Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan era millenium yang sudah dideklaraasikan, dikenal dengan
millennium development goals (MDGs), dan deklarasi MDGs merupakan hasil
perjuangan dan kesepakatan bersama antara negara-negara berkembang dan negara
maju. Negara-negara berkembang berkewajiban untuk melaksanakannya, termasuk
salah satunya Indonesia di mana kegiatan MDGs di Indonesia mencakup pelaksanaan
kegiatan monitoring MDGs. Sedangkan negara-negara maju berkewajiban mendukung
dan memberikan bantuan terhadap upaya keberhasilan setiap tujuan dan target MDGs.
Secara nasional, komitmen tersebut dituangkan dalam berbagai dokumen perencanaan
nasional, antara lain dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2004–2009. Lalu, dipertegas pada RPJMN 2010-2014 dan Inpres No 3 Tahun
2010 tentang Program Pembangunan Berkeadilan.
Saat ini pemerintah serius memberi perhatian terhadap pencapaian delapan tujuan
millennium development goals (MDGs). Setiap tujuan MDGs menetapkan satu atau
lebih target, serta masing-masing indikator akan diukur tingkat pencapaiannya atau
kemajuannya. Secara global, ditetapkan 18 target dan 48 indikator. Namun,
implementasinya tergantung pada setiap negara disesuaikan dengan kebutuhan
pembangunan dan ketersediaan data yang digunakan untuk mengatur tingkat
kemajuannya. Indikator global tersebut bersifat fleksibel bagi setiap negara. Keseriusan
itu diimplementasikan dengan mengintegrasikannya dalam program-program daerah
sesuai acuan program pembangunan nasional.
Sebagai salah satu anggota PBB, Indonesia memiliki dan ikut melaksanakan
komitmen tersebut dalam upaya untuk mensejahterakan masyarakat. Jawa Tengah
sebagai bagian dari negara kesatuan Republik Indonesia juga ikut serta mendukung
komitmen pemerintah tersebut, dengan melaksanakan program dan kegiatan yang
bertujuan untuk mencapai target MDG’s. Kemiskinan di Jawa Tengah telah menurun
dari 6,9 juta jiwa pada tahun 2003 menjadi 5,9 juta jiwa pada tahun 2006 (Susenas).
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/ Human Development Index (HDI) Provinsi Jawa
Tengah pada tahun 2006 sebesar 68,9 menduduki peringkat 4 secara nasional.
Memperhatikan sasaran Millenium Development Goals (MDG’s) dan Kesepakatan
Dakkar untuk Pendidikan Untuk Semua (PUS); Kesetaraan dan Keadilan Gender
(KKG) dan pemberdayaan perempuan melalui pembentukan dan penguatan
kelembagaan seperti Forum Komunikasi Pengarusutamaan Gender dan Forum Kajian
Gender; penurunan Angka kematian anak dengan menekan terjadinya gizi buruk pada
balita, meningkatnya angka kesehatan ibu dengan menekan angka kematian ibu
melahirkan; meningkatnya angka kesakitan HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya;
Cakupan pelayanan air bersih perkotaan dan perdesaan serta cakupan sanitasi dan
persampahan sebanding dengan rata-rata nasional dan target Millenium Development
Goals (MDGs) dan kerjasama sinergitas pengelolaan potensi sebagai tantangan
pembangunan perwilayahan ke depan telah dirancang dan dilaksanakan dengan berbagai
bentuk dan pola kerjasama.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa sajakah program-progam dalam Gubernur provinsi Jawa Tengah terkait
dengan kesejahteraan rakyat dan mana yang sudah tercapai atau belum?
2. Bagaimana rencana/target yang ingin dicapai dan yang belum tercapai oleh
pemerintah Jawa tengah dikaitkan dengan delapan tujuan MDGs?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui program-progam dalam Gubernur provinsi Jawa Tengah
terkait dengan kesejahteraan rakyat dan mana yang sudah tercapai atau
belum?
