Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PORTOFOLIO

APENDISITIS AKUT

Disusun oleh:

dr. Lillian Elaine

Pembimbing:

dr. Ratna Binti Khomsiyatin

PROGRAM INTERNSIP DOKTER UMUM

RSUD KABUPATEN KEDIRI

2018
BAB I

ILUSTRASI KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : An. JF
Nomor Rekam Medik : 120213
Jenis kelamin : Laki-Laki
Tanggal lahir : 10 Maret 2007
Alamat : Kakis, Kunjang
Agama : Islam
Tanggal masuk : 17 Januari 2018 (06.40 WIB)
Pekerjaan : Pelajar

ANAMNESIS
Keluhan Utama
Nyeri perut kanan bawah memberat sejak 1 hari sebelum datang ke IGD

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien rujukan dari Praktek Umum dr. Syaiful Huda dengan keluhan nyeri perut kanan bawah
kurang lebih satu minggu dan memberat sejak 1 hari sebelum dibawa orang tuanya ke IGD.
Nyeri perut awalnya dirasakan di bagian kanan bawah namun lama kelamaan dirasakan di
seluruh bagian perut. Pasien mengeluh mual namun tidak ada muntah. Demam dan pusing
disangkal. Pasien terakhir buang air besar 5 hari yang lalu, namun masih dapat buang angin.
Buang air kecil tidak ada keluhan.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit jantung, paru, liver, ginjal disangkal. Riwayat hipertensi dan diabetes
mellitus disangkal. Pasien belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga


Penyakit serupa dalam keluarga disangkal.

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien merupakan siswa SD kelas 6. Ayah pasien bekerja sebagai pedagang, sedangkan ibu
pasien adalah seorang ibu rumah tangga.

PEMERIKSAAN FISIK
11 November 2017
Tanda Vital
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/m
Pernapasan : 20x/m
Suhu : 37°C

Pemeriksaan per Sistem


Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), peningkatan JVP (-).
Jantung : Bunyi jantung S1, S2 regular, tunggal.
Tidak terdengar murmur dan gallop.
Paru : Pergerakan dinding dada simetris, suara dasar vesikuler (+/+)
Tidak terdengar rhonki maupun wheezing.
Abdomen : Datar, soefl, hati dan limpa tidak teraba, tidak ada kesan asites.
Nyeri tekan McBurney (+)
Ekstrimitas : Akral hangat, CRT <2 detik.
Edema tungkai bawah (-/-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hemoglobin : 12.7 g/dL (13-18)
Hematokrit : 35.5 % (45-50)
Leukosit : 30300/ul (4300-10300)
Trombosit : 458000/ul (150000-4000000)

HBsAg : Non-reaktif
Anti-HIV : Negatif
K/Na/Cl : 4.3/125/91
DIAGNOSIS
Obs. Abdominal Pain ec. Susp. Apendisitis Akut

TATALAKSANA
1. Infus RL loading 250 cc → maint. 1700cc/24 jam
2. Inj. Santagesic 3x250mg iv
3. Inj. Cefotaxime 2x500mg iv
4. Inj. Ranitidine 2x25mg iv
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Apendisitis akut merupakan penyebab tersering dari kasus akut abdomen pada dewasa
muda. Selain itu, prosedur pengangkatan apendiks atau apendektomi merupakan prosedur
operasi gawat darurat yang paling sering dikerjakan dokter bedah umum dan seringkali
merupakan jenis operasi pertama yang dilakukan oleh residen bedah umum. Insidens
terjadinya apendisitis akut pada usia bayi sangat jarang dan menjadi sering memasuki usia
anak-anak. Apendisitis akut paling sering terjadi di usia remaja dan awal usia 20. Angka
kemungkinan terjadi pada laki-laki dan perempuan seimbang sebelum pubertas, dan
meningkat menjadi 3:2 memasuki usia 25 tahun.
Meskipun dengan adanya kemajuan teknologi dalam pemeriksaan laboratorium dan
modernisasi pemeriksaan radiografi, penentuan diagnosis apendisitis akut tetap memerlukan
keahlian seorang dokter dalam melakukan pemeriksaan fisik yang baik dengan modal
pengetahuan sains yang memadai.

ANATOMI
Appendix adalah organ berbentuk tabung buntu yang memiliki lapisan mukosa,
submukosa, muskular, dan serosa. Panjang appendix bervariasi antara 7.5-10 cm. Secara
morfologi, appendix merupakan bagian distal dari caecum. Pada saat lahir, ukuran appendix
lebih pendek dan lebih lebar pada pangkalnya, namun seiring bertambahnya usia, struktur
tubular terbentuk saat usia sekitar 2 tahun. Semasa anak-anak, seiring masa pertumbuhan
biasanya appendix akan berotasi ke arah retrocaecal di posisi intraperitoneal. Pada sekitar
25% kasus, perubahan posisi ini tidak terjadi dan appendix berada pada posisi pelvis,
subcaecal, atau paracaecal. Kadangkala, ujung dari appendix berada di ekstraperitoneal, di
belakang caecum atau kolon asendens. Dalam beberapa kasus, saat caecum tidak bermigrasi
pada masa perkembangan janin, appendix dapat ditemukan di dekat kantung empedu atau
pada kasus malrotasi usus, di fossa iliaka kiri. Hal ini dapat menimbulkan kesulitan pada
penentuan diagnosis.
Appendix mendapatkan suplai darah dari arteri apendikularis yang merupakan percabangan
dari arteri ileocolic dan merupakan ujung arteri. Apabila terdapat trombosis pada arteri ini
sehingga mengakibatkan sumbatan, maka akan berakibat terjadinya gangren.
Gambar 1. Berbagai macam posisi appendix

ETIOLOGI
Apendisitis disebabkan karena adanya obstruksi pada lumen appendix sehingga
menimbulkan infeksi dan berakibat terjadinya kongesti vaskuler, yang berujung pada kondisi
iskemik dan nekrosis. Obstruksi, bila ada, biasanya disebabkan oleh fekalit atau massa fekal
padat. Fekalit sering terjadi pada masyarakat dengan konsumsi diet yang rendah serat.

