Anda di halaman 1dari 20

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS MULAWARMAN
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
SAMARINDA

TUGAS MAKALAH
DESAIN DAN PENGEMBANGAN PADA PRODUK HEADPHONE
PERANCANGAN DAN PENGEMBAGAN PRODUK

Disusun Oleh:

NAMA : Jerio Madre


NIM : 1609035025

Semester Genap
Tahun 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-
Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah Perencanaan dan Pengembangan Produk tentang
“desain dan pengembangan produk headphone” tepat pada waktunya.

Harapan penulis semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya
dan bagi orang lain pada umumnya. Disamping itu penulis menyadari bahwa makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik berkat bantuan dan bimbingan serta arahan dari berbagai pihak.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
mengharap sumbangan saran serta kritik yang sifatnya membangun dari segenap pihak dan atas
perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih dengan segala kerendahan hati.

Samarinda, 25 Februari 2018

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Desain produk merupakan hal yang sangat penting dalam bidang manufaktur. Desain
produk yang baik akan dapat meningkatkan jumlah dan harga jual dari produk,
sehingga dapat meningkatkan keuntungan secara optimal. Akan tetapi, desain produk
yang gagal mengakibatkan produk tidak terjual di pasaran. Hal ini, akan menimbulkan
kerugian tidak hanya dibidang desain saja, bidang yang lain pun akan terkena imbasnya.

Teknologi yang berkembang pesat di dunia membuat adanya berbagai jenis alat bantu
manusia. Manusia saling membutuhkan satu sama lain, dari ketergantungan tersebut
dibuatlah kemudahan-kemudahan agar hubungan manusia lebih mudah dan efisien.
Salah satunya pembuatan komputer, telepon, dan lain-lain. Dari adanya ide-ide untuk
menciptakan suatu benda yang berguna, manusia berekperimen di bidang apa saja.
Salah satunya pada bidang komunikasi, setelah adanya radio pada abad ke-19 hasil dari
perkembangan teknologi selanjutnya adalah Headphone. Headphone merupakan alat
mendengar dengan satu pasang speaker. Headphone memiliki kabel yang dapat
menyalurkan sinyal atau penerima sinyal (wireless receiver) jika headphone dibuat
tidak memiliki kabel. Jenis lainnya adalah earphone atau earbuds, benda tersebut
memiliki desain yang lebih kecil dan dapat dimasukkan kedalam lubang telinga. Dan
istilah headset adalah gabungan dari headphone dan microphone

B. RUMUSAN MASALAH
a) Pengertian Perencanaan Produk
b) Tujuan Dan Fungsi Rencana Produksi
c) Proses Perencanaan Produk
d) Sejarah Produk Headset
e) Jenis –jenis produk headset
f) Permasalahan yang timbul pada headset/headphone
g) Pengembangan produk dengan meRedesain produk
BAB 2
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERENCANAAN PRODUK


Perencanaan produk adalah proses menciptakan ide produk dan menindaklanjuti
sampai produk diperkenalkan ke pasar. Selain itu, perusahaan harus memiliki strategi
cadangan apabila produk gagal dalam pemasarannya. Termasuk diantaranya ekstensi
produk atau perbaikan, distribusi, perubahan harga dan promosi.

Terdapat 5 dimensi spesifik yang berhubungan dengan laba dan biasa digunakan untuk
menilai kinerja usaha pengembangan produk, yaitu:
1. Kualitas Produk
Seberapa baik produk yang dihasilkan dari upaya pengembangan dan dapat
memuaskan kebutuhan pelanggan. Kualitas produk pada akhirnya akan
mempengaruhi pangsa pasar dan menentukan harga yang ingin dibayar oleh
pelanggan.
2. Biaya Produk
Biaya untuk modal peralatan dan alat bantu serta biaya produksi setiap unit disebut
biaya manufaktur dari produk. Biaya produk menentukan berapa besar laba yang
dihasilkan oleh perusahaan pada volume penjualan dan harga penjualan tertentu.
3. Waktu Pengembangan Produk
Waktu pengembangan akan menentukan kemampuan perusahaan dalam
berkompetisi, menunjukkan daya tanggap perusahaan terhadap perubahan teknologi
dan pada akhirnya akan menentukan kecepatan perusahaan untuk menerima
pengembalian ekonomis dari usaha yang dilakukan tim pengembangan.
4. Biaya Pengembangan
Biaya pengembangan biasanya merupakan salah satu komponen yang penting dari
investasi yang dibutuhkan untuk mencapai profit.
5. Kapabilitas Pengembangan.
Kapabilitas pengembangan merupakan asset yang dapat digunakan oleh perusahaan
untuk mengembangkan produk dengan lebih efektif dan ekonomis dimasa yang akan
datang.
Perancangan dan pembuatan suatu produk baik yang baru atau yang sudah ada
merupakan bagian yang sangat besar dari semua kegiatan teknik yang telah ada.
Kegiatan ini didapat dari persepsi tentang kebutuhan manusia, kemudian disusul
oleh penciptaan suatu konsep produk, perancangan produk, pengembangan dan
penyempurnaan produk, dan diakhiri dengan pembuatan dan pendistribusian produk
tersebut.

B. TUJUAN DAN FUNGSI RENCANA PRODUKSI


1. Tujuan rencana produksi
 Meminimalkan biaya / memaksimalkan laba
 Memaksimalkan layanan nasabah
 Meminimalkan investasi inventaris
 Meminimalkan perubahan dalam nilai produksi
 Meminimalkan perubahan dalam tingkat tenaga kerja
 Memaksimalkan pemanfaatan pabrik dan perlengkapan

2. Fungsi rencana produksi


Fungsi dari perencanaan dan pengendalian produksi adalah:
a) Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi konsisten terhadap rencana
strategis perusahaan
b) Sebagai alat ukur performansi proses perencanaan produksi
c) Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap rencana produksi
d) Memonitor hasil produksi aktual terhadap rencana produksi dan membuat
penyesuaian.
e) Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target produksi dan rencana
startegis
f) Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan Jadwal induik Produksi.

Tujuan dan Fungsi Perencanaan Meramalkan permintaan produk yang dinyatakan


dalam jumlah produk sebagai fungsi dari waktu. Memonitor permintaan yang aktual,
membandingkannya dengan ramalan permintaan sebelumnya dan melakukan revisi
atas ramalan tersebut jika terjadi penyimpangan. Menetapkan ukuran pemesanan
barang yang ekonomis atas bahan baku yang akan dibeli. Menetapkan sistem
persediaan yang ekonomis, Menetapkan kebutuhan produksi dan tingkat persediaan
pada saat tertentu. Memonitor tingkat persediaan, membandingkannya dengan rencana
persediaan, dan melakukan revisi rencana produksi pada saat yang ditentukan.
Membuat jadwal produksi, penugasan, serta pembebanan mesin dan tenaga kerja yang
terperinci

C. SEJARAH HEADSET
Headset adalah gabungan antara headphone dan mikrofon. Alat ini biasanya digunakan
untuk mendengarkan suara dan berbicara dengan perangkat komunikasi atau komputer,
misalnya untuk VoIP. Headphone merupakan alat mendengar dengan satu pasang
speaker. Headphone memiliki kabel yang dapat menyalurkan sinyal atau penerima
sinyal (wireless receiver) jika headphone dibuat tidak memiliki kabel. Jenis lainnya
adalah earphone atau earbuds, benda tersebut memiliki desain yang lebih kecil dan
dapat dimasukkan kedalam lubang telinga. Dan istilah headset adalah gabungan
dariheadphone dan microphone.

Sejarah awal Headphone/Headset berawal pada tahun 1910 yang dibuat olehNathaniel
Baldwin. Ia adalah seorang montir listrik dan operator kompresor udara, sebelumnya ia
sebagai mahasiswa di Stanford University. Banyak orang yang belum membutuhkan
headphone karena seperti layaknya penemu-penemu pada zaman itu akhirnya ia
menjual ke United States Navy.

Pada tahun 1919 sensitive airphone digunakan umumnya untuk radio. Keadaannya
belum sebagus sekarang. Gangguan atau noise masih banyak dan kualitas suaranya pun
masih kasar atau mentah. Sebelumnya, Amerika Serikat yang mengetahui teknologi
penemuan Baldwin itu langsung menggunakan penemuannya, memproduksi 100 buah
headset ketika Perang Dunia ke-1 untuk komunikasi dengan pilot. Sehingga pada masa
itu produksi headset ditujukan untuk penerbangan.

Masyarakat semakin sadar atas teknologi ini, pada tahun 1961 pilot-pilot memakai
headset karena ringan dan nyaman. Headset pertama kali digunakan untuk pesawat
telepon pada tahun 1970. Di tahun 1986, terdapat teknologi pengurangan gangguan
suara dengan mengembangkan headset untuk melindungi pendengaran pilot dari
kebisingan. Ketika itu, juga terkenal produksi ear canal earphones dengan active noise
control untuk pertama kali. Setelah itu, hanya alat sensitive earphone tersebut satu-
satunya cara untuk mendengar sinyal audio sebelum amplifier dikembangkan.

Pada awal 2000, bersamaan dengan berkembangnya telepon selular, headset jenis
nirkabel berbasis teknologi Bluetooth mulai populer dipakai. Selain itu earphone dan
headphone pada tahun yang sama, menjadi digemari untuk alat musik pribadi. Dahulu
ketika menggunakan radio headset atau earphone dan headphone harus disambungkan
ke terminal baterai yang bertegangan volt tinggi dan terminal baterai di tanah.
Penggunaan koneksi listriknya pun tidak nyaman bagi pengguna karena
menggagetkan.

D. JENIS DAN PERKEMBANGAN HEADSET DAN HEADPHONE


Secara umum, headphone dapat dibagi menjadi empat kategori, circumaural(menutup
telinga secara keseluruhan), supra-aural, earbud, dan in ear.
1. Circumaural headphone (full size headphone)
yang memiliki busa telinga melingkar atau elipsoid (elips) yang menutupi telinga.
Karena jenis headphone ini menutupi telinga secara keseluruhan, circumaural
headphone dapat didesain untuk melingkari kepala secara keseluruhan dengan
tujuan mengurangi suara bising dari eksternal atau lingkungan sekitar.
Kecenderungannya berukuran besar mengakibatkan tipe headphone ini cukup berat
dan terdapat beberapa produk yang memiliki berat lebih dari 500 gram.
Desain headband dan penutup telinga yang ergonomis sangat disarankan untuk
mengurangi ketidaknyamanan akibat headphone yang berat.

2. Supra-Aural
Supra-aural headphone memiliki bagian telinga yang menekan telinga dibanding
menutupi dan mengelilinginya. Tipe headphone ini secara umum lebih kecil dan
lebih ringan dibandingkan tipe circumaural, tetapi lebih banyak resiko masuknya
suara bising dari luar.
Tipe circumaural dan supra-aural dapat dibedakan lebih jauh dengan
perbandingan ear cups(penutup telinga):
a) Open-back headphone
memiliki bagian luar penutup telinga yang terbuka, memberikan banyak suara
yang keluar dari headphone dan mengakibatkan suara dari sekeliling mudah
masuk ke pendengaran. Akan tetapi memberikan kesan alami atau suara seperti
pembicara (speaker-like sound) yang dekat dengan pendengar dan berkesan ada
jarak antara pendengar dengan sumber suara (soundscape).
b) Closed-back headphone
memiliki bagian luar penutup telinga yang secara keseluruhan benar-benar
tertutup. Tergantung pada masing-masing model, tipe ini dapat menahan 8-23
db suara bising dari sekeliling, tetapi memberi efek kepada pendengar bahwa
sumber suara berasal dari dalam kepala mereka sendiri. Salah satu alasannya
adalah karena suara dipantulkan balik oleh telinga.

3. Outter-ear headphones
Di kalangan professional earbuds dan earphone sering digolongkan
sebagai headphone berukuran kecil yang ditempatkan secara langsung di bagian
luar telinga, menghadap tetapi tidak masuk ke dalam telinga, ear canal (bagian yang
menghubungkan luar dan tengah telinga, berbentuk tube atau pipa). Model ini juga
tidak tersambung dengan bagian yang menutupi kepala.

Outer-ear earphone atau earphone yang bertempat di bagian permukaan telinga


memang mudah dibawa dan nyaman dipakai, tetapi banyak orang yang
mempertimbangkan model ini dikarenakan mudah jatuh dari telinga. Terdapat
banyak model yang juga mulai dari harga murah. Sayangnya, jenis ini memiliki
isolasi akustik atau peredam suara bising yang sangat buruk dan mengakibatkan
banyak penggunanya mengeraskan volume suara hingga yang tertinggi dan
menghasilkan disfungsi pendengaran, seperti pecahnya gendang telinga. Namun, di
sisi lain, jenis ini memberikan keleluasaan kepada pendengar untuk tetap waspada
dan mengetahui suara yang ada di sekitarnya. Sejak tahun 2000, earphone jenis ini
sering digabungkan dengan penjualan alat pemutar musik. Seringkali dijual dengan
busa penutup untuk kenyamanan.

4. In-ear headphones
Jenis ini memiliki perpanjangan bagian ujung yang masuk hingga ke bagian ear
canal memberikan isolasi dari suara bising sekeliling. In-ear headphones,
seperti earbuds, sama-sama berukuran kecil dan tanpa penghubung yang menutupi
kepala, tetapi masuk ke bagian ear canal. Terkadang earphone ini juga
disebut canalphone. Harga dan kualitas sangat beragam mulai dari yang murah
hingga sangat mahal. Jenis yang terbaik disebut in-ear monitor (IEM) dan
digunakan oleh audio engineer (pengatur suara) dan musisi, juga para penikmat
musik kelas atas (audiophiles).

Canalphone menawarkan kemudahan seperti earbuds, menutup atau mengisolasi


suara dari luar dengan bagian ujung yang masuk hingga ke telinga, dan memiliki
kemungkinan jauh lebih besar untuk jatuh dari telinga. Ketika dipakai canal
phone ini berpotensi besar membahayakan keselamatan karena pendengar terisolasi
dari suara sekelilingnya (contoh, kendaraan yang mendekat).
a) Universal canalphone
Menyediakan satu atau lebih karet silikon, elastomer, atau busa pelindung untuk
penempatan yang lebih baik di telinga dan kualitas terbaik isolasi atau peredam
suara bising.
b) Custom canalphone
Menyediakan desain berbeda untuk masing-masing pengguna. Hal ini
dilakukan dengan membuat banyak contoh cetakan ear canal dan produsen
membuat karet silikon dan elastomer yang dimodifikasi berdasarkan masing-
masing cetakan ear canal yang berbeda, untuk kualitas kenyamanan terbaik dan
peredam suara bising yang jauh lebih baik dibanding jenis lainnya. Jenis ini
memiliki harga yang jauh lebih mahal karena memberikan kenyamanan lebih
bagi penggunanya, akan tetapi ketika dijual kembali, harga bekasnya akan
sangat jatuh karena pengguna berikutnya belum tentu memiliki jenis ear
canal yang serupa

E. Analisis perancangan produk


1. Permasalahan yg sering muncul dari konsumen.
Angka gangguan pendengaran manusia di Indonesia cukup mengejutkan, termasuk
yang tertinggi pada bilangan Asia Tenggara yaitu 4,6% untuk gangguan
pendengaran. Berdasarkan data WHO (World Health Organization) rata-rata
Indonesia, Myanmar, Vietnam dan India. Seperti Indonesia dan Myanmar telah
prevalensi yang sangat tinggi, perkiraan konservatif dibuat memberikan untuk
menurunkan berat rata-rata tersebut. Prevalensi selama 26+ dBHTL berdasarkan
aplikasi dari India rasio 26+/41+ ke 41+ prevalensi. Sedangkan rata-rata untuk
India, Indonesia dan Vietnam. Prevalensi selama 26 + dBHTL berdasarkan
penerapan India rasio 26 + / 41 + untuk ratarata untuk 41 + dari tiga penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian WHO tentang Hearing Loss, sebagian besar gangguan
pendengaran disebabkan oleh pemakaian Headphone/Headset yang tidak
terkontrol. Penggunaan headphone dengan berlebihan justru kemungkinan akan
merusak telinga dan kerja otak kita. Efek negatif headphone untuk kesehatan tubuh,
diantaranya kerusakan permanen pada telinga, kehilangan pendengaran di usia 20-
an, kerusakan otak, dan ambang pendengaran manusia, terutama bila dilakukan
dengan volume keras dan dalam jangka waktu lama. Soetirto (2010) mengenai
tingkat pendengaran, Desain headphone yang kurang sesuai mengakibatkan ketidak
nyamanan pemakaian yang dikarenakan kurangnya sirkulasi udara pada daun
telinga, sifat karakteristik material yang tidak sesuai, dan desain yang tidak sesuai
dengan kondisi anatomi manusia. Sehingga terjadi indikasi akibat pemakaian
seperti pusing, kepala terasa pegal, lecet pada daun telinga dan telinga dalam terasa
sakit. Peneliti akan melakukan redesain headphone dengan pendekatan ergonomi
dan estetika. Dimana peneliti sangat memperhatikan dimensi tubuh manusia yang
terkait yaitu anthropometri kepala orang indonesia. Salah satu metode yang dapat
digunakan penelitian redesain headphone yang ergonomis adalah Quality Function
Deployment (QFD), QFD adalah metode untuk memudahkan selama proses
perancangan, pembuatan keputusan ―direkam‖ dalam bentuk matriksmatriks
sehingga dapat diperiksa ulang serta dimodifikasi dimasa yang akan datang.
Biasanya digunakan untuk mengetahui ergonomis atau tidak hasil rancangan.
Sehingga perancangan ini diharap mampu memberikan solusi kebutuhan yang
aman dan nyaman, serta memberikan estetika tersendiri terhadap produk hedphone
yang mengacu terhadap fungsi yang tersedia.

2. Metodologi
Penelitian ini meliputi proses-proses yang terjadi dalam perancangan dan
pengembangan produk. Dimulai dari proses identifikasi kebutuhan konsumen
sampai dengan prototype produk.

a. Langkah 1: Sebelum melakukan perancangan, maka produk yang akan dibuat


tersebut dideskripsikan terlebih dahulu. Produk yang ingin dikembangkan
dalam penelitian ini adalah Headphone.
b. Langkah 2: Langkah ini merupakan langkah awal dalam perancangan produk.
Identifikasi kebutuhan dilakukan dengan melibatkan konsumen. Identifikasi
kebutuhan konsumen dilakukan melalui pengumpulan data, yaitu berupa
penyebaran kuesioner terhadap para responden.
c. Langkah 3: Inti perencanaan produk adalah pada penyusunan ―House of
Quality” (HOQ). HOQ dilakukan setelah keinginan konsumen teridentifiikasi.
Keinginan konsumen ini kemudian diterjemahkan ke dalam kebutuhan
ergonomi.
d. Langkah 4: Pada langkah ini, kebutuhan teknis produk diterjemahkan ke dalam
subsistemsubsistem kritis atau karakteristik-karakteristik part. Fasi ini bertujuan
untuk mengetahui informasi yang menjelaskan tentang komponen-komponen
spesifik agar kebutuhan ergonomis terpenuhi.
e. Langkah 5: Langkah ini adalah pembuatan prototype awal. Prototype awal
produk berupa gambaran digital. Hal ini bertujuan untuk memperoleh gambaran
awal produk sebelum produk jadi jadi dibuat.
f. Langkah 6: Analisa prototype awal. Langkah ini dilakukan untuk mengetahui
apakah karakteristik tiap part produk tersebut sesuai dengan keinginan
konsumen untuk memenuhi kebutuhan akan produk Ergonomi.
g. Langkah 7: Langkah terakhir adalah pembuatan prototype akhir. Langkah ini
adalah penyempurnaan dari langkah ke-5.

3. Fase Perencanaan Produk


Pada fase ini merupakan fase dimana spesifikasi target akan disusun. Pada fase ini
dilakukan penyusunan ―House of Quality‖ (HOQ) yang merupakan inti dari
perencanaan produk. HOQ mempunyai input berupa keluaran identifkasi kebutuhan
konsumen yang berupa daftar kebutuhan. Pada fase ini dilakukan Analisis Fungsi
Produk dan spesifikasi Produk.
a. Fase Perencanaan Desain
Dalam penelitian ini, fase perencanaan desain dimaksudkan untuk menentukan
model desain berdasarkan data kebutuhan kedalam bentuk 3D dan gambar
teknik. Model desain ini terbagi menjadi dua yang dimana difungsikan sebagai
first design dan alternative design. Dari model tersebut sehingga akan
memberikan gambaran rancangan kepada peneliti dalam pembuatan produk
awal/prototype awal dalam bentuk nyata/fisik.
b. Prototype
Pengembangan produk hampir selalu membutuhkan pembuatan dan pengujian
prototype. Sebuah prototype merupakan penaksiran produk melalui satu atau
lebih dimensi perhatian. Pada penelitian ini, dilakukannya lebih dari satu
pembuatan atau perbaikan prototype yang dilakukan secara bertahap.
1) Prototype Awal
Pada tahap prototype awal ini, prototype awal adalah dalam sebuah bentuk
nyata produk yang difungsikan untuk pengujian. Hasil model desain
dilakukan implementasi kedalam bentuk nyata dan fisik sehingga
memudahkan dilakukannya penelitian terhadap kebutuhan yang diinginakan.
Setelah dilakukan implementasi dalam bentuk fisik, maka prototype awal
akan siap dalam pelaksanaan pengujian.

2) Prototype Akhir
Pada tahap prototype akhir ini, prototype akhir adalah bentuk nyata dalam
finishing produk. Dimana pada proses ini, produk siap untuk dilakukan
publikasi terhadap rancangan dan siap untuk digunakan.

4. Pengujian Produk
Pengujian produk merupakan pengumpulan respons langsung pada deskripsi
produk dari pelanggan. Pengujian produk dapat meyakinkan bahwa kebutuhan
pelanggan telah dipenuhi oleh suatu konsep produk. Pada tahap pengujian produk,
produk dilakukan pengujian kepada semua sampel responden operator penyiar
radio Pro Alma. Hasil pengujian produk ini memberikan definisi data terhadap
kebutuhan konsumen dalam aspek ergonomi.

5. Evaluasi Produk
Dari data hasil pengujian, peneliti melakukan analisa terhadap produk awal untuk
dilakukan refresh berdasarkan kebutuhan pelanggan. Pada hasil refresh tersebut,
apabila terdapat kekurangan dalam deskripsi produk dengan kebutuhan pelanggan,
maka evaluasi ini akan memberikan point point tambahan terhadap produk untuk
dilakukan perancangan desain ulang. Apabila dalam evaluasi produk, produk
tersebut telah sesuai dengan kebutuhan pelanggan, maka produk tersebut akan
dilakukan proses finishing.

F. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Interpretasi Data Mentah Menjadi Kebutuhan Konsumen
Pernyataan kebutuhan ini merupakan hal-hal yang harus dilakukan produk untuk
memenuhi keinginan dan harapan konsumen. Pada interpretasi data mentah
menjadi kebutuhan konsumen merupakan penerjemahan pernyataan konsumen
menjadi pernyataan kebutuhan konsumen terhadap produk Headphone.

2. Analisa Fungsi Produk


Analisa fungsi produk merupakan suatu diagram yang menggambarkan perubahan
input suatu produk menjadi output produk yang merupakan suatu fungsi yang
kompleks dari suatu produk. Didalam diagram analisis fungsi produk ini didapatkan
informasi tentang input yang dibutuhkan produk dan output yang dihasilkan oleh
produk Headphone.

Langkah pertama yang dilakukan dalam pengembangan suatu produk adalah


mendekomposisikan sebuah masalah secara fungsional untuk menggambarkan
sebuah kotak hitam (Black Box). Black Box merupakan diagram alur dari input
sebagai kebutuhan suatu produk kedalam proses system dan output sebagai hasil
yang dihasilkan dari pengembangan. Dalam Black Box tidak menganalisa proses
yang terjadi didalam produk. Black Box pada produk Headphone memiliki
hubungan dalam komponen bahan, energy, dan aliran sinyal yang dapat dilihat pada
gambar 2:
Mixer Algoritma
Input Output

Keamanan pemakaian
Fitur Keamanan
headphone

Energi Listrik Desain Headphone Kenyamanan Headphone

Desain menarik
Fitur Estetika

Finishing Produk

dB IndicatorWarning

Circuit Diagram
RangaianElektronika

Gambar 1. Black Box produk Headphone

Langkah berikutnya dalam mendekomposisikan fungsi adalah membagi fungsi


tunggal menjadi subfungsi untuk membuat sebuah gambaran yang lebih spesifik
dari apa yang mungkin dikerjakan oleh elemen produk untuk menerapkan
keseluruhan fungsi produk.pada tahapan ini tujuannya adalah untuk
menggambarkan elemen-elemen fungsional dari produk tanpa menunjukkan
sebuah prinsip kerja teknik tertentu untuk konsep produk. Penggambaran ini
disebut dengan white box, yaitu gembaran proses yang lebih spesifik dari
produk. White Box ini akan memberikan informasi mengenai apa yang dilakukan
elemen produk dalam menyusun dan menerapkan keseluruhan fungsi produk.

3. Analisis Spesifikasi Produk


Analisis spesifikasi produk merupakan analisis untuk menentukan standar ideal
produk yang akan dirancang dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Analisis
spesifikasi teknis memaparkan detail-detail yang tepat dan terukur mengenai apa
yang harus dilakukan produk terhadap permintaan konsumen.

Langkah pertama yang dilakukan dalam analisis spesifikasi produk adalah


karakteristik teknis. Kerakteristik teknis merupakan langkah dimana membuat
matrik karakteristik teknis, perancangan mengamati dan menentukan
karakteristik yang tepat dari sebuah produk yang memberikan pemenuhan
terhadap kebutuhan konsumen.

4. Matriks Kebutuhan Konsumen Vs Karakteristik Teknis


Matriks kebutuhan konsumen vs karakteristik teknis merupakan matriks yang
menjelaskan seberapa kuat hubungan antara kebutuhan konsumen dengan
karakteristik teknis terukur. Kebutuhan konsumen berada pada baris matriks
sedangkan karakteristik teknis terukur berada di kolom matriks. Untuk
menjelaskan hubungan dari keduanya yaitu dengan mempertemukan baris dan
kolom pada sel yang bersangkutan, kemudian diberikan simbol yang
menerapkan seberapa kuat hubungan antar keduanya.

5. Interaksi Antar Karakteristik Teknis


Matrik hubungan antar karakteristik teknis merupakan matrik hubungan antar
karakteristik teknis yang menunjukkan tanggapan (persyaratan) teknis.
Hubungan antar karakteristik teknis ini perlu ditentukan karena jika salah satu
elemen dianggap kritis, maka elemen lain yang berhubungan dengan elemen
kritis tersebut perlu diperbaiki. Hubungan antar karakteristik teknis dilakukan
dengan pemberian symbol sama seperti pemberian symbol pada penentuan
hubungan kebutuhan Vs karakteristik teknis.

6. Benchmarking
Stelah informasi mengenai produk pesaing dikumpulkan, yaitu Headphone Sony
MDR7506, Headphone Pioneer HDJ-1500, Headphone 4TECH, kemudian
dilakukan penilaian terhadap ketiga produk Headphone. Penilaian dilakukan
oleh konsumen dengan penyebaran kuesioner. Penilaian ini berupa nilai
subjektif, dimana nilai subjektif ini memiliki nilai numeric tertentu sehingga
memberikan kemudahan dalam pengolahan.

7. House of Quality
Setelah melalui tahap – tahap penyusunan rumah mutu pada QFD fase perencanaan
produk, maka komponen – komponen penyusunan tersebut kemudian disusun
membentuk rumah mutu (QFD) pertama, dimana komponen – komponen
penyusunnya adalah kebutuhan konsumen, prioritas kebutuhan, karakteristik
teknis, hubungan antar kebutuhan konsumen dengan metric terukur, benchmarking,
dan kebutuhan kenyamanan pelanggan.

Gambar 2. House of Quality

8. Fase Perencanaan Desain


Fase perancangan desain merupakan fase kedua dari metodologi QFD. Dimana
pada fase ini karakteristik teknis yang dihasilkan pada fase sebelumnya, yaitu fase
perencanaan produk diterjemahkan menjadi karakteristik Part/komponen. Tujuan
fase ini adalah mengetahui informasi mengenai komponen-komponen spesifik agar
dapat menjawab kebutuhan pengguna.

Karakteritik teknis diterjemahkan dalam karakteristik part. Pada dalam tahapan ini,
hasil yang diamati adalah karakteristik teknis yang kemudian diterjemahkan
kedalam karakteristik part yang tepat suapaya dapat memenuhi kebutuhan
konsumen.

Setelah didapatkan hasil dari analisis kebutuhan pada fase perencanaan produk
dalam metode QFD (Quality Function Deployment) maka pada fase perencanaan
desain, dapat di hasilkan desain produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen
Gambar 3. Assembly Headphone

9. Rangkaian Elektronika Headphone


Pada rangkaian elektronika headphone ini, terdiri dari rangkaian speaker dan dB
Warning Indicator. Rangkaian Speaker adalah suatu rangkaian yang mengubah
sinyal elektrik ke dalam frekuensi audio (suara) dengan cara menggetarkan
komponen yang berbentuk membran untuk menggetarkan udara sehingga terjadi
gelombang suara. System yang dipakai dalam pengeras suara (Speaker) adalah
system yang mengubah kode elektronik terakhir menjadi suatu gerakan mekanik.

Rangkaian dB Warning Indicator merupakan suatu rangkaian penerjemah sinyal


elektrik dari gelombang frekuensi elektrik audio menjadi sinyal lampu dalam
kapasitas sinyal volume dB. Rangkaian ini difungsikan untuk memberikan hasil
frekuensi audio (suara) yang dikeluarkan speaker pada pemakaian headphone.
Rangkaian ini terdiri dari IC, resistor, katoda, lampu, kabel, transistor.
Komponen terpenting dalam rangkaian ini adalah IC (Integrated Circuit).

10. Anthropometri
Pada tahap ini, penentuan ukuran produk didasarkan atas ukuran anthropometri
orang Indonesia dan karakteristik komponen. Pada ukuran perancangan produk
Headphone ini menggunakan ukuran anthropometri kepala orang Indonesia.
Data yang digunakan adalah lebar kepala, tebal telinga, telinga kepuncak kepala,
dan besar telinga.
Sedangkan ukuran yang didasarkan karakteristik komponen adalah dimana
komponen tersebut berpengaruh terhadap ukuran dimensi produk tersebut.
Komponen tersebut diantaranya speaker yang mengakibatkan ukuran diameter
headphone akan mengalami penambahan. Begitu juga dengan pola desain pada
masing – masing part yang memberikan ukuran penambahan pada ukuran
anthropometri.

11. Initial Prototype (Prototipe Awal)


Dalam pengembangan suatu produk pembuatan prototipe sangat diperlukan dengan
tujuan mengaplikasikan kebutuhan konsumen dalam bentuk fisik. Tipe prototipe
yang digunakan pada produk ini adalah prototipe fisik yang merupakan benda nyata
yang dibuat untuk memperkirakan

produk. Prototipe fisik ini difungsikan untuk memperlihatkan fenomena dalam


produk yang tidak dapat dibayangkan dalam tujuan semula dari prototipe. Dimana
hukum fisika dan mekanika serta konsep ergonomi memberikan gambaran dalam
pengujian prototipe dalam penyempurnaan produk.

12. Final Prototype (Prototipe Akhir)


Final prototipe adalah pembuatan prototipe pada tahap akhir dalam pengembangan
produk sebelum dipublikasikan dan diyatakan dalam prototipe jadi sesuai konsep
dalam pengembangan produk. Prototipe ini dimaksudkan untuk memberikan
gambaran benda nyata pada hasil produk yang dikembangkan. Tipe prototipe yang
digunakan pada produk ini adalah prototipe fisik yang merupakan benda nyata yang
dibuat untuk memperkirakan produk.

Gambar 4. Final Prototype Pada Pengembangan Produk Headphone


BAB 3
PENTUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari resume dari materi penelitian yang telah dilakukan, maka
kesimpulan yang dapat diambil adalah:

1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti mengidentifikasi


perubahan volume (dB) dari mixer ke headphone dengan memperhatikan delta yang
digunakan. Pada identifikasi dilapangan, volume yang dihasilkan delta pemakaian
Headphone adalah 74,4 dB sampai dengan 92,3 dB.

2. Peneliti telah melakukan redesain pada headphone dengan memiliki keunggulan


dalam audio stereo, kelenturan pada busa daun Headphone, dan memiliki rongga
udara pada daun Headphone. Audio stereo didukung dengan kualitas sound yang
superior dengan mampu memberikan nuansa rasa pada saat mendengarkan lagu serta
mempunyai keseimbangan suara dengan bass. Pada kelenturan busa daun
Headphone ini adalah memiliki kelenturan yang maksimal yang akan memberikan
nuansa ringan dan fleksibel sehingga nyaman pada saat pemakaian. Rongga udara
pada daun Headphone yang memberikan kesejukan pada telinga dan menstabilkan
udara yang terdapat di sekitar daun telinga.
DAFTAR PUSTAKA

Bahrami, A., (1994), Routine design with information-content and fuzzy quality function
deployment. Journal of Intelligent Manufacturing 5 (4), 203–210.
Chan, Lai-Kow. and Wu, Ming-Lu., (2002), Quality function deployment: A literature
review.Journal of Method, 463–497.
Mathers, Colin, dkk., (2000), Global Burden of Hearing Loss in The Year 2000. Report of
HearingLoss WHO, 1–30.
Hashim, Adila Md. and Dawal, Siti Zawiah Md., (2012), Kano Model and QFD integration
approach for Ergonomic Design Improvement. Journal of Product Design, 22–32.
Mallikarjun, K., dkk., (2007), Design of Bicycle for Indian Children Focusing on Aesthetic
and Ergonomics. Journal of Product Design, 91–96.

Anda mungkin juga menyukai