2. Untuk mengetahui rencana/target yang ingin dicapai dan yang belum
tercapai oleh pemerintah Jawa Tengah dikaitkan dengan delapan tujuan
MDGs?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut wikipedia (2017) Pembangunan Milenium (bahasa Inggris : Millennium
Development Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs) adalah Deklarasi
Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan
Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000, berupa delapan
butir tujuan untuk dicapai. Targetnya adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan
pembangunan masyarakat. Target ini merupakan tantangan utama dalam pembangunan
di seluruh dunia yang terurai dalam Deklarasi Milenium, dan diadopsi oleh 189 negara
serta ditandatangani oleh 147 kepala pemerintahan dan kepala negara pada saat
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium di New York pada bulan September 2000
tersebut. Pemerintah Indonesia turut menghadiri Pertemuan Puncak Milenium di New
York tersebut dan menandatangani Deklarasi Milenium itu. Deklarasi berisi komitmen
negara masing-masing dan komunitas internasional untuk mencapai 8 buah tujuan
pembangunan dalam Milenium ini (MDG), sebagai satu paket tujuan yang terukur untuk
pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Penandatanganan deklarasi ini merupakan
komitmen dari pemimpin-pemimpin dunia untuk mengurangi lebih dari separuh orang-
orang yang menderita akibat kelaparan, menjamin semua anak untuk menyelesaikan
pendidikan dasarnya, mengentaskan kesenjangan jender pada semua tingkat pendidikan,
mengurangi kematian anak balita hingga 2/3, dan mengurangi hingga separuh jumlah
orang yang tidak memiliki akses air bersih.
Tujuan Deklarasi Millennium PBB yang ditandatangani pada September 2000
menyetujui agar semua negara:
1. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan
2. Mencapai pendidikan dasar untuk semua
3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
4. Menurunkan angka kematian anak
5. Meningkatkan kesehatan ibu
6. Mengendalikan HIV dan AIDS, malaria danpenyakitmenularlainnya (tb)
7. Menjamin kelestarian lingkungan hidup
8. Mengembangkan kemitraan pembangunan di tingkat global
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Program-program dalam Gubernur provinsi Jawa Tengah terkait dengan


kesejahteraan rakyat dan mana yang sudah tercapai atau belum
Menurut Fauzi A (2016) di dalam program kerja, Ganjar mengisyaratkan akan
melakukan penghematan APBD Jateng yang mengalokasikan pembelian mobil dinas
gubernur ,wakil gubernur sebesar Rp 6,5 milyar. Ia bersedia menggunakan mobil dinas
bekas pakai gubernur sebelumnya yaitu Toyota Land Cruiser sehargaRp 1,5 millyar dan
Toyota Crown Royal Saloon seharga Rp 1,2 milyar. Ganjar tidak akan menggunakan
istilah program kerja 100 hari tapi lebih kepada merespon persoalan rakyat tiap hari
akan lebih baik. Sehingga seluruh complain akan cepat ditangani untuk dicari solusinya.
Ganjar juga akan memprioritaskan kemandirian Jateng pada dua hal yaitu daulat pangan
dan energi. Kedaulatan bisa diwujudkan dengan sistem sosial dan gotong royong.
Semua program kerjanya terangkum dalam Agenda 18. Hal ini terkait dengan masa
kerjanya hingga tahun2018.
Menurut Sekretaris Daerah (Sekda) Pemprov Jateng Sri Puryono (2016) “Dari 441
indikator kinerja yang ada dalam RPJMD Pemprov Jateng 2013-2018, yang sudah
tercapai sebanyak 147 indikator (33,32%),. Puryono meyakini sebanyak 272 indikator
lainnya bakal tercapai dalam waktu dekat. Sementara 22 indikator lainnya butuh
perhatian serius. Sejumlah indikator kinerja yang perlu banyak digenjot di antaranya
bangunan pencegah rob dan rob, pasar desa yang perlu direvitalisasi, kasus drop out
keluarga berencana (KB), dan daya serap tenaga kerja.”
Hingga kini persoalan yang butuh perhatian bersama pemerintah kabupaten/kota, di
antaranya mengenai kebutuhan pangan bagi masyarakat yangbelumberdaulat, tingginya
penderita masalah kesejahteraan sosial (PMKS), derajat kesehatan yang masih rendah,
rendahnya kualitas produksi garam, dukungan infrastruktur dalam pertumbuhan
ekonomi, pariwisata, dan lain-lain. Untuk mengatasi persoalanpersoalan tersebut,
Pemprov Jateng sudah melakukan sosialisasi dan konsultasi publik mengenai
Rancangan Awal Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jateng 2017.
Isu-isu strategis yang perlu diintervensi pada APBD 2017 nanti di antaranya
mengenai pengurangan kemiskinan, pengurangan pengangguran, pembangunan
infrastruktur, kedaulatan pangan, dan kedaulatan energi. “Itu prioritas yang perlu
ditangani,” ucap Puryono. Puryono menambahkan, saat ini di tingkat desa/kelurahan
sudah diselenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) dan akan
dilanjutkan sampai tingkat, kecamatan, kabupaten/kota, hingga provinsi.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Jateng Urip Sihabudin
mengatakan target indikator yang telah ditetapkan dalam RPJMD 2013- 2018 tidak bisa
tercapai seluruhnya sehingga dilakukan proses evaluasi dan revisi.
Sejumlah target yang direvisi di antaranya mengenai pertumbuhan ekonomi,
kemiskinan, pengangguran, dan lainnya. “Saat ini evaluasinya belum rampung, kami
targetkan tahun ini bisa selesai,” ucapnya. Sementara itu, Ketua DPRD Jawa Tengah
Rukma Setyabudi menerangkan, musrenbang yang digelar pemprov tidak hanya sekadar
formalitas tapi menyentuh sisi substansial. Dengan demikian, program-program yang
dijalankan tepat sasaran sebagaimana target yang ada dalam RPJMD.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Dr Yulianto Prabowo
(2017) banyak faktor yang menyebabkan turunnya angka kematian ibu. Antara lain
meningkatnya kesadaran masyarakat dalam memerhatikan kesehatan ibu. Upaya
gerakan 5 NG yakni Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng yang didukung pemerintah
kabupaten dan kota, juga mampu mendorong.
Gerakan 5 NG yaitu Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng yang diluncurkan
Gubernur Jawa Tengah di Surakarta pada Juli 2016 lalu, mulai menunjukkan hasil,
kesehatan ibu juga membaik.
Program itu, lanjutnya, merupakan gerakan gotong royong yang memanfaatkan seluruh
potensi masyarakat, mulai dari hulu hingga hilir. Yaitu menggerakkan bidan desa dan
kader PKK untuk mengedukasi para perempuan sejak pra kehamilan, masa kehamilan,
persalinan, hingga pascapersalinan.
3.2 Rencana/target yang ingin dicapai dan yang belum tercapai oleh pemerintah
Jawa Tengah dikaitkan dengan delapan tujuan MDGs
Strategi penanggulangan kemiskinan melalui perluasan kesempatan kerja,
pemberdayaan masyarakat, peningkatan kapasitas kelembagaan, perlindungan sosial
serta kemitraan regional dan antar daerah telah menjadi agenda dan prioritas utama
pembangunan serta telah dilaksanakan dalam kurun waktu yang panjang. Capaian yang
telah diperoleh Provinsi Jawa Tengah terbukti pada peningkatan pertumbuhan ekonomi
(BPS Provinsi Jawa Tengah) dari sebesar 4,07 % pada tahun 2003 menjadi 5,55 %
tahun 2006, pendapatan per kapita juga meningkat dari Rp 4,8 juta pada tahun 2003
menjadi Rp 5,2 juta tahun 2006, IPM meningkat dari 66,2 pada tahun 2003 menjadi
68,9 pada tahun 2006, dan terjadinya penurunan jumlah penduduk miskin dari 6,9 juta
jiwa pada tahun 2003 menjadi 5,9 juta jiwa pada tahun 2006.
