LANDASAN TEORI
A. DEFINISI LANSIA
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan
perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam dan luar tubuh, seperti didalam Undang-Undang No 13 tahun 1998
yang isinya menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan
mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UndangUndang
Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin membaik dan usia
harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah. Banyak
diantara lanjut usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut
usia pada hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses
alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan
tua (Nugroho, 2006).
. Mitos Lansia
1. Mitos kedamaian dan ketenangan
Kenyataan :
a. Sering ditemui stress karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta
penderitaan karena penyakit
b. Depresi
c. Kekhawatiran
d. Paranoid
e. Masalah psikotik
2. Mitos konservatisme dan kemunduran
a. Konservatif
b. Tidak kreatif
c. Menolak inovasi
d. Berorientasi ke masa silam
e. Merindukan masa lalu
f. Kembali ke masa kanak-kanak
g. Susah berubah
h. Keras kepala
i. Cerewet
3. Mitos berpenyakitan
Lansia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai oleh
berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses manua.
4. Mitos semilitas
Lansia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakan bagian
otak
5. Mitos tidak jatuh cinta
Lansia tidak lagi jatuh cinta dan gairah terhadap lawan jenis tidak ada atau
sudah berkurang
6. Mitos aseksualitas
Ada pandangan bahwa pada lansia, hubungan seksual itu menurun, minat,
dorongan, gairah, kebutuhan dan daya seks berkurang
7. Mitos ketidak produktifan
Lansia dipandang sebagai usia tidak produktif
F. CIRI-CIRI LANSIA
Ciri-ciri lansia adalah sebagian berikut :
A. Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia.
Misalnya lansia yang memiiki motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan,
maka akan mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang
memiliki motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama
terjadi.
B. Lansia memiliki status kelompok minoritas
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan
terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya lansia yang
lebih senang mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi
negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada oranglain
sehingga sikap sosial di masyarakat menjadi positif.
C. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami
kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas
dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya, lansia
menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai ketua RW, sebaiknya masyarakat
tidak memberhentikan lansia ketua RW karena usianya.
D. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk
perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian dari
lansia menjadi buruk. Contohnya : lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak
dilibatkan untuk pengambilan keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno, kondisi
inilah yang menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan
bahkan memiliki harga diri yang rendah.
1. Perubahan fisik
a. Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan
intra dan extra seluler
b. Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam respon
waktu untuk meraksi, mengecilnya saraf panca indra sistem pendengaran,
presbiakusis, atrofi membran timpani, terjadinya pengumpulan serum karena
meningkatnya keratin
c. Sistem penglihatan : spinkter pupil timbul sklerosis dan hlangnya respon
terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh,
meningkatnya ambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi,
menurunnya lapang pandang.
d. Sistem Kardivaskuler : katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan
jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah berumur 20 tahun
sehingga menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume, kehilangan
elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meninggi.
e. Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan
menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas
residu meingkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan menurun.
f. Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi buruk, indera
pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera
pengecap sampai 80 %, kemudian hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk
rasa manis dan asin
g. Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga
aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun sampai 50 %. Nilai
ambang ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-
ototnya menjadi melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga
vesika urinaria sulit diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia
urine. Pembesaran prostat, 75 % doalami oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva
terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering, elastisitas jaringan
menurun, sekresi berkurang dan menjadi alkali.
h. Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon
menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas
tiroid menurun sehingga menurunkan basal metabolisme rate (BMR). Porduksi
sel kelamin menurun seperti : progesteron, estrogen dan testosteron.
i. Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan
lemak, kulit kepala dan rambut menuipis menjadi kelabu, sedangkan rambut
dalam telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh.
j. Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh
menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine
vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut erabit otot , sehingga
lansia menjadi lamban bergerak. otot kam dan tremor.
2. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
b. Kehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan
e. Lingkungan
Kenangan (memori) ada 2 :
a. kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu
b. kenangan jangka pendek : 0-10 menit, kenangan buruk
Intelegentia Question :
a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal
b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi
perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor
waktu.
3. Perubahan Perubahan Psikososial
a. Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan dengan
peranan dalam pekerjaan
b. Merasakan atau sadar akan kematian
c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih
sempit.
4. Perubahan Perubahan Psikososial
a. Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan dengan
peranan dalam pekerjaan
b. Merasakan atau sadar akan kematian
c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih
sempit.
2. Psikologis-sosial
a. Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu.
b. Isolasi sosial berhubungan dengan perasan curiga.
c. Depresi berhubungan dengan isolasi sosial.
d. Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.
e. Koping yang tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan menghilangkan
perasaan secara tepat.
f. Cemas berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.
3. Spiritual
a. Reaksi berkabung / berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan.
b. Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan tak siap dengan
kematian.
c. Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami.
d. Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidak mampuan ibadah secara tepat.
Pemeriksaan fisik :
a) Pemeriksanaan di lakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh.
b) Pendekatan yang di gunakan dalam pemeriksanaan fisik,yaitu : Head to
toe dan Sistem tubuh
2) Psikologis
a) Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.
b) Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak.
c) Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan.
d) Bagaimana mengatasi stress yang di alami.
e) Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.
f) Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.
g) Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.
h) Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alam
perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaikan masalah.
3) Sosial ekonomi
a) Darimana sumber keuangan lanjut usia
b) Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang.
c) Dengan siapa dia tinggal.
d) Kegiatan organisasi apa yang di ikuti lanjut usia.
e) Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya.
f) Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
g) Siapa saja yang bisa mengunjungi.
h) Seberapa besar ketergantungannya.
i) Apakah dapat menyalurkan hoby atau keinginannya dengan fasilitas yang
ada
4) Spiritual
a) Apakah secara teratur malakukan ibadah sesuai dengan keyakinan
agamanya.
b) Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan, misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir
miskin.
c) Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa.
d) Apakah lanjut usia terlihat tabah dan tawakal.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seeorang,
keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang actual dan potensial ( NANDA,1990 ), Diaognose keperawatan
memberikan dasar pemilihan intervensi yang menjadi tanggung gugat perawat.
Perumusan diagnose keperawatan adalah bagaimana diagnose keperawatan
digunakan dalam proses pemecahan masalah. Melalui identifikasi, dapat
digambarkan berbagai masalah keperawatan yang membutuhkan asuhan
keperawatan. Disamping itu, dengan menentukan atau menyelidiki etiologi
masalah, akan dapat dijumpai factor yang menjadi kendala atau penyebab. Dengan
menggambarkan tanda dan gejala, akan memperkuat masalah yang ada.
Dokumentasi keperawatan merupakan catatan tentang penilaian klinis dari respons
individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan baik actual maupun potensial.
Untuk memudahkan dalam mendokumentasikan proses keperawatan, harus
diketahui beberapa tipe diagnose keperawatan. Tipe diagnose keperawatan
meliputi tipe actual, risiko, kemungkinan, sehat dan sejahtera, dan sindroma.
Dari hasil pengkajian dapat dianalisa / disimpulkan, dirumuskan masalah
atau diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada lansia. Beberapa masalah
keperawatan yang umum ditemukan pada lansia antara lain:
a. Fisik / Biologi
1) Gangguan nutrisi : kurang / berlebihan dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan pemasukan yang tidak adekuat.
2) Gangguan persepsi sensorik : pendengaran, penglihatan sehubungan
dengan hambatan penerimaan dan pengiriman rangsangan.
3) Kurangnya perawatan diri sehubungan dengan penurunan minat dalam
merawat diri.
4) Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri.
5) Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan penyempitan jalan nafas
atau adanya sekret pada jalan nafas.
b. Psikososial
1) Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga.
2) Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu.
3) Depresi berhubungan dengan isolasi sosial.
4) Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.
5) Coping tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan
mengemukakan pendapat secara tepat.
6) Cemas berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.
c. Spiritual
1) Reaksi berkabung / berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan.
2) Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan ketidaksiapan
menghadapi kematian.
3) Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami.
4) Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan
ibadah secara tepat.
3. Perencanaan
Dalam perencanaan keperawatan, hal-hal yang perlu diperhatikan meliputi:
a. Melibatkan klien dan keluarganya dalam perencanaan.
b. Bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya.
c. Tentukan prioritas :
1) Klien mungkin puas dengan situasi demikian.
2) Bangkitkan perubahan tetapi jangan memaksakan.
3) Keamanan atau rasa aman adalah utama yang merupakan kebutuhan.
d. Cegah timbulnya masalah-masalah.
e. Sediakan klien cukup waktu untuk mendapat input atau pemasukan.
f. Tulis semua rencana dan jadwal
g. Sesuai dengan permasalahan yang dialami lansia disusun perencanaan dengan
tujuan agar lansia / keluarga dan tenaga kesehatan terutama perawat baik yang
melakukan perawatan di rumah maupun dipanti dapat membantu lansia,
sehingga dapat berfungsi seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan
kondisi fisik, psikologis dan sosial dengan tidak tergantung pada orang lain.
Tujuan tindakan keperawatan pada lansia diarahkan untuk pemenuhan
kebutuhan dasar antara lain :
a. Pemenuhan kebutuhan nutrisi.
b. Meningkatnya keamanan dan keselamatan.
c. Memelihara kebersihan diri.
d. Memelihara keseimbangan istirahat / tidur.
e. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi yang efektif.
4. Implementasi
Semua tindakan yang telah direncanakan dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan lansia. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a. Berbicara dengan lembut dan sopan.
b. Memberikan penjelasan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan dilakukan
berulan kali, jika perlu dengan gambar.
c. Memberikan kesempatan pada lansia untuk bertanya.
5. Evaluasi
Setiap tindakan yang telah dilakukan perlu dievaluasi / dinilai baik verbal
maupun non verbal untuk mengetahui sejauh mana lansia atau keluarga mampu
melakukan apa yang telah dianjurkan.