Anda di halaman 1dari 8

3.

1 SISTEM VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (VAC)


3.1.1 SISTEM AIR CONDITIONING
Sistem pengkondisian udara pada bangunan Wisma 46 menggunakan Sistem
Water Cooled Chiller untuk mengkondisikan udara pada ruangan fasilitas di
Wisma 46. Peralatan utama pada sistem ini adalah Water Cooled Chiller,
Cooling Tower, Pompa Air Dingin (Chilled Water Pump, P-CHW) & Pompa Air
Pendingin Kondenser (Condenser Water Pump, P-CCW), dan AHU/FCU.

A. Water Cooled Chiller


Water Cooled Chiller adalah Chiller dimana kondensornya didinginkan dengan
air. Komponen utamanya terdiri dari kompresor, kondensor, evaporator dan
katup expansi. Pada sisi kondensor memerlukan air pendingin, semakin rendah
air pendingin maka semakin bagus peforma chiller, air pendingin kondenser
tersebut berasal dari Cooling Tower. Sebaliknya pada sisi evaporator
menghasilkan air dingin yang akan dimanfaatkan untuk mendinginkan gedung
dengan cara mensirkulasikan air dingin dari Chiller ke AHU/FCU dengan
menggunakan pompa P-CWH. Air dingin tersebut merupakan hasil dari proses
perpindahan panas yang terjadi antara air dengan evaporator chiller. Pada awal
desain Gedung Wisma 46 terdapat 7 unit Chiller tetapi aktual yang terpasang
adalah 6 Chiller dengan kapasitas Chiller 1 dan 2 yaitu 470 TR, Chiller 3, 4, dan
5 yaitu 660 TR dan Chiller 6 yaitu 380 TR.

B. Cooling Tower
Cooling Tower berfungsi untuk membuang panas dari air outlet kondenser chiller
supaya dapat dimanfaatkan kembali untuk mendinginkan kondenser.
Proses pembuangan panas di Cooling Tower akan mengakibatkan kehilangan
air karena faktor penguapan dan lain-lain. Kehilangan air tersebut berkisar pada
1 sampai dengan 1.5% dari flow rate air yang masuk ke cooling tower, dengan
demikian diperlukan sistem make up air cooling tower.
Selain itu, Kualitas air makeup Cooling Tower & air di Cooling Tower harus
memenuhi kriteria seperti pada tabel berikut:

Tabel VAC 3-01 Kriteria Air untuk Makeup Cooling Tower


No. Parameter Unit Ideal Make-up water
1 pH 7-8
2 Conductivity ppm max. 170
3 TDS ppm max. 100

4 P. Alkalinity ppm CaCO3 max. 0


5 M. Alkalinity ppm CaCO3 max. 150
6 Chloride ppm max. 60
7 Total Hardness ppm CaCO3 max. 10
8 Calsium Hardness ppm CaCO3 max. 6
9 Magnesium Hardness ppm CaCO3 max. 4
10 Silici ppm max. 20
11 Iron ppm max. 1

Tabel VAC 3-02 Kriteria Air Cooling Tower


No. Parameter Unit Ideal Cooling Tower
1 pH 7-9.5
2 Conductivity ppm max. 4000
3 TDS ppm max. 2500
4 P. Alkalinity ppm CaCO3 max. 500
5 M. Alkalinity ppm CaCO3 max. 800
6 Chloride ppm max. 200
7 Total Hardness ppm CaCO3 max. 500
8 Calsium Hardness ppm CaCO3 max. 300
9 Magnesium Hardness ppm CaCO3 max. 200
10 Silici ppm max. 200
11 Iron ppm max. 1

C. Pompa
Pompa CHW digunakan untuk mensirkulasikan air dingin dari Chiller ke unit
AHU/FCU dan kembali lagi ke Chiller. Untuk kapasitas P-CHW 1 dan 2 yaitu 45
kW, P-CHW 3, 4 dan 5 yaitu 55 kW dan P-CHW 6 yaitu 30 kW
Pompa CWW digunakan untuk mensirkulasikan air pendingin kondensor dari
Cooling Tower ke Chiller dan kembali lagi ke Cooling Tower. Untuk kapasitas P-
CCW 1 dan 2 yaitu 45 kW, P-CCW 3, 4 dan 5 yaitu 55 kW dan P-CCW 6 yaitu 30
kW

D. AHU/ FCU
AHU/FCU berfungsi untuk mendinginkan ruangan dimana media pendinginannya
adalah air dingin yang didistribusikan oleh Pompa Chilled Water, AHU/FCU
terdiri dari fan dan coil. Prinsip kerjanya adalah dengan menghembuskan udara
melintasi coil pendingin sehingga terjadi perpindahan panas dari udara ke coil
pendingin, kemudian udara tersebut didistribusikan ke ruangan melalui saluran
udara (ducting) supaya tersebar merata ke setiap sudut ruangan.

AHU/FCU harus mampu untuk mengkondisikan udara sesuai standar


kenyamanan termal ruangan dan tidak menghasilkan noise ruangan melebihi
standar.
Standar kenyamanan termal ruangan menurut SNI 03-6572-2001 adalah
berkisar pada temperatur 20,5 C ~ 22,8 C untuk kriteria sejuk nyaman,
sedangkan untuk kreteria nyaman optimal berkisar pada temperatur 22,8 C ~
25,8 C, namun standar hotel rata-rata berkisar pada temperatur 23C ~ 24 C.
Sebagai acuan audit, sistem pengkondisian udara harus mampu mencapai
temperatur ruangan 24 C dan jika temperatur ruangan melebihi 24 C maka
AHU/FCU yang melayani ruangan tersebut dianggap belum memenuhi standar.
Hal ini berlaku juga untuk ruangan yang melebihi standar noise.
Standar noise maksimal sesuai SNI 09-6575-2001 adalah sebagai berikut :
- Untuk Kamar & Ruang Pertemuan adalah 45 db
- Untuk Lobi & Koridor adalah 50 db
- Ruangan fasilitas lainnya dianggap sama dengan lobi yaitu 50 db.

Selain faktor kenyamanan, faktor keselamatan juga harus teraplikasi dengan


baik, dimana AHU harus dilengkapi dengan smoke detektor dan harus terpasang
pada return duct atau mixing box. Ketika asap terdeteksi oleh smoke detector
maka fan AHU tersebut harus terkontrol untuk tidak operasional/ OFF.

3.1.2 SISTEM PEMIPAAN


Sistem pemipaan air dingin dan air pendingin kondenser harus terpasang
lengkap dengan aksesoris supaya sistem dapat berfungsi dengan baik. Isolasi
pipa air dingin harus terpasang dengan baik supaya tidak terjadi kondensasi
yang akan mengakibatkan korosi pada pipa dan aksesoris.
Pemilihan material sebaiknya mempertimbangkan lokasi bangunan yang berada
di dekat pantai, disarankan agar menggunakan material yang tidak cepat korosi.
Sistem pemipaan air dingin dan air pendingin kondenser idealnya dirancang
dengan membatasi pada friksi maksimum yaitu 4m/100m, hal ini diharapkan
supaya sistem menjadi lebih efisien.
Sistem pemipaan drain AC harus dibuang melalui pipa dengan slooping minimal
1% agar dapat terbuang dengan lancar, sistem pemipaan drain AC ini cukup
menggunakan pipa PVC - AW Class

3.1.3 SISTEM DISTRIBUSI UDARA


Sistem distribusi udara harus terpasang lengkap dengan aksesoris supaya
sistem dapat berfungsi dengan baik dan efisien, kelengkapan sistem ini antara
lain ketersediaan ducting, grille supply/return, volume damper, fire damper, serta
sensor-sensor untuk keselamatan dan kenyamanan.
Ducting untuk ruangan yang dikondisikan harus terisolasi dengan baik supaya
tidak terjadi kondensasi dan kehilangan energi.
Ducting dan aksesoris tersebut harus sesuai peraturan dan standar yang
berlaku.
Selain itu untuk alasan keselamatan jiwa, fire damper harus terpasang pada
setiap cabang masuk dan keluar shaft, kecuali untuk sistem presurisasi tangga,
sistem smoke extract dan sistem exhaust dapur. Fire stop juga harus terpasang
pada setiap sisa bukaan dinding yang dilewati instalasi pipa & ducting.
3.1.4 SISTEM VENTILASI
Sistem ventilasi meliputi proses pembuangan udara ke luar area (exhaust) dan
pemberian udara segar ke dalam area (fresh air supply).
Ventilasi mekanis dibutuhkan jika ruangan memiliki opening kurang dari 5 % dari
luas lantai.
Ruangan-ruangan yang menggunakan sistem ventilasi natural antara lain Ruang
Chiller & Pompa, Ruang Sampah, Ruang Gas, Parkir & STP.
Idealnya STP menggunakan sistem ventilasi mekanis dengan kebutuhan
ventilasi minimum 40 kali pertukaran udara per-jam.

A. Fresh Air Unit


Fresh air unit menggunakan sistem central supply fan.
Kebutuhan fresh air minimum untuk Lobby, Kamar, Meeting Room, Shop Room,
dan Restauran adalah 7.5 cfm/orang sedangkan kebutuhan fresh air minimum
untuk ballroom adalah 6 cfm/orang
Ruangan tersebut diatas harus bertekanan positif supaya tidak terjadi infiltrasi,
untuk ruangan yang dilengkapi sistem exhaust seperti kamar, perlu di tambahkan
make up air supaya balance dengan exhaust.

B. Ventilasi Toilet
Sistem ventilasi toilet ini menggunakan central exhaust fan dengan beberapa
zona toilet. Udara exhaust harus dibuang ketempat yang benar-benar terbuka
dan jauh dari intake fan fresh air.
Kebutuhan ventilasi minimum untuk toilet yaitu sebesar 10 kali pertukaran udara
per-jam.

C. Ventilasi Ruang M&E


Ruang M&E memerlukan pertukaran udara secara mekanis, agar menurunkan
akumulasi panas yang berasal dari peralatan-peralatan yang ada didalam ruang
tersebut, sehingga temperatur didalam ruang M&E dapat dibatasi pada tingkat
yang masih ditolerir untuk ditempati oleh operator maupun bagi keawetan
peralatan itu sendiri.
Ruang M&E yang dimaksud adalah Ruang Panel & Ruang Trafo
Kebutuhan ventilasi minimum untuk Ruang Panel adalah 10 kali pertukaran
udara per-jam sedangkan Kebutuhan ventilasi minimum untuk Ruang Trafo di
hitung berdasarkan batas maksimum temperatur ruangan yaitu 40C.

3.1.5 SISTEM PRESURISASI TANGGA


Sistem presurisasi tangga kebakaran dirancang untuk mencegah masuknya
asap ke tangga dengan cara menyuplai udara sampai bertekanan lebih positif
dibandingkan koridor, dengan demikian proses evakuasi di tangga kebakaran.
terjamin kelancarannya.
Fan presurisasi harus beroperasi bersamaan dengan general alarm dan harus
dilengkapi dengan sistem kontrol tekanan, sistem kontrol tekanan boleh
menggunakan Variable Speed Drive (VSD) atau Motorized Damper. Sistem
kontrol ini operasionalnya berdasarkan sensor perbedaan tekanan udara antara
tangga evakuasi dengan koridor, ini dimaksudkan untuk menjaga agar tekanan
udara didalam tangga kebakaran tidak berlebihan sehingga mudah untuk
membuka dan sebaliknya bila tekanan udara berlebihan akan mengakibatkan
pintu tangga kebakaran sulit untuk dibuka.
Pressurized fan harus dilengkapi juga dengan smoke detector, hal ini sangat
diperlukan ketika terdeteksi asap pada suction fan maka sistem presurisasi
dikontrol untuk tidak beroperasi/off sehingga tidak membahayakan keselamatan
jiwa .
Kesemua hal diatas harus dipenuhi mengingat adanya Peraturan Menteri
Pekerjaaan Umum No.26/PRT/M/2008 dan standar SNI 03-6571-2001 yang
mengharuskan beberapa hal berikut karena alasan keselamatan, antara lain :
a. Sistem presurisasi tangga harus tersedia dan harus terdistribusi disetiap lantai
b. Fireman lobby harus bebas asap dengan cara menyuplai udara dengan air
change tidak kurang dari 10 kali per-jam.
c. Fire damper harus terpasang pada setiap cabang masuk dan keluar shaft,
kecuali untuk sistem presurisasi tangga, sistem smoke extract dan sistem
exhaust dapur.
d. Harus tersedia fire stop pada setiap sisa bukaan dinding yang dilewati
instalasi ME seperti pipa & ducting.
Sistem presurisasi juga harus tersedia dengan sistem kontrol tekanan dan
sensor asap di sisi hisap fan.

Anda mungkin juga menyukai