia adalah berdaulat menurut rakyatnya dan berdasarkan atas
demokrasi yang utuh untuk kepentingan masyarakat luas. Bedaulat tersebut bermaksud
demokrasi yang utuh dan kebebasan berpendapat di depan umum kepada rakyatnya dengan
disertai dengan tanggungjawab individu masing-masing. Kedaulatan tersebut mengatakan
bahwa tujuan negara itu adalah untuk menegakkan hukum dan menjamin kebebasan
warganegaranya. Dalam pengertian bahwa kebebasan disini adalah kebebasan dalam batas-
batas perundang-undangan, sedangkan undang-undang disini yang berhak membuat adalah
rakyat itu sendiri.
Pelaksanaan prinsip kedaulatan rakyat dapat dilakukan melalui demokrasi langsung maupun
demokrasi perwakilan. Demokrasi langsung bercirikan rakyat mengambil bagian secara
pribadi dalam tindakan-tindakan dan pemberian suara untuk membahas dan mengesahkan
undang-undang. Sedangkan demokrasi perwakilan, rakyat memilih warga lainnya sebagai
wakil yang duduk di lembaga perwakilan rakyat untuk membahas dan mengesahkan undang-
undang.
Pemilihan Umum merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945. Pemilu diselenggarakan dengan tujuan untuk memilih wakil rakyat
dan wakil daerah, serta untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat, dan
memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional sebagaimana
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilu dilaksanakan oleh
negara Indonesia dalam rangka mewujudkan kedaulatan rakyat sekaligus penerapan prinsip-
prinsip atau nilai-nilai demokrasi, meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi
aktif dalam pemilihan umum demi terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang
demokratis.
Hubungan Antara Sistem Pemilu, Sistem Kepartaian, Dan Sistem Pemerintahan.
Pilihan suatu masyarakat pada sistem kepartaian tertentu yang dikombinasikan dengan
penerapan sistem pemilu yang sesuai dengan latar belakang masyarakat, memiliki
kemungkinan untuk menghasilkan suatu pemerintahan yang memiliki stabilitas politik “
political order”. Namun sebaliknya, kesepakatan masyarakat untuk menggunakan suatu
sistem kepartaian tertentu yang dikombinasikan dengan penerapan suatu sistem pemilu yang
tidak sesuai dengan latar belakang masyarakat, memiliki peluang untuk melahirkan suatu
kehidupan politik yang tidak stabil.
Secara lebih detail hubungan antara sistem kepartaian dengan sistem pemilu, backgourd
masyarakat, dan stabilitas politik dapat dielaborasi dalam enam hipotesis sebagai berikut:
a) Sistem dua partai yang dikombinasikan dengan sistem pemilu model distrik yang
diterapkan pada masyarakat yang backgroundnya homogen, dari sisi etnis, aliran pemikiran
politik, agama memiliki peluang besar untuk menghasilkan stabilitas politik.
b) Sistem dua partai yang dikombinasikan dengan sistem pemilu model proposional pada
masyarakaat yang memiliki background heterogen memiliki kecederungan untuk
menghasilkan kehidupan politik yang stabil. Namun, memungkinkan aspirasi politik
masyarakat yang heterogen yang tidak tertampung oleh dua partai politik.
c) Sistem dua partai yang dikombinasikan dengan sistem pemilu model distrik pada
masyarakat yang background heterogen memiliki peluang lebih besar pada kehidupan politik
yang kurang stabil, terutama pada awal perkembangannya.
d) Sistem multipartai yang dikombinasikan dengan sistem pemilihan model distrik pada
masyarakat yang backgroundnya homogen akan memiliki kecenderungan menuju pada
kehidupan politik yang bergerak ke arah stabilitas. Hal tersebut dikarenakan akan mendorong
terjadinya evolusi sistem kepartaian menuju pada sistem dua partai.
e) Sistem multipartai yang dikombinasikan dengan sistem pemilu model proposional pada
masyarakat yang background heterogen akan memiliki kecenderungan menghasilkan suatu
kehidupan politik yang tidak stabil. Hal tersebut tidak mendorong untuk terjadi evolusi sistem
kepartaian menuju pada sistem kepartaian yang sederhana. (sistem dua partai).
f) Sistem multipartai dikombinasikan dengan sistem pemilu model distrik pada masyarakat
yang backgroundnya heterogen, memiliki kecenderungan untuk menghasilkan stabilitas
politik, namun memiliki peluang yang menimbulkan ketidakpuasan politik.

Sistem kepartaian ialah pola perilaku dan interaksi diantara sejumlah partai politik dengan
kata lain sistem kepartaian adalah pola kompetisi terus-menerus dan bersifat stabil, yang
selalu tampak di setiap proses pemilu tiap negara. Sistem kepartaian bergantung pada jenis
sistem politik yang ada di dalam suatu negara. Selain itu, ia juga bergantung pada
kemajemukan suku, agama, ekonomi, dan aliran politik yang ada. Semakin besar derajat
perbedaan kepentingan yang ada di negara tersebut, semakin besar pula jumlah partai politik.
Selain itu, sistem-sistem politik yang telah disebutkan, turut mempengaruhi sistem kepartaian
yang ada.
Pemilihan Umum adalah suatu peristiwa politik yang sangat menarik. Pemilihan Umum
merupakan salah satu sarana pelaksanaan kedaulatan yang mendasar pada demokrasi
perwakilan. Pemilu juga dapat diartikan sebagai mekanisme penyeleksian dan pendelegasian
atau penyerahan kedaulatan kepada orang atau partai yang dipercayai.
Adanya berbagai varian sistem politik menunjukkan bahwa tidak ada suatu sistem pemilu
yang sempurna yang dapat dipakai untuk semua negara. Setiap sistem pemilu masing-masing
memiliki kelebihan dan kekurangan. Suatu sistem pemilu mungkin sesuai dengan kondisi
masyarakat yang memiliki ciri-ciri tertentu dan kurang sesuai untuk masyarakat yang
memiliki ciri-ciri yang lain. Sebagaimana telah diuraikan misalnya sistem pemilu distrik
dimiliki kemungkinan kurang cocok jika diterapkan pada masyarakat yang memiliki
background majemuk dari berbagai aspeknya. Dan sebaliknya sistem distrik ini memiliki
tingkat kesesuaian yang lebih besar jika dipakai pada pelaksanaan pemilu bagi masyarakat
yang memiliki background sosial yang tidak terlalu heterogen.

Siklus atau Tahapan Penyelenggaraan Pemilu.


Siklus atau tahapan penyelenggaraan pemilu menurut Peraturan Komisi Pemilihan Umum
Nomor 06 Tahun 2013 Tentang Perubahan keempat atas Peraturan KPU Nomor 7 tahun 2012
Tentang Tahapan, program dan jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tahun
2014. Yaitu :
1. Tahap Persiapan, meliputi :
a. Penataan Organisasi
b. Pendaftaran Pemantau dan Pemantauan
c. Pembentukan badan Penyelenggara Pemilu seperti PPS, PPK, PPSLN, PPKLN, Panwacam
dan Panwaslap.
d. Rapat Kerja dan Rapat koordinasi dan bimbingan teknis di setiap tingkatan
e. Sosialisasi, publikasi dan pendidikan pemilih
f. Pengelolaan data dan informasi
g. Persiapan logistik

2. Tahapan Penyelenggaraan Pemilu, Meliputi :


a. Perencanaan program dan anggaran
b. Penyusunan Peraturan KPU
c. Pendaftaran dan verifikasi peserta pemilu
d. Pemutakhiran Data Pemilih dan Penyusunan Daftar Pemilih
e. Penyusunan Daftar Pemilih di luar Negeri
f. Penataan dan Penetapan Daerah Pemilihan
g. Pencalonan Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD kabupaten/kota

3. Kampanye, meliputi :
a. Persiapan kampanye
b. Pelaksanaan kampanye
c. Masa tenang

4. Pemungutan dan Penghitungan Suara, antara lain :


a. Persiapan Menjelang Pemungutan Suara:
b. Pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara

5. Rekapitulasi hasil penghitungan suara


6. Penetapan hasil pemilu secara nasional
7. Penetapan Partai Politik Memenuhi Ambang Batas
8. Penetapan Perolehan Kursi dan Calon Terpilih
9. Peresmian Keanggotaan
10. Pengucapan sumpah/janji
11. Tahap penyelesaian, meliputi :
a. Perselisihan hasil pemilu
b. Penyusunan laporan penyelenggaraan Pemilu
c. Penyusunan dokumentasi
d. Pengelolaan arsip
e. Pembubaran badan-badan penyelenggara ad-hoc.
f. Penyusunan laporan keuangan.

Konsep Saya Untuk Menciptakan Pemilu Yang Berkualitas.


Perlu peningkatan SDM Komisi Pemilihan Umum. Sebagai penyelenggara Pemilu, KPU
beserta perangkat yang dimiliki sampai tingkat bawah yakni kelompok KPPS menjadi sangat
penting untuk meningkatkan kualitas pemahamannya. Bahkan peran KPPS menjadi sangat
penting dan menentukan keberhasilan penyelenggaraan pemilu. Sengketa pemilu tentang
perolehan suara sering dan akan terjadi ketika para petugas di KPPS tidak memiliki
kemampuan teknis dalam menjalankan tugas rekapan perolehan suara di TPS.
Perlu juga peningkatan kualitas peserta pemilu perlu ditingkatkan, mulai dari tim kampanye
sampai ke saksi. Kerja saksi harus dibuat seefektif mungkin dari tingkat KPPS hingga KPU.
Agar tidak perlu melebar persoalannya hingga ke MA atau MK. Partai politik jangan hanya
digunakan sebagai kendaraan yang mengkotak-kotakan masyarakat. Oleh karena itu,
masyarakat harus diberikan pendidikan politik, agar tidak mudah terprovokasi.
Perlu memperkuat kelembagaan Bawaslu/Panwaslu. Pertama, selama ini posisi Panwaslu
menjadi tidak maksimal akibat terbatasnya waktu dalam melakukan pengawasan. Kedua,
persoalan netralitas Panwaslu/Bawaslu. Ketiga, kelemahan panwaslu selama ini terletak pada
ketidakmampuannya menindaklanjuti pelanggaran yang dilaporkan masyarakat

Perlu pendidikan politik masyarakat. Salah satu wujud partisipasi politik masyarakat dapat
dilihat dari kesadaran untuk menggunakan hak pilihnya pada pemilu mendatang. Ada dua
faktor yang menyebabkan masyarakat tidak menggunakan hak pilihnya, yaitu pertama,
kesalahan administrasi/sistem yang ada, misalnya terkait penyusunan DPT; Kedua, kesadaran
masyarakat untuk tidak menggunakan hak pilih karena menganggap calon-calon yang
ditawarkan tidak menjanjikan perubahan. Tapi yang porsinya lebih besar adalah hal pertama.
Oleh karena itu sosialisasi secara kontinyu harus dilakukan semua pihak, agar partisipasi
pemilih, selain terukur dengan jelas kuantitasnya tetapi juga terdongkrak kualitasnya.
Moderenisasi system pengolahan Data Pemilih, sehingga Daftar Pemilih yang dihasilkan
benar-benar seakurat mungkin bahkan bisa mencapai 100% (zero error). Dengan penelitian-
penelitian dan survey serta evaluasi dari penyelenggaran pemilu sebelumnya. Sehingga
apabila suatu saat dilakukan e-voting data sudah akurat.
Demikian makalah ini saya buat, semoga dapat memberikan masukan dan kontribusi dalam
seleksi Anggota KPU Kota Bandung periode 2013-2018 yang akan berlangsung. Terimakasih
atas segala perhatiannya.

Daftar Pustaka :
– http://Wikipedia.org
– http://Kpu.go.id
– http://kepemimpinan-fisipuh.blogspot.com
– http://file.upi.edu

Anda mungkin juga menyukai