Penyebab obstruksi lainnya adalah batu, tumor, cacing/parasit lain, infeksi virus atau
benda asing yang mengakibatkan pembengkakan jaringan limfoid. Sekresi mukus yang terus
menerus menyebabkan apendiks meregang kemudian mengalami hipoksia, terjadi ulserasi
dan invasi serta multiplikasi bakteri pada dinding apendiks. Infeksi ini akan menambah
pembengkakan dan iskemia akibat trombosis vena intramural. Seringkali gangren dan
perforasi terjadi dalam 24-36 jam. Apabila proses ini berjalan lambat, organ-organ sekitar
seperti ileum terminal, sekum dan omentum akan membentuk dinding mengitari apendiks
sehingga berbentuk abses yang terlokalisasi.

DIAGNOSIS
Gejala awal dari apendisitis akut seringkali berupa nyeri perut yang sulit dilokalisir.
Nyeri perut disertai dengan mual, muntah, hilangnya nafsu makan.
Nyeri perut merupakan keluhan awal pada 97-100% kasus, walaupun beberapa kasus
mengeluh gangguan pencernaan satu atau dua hari sebelumnya. Biasanya penderita terbangun
malam hari karena nyeri perut di bagian epigastrium atau daerah periumbilikal. Rasa sakit ini
kadang-kadang dirasakan di seluruh lapang abdomen, atau pada banyak kasus terlokalisir di
area perut bagian kanan bawah sejak awal sakit. Nyeri cenderung tumpul, biasanya tidak
begitu berat, bahkan kadang-kadang tidak terlalu mengganggu sehingga sering diperkirakan
berasal dari keluhan lambung. Intensitas nyeri mencapai puncaknya dalam 4-6 jam dan secara
perlahan-lahan menghilang untuk kemudian timbul rasa sakit di perut kanan bawah yang
makin hebat (referred pain) dan setiap gerakan badan terutama batuk dan ekstensi
ekstremitas akan menambah rasa sakit.

Perpindahan lokasi sakit ini merupakan tanda yang penting sekali untuk diagnostik.
Rasa nyeri yang timbul pertama, merupakan nyeri viseral yang menjalar dari apendiks ke
organ-organ sekitarnya. Rasa nyeri yang kedua di daerah kanan bawah, merupakan nyeri
somatik akibat peradangan jaringan periapendiks. Rasa nyeri ini sering disertai perasaan ingin
defekasi. Biasanya penderita berobat dalam waktu 12 - 48 jam sesudah timbul nyeri, tapi
kadang-kadang baru beberapa hari kemudian.

Pada 95% gejala disertai keluhan hilangnya nafsu makan, mual atau muntah-muntah.
Penderita muntah hanya 1 atau 2 kali dalam beberapa jam sesudah timbul rasa sakit. Pada
saat ini biasanya ada demam ringan.

Skor Alvarado
Tanda yang dapat ditemukan pada kasus apendisitis akut termasuk:
1. Rovsing’s sign
2. Psoas sign
3. Obturator sign
4. Pointing sign
Komplikasi

1 . Perforasi

Insidensi perforasi 10 - 32 %, rata-rata 20%. Paling sering terjadi pada usia muda
sekali atau terlalu tua. Perforasi timbul 93% pada anak-anak di bawah 2 tahun. Antara 40 -
75% kasus usia di atas 60 tahun mengalami perforasi. Perforasi jarang timbul dalam 12 jam
pertama sejak awal sakit, tetapi insidensi meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi dapat
diketahui preoperatif pada 70% kasus, dengan gambaran klinis yang timbul lebih dan 36 jam
sejak sakit, panas lebih dari 38.5°C, pasien tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut dan
leukositosis terutama PMN akibat perforasi dan pembentukan abses.

2. Portoflebitis

Adalah tromboflebitis septik pada sistem vena porta. Ditandai dengan panas tinggi 39° -
40°C, menggigil dan ikterus. Merupakan penyulit yang relatif jarang.

TATA LAKSANA
Penatalaksanaan untuk apendisitis akut ialah operasi pengangkatan appendix atau
apendektomi. Persiapan operasi yang perlu dilakukan termasuk pemberian cairan intravena,
balans cairan dengan menghitung urine output, dan pemberian antibiotik untuk mencegah
infeksi pasca operasi. Pada kasus peritonitis, pemberian antibiotik yang sensitif terhadap basil
gram negative dan bakteri anaerob perlu diberikan.
DAFTAR PUSTAKA

1. O’Connell PR. The vermiform appendix. Bailey & Love’s Short Practice of Surgery
25th Edition. 2008. 67; 1204-1218
2. Sabiston Textbook of Surgery.
3. Abdurahman SA, dkk. Ilmu Penyakit Dalam jilid II. Balai penerbit FKUI : Jakarta.
1999.
4. Schwartz SI, et al. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. EGC: Jakarta. 2000.
5. Sjamsuhudayat R, Jong WD. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai