Anda di halaman 1dari 25

BERBAGAI PROGRAM UNGGULAN PEMERINTAH DALAM UPAYA

PENANGGULANGAN MASALAH KEKURANGAN GIZI

Keberhasilan suatu pemerintahan biasanya dapat dilihat salah satunya dengan


melihat status gizi masyarakatnya. Status gizi yang tidak baik menandakan kurang
baiknya kecukupan pangan suatu bangsa dan ketahanan pangannya. Setelah
ketersediaan pangan terjawab yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana
status pangan atau makanan tersebut, baik nilai ada gizinya atau tidak. Ketahanan
pangan dan kecukupan nilai gizi harus didukung dengan program-program
pemerintah yang akan terwujudnya masyarakat tahan pangan dan cukup gizi.
Berikut ini adalah berbagai program pemerintah dalam menanggulangi masalah gizi :
a. Pola Menu 4 Sehat 5 Sempurna
b. Pedoman Umum Gizi Seimbang
c. Pedoman Gizi Seimbang
d. Daftar bahan Penukar
e. Keluarga Sadar Gizi
f. Strategi dan Upaya Penanggulangan Akibat Kekurangan Iodium
g. Posyandu sebagai Saran Peran Serta Masyarakat dalam Upaya Peningkatan
Kesehatan Masyarakat
h. Millenium Development Goals (MDGs)
i. Jampersal
j. Jamkesmas
k. Jamkesda
a. Pola menu 4 sehat 5 sempurna

Pola menu 4 sehat 5 sempurna adalah pola menu seimbang yang bila disusun
dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Pola menu ini
diperkenalkan pada tahun 1950 oleh bapak ilmu gizi prof. DR. Poorwo soedarmo
melalui Lembaga Makanan Rakyat Depkes dalam rangka melancarkan gerakan
“sadar gizi”.
Pola menu 4 sehat 5 sempurna digali dari pola menu yang pada umumnya sejak
dahulu telah dikenal oleh masyarakat Indonesia. Pada umumnya menu di Indonesia
terdiri atas makanan sebagai berikut :
1. Makanan pokok untuk memperoleh rasa kenyang : nasi, jagung, ubi jalar,
singkong, talas, sagu, serta hasil olahan seperti mie, bihun, macaroni dan
sebagainya.
2. Lauk untuk memeperoleh rasa lebih nikmat, karena selain menyumbang
kandungan protein adanya lauk juga memberikan rasa nikmat, karena pada
dasarnya bahan makanan pokok memiliki rasa yang netral, lauk barasal dari
dua golongan yaitu yang berasal dari hewani (daging, ayam, ikan, kerang,
telur dan sebagainya) dan yang berasal dari golongan nabati (jenis kacang-
kacangan dan hasil olahannya seperti kacang kedelai, kacang hijau, kacang
merah, tempe, tahu dan oncom).
3. Sayur-sayuran, fungsinya adalah untuk memenuhi akan kebutuhan vitamin
dan mineral, banyak sekali zat penting yang terkandung didalamnya yang
diperlukan oleh tubuh. Selain itu sayuran juga member rasa segar pada
makanan yang kita makan.
4. Buah-buahan, pada saat pola makan ini popular dikalangan masyarakan
dimasanya, buah-buahan dimakan setelah makan makanan utama (makanan
pokok, lauk dan sayur).
5. Minum susu. Karena menu yang tersebut diatas merupakan makanan yang
sehat dan bernilai gizi untuk lebih memantapkan nilai gizinya ditambah lah
dengan yang ke lima.
Dalam menyusun menu 4 sehat 5 sempurna diperlukan pengetahuan bahan makanan,
karena nilai gizi bahan makanan dalam tiap golongan tidak sama, jadi setiap individu
haru mempelajari setiap bahan makanan dan kandungan gizinya.
b. Pedoman umum gizi seimbang (PUGS)

