Anda di halaman 1dari 8

ANSIETAS

A. DEFINISI
Ansietas atau kecemasan adalah respons emosi tanpa objek yang spesifik yang
secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal (Suliswati, 2005).
Menurut Videbeck (2008) ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak
didukung oleh situasi. Ansietas adalah suatu keadaan emosional yang tidak
menyenangkan yang ditandai oleh rasa takut serta gejala fisik yang menegangkan serta
tidak diinginkan. Gejala tersebut merupakan respons terhadap stres yang normal dan
sesuai, tetapi menjadi patologis bila tidak sesuai dengan tingkat keparahan stres,
berlanjut setelah streso menghilang, atau terjadi tanpa adanya stressor eksternal (Craig,
2009).
Ansietas adalah perasaan was-was, khawatir,atau tidak nyaman seakan-akan akan
terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman Ansietas berbeda dengan rasa takut.
Takut merupakan penilaian intelektual terhadap ssuatu yang berbahaya, sedangkan
ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut (Keliat, 2012). Ansietas
merupakan pengalaman emosi dan subjektif tanpa ada objek yang spesifik sehingga
orang merasakan suatu perasaan was-was (khawatir) seolah-olah ada sesuatu yang buruk
akan terjadi dan pada umumnya disertai gejala-gejala otonomik yang berlangsung
beberapa waktu (Stuart dan Laraia,1998) dalam buku (Pieter,dkk,2011)

Sedangkan menurut (Riyadi & Purwanto, 2010) Ansietas adalah suatu perasaan
takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai gejala
fisiologis, sedangkan pada gangguan ansietas terkandung unsur penderitaan yang
bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut. Kecemasan
merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan
sebagai reaksi umum dari ketidak mampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya
rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan
yang nantinya akan menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan psikologis
(Rochman, 2010)

B. JENIS

1. Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan peristiwa kehidupan sehari-hari.
Lapang persepsi melebar dan orang akan bersikap hati-hati dan waspada. Orang
yang mengalami ansietas ringan akan terdorong untuk menghasilkan kreativitas.
Respons respons fisiologis orang yang mengalami ansietas ringan adalah sesekali
mengalami napas pendek, naiknya tekanan darah dan nadi, muka berkerut, bibir
bergetar, dan mengalami gejala pada lambung. Respons kognitif orang yang
mengalami ansietas ringan adalah lapang persepsi yang melebar, dapat menerima
rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah dan dapat menjelaskan
masalah secara efektif. Adapun respons perilaku dan emosi dari orang yang
mengalami ansietas adalah tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan,
suara kadangkadang meninggi.
2. Ansietas Sedang
Pada ansietas sedang tingkat lapang persepsi pada lingkungan menurun dan
memfokuskan diri pada hal-hal penting saat itu juga dan menyampingkan hal-hal
lain. Respons fisiologis dari orang yang mengalami ansietas sedang adalah sering
napas pendek, nadi dan tekanan darah naik mulut kering, anoreksia, diare,
konstipasi dan gelisah. Respon kognitif orang yang mengalami ansietas sedang
adalah lapang persepsi yang menyempit, rangsangan luar sulit diterima, berfokus
pada apa yang menjadi perhatian. Adapun respons perilaku dan emosi adalah
gerakan yang tersentak-sentak, meremas tangan, sulit tidur, dan perasaan tidak
aman
3. Ansietas Berat
Pada ansietas berat lapang persepsi menjadi sangat sempit, individu cenderung
memikirkan hal-hal kecil dan mengabaikan hal-hal lain. Individu sulit berpikir
realistis dan membutuhkan banyak pengarahan untuk memusatkan perhatian pada
area lain. Respons-respons fisiologis ansietas berat adalah napas pendek, nadi dan
tekanan darah darah naik, banyak berkeringat, rasa sakit kepala, penglihatan
kabur, dan mengalami ketegangan. Respon kognitif pada orang yang mengalami
ansietas berat adalah lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu untuk
menyelesaikan masalah. Adapun respons perilaku dan emosinya terlihat dari
perasaan tidak aman, verbalisasi yang cepat, dan blocking.
4. Panik
Pada tingkatan panik lapang persepsi seseorang sudah sangat sempit dan sudah
mengalami gangguan sehingga tidak bisa mengendalikan diri lagi dan sulit
melakukan apapun walaupun dia sudah diberikan pengarahan. Respons-respons
fisiologis panik adalah napas pendek, rasa tercekik, sakit dada, pucat, hipotensi
dan koordinasi motorik yang sangat rendah. Sementara respons-respons kognitif
penderita panik adalah lapang persepsi yang sangat pendek sekali dan tidak
mampu berpikir logis. Adapun respons perilaku dan emosinya terlihat agitasi,
mengamuk dan marah-marah, ketakutan dan berteriak-teriak, blocking, kehilangan
kontrol diri dan memiliki persepsi yang kacau (Herry Zan Pieter, 2011)
C. Tanda dan Gejala
Seseorang akan menderita gangguan cemas mana kala yang bersangkutan tidak
mampu mengatasi stressor psikososial yang dihadapinya. Tetapi orang-orang tertentu
meskipun tidak ada stressor psikososial, yang bersangkutan menunjukkan kecemasan.
Tanda dan gejala dari rasa cemas adalah :
 Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang.
 Memandang masa depan dengan rasa was-was (khawatir)
 Kurang percaya diri, gugup apabila tampil dimuka umum (demam
panggung)
 Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain
 Tidak mudah mengalah “sering ngotot”
 Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk, gelisah
 Sering kali mengeluh ini dan itu (keluhan-keluhan somatik), khawatir
yang berlebihan terhadap penyakit
 Mudah tersinggung, suka membesar-besarkan masalah yang kecil
(dramatisir)
 Dalam mengambil keputusan, sering mengalami rasa bimbang dan ragu
 Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya sering kali berulang-ulang
 Kalau sedang emosi sering kali bertindak histeris

Tanda dan gejala gangguan kecemasan (ansietas) berdasarkan klasifikasinya yang


berdasarkan respon fisiologis, kognitif, perilaku, dan emosional adalah: (Agus Tarikan &
Sutejo, 2009; dan berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Peplau (1963) dalam Stuart
& Laraia, 2005; Issacs, 2005; Videback, 2008).
Tingkat Ansietas Ringan Sedang Berat Panik
Fisiologis
Tekanan darah Tidak ada Meningkat Meningkat Meningkat
perubahan
Pernafasan Tidak ada Meningkat Meningkat Cepat dan
perubahan dangkal
Nadi Tidak ada Cepat Cepat Cepat kemudian
perubahan lambat
Ketegangan otot Rileks dan Wajah tampak Rahang Wajah
ketegangan tegang dan menegang, menyeringai,
otot ringan ketegangan otot menggertakkan mulut menganga,
sedang gigi, dan dan ketegangan
ketegangan otot otot berat
berat
Kulit Tidak ada Berkeringat, akral Keringan Keringat berlebih,
keluhan dingin, dan pucat berlebih kulit terasa panas
dingin
Pola makan Masih nafsu Meningkat/menurun Kehilangan Mual/muntah
makan nafsu makan
Pola tidur Tidak ada Sulit untuk Sering terjaga Insomnia, mimpi
gangguan mengawali tidur buruk
Pola eliminasi Tidak ada BAB dan BAK BAB dan BAK Retensi urin,
gangguan meningkat meningkat konstipasi
Kognitif
Fokus perhatian Cepat Fokus pada hal Fokus pada Fokus terpecah
berespons yang penting sesuatu yang
teehadap terperinci
stimulus
Proses belajar Motivasi Perlu arahan Perlu banyak Tidak bisa
belajar tinggi arahan berfikir
Proses pikir Pikiran logis Perhatian menurun Egosentric Halusinasi, ilusi
Orientasi Baik Ingatan menurun Pelupa Disorientasi
waktu, tempat,
dan orang
Perilaku
Motorik Rileks Gerakan mulai tidak Agitasi Aktivitas motorik
terarah kasar meningkat
Komunikasi Koheran Koheran Bicara cepat Inkoheran
Produktivitas Kreatif Menurun Menurun Tidak produktif
Interaksi sosial Memerlukan Sosialisasi Interaksi sosial Menarik diri
orang lain kurang
(sosialisasi)
Emosional
Konsep diri Ideal diri Tidak percaya diri Merasa bersalah Putus asa
tinggi
Penguasaan diri Tergesa-gesa Tidak sabar Bingung Lepas kendali