Pembangunan bidang pendidikan di Jawa Tengah selama ini telah dilakukan
melalui upaya pengembangan dan relevansi pendidikan sesuai dengan tuntutan
perkembangan Iptek dan kebutuhan pasar kerja, dengan memperhatikan sistem
pendidikan nasional yang berjalan dan juga sasaran komitmen-komitmen Internasional
di bidang pendidikan seperti Sasaran Millenium Development Goals (MDG’s) dan
Kesepakatan Dakkar untuk Pendidikan Untuk Semua (PUS), aksesibilitas masyarakat
terhadap fasilitas pendidikan dapat dilihat dari Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI
107,17 % menjadi 109,12 %, SMP/MTs meningkat dari 71,55 % menjadi 77,68 % dan
proporsi penduduk buta huruf dari 13,27% menjadi 10,46 % masing-masing pada tahun
2003 dan tahun 2006.
Upaya untuk mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) dan
pemberdayaan perempuan telah dilakukan antara lain melalui pembentukan dan
penguatan kelembagaan seperti Forum Komunikasi Pengarusutamaan Gender dan
Forum Kajian Gender. Selain itu juga dilakukan pengintegrasian perspektif gender ke
dalam dokumen-dokumen perencanaan.
Angka kematian bayi mendapat perhatian secara khusus melalui berbagai
program dan kegiatan untuk menekan terjadinya gizi buruk pada balita, beberapa
indikator keberhasilan bidang kesehatan ditunjukkan dengan indikator mortalitas yaitu
Angka Kematian Bayi (AKB) di Jawa Tengah cenderung menurun dari 34 per 1.000
kelahiran hidup pada tahun 2000 menjadi 14 per 1.000 kelahiran hidup tahun 2005.
Sedangkan meningkatnya angka kesehatan ibu ditandai dengan semakin turunnya angka
kematian ibu karena proses persalinan serta masih tetap dilaksanakannya program
keluarga berencana, hal tersebut tercermin dengan menurunnya Angka Kematian Ibu
(AKI) sebesar 152 pada tahun 2000 menjadi 115 per 100.000 kelahiran tahun 2003.
Sedangkan prevalensi gizi kurang pada anak balita menurun dari 14,08% pada tahun
2003 menjadi 10,51 % tahun 2006 (hasil pemantauan status gizi).
Berbagai upaya untuk memerangi merebaknya HIV/AIDS dan penyakit menular
lainnya terus dilaksanakan antara lain dengan mengoptimalkan peran dan fungsi Komisi
Penanggulangan AIDS (KPA) dengan mengintegrasikan lintas sektor dan LSM Peduli
AIDS, mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan HIV/AIDS
(ODHA), mempercepat pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS pada kelompok
resiko tertular, ibu dan anak, memudahkan ODHA untuk memperoleh obat Anti
Retroviral (ARV) melalui pelayanan di Klinik Voluntary Counseling and Testing(VCT)
dan perawatan, dukungan serta pengobatan (Care, Support and Treatment) baik di
rumah sakit maupun di komunitas. Cakupan pelayanan air bersih perkotaan lebih kurang
39,86 persen dan perdesaan 12,6 persen. Cakupan sanitasi lebih kurang 7,2 persen dan
persampahan lebih kurang 71 persen sampah terangkut.
Kondisi tersebut sebanding dengan rata-rata nasional dan target Milenium
Development Goal (MDGs). Kerjasama sinergitas pengelolaan potensi merupakan
tantangan pembangunan perwilayahan ke depan yang secara konsisten terus
dilaksanakan, hal tersebut mengingat semakin terbatasnya sumber daya alam dan
adanya arus perdagangan bebas yang semakin kuat sehingga kawasan strategis perlu
didorong dan diperkuat eksistensinya.

Pola pembangunan daerah dalam rangka penanggulangan kemiskinan di jawa


tengah
Arah Kebijakan Pokok Penanggulangan Kemiskinan di Jawa Tengah
dilaksanakan melalui program-program pro-poor, pro-jobdan pro-growhtyang
berorientasi pada pemerataan pendapatan antar kelompok masyarakat, pengurangan
beban pengeluaran penduduk miskin, pemenuhan kebutuhan dasar dan pemerataan
pembangunan antar wilayah.
Upaya penanggulangan kemiskinan telah dilakukan melalui berbagai strategi
baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung diwujudkan dalam
bentuk pemberian bantuan dana stimulan sebagai modal usaha kegiatan ekonomi
produktif, bantuan sosial (antara lain melalui program Subsidi Langsung Tunai, Beras
Miskin, Sektoral Pusat/ Daerah, program khusus, dll); secara tidak langsung melalui
penyediaan sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan sosial ekonomi,
Pemberdayaan masyarakat; Penguatan kelembagaan dan Perlindungan sosial (antara
lain melalui program Bantuan Kepada Kabupaten/ Kota, Sektoral Pusat/ Daerah, dan
program khusus lainnya).
Sedangkan upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi kemiskinan Di Jawa
Tengah ditempuh melalui :
1. Pengurangan pengeluaran, melalui :
a. Bidang Pendidikan, melalui Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Bantuan
Khusus Murid (BKM), dan Bantuan Bea Siswa Keluarga Miskin.
b. Bidang Kesehatan dan Keluarga Berencana, melalui penanganan tindakan medis,
operatif keluarga miskin, penanggulangan gizi buruk dan gizi kurang, dan
pengembangan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD), Jaminan Pelayanan Kesehatan
Masyarakat Miskin (JPKMM) serta bantuan alat kontrasepsi dan obat / pil KB.
2. Peningkatan Pendapatan, melalui :
a. Bidang Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, melalui pengembangan
wirausaha, pengembangan pendidikan dan pelatihan wirausaha serta
pemberdayaan usaha skala mikro.
b. Bidang Sosial, melalui Bantuan Modal Usaha bagi Penduduk Miskin.
c. Bidang Ketenagakerjaan, melalui perluasan kesempatan kerja dan berusaha
termasuk pengiriman transmigrasn serta pelatihan ketrampilan tenaga kerja.
d. Bidang Perumahan dan Pemukiman diantaranya pemugaran rumah kumuh dan
padat di perkotaan, korban bencana alam dan penyediaan air bersih serta
pembangunan sanitasi.
Sasaran penanganan kemiskinan di Jawa Tengah dilaksanakan pada:
1) Prioritas utama: Penduduk Sangat Miskin 348.893 RTM, setara 1.395.572 jiwa,
2) Prioritas kedua: Penduduk Miskin sebanyak 1.544.513 RTM, setara 6.178.052
jiwa,
3) Prioritas ketiga: Penduduk Hampir Miskin sebanyak 1.277.795 RTM, setara
5.111.180 jiwa. Upaya penanggulangan kemiskinan dilakukan melalui berbagai
program dan kegiatan dengan menggunakan berbagai sumber dana.
BAB IV
PENUTUPAN

4.1 Kesimpulan
Menurut wikipedia (2017) Pembangunan Milenium (bahasa Inggris : Millennium
Development Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs) adalah Deklarasi
Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan
Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000, berupa delapan
butir tujuan untuk dicapai. Targetnya adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan
pembangunan masyarakat.
Menurut wikipedia (2017) Tujuan pembangunan Millenium yang ditargetkan
untuk dapat dicapai dapat dijadikan sebagai salah satu pemacu dan semangat untuk
dapat melakukan upaya yang lebih baik dalam penanganan permasalahan yang terkait
dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Kemiskinan bukan hanya masalah Jawa
Tengah maupun Indonesia, tetapi juga merupakan masalah dunia. Dilihat dari berbagai
program dan kegiatan yang sudah dilaksanakan dan besarnya sumber dana yang telah
dikeluarkan, kemiskinan di Jawa Tengah tetap masih menjadi permasalahan yang tidak
mudah untuk diatasi walaupun jumlah penduduk miskin sudah semakin berkurang.

4.2 Saran
Upaya penanggulangan kemiskinan maupun target yang belum tercapai
merupakan upaya terpadu yang harus dilakukan oleh semua pihak maupun masyarakat
miskin itu sendiri dengan komitmen yang kuat dari semua unsur pimpinan baik
Pemerintah, organisasi masyarakat dan kelompok masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai