Anda di halaman 1dari 7

JMK, VOL. 19, NO. 2, September 2017, 65 - 71 DOI: 10,9744 / jmk.19.2.

65-71
ISSN 1411-1438 cetak / ISSN 2338-8234 secara online

PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH DAN KEMERDEKAAN KEUANGAN


TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN MANUSIA
INDEKS PEMBANGUNAN DI INDONESIA

Baldric Siregar 1 *, Nurna Pratiwi 1


1 STIE YKPN, Yogyakarta, Indonesia

* Penulis yang sesuai; Email: siregar@accountant.com

Abstrak

penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh karakteristik pemerintah daerah yang terdiri dari ukuran, usia, status, populasi, jumlah
unit kerja (SKPD), belanja pegawai dan leverage pada kemandirian keuangan daerah serta dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi (GDP)
dan Indeks Pembangunan manusia (IPM) di kabupaten atau kota di Indonesia. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 1003
laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten atau kota di Indonesia dari tahun 2009 sampai 2013. Sampel dipilih berdasarkan metode
purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah Partial Least Square (PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran, usia,
status, populasi, jumlah SKPD, dan memiliki pengaruh berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemandirian keuangan daerah. belanja
pegawai memiliki efek positif dan signifikan pada kemandirian keuangan daerah. kemandirian keuangan daerah berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. kemandirian keuangan daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan
Manusia.

Kata kunci: pemerintah daerah, kemandirian finansial, produt domestik bruto, indeks pembangunan manusia.

pengantar Dengan kata lain, independensi keuangan kabupaten atau kota di


Indonesia masih rendah.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang
pemerintah daerah, daerah diberi kewenangan untuk mengelola Teori agensi
keuangan mereka sendiri dengan sedikit intervensi dari pemerintah
pusat. Kemampuan keuangan suatu daerah dapat dilihat pada ukuran
Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan hubungan
pendapatan asli daerah (PAD). Sehubungan dengan pemberian otonomi
badan adalah kontrak di mana satu orang atau lebih (prinsipal)
yang lebih besar ke daerah, PAD selalu dianggap sebagai salah satu
memerintah orang lain (agen) untuk melakukan layanan atas nama
indikator atau kriteria untuk mengukur ketergantungan daerah terhadap
kepala sekolah dan agen resmi dalam membuat keputusan terbaik
pusat. Namun pada kenyataannya, nilai PAD di sebagian besar
untuk kepala sekolah. Dalam entitas publik, teori keagenan sadar
kabupaten atau kota di Indonesia masih sangat rendah bila dibandingkan
dan unconciously telah diterapkan di pemerintah Indonesia.
dengan Dana Alokasi Umum (DAU).
Pemerintah pusat adalah kepala sekolah dan pemerintah daerah
bertindak sebagai agen, karena pemerintah daerah bertanggung

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa kabupaten PAD jawab kepada rakyat sebagai pemilih dan juga kepada pemerintah

rata-rata atau kota di Indonesia setiap tahun meningkat. Namun, pusat. Agen akan mencoba untuk meyakinkan kepala sekolah

peningkatan PAD masih jauh di bawah kabupaten atau kota DAU. dengan cara tertentu karena kewajibannya untuk menyenangkan
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan kabupaten pemerintah untuk kemerdekaan rakyat.
atau kota di Indonesia masih tinggi untuk pemerintah pusat. Di

Tabel 1
The rata-rata PAD dan DAU di Indonesia Tahun Anggaran 2009-2013 (dalam Jutaan
Rupiah)

Distrik Kota Propinsi


Tahun Jumlah LG
BANTALAN DAU BANTALAN DAU BANTALAN DAU
2009 509 14.358 106.981 25.587 89.048 662.660 226.864
2010 473 41.819 369.001 87.337 310.986 1.829.170 592.320
2011 445 50.923 415.662 11.035 343.584 1.678.053 689.974
2012 459 74.159 514.098 163.267 444.712 2.828.793 839.513
2013 396 83.161 574.802 253.691 531.240 3.388.206 942.852
Sumber: Indonesia Pusat Statistik Bereau.

