Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PENDAHULUAN

PENGELASAN

Disusun Oleh:
Kelompok 5

Ainun Rif’ah 1609035002


Sayid M. Mustafa 1609035023
Jeri Madre 1609035025
Erwin Velanton Tandilino 1609035027
Harduansah 1609035031

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2017
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengelasan

Pengelasan (welding) adalah teknik penyambungan logam dengan cara mencairkan


sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa logam penambah dan
menghasilkan logam kontinyu. Di dalam dunia teknik pengelasan atau dunia industri
saat ini baja karbon rendah merupakan salah satu logam yang sering digunakan dalam
pembangunan konstruksi. Salah satu masalah yang sering terjadi dalam penggunaan
baja sebagai bahan dasar konstruksi adalah baja mempunyai sifat yang mudah
mengalami patahan (Santoso, 2015).

Untuk industri yang menyangkut logam atau baja, khususnya bidang pembangunan
dengan menggunakan pengelasan dibutuhkan berbagai penelitian agar dapat sambungan
las yang bermutu tinggi, karena menyangkut keselamatan dan umur pakai. Seiring
dengan pemakaian sambungan las baja yang semakin meningkat, maka teknologi proses
yang berkaitan dengan perubahan sifat dan karakteristik memiliki peranan yang yang
tak kalah pentingnya. Faktor yang mempengaruhi las adalah prosedur pengelasan yaitu
suatu perencanaan untuk pelaksanaan penelitian yang meliputi cara pembuatan
konstruksi las yang sesuai rencana dan spesifikasi dengan menentukan semua hal yang
diperlukan dalam pelaksanaan tersebut. Faktor produksi pengelasan adalah jadwal
pembuatan, proses pembuatan, alat dan bahan yang diperlukan, urutan pelaksanaan,
persiapan pengelasan meliputi pemilihan mesin las, penunjukan juru las, pemilihan
elektroda, penggunaan jenis kampuh (Solichin, 2015).

2.1.1 Jenis-jenis Pengelasan

Menurut Hutomo (2015) menyatakan bahwa pengelasan berdasarkan klasifikasi cara


kerja dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu pengelasan cair, pengelasan tekan, dan
pematrian. Berkut adalah penjelasan mengenai masing-masing jenis dari pengelasan
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pengelasan cair
Pengelasan cair adalah suatu cara pengelasan dimana benda yang akan disambung
diapanaskan sampai mencair dengan sumber energi panas. Cara pengelasan yang
paling banyak digunakan adalah pengelasan cair dengan busur (las busur listrik)
dan gas. Berikut merupakan alat pengelaasan cair yang dapat dilihat pada Gambar
2.50.

Gambar 2.50 Alat Pengelasan Cair

Jenis las busur listrik ada 4 yaitu sebagai berikut:


a. las busur dengan elektroda terbungkus,
b. las busur gas (TIG, MIG, las busur CO2),
c. las busur tanpa gas, dan
d. las busur rendam.

2) Pengelasan Tekan

Pengelasan tekan adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan dan kemudian
ditekan hingga menjadi satu. Aplikasi pengelasan tekan adalah las resistansi listrik, las
tekan gas, las tempa, las gesek, las ledakan dan lain-lain.
Salah satu pengelasan tekan adalah cold welding. Cold welding atau dikenal dengan
sebutan pengelasan dingin adalah salah satu proses pengelasan dalam kondisi padat
(Solid-State Welding) yang menggunakan tekanan pada suhu ruangan untuk
menghasilkan penyatuan logam yang kokoh pada saat pengelasan.

Ciri–ciri dari pengelasan dingin ini adalah pengelasan ini dilakukan tanpa menggunakan
panas dan fluks. Untuk mendapatkan hasil pengelasan dingin yang memuaskan, minimal
salah satu dari logam yang akan digabung harus sangat ulet dan tidak mengalami proses
pengerasan.

Jenis-jenis umum proses produksi dari pengelasan dingin ini dijelaskan adalah sebagai
berikut:
a. Lap Welding
Bekerja pada 50 – 90% perluasan permukaan ketika penekuk menekan logam untuk
penggabungan. Penahan penekuk membatasi distorsi dan mengadakan pengelasan.
Lap Welding dapat dilihat pada Gambar 2.51.

Gambar 2.51 Lap Welding

b. Butt Welding
Butt welding pada kawat dilakukan penggabungan dengan merusak ujung kawat
untuk menyebabkan terjadinya perluasan permukaan. Pengelasan selanjutnya
terjadi ketika putaran dilakukan. Butt Wleding dapat dilihat pada Gambar 2.52.
Gambar 2.52 Butt Welding

c. Roll Bonding or Roll Welding (ROW)


Sangat efektif karena pengurangan besar (50 – 80% dalam sekali jalan) hasil dalam
perluasan yang baik dan memutuskan selaput permukaan. Pengikatan dapat dicegah
di tempat dengan menempatkan alat pemisah (stop-off) seperti grafit atau sebuah
keramik dalam pola pemutusan. Roll bonding or roll welding dapat dilihat pada
Gambar 2.53.

Gambar 2.53 ROW

3) Penyolderan Dan Pematrian

Menurut Daryus (2015), Solder dan patri merupakan proses penyambungan logam
dimana digunakan logam penyambung lainnya dalam keadaan cair yang kemudian
membeku. Penyolderan adalah proses penyambungan dua keping logam dengan logam
yang berbeda yang dituangkan dalam keadaan cair dengan suhu tidak melebihi 430 oC
diantara kedua keping tersebut. Paduan logam penyambung/pengisi yang banyak
digunakan adalah paduan timbal dan timah yang mempunyai titik cair antara 180 - 370
o
C. Komposisi 50% Pb dan 50% Sn paling banyak digunakan untuk timah solder
dimana paduan ini mempunyai titik cair pada 220 oC. Pematrian pada pematrian logam
pengisi mempunyai titik cair diatas 430 oC akan tetapi masih dibawah titik cair logam
induk. Logam dan paduan patri yang banyak digunakan adalah :
a. Tembaga : titik cair 1083 oC,
b. Paduan tembaga : kuningan dan perunggu yang mempunyai titik cair antara 870 oC -
1100 oC,
c. Paduan perak : yang mempunyai titik cair antara 630 oC - 845 oC, dan
d. Paduan Aluminium : yang mempunyai titik cair antara 570 oC - 640 oC.

Adapun jenis sambungan yang lazim pada patri adalah sambungan tindih, temu, dan
serong seperti terlihat pada Gambar 2.54.

Gambar 2.54 Jenis Sambungan Pada Patri

Pada penyambungan patri hal yang paling utama adalah kebersihan, permukaan harus
bebas dari kotoran-kotoran, minyak, atau oksida-oksida dan bagian sambungan harus
tepat ukuran maupun bentuknya dengan celah untuk bahan pengisi. Proses pematrian
dikelompokkan berdasarkan cara pemanasan. Ada empat cara yang dilakukan dalam
memanaskan logam pada penyambungan :
a. Pencelupan benda yang akan disambung dalam logam pengisi atau fluks cair,
b. Mematri dengan menggunakan dapur. Disini benda dijepit dengan jig dan
dimasukkan ke dalam dapur yang diatur suhunya sesuai titik cair logam patri,
c. Mematri dengan nyala. Panas nyala diambil dari nyala oksi asetilen atau
oksihidrogen dan logam pengisi dalam bentuk kawat dicairkan pada celah
sambungan,
d. Mematri dengan patri listrik. Panas berasal dari tahanan, induksi atau busur listrik,
dan
e. Keuntungan proses patri adalah kemungkinan penyambungan logam yang sulit di las,
penyambungan logam yang berlainan dan penyambungan bahan yang tipis. Selain itu
proses patri cepat dan menghasilkan sambungan yang rapi yang tidak memerlukan
pengerjaan penyelesaian lagi.

2.1.3 Teknik-teknik Pengelasan

Pengelasan ini tidak mudah dan tidak semua orang bisa melakukan, dalam hal ini perlu
dilakukan adanya teknik pengelasan untuk mendapatkan pengelasan yang baik dan
benar. Berikut adalah posisi yag dilakukan dalam teknik pengelasan diantaranya:
1) Pengelasan Datar,
2) Pengelasan Horisontal,
3) Pengelasan Vertikal, dan
4) Pengelasan Overhead.

Penjelasan keempat teknik pengelasan diatas akan dijelaskan sebagai berikut:


a. Jika kita menempatkan bahan yang kita las berada dibawah kita, baik itu di tanah
atau menggunakan meja, maka proses ini disebut pengelasan datar,
b. Saat bahan yang kita las berdiri di depan kita, dan area yang akan kita las adalah
memanjang, maka proses ini disebut dengan pengelasan horisontal. Yaitu arah las
yang kearah kanan atau kiri. seperti pengelasan dinding kapal,
c. Pengelasan ini hampir sama dengan penelasan horisontal. Yaitu bahan tepat di
depan kita, hanya saja arah pengelasan bukan ke kanan atau kekiri melainkan ke
atas atau kebawah tergantung dari mana kita memulainya, dan
d. Saat bahan yang kita las berada di atas kepala kita, maka proses ini disebut
pengelasan overhead. Diperlukan teknik khusus dan keamanan yang khusus untuk
proses yang satu ini. Karena percikan api langsung tertuju ke area kepala kita. Oleh
karena itu, helm keamanan dan masker las harus terpasang dengan sempurna.
2.1.4 Tahapan Pengelasan

Untuk melakukan praktikum pengelasan memiliki tahapan yang harus dilakukan oleh
seorang praktikan. Tahapan dalam pengelasan tersebut antara lain sebagai berikut:
1) Sebelum memulai proses pengelasan, menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan yang
sudah di uraikan diatas. Jangan menggunakan sepatu biasa yang mudah terbakar
jika terkena percikan api. Pastikan memakai sepatu yang tertutup rapat baik, dan
menggunakan celana yang tidak mudah terbakar, atau dengan mengikatkan kain
anti api pada mata kaki untuk menutupi celah sepatu. Dan yang paling disarankan
adalah menggunakan sepatu mengelas yang tinggi seperti sepatu bot. Hal ini
bertujuan agar saat terjadi percikan api, tidak masuk ke dalam sepatu melalui celah-
celah di dekat mata kaki. Sebab, percikan api yang tidak mudah padam dan jatuh ke
dalam sepatu akan membakar kulit. Tentunya ini akan menyebabkan rasa sakit
yang luar biasa. Oleh karena di wajibkan menggunakan Alat Pelindung Diri yang
sesuai standar dan sudah ditetapkan,
2) Siapkan meja kerja. Sebagian orang menggunakan media tanah sebagai tempat
untuk meletakkan bahan yang akan dilas. Jika mampu, dapat pula membuat sebuah
meja kerja untuk pengelasan. Hal ini lebih baik agar bahan yang akan di las tidak
mudah terkena korosi dan proses pengelasan akan berjalan lebih mudah. Namun,
jika tidak mempunyai meja kerja, boleh menggunakan tanah atau lantai sebagai
media untuk menempatkan bahan yang akan dilas,
3) Atur tegangan mesin las, sesuaikan dengan tebal bahan yang akan di las. Sesuaikan
pula dengan elektroda yang akan kita gunakan, dan
4) Gunakan elektroda yang tepat. Elektroda menyesuaikan dengan bahan yang akan di
las baik itu besi atau stainless akan menggunakan elektroda yang berbeda. Jika
bahan yang digunakan adalah alumunium, maka harus menggunakan elektroda
untuk alumunium pula. Selain itu, tebal elektroda menyesuaikan dengan tebal
bahan yang akan di las. Semakin tebal bahan yang akan dilas, semakin tebal pula
elektroda yang dibutuhkan.
Selain tahapan pengelasan seperti persiapan alat dan bahan, disini juga akan dijelaskan
mengenai proses teknik pengelasan. Penjelasan mengenai proses teknik pengelasan
adalah sebagai berikut:
1) Bersihkan bahan yang akan dilas dengan menggunakan palu untuk membersihkan
kerak pada permukaan area yang akan dilas dan gunakan sikat baja untuk hasil
yang maksimal,
2) Letakkan bahan yang akan dilas pada tempat yang telah disediakan. Baik itu
menggunakan meja kerja atau hanya meletakkannya dilantai. Atur kerapatan antara
dua bahan dan gunakan klem jika diperlukan,
3) Jika bahan sangat tebal, buatlah coakan pada bagian yang akan dilas boleh salah
satu dan bisa juga dua-duanya. Sehingga setelah nanti di satukan, akan ada tempat
untuk nanti cairan elektroda sehingga proses pengelasan benar-benar matang,
4) Letakkan masa mesin las pada salah satu bagian bahan yang akan dilas kemudian
masukkan elektroda pada panel penjepit elektroda dimesin las. Pasang kemiringan
elektroda menyesuaikan dengan posisi bahan. Biasanya sudah ada tempat khusus
kemiringan elektroda pada tang penjepit elektroda. Baik itu tegak lurus 90 derajat,
30 atau 40 derajat,
5) Setelah bahan siap untuk di las, perlahan dekatkan ujung elektroda pada bahan yang
akan dilas,
6) Jarak antara ujung elektroda dengan bahan yang akan dilas sangat mempengaruhi
kualitas pengelasan. Jika jarak terlalu jauh, akan timbul percikan seperti hujan
bintik-bintik api. Proses pengelasanpun akan tidak sempurna. Jika jarak terlalu
dekat, api tidak menyala dengan sempurna. Dan tidak ada cukup jarak untuk tempat
lelehan elektroda. Jarak yang baik adalah seperdelapan dari tebal elektroda,
7) Dengan menggunakan masker pelindung atau kacamata las, dapat memperhatikan
bagian elektroda yang sudah mencair yang menyatukan antara dua bahan yang dilas
tersebut. Perlahan gerakkan elektroda ke sepanjang area yang dilas,
8) Putar perlahan tang elektroda jika area yang dilas cukup luas hingga cairan
elektroda menutup rapat permukaan bagian yang akan dilas,
9) Hasil yang baik saat proses pengelasan dapat dilihat saat permukaan yang dilas
berbentuk seperti gelombang rapat dan teratur menutup sempurna bagian yang
dilas, dan
10) Setelah selesai, bersihkan kerak yang menutupi bagian yang dilas dengan
menggunakan palu. Periksa kembali apakah terdapat bagian yang belum sempurna.
Jika belum sempurna, ulangilah bagian yang belum tersatukan dengan baik
tersebut. Pada beberapa kasus, bahan yang sudah dilas harus di gerinda lagi jika
pengelasan tidak sempurna. Namun jika tidak terlalu fatal, maka cukup mengelas
bagian yang belum terlas secara mempurna tersebut.

Anda mungkin juga menyukai