Sebagai alat memberikan penyuluhan pangan dan gizi kepada masyarakat luas
dalam rangka memasyarakatkan gizi seimbang, pada tahun 1995 Direktorat Gizi
Depkes telah mengeluarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Pedoman ini
disusun dalam rangka memenuhi salah satu rekomendasi Konferensi Gizi
Internasional di Roma pada tahun 1992 untuk mencapai dan memelihara kesehatan
dan kesejahteraan gizi (nutritional well-being) semua penduduk yang merupakan
prasyarat untun membangun sumberdaya manusia. PUGS merupakan penjabaran
lebih lanjut dari pedoman 4 sehat 5 sempurna yang menurut pesan-pesan yang
berkaitan dengan pencegahan baik masa;ah gizi kurang, maupun masalah gizi lebih
yang selama 20 tahun terakhir telah mulai menampakan diri di Indonesia.
Konsep Dasar Gizi Seimbang
Dalam PUGS susunan makanan yang dianjurkan adalah menjamin
keseimbangan zat-zat gizi. Hal ini dapat dicapai dengan menkonsumsi beraneka
ragam makanan tiap hari. Tiap makanan dapat saling melengkapi dalam zat-zat gizi
yang dikandungnya. Pengelompokan bahan makanan disederhanakan, yaitu
didasarkan pada tiga fungi utama zat-zat gizi, yaitu : (1) sumber energi0tenaga; (2)
sumber zat pembangun; dan (3) sumber zat pengatur. Untuk mencapai gizi seimbang
hendaknya susunan makanan sehari-hari terdiri dari campuran ketiga kelompok bahan
makanan tersebut. Dari tiap kelompok dipilih salah satu atau lebih jenis bahan
makanan sesuai dengan ketersediaan bahan makanan –tersebut dipasar, keadaan
social ekonomi, nilai gizi dan kebiasaan makanan.
Ketiga golongan makanan tersebut digambarkan dalam bentuk kericut dengan
urut-urutan menurut banyaknya digunakan dalam hidangan sehari-hari. Dasar kerucut
menggambarkan sumber energy atau tenaga, yaitu golongan bahan makanan yang
paling banyak dimakan seperti sember bahan makanan pokok, beras, jagung, gandum,
ubi kayu, ubi jalar dan lainnya yang banyak mengandung karbohidrat. Bagian tengan
menggambarkan sumber zat pengatur, yaitu golongan makanan yang banyak
mengandung vitamin dan minerat seperti buah-buahan dan sayur mayor. Dan bagian
atas atau bagian puncak menggambarkan zumber zat pembangun yang secara relative
paling sedidkit dimakan setiap harinya, yaitu bahan makanan yang banyak
mengandung protein seperti ikan, telur, ayam, daging, susu, keju, kacang-kacangan,
tempe. Tahu dan oncom. PUGS memuat tiga belas pesan dasar yang diharapkan dapat
digunakan masyarakan luas sebagai pedoman praktis untuk mengatur makanan
sehari-hari yang seimbang dan aman guna mencapai dan mempertahankan status gizi
dan kesehatan yang optimal. Ketiga belas pesan dasar tersebut adalah sebagai berikut
:
1. Makanlah aneka ragam makanan.
2. Makanlan makanan untuk memenuhi kecukupan energi.
3. Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energy.
4. Batasi komsumsi lemak dan minyak sampai seperempat kebutuhan energy.
5. Gunakan garan meriodium.
6. Makanlah makanan sumber zat besi.
7. Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur empat bulan.
8. Biasakan makan pagi atau sarapan.
9. Minumlah air bersih, aman dan cukup jumlahnya.
10. Lakukan kegiatan fisik dan olah raga secara teratur.
11. Hindari minum-minuman beralkohol.
12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.
13. Bacalah laber pada makanan yang dikemas.

c. Pedoman Gizi Seimbang

Pedoman gizi seimbang adalah upaya perbaikan pada kekurangan yang terdapat
pada program pedoman umum gizi seimbang, pedoman gizi seimbang melakukan
work shop pada tahun 2014, yang mana pada acara tersebut pihak mentri kesehatan
meminta pendapat dari berbagai pihak. Pedoman Gizi Seimbang baru ini sebagai
penyempurnaan pedoman-pedoman yang lama, bila diibaratkan rumah maka ada 4
(empat) pilar prinsip yang harus dipenuhi agar rumah tersebut dapat berdiri, yaitu 1).
Mengonsumsi makanan beragam, tidak ada satupun jenis makanan yang
mengandung semua jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk menjamin
pertumbuhan dan mempertahankan kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu (ASI) untuk
bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan; 2). Membiasakan perilaku hidup bersih,
perilaku hidup bersih sangat terkait dengan prinsip Gizi Seimbang; 3) Melakukan
aktivitas fisik, untuk menyeimbangkan antara pengeluaran energi dan pemasukan zat
gizi kedalam tubuh; 4) Mempertahankan dan memantau Berat Badan (BB) dalam
batas normal. Memantauan BB normal merupakan hal yang harus menjadi bagian
dari ‘Pola Hidup’ dengan ‘Gizi Seimbang’, sehingga dapat mencegah penyimpangan
BB dari BB normal, dan apabila terjadi penyimpangan maka dapat segera dilakukan
langkah-langkah pencegahan dan penanganannya.
Pesan-pesan PGS (pedoman gizi seimbang) :
1. Syukuri dan nikmati anekaragam makanan;
2. Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan;
3. Biasakan mengonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi;
4. Biasakan mengonsumsi anekaragam makanan pokok;
5. Batasi konsumsi pangan manis, asin dan berlemak;
6. Biasakan Sarapan;
7. Biasakan minum air putih yang cukup dan aman;
8. Biasakan membaca label pada kemasan pangan;
9. Cuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir;
10. Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan normal

d. Daftar Bahan Makanan Penukar

Dalam penyusunan menu makanan sehari-hari sering dari kita bingung berapa
banyak porsi yang dibutuhkan, oleh sebab itu untuk memudahkan penyusunan menu
yang bervariasi dan bergizi disusun Daftar Bahan Makanan Penukar yang fungsinya
mengelompokkan bahan makanan berdasarkan peranannya dalam pola menu simbang
dan zat gizi utama yang dikandungnya. Daftar Bahan Makanan Penukar pertama di
Indonesia disusun pada tahun 1972 oleh Persatuan Ahli Gizi Indonesia dan Bagian
Gizi Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo yang terutama ditujukan untuk
menyusun diet pada penyakit diabetes mellitus. Pada tahun 1996 Direktoran gizi
mengeluarkan Daftar Padanan Bahan Makanan yang prinsipnya sama sengan Daftar
Penukar Bahan Makanan.
Daftar Bahan Makanan Penukar didalam buku ini dapat digunakan secara umum
dalam sehat dan sakit. Bahan makanan dibagi dalam selapan golongan sebagai
berikut :
I. Bahan makanan sumber karbohidrat.
II. Bahan makanan sumber protein hewani.
III. Bahan makanan sumber protein nabati.
IV. Sayuran.
V. Buah-buahan.
VI. Susu.
VII. Minyak.
VIII. Gula
Untuk tiap golongan bahan makanan disusun daftar bahan makanan dalam jumlah
yang zat gizinya setara atau ekivalen salam energy, karbohidrat, lemak, dan protein
(diperoleh dari kandungan rata-rata kandungan energy, karbohidrat, lemak, dan
protein bahan makanan dalam tiap golongan). Bahan makanan dalam jumlah tersebut
dapat saling menukarkan. Pada table dibawah ini memuat bahan makan tiap golongan
yang digunakan sebagai acuan, ukuran standar (dalam ukuran rumah tangga dan
gram) dan nilai energy, karbohidrat, lemak, dan protein.
Golongan Ukuran
Utr (1) Gram Energy Krbhdrat g Lemak g Protain g
kkal
I. golongan ¼ gelas 100 175 40 - 4
karbohidrat
(nasi)
II. sumber 1 50 95 - 6 10
protei hewani potong
(daging sapi)
III. sumber 2 50 80 8 3 6
protein nabati potong
(tempe)
IV. sayuran 1 gelas 100 50 10 - 3
(sayuran
campur)
V. buah- 1 100 49 10 - -
buahan potong
(pepaya)
VI. susu (susu 1 gelas 200 130 9 7 7
sapi segar)
VII. minyak ½ 5 45 - 5 -
(minyak sendok
goreng) makan
VIII.Gula 1 10 40 10 - -
(gula pasir) sendok
makan

e. Keluarga Sadar Gizi


sejak tahun 1980 Indonesia telah menunjukan perbaikan gizi meskipun dengan
kecepatan penurunan prevalensi kurang gizi yang lambat. Pada tahun 2005
diperkirakan lebih dari 200 juta (> 50%) penduduk Indonesia yang mesih menderita
berbagai jenis kekurangan gizi. Demikian pula halnya dengan masalah gizi Kurang
Energy Protein (KEP) pada anak balita dimana 5 tahun terakhir sejak tahun 1999
sampai 2004 tidak mengalami perubahan, prevalensi kurang gizi lainnya seperti Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR), anak balita pendek (Stunted), gizi kurang
(Underweight), anemia, dan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium masih tinggi.
Masalah gizi di Indonesia menjadi semakin kompleks dengan meningkatnya masalah
kegemukan pada anak-anak dan meningkatnya insideh penyakit kardio vaskuler
(PKV) pada orang dewasa yang berkaitan dengan masalah gizi lebih. Factor-faktor
yang terkait dengan masalah kurang gizi adalah factor ekonomi sosial
(ketidakcukupan pangan, adanya penyakit infeksi, adanya praktik pengasuhan dan
perawatan anak yang kurang baik), kemiskinan, praktik pemberian makanan pada
anak, dan morbiditas anak balita.
Salah satu paradigm pembangunan bidang kesehatan adalah meningkatkan
pemberdayaan masyarakat dalam upaya kesehatan. Disis lain paradigm upaya
perbaikan gizi masyarakat kedepan akan ditujukan untuk menciptakan keluarga sadar
gizi (KADARZI) sebagai jembatan antara untuk meningkatkan keadaan gizi
masyarakat. Pemanfaatan gizi dalam upaya perbaikan gizi masyarakat masih lebih
bersifat dengan pemberian dengan pemberian intervensi (PMT, MP-ASI, pil besi,
kapsul vitamin A dsb) kepada sasaran. Pada umumnya setiap intervensi yang
dilakukan masih belum menyertakan pendidikan atau penyuluhan gizi. Sebagai
konsekuansinya, pemahaman masyarakat tentang pentingnya gizi bagi kesehatan
masih rendah dan berakibat lebih lanjut pada sulitnya mempertahankan upaya
perbaikan gizi yang berkelanjutan (sustainable). Dalam hal ini masyarakat akan
sangat tergantung pada keberadaan program gizi untuk memperoleh zat gizi yang
diperlukan, kemandirian masyarakat kurang untuk berusaha memperoleh zat gizi
yang diperlukan.
Masalah gizi bukanlah masalah yang pemecahannya sederhana, akan tetapi sangat
kompleks mengikuti yang mengakibatkannya juga kompleks. Upaya KADARZI
merupakan tujuan antara (intermediet goal). Hal ini berarti bahwa untuk
meningkatkan keadaan gizi masyarakat, setiap upaya perbaikan gizi harus didukung
dengan pendidikan atau penyuluhan gizi agar pengetahuan dan pemahaman keluarga
tentang pentingnya gizi baik untuk hidup sehat meningkat. Diharapkan dengan
meningkatnya pengetahuan keluarga tentang gizi dan kesehatan, tercipta pula
keluarga yang mandiri dalam memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan bagi seluruh
anggota keluarga. Dengan demikian dalam memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan,
keluarga tidak bergantung pada keberadaan kegiatan program gizi. Dalam konsep
KADARZI, yang dimaksud dengan keluarga sadar gizi adalah keluarga yang mampu
mengenali masalah gizi dan kesehatan anggota keluarganya serta mampu mengatasi
atau mengupayakan bantuan untuk mengatasinya. Untuk menunjang pencapaian
KADARZI, perlu dilakukan reorientasi upaya perbaikan gizi yang telah ada dengan
meningkatkan koordinasi dengan berbagai sector terkait dan melibatkan masyarakat
dalam proses pengkajian masalah, perencanaan program dan pemantauan evaluasi
upaya program perbaikan gizi masyarakat. Dalam bukunya, Soekirman dkk
MENUNJUK PENTINGNYA strategi pengembangan/peningkatan upaya pendidikan
gizi bagi seluruh lapisan masyarakat dengan menggunakan teknologi komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE) yang tepat dalam upaya mencapai KADARZI sebagai
tujuan antara dalam meningkatkan keadaan gizi masyarakat. Dalam hal ini
penggalianpenggalian nilai-nilai sosial-budaya dalam masyarakat yang sangat
bervariasi perlu ditingkatkan sehingga pesan-pesan pendidikan/penyuluhan gizi tidak
mengalami benturan atau hambatan dalam penyampaiannya. Dengan paradigma
upaya perbaikan gizi yang mengarah pada KADARZI, maka perlu didukung oleh
kegiatan-kegiatan penelitian dan pengembangan di bidang gizi ke arah tersebut. Oleh
karena itu, peran Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan ke depan dalam
penggalian faktor-faktor sosial-budaya masyarakat yang sangat beragam bagi
perumusan strategi pendidikan gizi untuk masyarakat menjadi sangat penting.
f. Strategi dan Upaya Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan
Iodium
GAKY atau gangguan akibat kekurangan iodium adalah gejala akibat kekurangan
gizi yaitu iodum, iodium adalah salah satu zat gizi esensial yang diperlukan dalam
jumlah kecil yang juga disebut sebagai mikromineral jenis mineal, biasanya
masyarakat yang menunjukan gejala GAKY adalah masyarakat yang tinggal di
daerah pegununyak karena jauh dari laut, iodium banyak terdapat pada daerah yang
dekat dengan pantai sehingga masyarakat yang bermukim disekitar pantai dapat
dipastikan kecukupan akan iodium terpenuhi. Akibat dari kekurangan iodium adalah
gondok, kretisisme, pembesaran kelenjar tiroid, hambatan mental dan pertumbuhan
pada anak, dan gemuk pada orang dewasa. Gangguan akibat kelebihan iodium juga
dapat ditemukan, biasanya terjadi akibat mengkonsumsi suplemen iodium dalam
dosis tinggi, gejalanya adalah pembesaran kelenjar tiroid seperti halnya kekurangan
iodium, dalam keadaan berat hal ini dapat menutupi jalan pernapasan sehingga
menimbulkan sesak napas.
Maka dari itu pemerintah mengupayakan berbagai strategi dalam menangani
permasalahan kekurangan iodium. Menurut beberapa literatur, termasuk diantaranya
modul Peningkatan Konsumsi Garam Beryodium Direktorat Bina Gizi Masyarakat
Depkes RI 2004, di Indonesia terdapat beberapa strategi (baik jangka pendek maupun
jangka panjang) sebagai upaya penanggulangan Dampak Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY) sebagai berikut :
Strategi jangka panjang, antara lain dengan melakukan tiga kegiatan berikut :
1. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), merupakan sebuah strategi
pemberdayakan masyarakat dan komponen terkait agar mempunyai visi dan
misi yang sama untuk menanggulangi GAKY melalui kegiatan
pemasyarakatan informasi, advokasi, pendidikan/penyuluhan tentang ancaman
GAKY bagi kualitas sumberdaya manusia. Juga terkait pentingnya
mengkonsumsi garam beryodium, law enforcement dan social enforcement,
hak memperoleh kapsul beryodium bagi daerah endemic dan
penganekaragaman konsumsi pangan.
2. Surveillans, merupakan kegiatan pemantauan yang dilakukan secara
berkesinambungan terhadap beberapa indicator untuk dapat melakukan
deteksi dini adanya masalah yang mungkin timbul agar dapat dilakukan
tindakan/intervensi sehingga keadaan lebih buruk dapat dicegah. Kegunaan
survey lansya itu mengetahui luas dan beratnya masalah pada situasi terakhir,
mengetahui daerah yang harus mendapat prioritas, memperkirakan kebutuhan
sumberdaya yang diperlukan untuk intervensi, mengetahui sasaran yang
paling tepat dan mengevaluasi keberhasilan program.
3. Iodisasi garam, merupakan kegiatan fortifikasi garam dengan Kalium Iodat
(KOI3). Tujuan kegiatan ini agar semua garam yodium yang dikonsumsi
masyarakat mengandung yodium minimal 30 ppm. Target program ini 90%
masyarakat mengkonsumsi garam beryodium yang cukup (30 ppm).
Sedangkan strategi jangka pendek sebagai upayap enanggulangan GAKY yaitu
dengan melakukan kegiatan distribusi kapsul minyak beryodium. Program yang
sudah mulai dilaksanakan sejak tahun 1992 ini dilakukan untuk mempercepat
perbaikan status yodium masyarakat bagi daerah endemik sedang dan berat pada
kelompok rawan. Kapsul minyak beryodium 200mg diberikan pada Wanita Usia
Subur (WUS) sebanya 2 kapsul/tahun, sedangkan untuk ibu hamil, ibu menyusui dan
anak SD kelas 1-6 sebanyak 1 kapsul/tahun.

g. Posyandu Sebagai Saran Peran Serta Masyarakat dalam Usaha


Peningkatan Kesehatan Masyarakat

Pengertian posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam


pelayanan kesehatan masyarakat dari keluarga berencana dari masyarakat, oleh
mesyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan
teknis dari petigas kesehatan dan keluarga. Berencana yang mempunyai nilai strategis
intuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Yang dimaksud dengan nilai
strategis untuk pengembangan pengembangan sumber daya manusia sejak dini yaitu
dalam peningkatan mutu manusia masa yang akan dating dan akibat dari proses
pertumbuhan dan perkembangan manusia ada tiga intervensi yaitu :
a. Pembinaan kelangsungan hidup anak (Child Survival) yang ditujukan untuk
menjaga kelangsungan hidup anak sejak janin dalam kandungan sampai usia
balita.
b. Pembinaan perkembangan anak (child development) yang ditujukan untuk
membina tumbuh kembang anak secara sempurna, baik fisik maupun mental
sehingga siap menjadi tenaga kerja tangguh.
c. Pembinaan kemampuan kerja (Employment) yang dimaksud untuk
memberikan kesempatan berkarya dan berkreasi dalam pembangunan bangsa
dan Negara.
Isi dari Inmendagri No. 9 tahun 1990 berisi berbagai petunjuk yaitu (1) Dalam
rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia sebagai potensi pembangunan
bangsa agar dapat membangun dan menolong dirinya sendiri, merupakan tanggung
jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat, maka posyandu cukup strategis
dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia sejak dini perlu ditingkatkan
pembunaannya. (2) untuk meningkatkan pembinaan posyandu sebagai pelayanan KB-
kesehatan yang dikelola untuk dan oleh masyarakat dan dukungan pelayanan teknis
dari petugas perlu ditumbuh kembangkan perlu serta aktif mesyarakat dalam wadah
LKMD. (3) meningkatkan mutu pengelolaan posyandu, perlu dimantapkan koordinasi
dan keterpaduan pembinaan disemua tingkatan pemerintahan. Petunjuk tersebiu dapat
kita artikan betapa pentingnya keberadaan posyandu ditengah-tengah masyarakat
yang merupakan pusak kesehatan masyarakat, dimana masyarakat sebagai pelaksana
sekaligus memperoleh pelayanan kesehatan serta keluarga berencana. Dasar
pelaksanaan posyandu adalah bedasarkan surat keputusan bersama :
Mendagri/menkes/BKKBN. Masing-masing No.23 tahun 1985.
21/Men.Kes/Inst.B./IV 1985, 112/HK-011/ A/1985 tentang penyelenggaraan
posyandu yaitu :
1. Mengerjakan kerja sama lintas sektoral untuk menyelenggarakan posyandu
dalam lingkup LMDK dan PKK
2. Mengembangkan peran serta masyarakat dalam meningkatkan fungsi
posyandu serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam program-program
pembangunan masyarakat desa.
3. Meningkatkan fungsi dan peran LMDK PKK dan mengutamakan peranan
kader pembangunan.
4. Melaksanakan pembentukan posyandu di wilayah atau di daerah masing-
masing dari melaksanakan pelayanan paripurna sesuai petunjuk Depkes dan
BKKBN \.
5. Undang-undang no.23 tahun 1992 pasal 66, dana sehat sebagai cara
penyelenggaraan dan pengelolaan pemeliharaan kesehatan secara peripurna.
Tujuan penyelenggaraan posyandu adalah :
1. Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (ibu hamil,
melahirkan dan nifas).
2. Membudayakan NKKBS.
3. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang
menunjang untuk tecapainya masyarakat sehat sejahtera.
4. Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan
Ketahanan Keluarga dan Geakan Ekonomi Keluarga Sejahtera.

h. Millennium Development Goals-MDGs

Deklarasi millennium yang merupakan kesepakatan para Kepala Negara dan


perwakilan dari 189 negara dalam siding Persatuan Bangsa-Bangsa di New York
pada bulan September 2000 menegaskan kepedulian utama masyarakat dunia untuk
bersinergi dalam mencapai Tujuan Pembangunan Melenium (Millennium
Development Goals-MGDs) pada tahun 2015. Tujuan MDGs menempatkan manusia
sebagai focus utama pembangunan yang mencakup semua komponen kegiatan yang
tujuan akhirnya ialah kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Indonesia telah
mengharusutamakan MDGs dalam pembangunan sejak tahap perencanaan dan
penganggaran sampai pelaksanaannnya sebagaimana dinyatakan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2004-2009 dan 2010-2014, serta Rencana Kerja Tahunan berikut
dokumen anggarannya. Berlandaskan strategi pro-growth, pro-job, pro-poor dan pro-
invironment, alokasi dana dalam anggaran pusat dan daerah untuk mendukung
pencapaian berbagai sasaran MGDs terus meningkat setiap tahunnya. Kemitraan
produktif dengan masyarakat madani dan sector swasta berkontribusi terhadap
percepatan pencapaian MGDs.
Komitmen Indonesia untuk mencapai MDGs mencerminkan komitmen Indonesia
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dan memberikan kontribusi kepada
peningkatan kesejahteraan masyarakat dunia. Karena itu. MDGs merupakan acuan
penting dalam penyususnan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasianal. Dalam
lima tahun terakhir, di tengah kondisi Negara yang belum sepenuhnya pulih dari
krisis ekonomi tahun 1997/1998, Indonesia menghadapi tantangan global yang tidak
ringan. Gejolak harga minyak dan harga pangan serta perubahan iklim grobal serta
terjadinya krisis keuangan global 2007/2008 mewarnai dinamika pembangunan
Indonesia. Tingkat pertumbuhan ekonomi menurun sekitar 4-5 pesen, dibandingkan
dengan pertumbuhan sebelim krisis yang sebesar 5-6 persen. Dalam lingkungan
global yang kurang menguntungkan tersebut Indonesia secara bertahap terus
melakukan penataan dan pembangunan disegala bidang sebagai suatu wujud
komitmen Indonesia untuk bersama-sama dengan masyarakat dunia mencapai Tujuan
Pembangunan Milenium.
Capaian sasaran MGDs. sampai tahun 2010, Indonesia telah mencapai berbagai
sasaran dan tujuan pembangunan millennium yang dikelompokkan dalam tiga
kategori yaitu : (1) sasaran yang telah dicapai, (2) sasaran yang menunjukan
kemajuan signifikan dan diharapkan dapat tercapai pada tahun 2015 (on-track), (3)
sasaran yang masih memerlukan upaya keras untuk pencapaiannya.
Langkah-langkah untuk memepercepat upaya pencapaian MDGs selama lima
tahun (2010-2015) sebagaimana yang telah diamanatkan oleh Inpres Nomor 3 tahun
2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan, meliputi :
1. Pemerintah menyusun Peta Jalan Percepatan Pencapaian MDGs yang akan
digunakan sebagai acuan seluruh pemangku kepentingan melaksanakan
percepatan pencapaian MDGs diseluruh Indonesia.
2. Pemerintah provinsi menyiapkan “Rencana Aksi Daerah Percepatan
Pencapaian MDGs” yang digunakan sebagai dasar bagi perencanaan,
peningkatan koordinasi upaya-upaya untuk mengurangi kemiskinan dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
3. Alokasi dana pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten akan terus
ditingkatkan untuk mendukung intensifikasi dan perluasan program-program
pencapaian MDGs. Akan dirumuskan mekanisme pendanaan untuk
memberikan intensif pada pemerintah daerah yang berkinerja baik dalam
pencapaian MDGs.
4. Dukungan untuk perluasan pelayanan social di daerah tertinggal dan daerah
terpencil akan ditingkatkan.
5. Kemitraan Pemerintah Swasta (KPS atau publick private partnership/PPP) di
sector social, khususnya pendidikan dan kesehatan akan dikembangkan untuk
meningkatkan sumber pembiayaan dalam mendukung upaya pencapaian
MDGs.
6. Mekanisme untuk perluasan inisiatif CSR (Corporate Social Responsibility)
akan diperkuat dalam rangka mendukung pencapaian MDGs.
7. Meningkatkan kerjasama pembangunan terkait konversi utang (debt swap)
untuk pencapaian MDGs dengan Negara-negara kreditor.
Ringkasan Status Pencapaian MDGs di Indonesia