65
66 JURNAL MANAJEMEN DAN Kewirausahaan, VOL.19, NO. 2, September 2017: 65 - 71

Kemerdekaan Pemerintah Daerah efisien untuk meningkatkan pendapatan daerah. Berdasarkan


analisis di atas, dapat dikembangkan hipotesis:
independensi lokal merupakan bagian dari kinerja keuangan diukur
dengan pemerintah daerah. Menurut Halim (2007), kemandirian finansial H 2: Umur pemerintah daerah telah positif berpengaruh pada
(otonomi fiskal) setempat menunjukkan kekuatan regional itu sendiri kemandirian keuangan.
dalam membiayai kegiatan pemerintah, pengembangan dan pelayanan
kepada rakyatnya yang harus membayar pajak dan retribusi sebagai Status Pemerintah Daerah
sumber pendapatan daerah diperlukan.
Status adalah pengakuan nasional suatu daerah sebagai
kabupaten atau kota. Kabupaten atau kota adalah pembagian wilayah
Karakteristik Pemerintah Daerah administratif di Indonesia setelah provinsi ini. Umumnya, baik
kabupaten atau kota memiliki wewenang yang sama yang diatur dan
karakteristik khusus mengacu memiliki karakteristik diurus pemerintah sendiri. Status wilayah dalam penelitian ini
(spesifisitas) sesuai dengan disposisi tertentu yang membedakan digunakan untuk membedakan antara kota dan kabupaten. Penelitian
satu hal ke hal lain (Poerwadarminta, 2006). Dengan demikian, Kuncahyono ini (2015) menunjukkan bahwa status kawasan itu
karakteristik pemerintah daerah adalah gambar di mana memiliki efek positif baik secara parsial maupun secara simultan
pemerintah daerah memiliki karakteristik khusus yang menuju kemandirian finansial. Semakin baik sumber daya yang ada,
membedakan dirinya dengan pemerintah daerah lain. diharapkan untuk meningkatkan kinerja pemerintah menjadi lebih baik.
kinerja pemerintah yang baik tentu akan meningkatkan masyarakat.
Berdasarkan analisis di atas, dapat dikembangkan hipotesis:
Ukuran Pemerintah Daerah

Ukuran pemerintah daerah dapat dilihat dari berapa banyak


total aset yang dimilikinya. Penelitian Santoso (2015) menunjukkan H 3: Status pemerintah daerah memiliki positif efek
bahwa ukuran variabel efek positif pada kinerja pemerintah daerah. kemerdekaan keuangan.
Hasil Imawan riset (2013) dan penelitian Kuncahyono ini (2015)
menunjukkan bahwa ukuran variabel juga memiliki dampak positif Populasi
dan signifikan terhadap kemandirian keuangan pemerintah daerah.
Sejak pertumbuhan pemerintah daerah semakin besar, diharapkan Menurut Chairany (2010), populasi adalah semua orang yang
bahwa layanan yang diberikan kepada masyarakat akan lebih baik. tinggal di wilayah geografis Indonesia selama enam bulan atau lebih,
Sehingga kinerja pemerintah juga akan meningkat karena sumber dan mereka yang tinggal kurang dari enam bulan tetapi bertujuan untuk
daya dan fasilitas yang memadai yang dimiliki oleh pemerintah. menetap. Warga di daerah tentu memiliki peran yang berbeda. Warga
Berdasarkan analisis di atas, dapat dikembangkan hipotesis: bisa menjadi konsumen dan produsen. Semakin besar populasi berarti
bahwa tingkat permintaan dan penawaran akan meningkat dan
menguntungkan banyak pihak; dengan kata lain, jumlah yang lebih
besar dari orang akan semakin mendorong berbagai kegiatan ekonomi
H 1: Ukuran pemerintah daerah telah positif berpengaruh pada di region.Through kegiatan ekonomi, itu akan meningkatkan retribusi
kemandirian keuangan. ke kas daerah dalam bentuk pajak atau retribusi. Pajak dan retribusi
merupakan sumber pendapatan daerah untuk mendukung terciptanya
Umur Pemerintah Daerah kemandirian finansial. Berdasarkan analisis di atas, dapat
dikembangkan hipotesis:
usia administrasi pemerintah daerah adalah pembentukan sebuah
pemerintah daerah berdasarkan Undang-Undang. Penelitian yang
dilakukan oleh Kuncahyono (2015) menunjukkan bahwa usia tidak H 4: populasi memiliki efek positif pada
mempengaruhi independensi keuangan pemerintah daerah, sedangkan kemandirian keuangan pemerintah daerah.
penelitian Santoso (2015) menunjukkan bahwa usia pemerintah daerah
berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja pemerintah daerah. Jumlah Satuan Kerja Daerah
Semakin lama atau semakin tua berarti pemerintah daerah sudah memiliki
pengalaman yang luas dalam mengelola wilayah tersebut. Pertanyaan Unit Kerja (SKPD) adalah pegawai pemerintah daerah yang sre
pengalaman adalah bagaimana pemerintah daerah menjalankan sistem diberdayakan untuk mengotorisasi manajemen keuangan, terutama pada
administrasi. Semakin mengalami pemerintah daerah, diharapkan bahwa penggunaan anggaran / barang di wilayah tersebut. Dengan
proses administrasi dapat berjalan secara efektif dan menggunakan anggaran / barang, tentu daerah harus memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Penelitian Santoso (2015) menunjukkan
bahwa
Siregar: Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah dan Kebebasan Finansial 67