D. FASE
Fase Ansietas berdasarkan responnya dibagi menjadi 5 tingkat ansietas yaitu:
1. Antisipasi: merupakan respon yang adatif terhadap masalah atau kecemasan yang
dihadapi.
2. Ansietas ringan: berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari
dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan
persepsinya. Ansietas memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreativitas (Stuart & Sundeen,1998). Pada ansietas ringan individu dapat
memproses informasi, belajar, dan menyelesaikan masalah. Keterampilan
kognitif mendominasi tingkat ansietas ini. (Videbeck, 2008).
3. Ansietas sedang: memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami
perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
(Stuart & Sundeen ,1998)
4. Ansietas berat: sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cendrung
untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir
tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang
tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu
area lain. (Stuart & Sundeen ,1998). Individu yang mengalami ansietas berat sulit
berpikir dan melakukan pertimbangan, otot-ototnya menjadi tegang, tanda-tanda
vital meningkat, dan ia mondar-mandir, memperlihatkan kegelisahan, irritabilitas,
dan kemarahan, atau menggunakan cara psikomotor-emosional yang sama
lainnya untuk melepaskan ketegangan (Videbeck, 2008).
5. Tingkat panik: dari ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan
teror. Rincian terpecah dari proporsinya, tidak mampu melakukan sesuatu
walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian.
Terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan
dengan orang lain, persepsi menyimpang, kehilangan pemikiran rasional. (Stuart
dan Sundeen ,1998:175-176). Dalam keadaan panik, alam psikomotor emosional
individu tersebut mendominasi, disertai respons fight, flight, atau freeze.
Lonjakan adrenalin menyebabkan tanda-tanda vital sangat meningkat, pupil
membesar untuk memungkinkan lebih banyak cahaya yang masuk, dan satu-
satunya proses kognitif berfokus pada pertahanan individu tersebut (Videbeck,
2008).
E. PSIKOPATOLOGI

Isolasi sosial

Gangguan konsep
diri

Koping individu tidak


efektif

Ansietas gangguan pola tidur

Stressor

Faktor predisposisi : peristiwa traumatik, frustasi, konsep diri


Faktor presipitasi : ancaman terhadap harga diri
terganggu, gangguan fisik, konflik emosional
Faktor predisposisi dan faktor presipitasi menimbulkan kecemasan pada individu
tersebut yang akan berpengaruh pada kejiwaan dan kehidupan individu itu. Stressor yang
terus menerus terjadi pada individu akan mempengaruhi tingkat respon kecemasan yang
terjadi pada individu. Respon kecemasan yang paling berat ialah apabila individu sudah
mengalami tingkat kecemasan panik, panik berhubungan dengan ketakutan dan merasa
diteror, serta tidak mampu melakukan apapun walaupun dengan pengarahan. Panik
meningkatkan aktivitas motorik, menurunkan kemampuan berhubungan dengan orang
lain, persepsi menyimpang, serta kehilangan pemikiran rasional. Dalam keadaan seperti
ini individu membutuhkan sumber dukungan baik dari keluarga maupun lingkungan
sekitar. Koping yang tidak efektif dalam menghadapi kecemasan juga akan berpengaruh
terhadap keyakinan dan persepsi individu tentang dirinya yang mengakibatkan gangguan
konsep diri/ persepsi negatif pada dirinya. Apabila terus berlanjut dapat mengakibatkan
individu menarik diri baik dari hubungan interpersonal maupun lingkungan sekitarnya.

F. Pemeriksaan dan Pengkajian Ansietas


Faktor-faktor yang mempengaruhi proses terjadinya ansietas yaitu faktor predisposisi
dan faktor presipitasi.
1. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menimbulkan kecemasan. Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa :
1) Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan
krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional
2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik.
Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan yang
menimbulkan kecemasan pada individu
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir
secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan
4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidak berdayaan untuk mengambil keputusan
yang berdampak terhadap ego
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman
terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu
6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena
pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon
individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasan
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang
mengandung benzodizepin, karena benzodizepin dapat menekan neurotransmiter
gama amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang
bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
2. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi adalah ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan
tibulnya kecemasan. Stressor presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1) Ancaman terhadap intregitas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik
yang meliputi :
a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun,
regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya hamil).
b. Sumber eksternal meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,
polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tinggal
2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber eksternal dan internal
a. Sumber internal, kesulitan dalam berhubungan interpersonal dirumah dan
tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap
intergritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
b. Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan
status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya. (Eko Prabowo, 2014)

Anda mungkin juga menyukai