Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN HASIL KEGIATAN STASE MANDIRI

RESIDEN DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


DI RSUD SALEWANGANG KAB. MAROS
Periode 01 Juni – 31 Juli 2018

A. KONDISI GEOGRAFI

Secara geografis Kabupaten Maros terletak antara 40°45’-50°07’


Lintang Selatan dan 109°205’- 129°12’ Bujur Timur. Berdasarkan posisi
geografis, Kabupaten Maros memiliki batas wilayah yaitu sebelah utara
berbatasan dengan Kabupaten Pangkep, sebelah timur berbatasan
dengan Kabupaten Bone, sebelah barat berbatasan dengan Selat
Makassar, dan sebelah selatan berbatasan Kota Makassar dan
Kabupaten Gowa. Kabupaten Maros memiliki luas wilayah 1,619.12 km2,
berpenduduk sebanyak 322.212 jiwa dan secara administrasi
Pemerintahan terdiri atas 14 Kecamatan, 103 Desa / Kelurahan.

Adapun batas – batas wilayah adalah sebagai berikut


 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan
 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bone
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Kota
Makassar
 Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar

Kondisi Topografi Kabupaten Maros sangat bervariasi mulai dari


wilayah datar sampai bergunung - gunung. Hampir semua di Kecamatan
terdapat daerah dataran yang luas keseluruhan sekitar 70.882 ha atau
43,8% dari luas wilayah Kabupaten Maros. Sedangkan daerah yang
mempunyai kemiringan lereng di atas dari 40% atau wilayah yang
bergunung – gunung mempunyai luas 49.869 ha.

1
Gambar 1. Peta Demografi Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan

2
Tabel 1. Luas Wilayah Berdasarkan Jumlah Desa Kabupaten Maros

B. VISI DAN MISI RSUD SALEWANGANG MAROS

Visi
• Mewujudkan RSUD Salewangang sebagai Rumah Sakit yang
unggul dalam pelayanan.
Misi
• Meningkatkan dan mengembangkan mutu pelayanan yang
berkualitas dan terjangkau.
• Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana Rumah Sakit
yang berkualitas dan berteknologi.
• Meningkatkan ketersediaan obat – obatan, dan bahan laboratorium
(reagensia).
• Mengembangkan sistem informasi dan manajemen pengelolaan
Rumah Sakit yang transparan, efektif, efisien dan akuntabel.
• Meningkatkan pengelolaan keuangan yang efisien, efektif,
transparan, dan mandiri.

3
• Meningkatkan kesejahteraan dan kualitas Sumber Daya Manusia
yang professional menuju tata kelola Rumah Sakit yang baik.
• Meningkatkan kualitas keamanan dan kenyamanan lingkungan
RSUD Salewangang.

C. POLIKLINIK
Poliklinik obstetri dan ginekologi RSUD Salewangang Maros
terletak di gedung yang sama dengan Instalasi Gawat Darurat Obstetri
dan Ginekologi dan kamar bersalin. Jam buka pendaftaran poli dimulai
dari Senin sampai Sabtu, mulai dari pukul 08.00 hingga pukul 14.00.
Ukuran ruangan poli 3 m x 3 m ditunjang dengan ventilasi dan
pencahayaan yang memadai. Terdapat fasilitas alat ultrasonografi, tempat
tidur ginekologi, serta pelayanan Keluarga Berencana.
Di Poliklinik obstetri dan ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah
Salewangang Maros terdapat alat ultrasonografi dengan probe
transabdominal dan transvaginal. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan
yaitu pemeriksaan dengan inspekulo, papsmear dan biopsi serviks.
Keterbatasan alat kesehatan untuk perawatan luka masih terbatas yang
jumlahnya tidak sesuai dengan jumlah pasien.

D. IGD OBGIN DAN KAMAR BERSALIN


IGD OBGIN terdiri atas 2 tempat tidur dan kamar bersalin terdiri
atas 3 tempat tidur. Tersedianya sarana dan prasarana yang cukup
memadai, misalnya obat-obatan emergensi, tabung oksigen, alat
penunjang seperti Doppler portable untuk menghitung detak jantung janin,
dan kardiotokografi. Juga terdapat tabel-tabel tata standar operasional
prosedur tatalaksana kegawatdaruratan obstetrik yang terpasang di
dinding. Kekurangannya belum adanya USG di IGD OBGIN tetapi apabila
pasien membutuhkan untuk pemeriksaan USG pasien bisa di bawa ke poli
obgin yang letaknya tidak jauh dengan IGD OBGIN dan kekurangan
lainnya belum adanya set khusus untuk pasien infeksi, infant warmer dan

4
belum adanya fasilitas untuk resusitasi neonatus, sehingga jika
dibutuhkan tindakan resusitasi bayi segera, maka bayi akan dibawa ke
NICU yang letaknya tepat di sebelah kamar bersalin.

E. KAMAR OPERASI
Kamar operasi sentral terdiri atas 3 ruangan. Keterbatasan Petugas
OK tidak siap 24 jam. Untuk itu kasus kasus emergensi untuk tindakan
operasi cito pada waktu malam pukul 22.00 sampai 08.00 pagi harus
dirujuk. Respon time kurang lebih dibutuhkan waktu 60 menit. Kamar
operasi jaraknya cukup jauh yang letaknya di bagian belakang rumah
sakit dan IGD obgin di bagian depan RS, jadi membutuhkan waktu 10
sampai15 menit untuk bisa dibawa dari kamar bersalin menuju ke kamar
operasi. Secara keseluruhan ruangan operasi baik sarana dan prasarana
yang ada cukup baik tetapi sebaiknya ada penambahan tenaga
paramedis di kamar operasi sehingga kamar operasi bisa melayani
operasi 24 jam.

F. INTENSIVE CARE UNIT (ICU)


Ruangan Intensive Care Unit terdiri atas 7 tempat tidur dengan alat
monitor sebanyak 4 unit dan ventilator sebanyak 1 unit. Untuk pasien
yang memang layak untuk perawatan ICU sebaiknya diprioritaskan masuk
ICU sedangkan pasien post operasi akan di rawat sebaiknya di observasi
post operasinya diruangan RR (Recovery Room) dan akan dipindahkan
ke perawatan jika keadaan umum baik dan kondisi pasien stabil.

G. PERINATOLOGI
Ruangan ini terletak tepat di samping kiri kamar bersalin dengan
ukuran 5 m x 4 m dengan sarana dan prasarana cukup memadai.
Terdapat 5 inkubator dengan 1 alat Continuous Positive Airway
Pressure.

Semua bayi post partum yang membutuhkan resusitasi akan di

5
bawa ke ruangan ini.

H. MANAJEMEN RUMAH SAKIT


Terdiri atas direktur, kepala tata usaha, bendahara, kepala
keperawatan, dan fungsional lainnya. Untuk masukan ke manajemen dan
respon sudah terlaksana dengan baik.

BAB II

A. LAPORAN KASUS DAN ANALISIS MASALAH

6
Pembagunan kesehatan dilaksanakan pada segala bidang. Tujuan
pambangunan kesehatan menuju Indonesia sehat yaitu meningkatnya
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui
terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh
penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup
sehat serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan dan
fasilitas kesehatan yang bermutu secara adil dan merata diseluruh
Wilayah Republik Indonesia dan dapat mewujudkan bangsa yang mandiri
maju dan sejahtera .

Kematian maternal dan neonatal merupakan masalah besar


khususnya di negara yang sedang berkembang. Sekitar 98 - 99%
kematian maternal dan perinatal terjadi di negara berkembang, sedangkan
dinegara maju hanya 1 - 2%. Sebenarnya sebagian besar kematian
tersebut masih dapat dicegah apabila mendapat pertolongan pertama
yang adekuat.

Menurut World Health Organization ( WHO) menegaskan setiap


tahun sejumlah 358.000 ibu meninggal saat bersalin di mana 355.000
(99%) berasal dari negara berkembang.

Semakin tinggi Angka Kematian Ibu (AKI), maka semakin tinggi


pula angka kematian bayi (AKB) Sekitar 4.000.000 per tahun bayi
meninggal pada bulan pertama kehidupan. Seperempat dari mereka
meninggal dalam 24 jam setelah lahir dan 75% pada minggu pertama
kelahiran.

Angka kematian bayi di Indonesia terjadi penurunan dari tahun


ketahun akan tetapi bila di bandingkan dengan negara lain di Asia
Tenggara AKB masih di katakan cukup tinggi. Angka kematian bayi di
Indonesia (35 per 100 kelahiran hidup) adalah 4,6 kali lebih tinggi
daripada Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi dari Philipina dan 1,8 kali lebih
tinggi dari Thailand.

7
Penyebab utama kematian ibu di Indonesia dan negara-negara
lainnya di dunia hampir sama, diantaranya akibat perdarahan (25%),
infeksi (14%,) kelainan hipertensi dalam kehamilan (13%), letak sungsang
(13%) serta akibat persalinan yang lama (7%).

Untuk ini, diperlukan pelayanan kesehatan yang betul betul


berfungsi dan memprioritaskan kehamilan dan pertolongan persalinan.
Diperlukan intervensi di tingkat penentu kebijakan dan di masyarakat agar
setiap kehamilan diinginkan dan semua perempuan memperoleh akses
terhadap pelayanan yang dibutuhkan.

Pelayanan obstetri memerlukan kontinuitas pelayanan serta akses


terhadap pelayanan obstetri emergensi ketika timbul komplikasi. Sehingga
setiap persalinan harus di tolong oleh tenaga kesehatan terlatih,
peningkatan terhadap pelayanan obstetri emergensi ketika timbul
komplikasi, serta sistem rujukan yang efektif. Sudah tidak efektif lagi
apabila rujukan tersebut terlambat yaitu rujukan yang dilakukan dimana
kondisi ibu dan bayi dalam rahim sudah tidak dalam keadaan optimal,
bahkan dalam keadaan gawat atau gawat darurat. Di Indonesia penyebab
kematian obstetri, umumnya terkait dengan permasalahan gawat darurat
obstetri yang mengalami empat hal keterlambatan yaitu terlambat
mengenali tanda bahaya dan risiko, terlambat mengambil keputusan untuk
mencari pertolongan, terlambat mendapatkan transportasi untuk mencapai
sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu dan terlambat
mendapatkan pertolongan di fasilitas rujukan.

8
B. Kasus yang Ditangani
Kasus-kasus yang ditangani selama bertugas adalah sebagai berikut :
Tabel 2 . Sebaran Kasus Obstetri Juni - Juli 2018
Umur Paritas Pendidikan Tindakan Ket
No. Kasus Obstetri <20thn
20- 35-
Primi Multi Grande <9thn >9thn
<35thn 40thn

Pemeriksaan
1. Kehamilan 327 86 198 43 127 154 46 168 159 Obstetri dan Antenatal Care
USG
Hiperemesis
2. 16 4 10 2 11 5 0 6 10 Konservatif
gravidarum
Implan : 6
Kuretase AKDR : 3
3. Abortus inkomplit 26 6 12 8 9 11 6 15 11
Suntikan : 10
Menolak KB : 7
4. Abortus imminens 24 9 14 1 10 12 2 10 14 Konservatif
Menolak KB : 1
Pil KB :
5. Blighted Ovum 3 1 2 0 2 1 0 2 1 Kuretase
AKDR : 0
Suntikan : 2
Suntikan : 1
6. Missed Abortion 2 0 1 1 1 1 0 2 0 Kuretase
Implan : 1
AKDR : -
7. Mola Hidatidosa 1 0 1 0 0 1 0 1 0 Kuretase
Implan : 1
AKDR : 2
Pil KB : 4
PPN : 8 Suntikan : 4
8. Preterm 12 3 6 3 4 6 2 5 7
SSTP :4 Menolak KB : 2

9
Umur Paritas Pendidikan
No. Kasus Obstetri <20thn
20- 35-
Primi Multi Grande <9thn >9thn
Tindakan Ket
<35thn 40thn
PPN (195)
9. Persalinan 241 40 174 27 74 147 20 119 122 SSTP (33)
Rujuk (13)
A. Persalinan 168 24 128 16 54 105 9 74 94 PPN (168)
Normal
Implan: 35
AKDR: 30
Injeksi 3 bulan : 60
Menolak KB: 43

B. Presentasi 8 2 5 1 2 4 2 4 4 AKDR : 2
PPN (4)
bokong Tubektomi : 1
SSTP (3)
Rencana KB
Rujuk (1)
Suntik 3 bulan : 3
Implan :2
-RS Ananda 1
Menolak KB : 0

C. CPD 6 1 4 1 5 1 0 5 1 SSTP (6)


AKDR: 2
Rencana KB
Suntik 3 bulan : 1
Implan : 2
Menolak KB : 1

D. Post SC 15 0 12 3 0 13 2 9 6 VBAC (3) AKDR: 6


Tubek : 4
SSTP (10)
Suntik 3 bulan: 3
Rujuk (2) Menolak KB :2
-RS Ananda 2
No. Kasus Obstetri Umur Paritas Pendidikan Tindakan Ket

10
20- 35-
<20thn Primi Multi Grande <9thn >9thn
<35thn 40thn

E. Preeklampsia 12 4 6 2 2 6 4 7 5 PPN (7) AKDR: 8


Berat SSTP (3) Tubek : 2
Rujuk RSWS Implan : 2
Feto (2)
F. Gawat Janin 12 3 6 3 8 3 1 9 3 SSTP (6) Suntik 3 bulan: 2
Rujuk (6) Implan: 2
AKDR: 4
-RS Amanat 2 Menolak KB: 4
-RSIA
Khadijah 2
-RS Ananda 2
G. Distosia Bahu 2 0 2 0 1 1 0 0 2 Pervaginam AKDR : 1
(2) Suntik 3 bulan: 1
H. Anak Besar 6 0 4 2 0 4 2 3 3 PPN (3) AKDR : 3
SSTP (3) Suntik 3 bulan:2
Tubektomi : 1
PPN (8)
I. KJDR 8 4 3 1 4 2 2 5 3 Suntik 3 bulan: 6
Menolak KB : 2
SSTP (2)
J. Plasenta 4 0 3 1 0 4 0 3 1 AKDR : 1
Rujuk (2)
Previa Tubektomi : 1
-RS Amanat 1
Menolak KB : 2
-RSWS 1

Kehamilan Ektopik 2 0 1 1 0 2 0 1 1 Laparatomi Tubektomi : 1


10. Menolak KB : 1
11.
Retensio 6 2 4 0 1 4 1 3 3 Manual Suntik 3 bulan : 3
Plasenta Pil Kombinasi : 3
12. Rest Plasenta 8 2 6 0 3 3 2 3 5 Kuretase Suntik 3 bulan : 5
Pil kombinasi : 3

11
Tabel 3 . Sebaran Kasus Ginekologi Juni - Juli 2018

Kasus Usia Paritas Pendidikan


No Jumlah 35- Tindakan Ket.
Ginekologi <20thn 20-<35thn >41thn Primi Multi Nona <9thn >9thn
40thn
Kuretase Terapi
diagnostik: 6, hormonal : 16
1. PUA 22 1 12 5 4 0 18 4 10 12 Konservatif : Kuretase
16 diagnostik : 6

RSUD Daya 1
2. Tumor Adneksa 4 0 3 1 0 0 4 0 2 2 HT : -
RS Unhas 1
RSWS : 2

Rujuk RS
Miomectomi :
St.Khadijah 1
3. Mioma Uteri 3 0 2 1 0 0 2 1 2 1 1
Rujuk RS
HT : 2
Ananda 1

Rujuk Divisi
kista ovarium
Onkologi
Neoplasma simple :1
RSWS : 3
4. Ovarium Kistik / 4 0 2 2 0 0 2 2 3 1 neoplasma
RSUD Daya
Kista Ovarium ovarium kistik
1
suspek
ganas : 3

12
Prolaps Uteri/ Rujuk Divisi
5. Cystocele/ 3 0 2 1 0 0 3 0 1 2 Uroginekologi
Rectocele RSWS 3
Kasus Usia Paritas Pendidikan
No Jumlah 35- Tindakan Ket.
Ginekologi <20thn 20-<35thn >41thn Primi Multi Nona <9thn >9thn
40thn
Rujuk Divisi
6. Ca. Serviks 3 0 1 1 1 0 3 0 2 1 Onkologi
RSWS 3

13
Tabel 4 . Sebaran Kasus KB Juni - Juli 2018

Usia Paritas Pendidikan


Kasus Tindakan
No. Jumlah
Kontrasepsi Ket
20- 35-
<20thn >41thn Primi Multi Grande <9thn >9thn
<35thn 40thn
1. Implan 48 10 32 4 2 18 21 9 26 22
Pasca plasenta :
2. AKDR 42 3 32 5 2 8 28 6 16 26 28
SSTP : 14
SSTP : 9
3. Tubektomi 10 0 6 2 2 0 9 1 7 3
Laparatomi : 1
Injeksi KB 1
bulan: 18
4. Injeksi KB 66 34 21 10 1 33 32 1 52 14 Injeksi KB 3
bulan: 48

Pasien belum
berKB ketika
keluar RS,
sebagian memilih
5. Menolak KB 75 33 25 15 2 40 34 1 52 23 kembali ke PPK.
Rencana KB
injeksi : 45
Pil kombinasi :16
Menolak KB : 14
Semua pasien inpartu dan SC telah dilakukan konseling KB, tetapi sebagian besar memilih kembali ke PPK I (Pemberi Pelayanan Kesehatan
Tingkat I) setelah masa nifas (selain terdapat kontraindikasi pemasangan). Tidak terdapatnya fasilitas KB suntik di RS karena disediakan di PPK
I.

14
B. MASALAH OBGINSOS

Ilmu Obstetri dan Ginekologi Sosial adalah pengembangan obstetri


dan ginekologi dan tatalaksananya dengan mengikutsertakan ilmu
pencegahan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) sehingga ikut
serta memperhitungkan faktor lingkungan yang berkaitan dengan
fenomena kematian maternal dan perinatal serta penyakit alat reproduksi
wanita. Pelayanan obstetri dan ginekologi merupakan salah satu bagian
rangkaian yang dikembangkan dengan penjenjangan dan keseragaman
strategi.

Tabel 5. Masalah Obginsos RSUD Salewangang, Periode Juni - Juli 2018

Rencana usaha yang


Usaha yang sudah direncanakan
Identifikasi Masalah Analisis Situasi
dilakukan

1. Pelayanan  Bidan yang bertugas  Dinas Kesehatan  Semua


kegawatdaruratan di IGD Obgyn Provinsi Puskesmas yang
untuk pasien obstetri
diupayakan adalah memfasilitasi mempunyai dokter
di kalangan bidan
jaga IGD sudah bidan-bidan terlatih tingkat kota umum dan bidan
cukup baik yang telah mengikuti maupun kabupaten mampu
pelatihan POED, APN untuk memberikan memberikan
dan MU (Midwifery bantuan teknis Pelayanan obstetri
Update) pengelolaan dan Neonatal
kesehatan dalam Emergensi Dasar.
 Semua RS
bentuk pelatihan
Kabupaten/Kota
sumber daya lokal
dan Provinsi yang
tentang masalah
mempunyai dokter
kegawatdaruratan
Spesialis Obstetri
obstetri dan
dan Ginekologi
ginekologi
mampu
(Desentralisasi)
memberikan
Pelayanan
Obstetri dan
Neonatal
Emergensi

15
Komprehensif
(PONEK)
2. Masih cukup  Masalah geografis  Memberikan  Penyelenggaraan
banyaknya kasus yang sulit, sosial edukasi kepada pelatihan APN/
kehamilan risiko
budaya dan sosial tenaga kesehatan POED/midwifery
tinggi serta kasus
rujukan terlambat. ekonomi menjadi di fasilitas update secara
alasan terlambatnya kesehatan primer berkala
 Penyuluhan yang
beberapa kasus tiba mengenai
intensif pada
di RS Salewangang identifikasi serta
kader-kader serta
Maros. penatalaksanaan
tokoh-tokoh
awal komplikasi
 Terlambat merujuk
masyarakat untuk
pada kasus-kasus
(mengambil tindakan)
meningkatkan
kehamilan berisiko.
oleh tenaga medis
 Edukasi terhadap kesadaran serta
karena masih
pasien dan pemahaman
kurangnya
keluarga dengan mengenai
pengetahuan dalam
cara proaktif, pentingnya
menilai serta
koordinatif, mengenali
mengenali kehamilan-
terencana, efektif kehamilan-
kehamilan berisiko
dan efisien. kehamilan risiko
tinggi oleh tenaga  Mengarahkan dan
tinggi
kesehatan. menambah bidan
terlatih sebagai
 Masalah Budaya
ujung tombak
(minta waktu
pelayanan
berunding dengan
kesehatan ibu
keluarga besar)
dimasyarakat
menjadi penyebab
pedesaan agar
suami/orang tua/wali
melakukan
menunda menerima
pendekatan dengan
tindakan medis.
masyarakat dan
dukun kampung
 Masih tingginya
agar terjalin
kepercayaan (ritual)
kerjasama yang
terhadap dukun
baik sehingga
(Emotional Security)
persalinan tidak lagi
dilakukan oleh
dukun kampung.

16
3. Sulitnya  Tidak selalu tersedia  Rumah sakit  Memberikan
mendapatkan darah di Unit bekerja sama pelaporan kepada
persediaan darah
Transfusi Darah dengan PMI, pihak manajemen,
pada kasus-kasus
emergency (UTD) RS anggota POLRI dan kepala pelayanan
Salewangang Maros TNI untuk medik serta
 Kurangnya
mengadakan Residen yang
pengetahuan
program donor stase untuk
masyarakat mengenai
darah rutin/berkala mengamati dan
pentingnya kegiatan
maupun keadaan menindaklanjuti
donor darah
emergensi perkembangan
 Jarak antara RS
 Memberikan
selanjutnya di
maros ke PMI (Palang
edukasi kepada
RSUD
Merah Indonesia)
masyarakat
Salewangang
serta UTD Dinas
mengenai manfaat
Maros
Kesehatan Makassar
donor darah
yang cukup jauh
sehingga
membutuhkan waktu
yang lama untuk
persediaan darah
pada kasus-kasus
kegawatdaruratan
4. Angka akseptor  Pasien banyak yang  Penyuluhan  Memberikan
KB untuk Tubektomi menolak kontrasepsi mengenai edukasi kepada
dan AKDR masih
permanen, walaupun pentingnya KB kader serta tokoh
rendah
sudahdikonseling, pada ibu-ibu hamil masyarakat
informasi dan edukasi di poliklinik (ANC) mengenai manfaat
dengan baik. Hal ini dan ibu-ibu pasca KB
 Pelatihan
dikarenakan salin.
pemasangan KB
banyaknya rasa takut
 Bekerjasama
jangka panjang
ibu akan isu miring
dengan BkkbN
(implant dan
dari tubektomi dan
dalam pelaksanaan
AKDR) kepada
AKDR contohnya
Pelatihan KB pasca
tenaga kesehatan
tidak dapat bekerja
salin kepada dokter
di fasilitas primer.
berat dan dapat
dan bidan
menyebabkan
perdarahan.
.

17
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Pelayanan obstetri dan ginekologi di RSUD Salewangang
Maros, sudah berjalan baik, yang tidak lepas dari dukungan
pemerintah kabupaten Maros dalam upaya peningkatan kualitas
pelayanan salah satunya berupa pelatihan SDM (dokter dan
paramedis)
2. Kejadian kehamilan berisiko tinggi seperti preeklamsia berat
serta rujukan terlambat masih cukup banyak ditemui, hal ini
disebabkan masih kurangnya kompetensi tenaga medis di
fasilitas kesehatan primer, serta pengetahuan masyarakat yang
minim mengenai hal ini.

18
3. Kesadaran masyarakat akan manfaat program KB masih kurang
disebabkan oleh minimnya pengetahuan serta masih kuatnya
unsur budaya yang mempengaruhi pola pikir masyarakat.

B. SARAN
1. Dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
obstetri dan ginekologi, pelatihan mengenai Pelayanan
Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK)
harus dilakukan secara rutin dan menyeluruh pada seluruh
SDM (dokter dan paramedis) di RS Salewangang Maros
2. Pentingnya peran serta RS Salewangang bekerja sama
dengan pemerintah setempat serta lembaga terkait (BkkbN)
dalam menggalakkan penyuluhan mengenai kehamilan
berisiko tinggi, kegawatdaruratan obstetri, program KB dan
sistem rujukan terpadu kepada tenaga kesehatan di fasilitas
primer, kader, serta tokoh-tokoh masyarakat yang berada di
wilayah kerja RSUD Salewangang Maros dalam usaha
meningkatkan kualitas pelayanan di bidang obstetri dan
ginekologi.

Residen Obgin Stase RSUD Salewangang Maros

Stefannus Wibisono

Mengetahui,

19
Pembimbing I Pembimbing II

Dr.dr. Nur Rakhmah, Sp.OG(K) dr. Eddy Hartono, Sp.OG(K)

20
LAPORAN HASIL KEGIATAN STASE MANDIRI
RESIDEN DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SALEWANGANG
KABUPATEN MAROS
TANGGAL 01 JUNI – 31 JULI 2018

Stefannus Wibisono

PEMBIMBING

Dr. dr. Hj. Nur Rakhmah, Sp.OG (K)

21
dr. Eddy Hartono, Sp.OG (K)

DIVISI OBSTETRI DAN GINEKOLOGI SOSIAL


DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FK UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018

22

Anda mungkin juga menyukai