jumlah SKPD berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah H 8: Keuangan Kemerdekaan pemerintah daerah memiliki
daerah. Hasil penelitian Kuncahyono ini (2015) menunjukkan efek positif pada pertumbuhan ekonomi.

bahwa jumlah SKPD memiliki dampak positif dan signifikan


terhadap kemandirian finansial. Berdasarkan analisis di atas, Indeks Pembangunan Manusia

dapat dikembangkan hipotesis:


Salah satu alat ukur dianggap mencerminkan status
pembangunan manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
H 5: Jumlah SKPD memiliki efek positif pada
HDI merupakan indeks komposit yang mencakup tiga wilayah
kemandirian keuangan pemerintah daerah.
pembangunan manusia yang dianggap sangat mendasar, usia hidup,

Pengeluaran Karyawan pengetahuan dan standar hidup yang layak. daerah otonom berarti
wilayah tersebut mampu membiayai kegiatan sendiri pemerintahan,
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2004 pembangunan daerah dan pelayanan kepada masyarakat yang akan
tentang penyusunan Rencana Kementerian Anggaran / lembaga, menciptakan pembangunan manusia. Tingkat keberhasilan
pengeluaran karyawan kompensasi baik secara tunai maupun pembangunan manusia sebagai tujuan pembangunan daerah dapat
dalam bentuk apapun yang ditetapkan oleh undang-undang dilihat dari pencapaian Indeks Pembangunan Manusia. Semakin
diberikan kepada pegawai pemerintah. belanja pegawai termasuk independen daerah, diharapkan untuk memiliki masyarakat yang lebih
biaya operasional, pemeliharaan jumlah infrastructure.The publik sejahtera. Indeks Pembangunan Manusia dapat digunakan untuk
pengeluaran karyawan untuk meningkatkan kinerja produktivitas mengukur kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah. Berdasarkan
karyawan dan meningkatkan pelayanan publik lokal. Berdasarkan analisis di atas, dapat dikembangkan hipotesis:
analisis di atas, dapat dikembangkan hipotesis:

H 6: belanja pegawai memiliki efek positif pada H 9: Keuangan Kemerdekaan pemerintah daerah memiliki
kemandirian keuangan pemerintah daerah. efek positif pada Indeks Pembangunan Manusia.

Pengaruh
Metode penelitian
Leverage mengacu utang perusahaan. Dalam entitas sektor
publik, terutama pemerintah daerah, rasio leverage digunakan untuk Mencicipi
mengukur rasio antara utang untuk ekuitas. pemerintah daerah yang
memiliki utang besar akan menyebabkan kemandirian keuangan Data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dan
pemerintah daerah menjadi rendah. Menurut Hadi (2010), rasio diolah dari laporan keuangan pemerintah daerah. Pemilihan sampel
leverage daerah tergantung pada sumber pendanaan eksternal. yang digunakan purposive sampling dengan kriteria pemilihan
Penelitian yang dilakukan oleh Hadi (2010) menunjukkan bahwa ada sampel adalah: (1) kabupaten atau kota di Indonesia yang
hubungan antara leverage dengan kemandirian keuangan daerah. menyediakan semua data yang diperlukan dari tahun 2009-2013
Berdasarkan analisis di atas, dapat dikembangkan hipotesis: yang telah diterbitkan, (2) kabupaten atau kota di Indonesia, yang
memiliki aktif website. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 2 dan Tabel 3.

H 7: Leverage memiliki efek negatif pada keuangan


independensi pemerintah daerah.
Meja 2
Sebuah Sekilas Sampel Penelitian
Pertumbuhan ekonomi
pemerintah daerah laporan keuangan (LKPD) berhasil 2282
Pertumbuhan ekonomi adalah proses pembuatan perekonomian diunduh (2009-2013)
suatu negara dapat berkelanjutan atau dalam kondisi yang lebih baik. Laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) dari 145
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang digunakan pemerintah provinsi
untuk mengevaluasi perkembangan atau kemajuan pembangunan Laporan pemerintah daerah keuangan (LKPD) dari pemerintah 90
ekonomi di suatu wilayah pada periode tertentu. Tingkat pertumbuhan kabupaten atau kota yang tidak memiliki kemandirian keuangan

ekonomi dihitung dari perubahan dalam Produk Domestik Bruto (PDB) atas dan nilai belanja pegawai

dasar harga konstan dari tahun ke tahun. Independen Pemerintah Daerah


pemerintah daerah tidak memberikan data SKPD 896
mengacu pada wilayah yang mampu mengalokasikan lebih efisien; dengan
Pemerintah kabupaten / kota LKPD yang tidak havevalue 111
demikian, ia mampu meningkatkan potensi kegiatan ekonominya sebanyak
dari total aset dan leverage
mungkin. Dengan peningkatan kegiatan ekonomi di suatu daerah
pemerintah daerah tidak memberikan GDP dan data IPM 20
diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan
analisis di atas, dapat dikembangkan hipotesis: pemerintah daerah tidak memberikan data penduduk 17

Pemerintah kabupaten / kota LKPD yang digunakan dalam penelitian 1.003


68 JURNAL MANAJEMEN DAN Kewirausahaan, VOL.19, NO. 2, September 2017: 65 - 71

tabel 3
Statistik deskriptif

Variabel N Minimum Maksimum Berarti Std. Deviasi


UKU 1003 45310495830 292.375.440.116.392 2.550.150.510.665 9.544.370.385.217
UMR 1003 1 63 39 23
STS 1003 203 800 - -
JMP 1003 15.062 4.923.916 573.391 633.862
JMS 1003 7 85 42 13
BLP 1003 0,145 0,798 0,533 0,118
LVE 1003 5.208E-14 2,193 0.014 0,0850
KKD 1003 0.004 0,714 0,076 0,067
PED 1003 - 21,830 173,130 8,111 11,620
HDI 1003 0,4 80,51 69,844 11,889
Sumber: Data sekunder diolah.
Keterangan: STS (status) termasuk dalam tabel adalah jumlah 800 status kabupaten dan status kota 203. UKU (Ukuran) diukur dengan total
aset; UMR (Usia) diukur dari pembentukan Pemerintah Daerah sampai tahun pengamatan; STS (Status) diukur dengan skor 1 dan 0; JMP
(Penduduk) diukur dengan proyeksi penduduk; JMS (Total SKPD) diukur dengan jumlah sektor di Pemerintah Daerah; BLP (belanja pegawai)
diukur dengan perbandingan belanja pegawai ke daerah belanja; LVE (leverage) yang diukur dengan rasio utang terhadap ekuitas; KKD
(Kemerdekaan Keuangan) diukur dengan perbandingan pendapatan dan total pendapatan; PED (Pertumbuhan) diukur dengan PDB; HDI
(Human Development Index) diukur dengan HDI data.

Hasil dan Diskusi Setelah pengujian model struktural atau model dalam,
hasilnya ditampilkan pada Tabel 5 dan Gambar 1. Berdasarkan
Perhitungan Goodness of Fit Model Nilai (batin hasil pengujian hipotesis terhadap ukuran pemerintah daerah
Model) kemandirian keuangan daerah, hal itu menunjukkan bahwa nilai
koefisien jalur adalah nilai positif dari 0,219 dan p- nilai <0,001 atau
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
lebih kecil dari standar yang ditetapkan p- Nilai (≤ 5%). Hasil
perhitungan nilai kebaikan model fit (model inner), dan hipotesis
pengujian hipotesis pertama dalam penelitian ini terbukti bahwa
pengujian menggunakan Partial analisis Least Square (PLS).
ukuran pemerintah daerah yang dilihat dari total aset. Maka
Evaluasi nilai kebaikan model fit berfungsi untuk menentukan
pemerintah daerah mampu memberdayakan wilayah tersebut. Hasil
kesesuaian model yang digunakan dalam penelitian ditampilkan
penelitian ini konsisten dengan penelitian dari Imawan dan
pada Tabel 4.
Wahyudin (2013) dan Kuncahyono (2015) yang menunjukkan
bahwa ukuran pemerintah daerah berpengaruh positif signifikan
tabel 4 terhadap kemandirian finansial.
Goodness of Fit Model

APC = 0,166, P < 0,001 baik jika P < 0,05


Berdasarkan hasil uji hipotesis kedua, usia pemerintah
ARS = 0,164, P < 0,001 baik jika P < 0,05
AVIF = 1,417 Baik jika <5
daerah memiliki dampak positif dan signifikan terhadap
kemandirian keuangan kabupaten atau kota di Indonesia. Hasil
Berdasarkan Tabel 4, nilai R kuadrat rata-rata (ARS) uji hipotesis menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,06 dan p-
diperoleh hasil 0,164 dengan nilai p < 0,001, hal ini menunjukkan nilai 0,03, yang berarti bahwa usia pemerintah daerah dampak
bahwa variabel dalam penelitian ini hanya mampu mempengaruhi positif dan signifikan terhadap kemandirian keuangan daerah.
variabel dependen dari Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Kuncahyono ini
16,4% dan 83,6% disebabkan oleh variabel lain di luar model. Nilai (2015) yang menunjukkan bahwa usia pemerintah daerah tidak
koefisien path rata (APC) adalah 0,166 dengan p < 0,001 yang mempengaruhi kemandirian finansial.
berarti variabel endogen dan eksogen memiliki hubungan sebab
dan akibat baik secara langsung maupun tidak langsung. Tidak ada
multikolinearitas dalam penelitian ini sebagai nilai rata-rata Berdasarkan uji statistik status pemerintah daerah
Variance Inflation Factor (AVIF) sebesar 1,417. Interpretasi dari kemandirian keuangan daerah, hal itu menunjukkan bahwa nilai
indikator cocok dengan kriteria model dalam penelitian ini sehingga koefisien jalur adalah nilai positif dari 0,367 dan p- nilai <0,001
model penelitian dapat digunakan. atau lebih kecil dari standar yang ditetapkan p- Nilai (≤ 5%). Uji
hipotesis ketiga dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
Siregar: Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah dan Kebebasan Finansial 69

tabel 5
Hipotesis Hasil Pengujian

Hipotesis Hubungan Variabel Jalur Koefisien p-Nilai Signifikan / Tidak Signifikan Hasil
H1 UKU • KKD 0,219 <0,001 Penting diterima
H2 UMR • KKD 0,059 0.031 * Penting diterima
H3 STS • KKD 0,367 <0,001 Penting diterima
H4 JMP • KKD 0,362 <0,001 Penting diterima
H5 JMS • KKD 0,099 <0,001 Penting diterima
H6 BLP • KKD 0.004 0.455 Tidak signifikan Ditolak
H7 LVE • KKD 0,052 0.048 * Penting Ditolak
H8 KKD • PED - 0,099 <0,001 Penting Ditolak
H9 KKD • IPM 0,234 <0,001 Penting diterima
Signifikan pada p- nilai ≤ 5%

Gambar 1. Uji Hipotesis Hasil

status pemerintah daerah memiliki dampak positif dan signifikan nilai koefisien jalur adalah nilai positif dari
terhadap kemandirian keuangan daerah. Hasil penelitian ini 0,099 dan p- nilai <0,001 atau lebih kecil dari standar yang
konsisten dengan penelitian Kuncahyono ini (2015) yang ditetapkan p- Nilai (≤ 5%). Kelima hasil uji hipotesis dapat
menunjukkan bahwa status pemerintah daerah memiliki dampak disimpulkan bahwa jumlah SKPD memiliki dampak positif yang
positif dan signifikan terhadap kemandirian keuangan daerah. signifikan pada kemandirian keuangan daerah. Hal ini konsisten
dengan penelitian Kuncahyono ini (2015) yang menunjukkan
Berdasarkan hasil uji hipotesis keempat, jumlah penduduk bahwa jumlah SKPD memiliki pengaruh positif dan signifikan
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kemandirian terhadap kemandirian keuangan daerah.
keuangan kabupaten atau kota di Indonesia. Hasil uji hipotesis
menunjukkan nilai koefisien jalur dari 0,362 dan p- nilai <0,001, Berdasarkan hasil uji hipotesis keenam, beban tenaga
yang berarti bahwa nomor memiliki pengaruh positif dan berpengaruh positif dan signifikan pada kemandirian
signifikan terhadap kemandirian keuangan daerah. keuangan kabupaten atau kota di Indonesia. Keenam
hipotesis bahwa belanja pegawai berpengaruh positif
Berdasarkan hasil uji statistik jumlah SKPD kemandirian terhadap kemandirian keuangan daerah ditolak. uji hipotesis
keuangan daerah, hal itu menunjukkan bahwa menunjukkan
70 JURNAL MANAJEMEN DAN Kewirausahaan, VOL.19, NO. 2, September 2017: 65 - 71

nilai koefisien jalur sebesar 0,004 dan p- nilai 0,455. Ini berbeda tive dan dampak signifikan terhadap kemandirian keuangan daerah.
dari penelitian dari Kuncahyono (2015) dan Darwis (2015) yang belanja pegawai berpengaruh positif dan signifikan pada kemandirian

menunjukkan bahwa belanja pegawai berpengaruh negatif dan keuangan lokal sementara kemandirian keuangan daerah berpengaruh

signifikan terhadap kemandirian keuangan daerah. negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. kemandirian
keuangan daerah berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan
Manusia. Hal ini diharapkan dapat digunakan sebagai patokan untuk
Berdasarkan hasil uji hipotesis ketujuh, leverage
memaksimalkan potensi dari karakteristik yang dimiliki oleh pemerintah
berpengaruh positif terhadap independensi keuangan kabupaten
kabupaten atau kota di Indonesia. Salah satu cara untuk memaksimalkan
atau kota di Indonesia. uji hipotesis menunjukkan nilai koefisien
itu adalah dengan meningkatkan pendapatan daerah dalam rangka
jalur 0,052 dan p- nilai 0,048, yang berarti bahwa leverage
mengurangi ketergantungan pada pemerintah pusat. Keterbatasan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemandirian keuangan
penelitian ini hanya menggunakan data dari tahun 2009-2013 tahun. Hal
daerah. Hasilnya adalah konsisten dengan penelitian Hadi (2010) ini disebabkan fakta bahwa tahun 2014 dan 2015 data yang belum
dan Susanto, Eliza dan Murtini (2015), yang menunjukkan bahwa tersedia sepenuhnya. Dengan menggunakan data pengamatan yang lebih
efek leverage pada kemandirian finansial. Namun, hasil penelitian baru dapat memberikan lebih pembaruan karakteristik pemerintah daerah,
ini tidak mendukung penelitian Imawan (2013) yang menunjukkan kemandirian finansial, pertumbuhan ekonomi, dan Indeks Pembangunan
bahwa leverage berpengaruh negatif dan tidak signifikan pada Manusia. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah tahun
kemandirian keuangan daerah. Hasil penelitian menunjukkan pengamatan untuk tahun-tahun terakhir sehingga dapat memperoleh hasil

bahwa semakin tinggi leverage, pemerintah menjadi lebih mandiri. terbaru pada karakteristik pemerintah daerah, kemandirian finansial,

Ini mungkin terjadi karena pemerintah daerah baik pada pertumbuhan ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia.

pengelolaan utang untuk tujuan pelayanan publik, sehingga


pelayanan publik yang semakin baik.

Referensi
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, ternyata
kemandirian keuangan daerah berpengaruh signifikan dan negatif Astuti, W. (2015). Pengaruh kinerja keuangan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Nilai koefisien jalur adalah nilai analisis pertumbuhan ekonomi dan berdampak pada
negatif dari 0,099 dan p- pengangguran dan kemiskinan. Stieb BANK, 6 ( 1), 1-18. Chairany,

nilai <0,001 atau lebih kecil dari standar yang ditetapkan M. (2010). Analisis Jangka Waktu Penduduk

p- Nilai (≤ 5%). Hal ini dapat disimpulkan bahwa tingkat yang lebih tinggi
dari pertumbuhan ekonomi tidak langsung mempengaruhi peningkatan
Kecamatan Padang Bolak PADA Tahun 2012.
Tugas Akhir. Universitas Sumatera Utara, Medan.
kemandirian keuangan daerah. Hal ini dapat terjadi karena pemerintah
Darwis, ETR (2015). Pengaruh belanja modal Dan
kabupaten tidak memaksimalkan potensi mereka. Ini tidak mendukung
penelitian dari Hamzah (2008) dan Astuti (2015) yang menunjukkan
belanja pegawai Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan
bahwa rasio kemandirian berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Daerah PADA kabupaten / kota Provinsi Sumatera Barat. Karya
pertumbuhan ekonomi. Namun, itu konsisten dengan penelitian dari
Ilmiah. Universitas Negeri Padang, Padang.
Apriana dan Suryanto (2010) dan Tahar dan Zakhiya (2011) yang
menunjukkan bahwa otonomi daerah tidak berpengaruh signifikan Hadi, W. (2010). Pengaruh Likuiditas Dan Leverage ter-
terhadap pertumbuhan ekonomi. hadap Daerah Kemandirian (Studi Terhadap Laporan
Keuangan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2007 di
Wilayah Provinsi Aceh), Jurnal telaah & Riset Akuntansi, 3 ( 1),
Berdasarkan hasil uji hipotesis kesembilan, keuangan 29-51.
lokal kemerdekaan memiliki positif dan Halim, A. (2007). Akuntansi Keuangan Daerah. Janine
berpengaruh signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Hasil karta: Salemba Empat. Hamzah, A. (2008). Analisa costs
uji hipotesis menunjukkan nilai koefisien jalur dari 0,234 dan p- nilai kos Keuangan ter-
<0,001. Hal ini konsisten dengan penelitian dari Hidayahwati (2011) hadap pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran Dan
dan Amalia dan Nice (2014) yang menunjukkan bahwa kemandirian Kemiskinan: Pendekatan analisis Jalur (Studi PADA 29
keuangan daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks kabupaten dan 9 kota di Provinsi Jawa Timur periode
Pembangunan Manusia. 2001-2006).
Tugas Akhir. Universitas Trunojoyo. Imawan, R. &
Wahyudin, A. (2013). Analisis ke-
Kesimpulan dan Implikasi mandirian Keuangan Daerah Provinsi Jawa Tengah
Ukuran, usia, status, populasi, jumlah SKPD, dan Tahun Anggaran 2010-2012. Analisis Akuntansi
leverage dari pemerintah daerah memiliki posi- Journal, 3 ( 2), 147-155.
Siregar: Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah dan Kebebasan Finansial 71

Jensen, MC & Meckling, WH (1976). teori Susanto, ED & Murtini, H. (2015). Karakteristik pe-
perusahaan: perilaku manajerial, lembaga dan struktur merintah Daerah Pendorong Kemandirian Keuangan
kepemilikan. Jurnal Ekonomi Keuangan, 3 ( 4), 305-360. Daerah di Jawa Tengah. Analisis Akuntansi Journal, 4 ( 4),
1-9.
Kuncahyono, H. (2015). Pengaruh karakteristik Tahar, A. & Zakhiya, M. (2011). Pengaruh penda-
Pemerintah Daerah Terhadap Kemandirian Keuangan PADA patan asli daerah Dan Dana Alokasi Umum Terhadap
Pemerintah Daerah di Jawa Timur. Tesis. Universitas Sebelas Kemandirian Daerah Dan pertumbuhan Daerah Ekonomi.
Maret. Poerwadarminta. (2006). Kamus Sales manager bahasa Jurnal Akuntansi dan Investasi, 12 ( 1), 88-99.
Indo
nesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Santoso, DP
(2015). Pengaruh karakteristik pe-
merintah Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah
(Studi empiris: Pemerintah Daerah Kabupaten / kota di
Propinsi Jawa Timur).
Tesis. Universitas Sebelas Maret.

Anda mungkin juga menyukai