MDGs 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan

Tingkat kemiskinan diukur oleh indicator USD 1,00 per kapita perhari dan
tingkat kemiskinan diukur oleh garis kemiskinan nasional. Dari berbagai data yang
masuk dapat disimpulkan Indonesia diperkirakan dapat mencapai target MDGs
sebesar 15.5 persen pada tahun 2015. Prioritas kedepan untuk menurunkan
kemiskinan dan kelaparan adalah dengan memperluas kesempatan kerja,
meningkatkan infrastruktur pendukung dan memperkuat sector pertanian. Perhatian
khusus perlu diberikan pada : (i) perluasan fasilitas kredit untuk usaha mikro, kecil
dan menengah (UMKM); (ii) pemberdayaan masyarakat miskin dengan
meningkatkan akses dan penggunaan sumber daya untuk meningkatkan
kesejahteraan; (iii) peningkatan akses penduduk miskin terhadap pelayanan social dan
(iv) perbaiakn penyediaan proteksi social bagi kelompok termiskin di antara yang
miskin.

MDGs 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua

Upaya Indonesia untuk mencapai MDGs tenyang pendidikan dasar dan melek
huruf sudah menuju pada pencapaian target 2015 (on-track). Bahkan Indonesia
menetapkan pendidikan dasar melebihi target MDGs dengan menambahkan sekolah
menengah pertama sebagai sasaran pendidikan universal. Tantangan utama dalam
percepatan pencapaian sasaran MDGs pendidikan adalah meningkatkan pemerataan
akses secara adil bagi semua anak, baik laki-laki maupun perempuan, untuk
mendapatkan nilai pendidikan dasar yang berkualitas disemua daerah. Berbagai
kebijakan dan program pemerintah untuk menjawab tantangan tersebut adalah : (i)
perluasan akses yang merata pada pendidikan dasar khususnya bagi masyarakat
miskin; (ii) peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan; (iii) penguatan tatakelola
dan akuntabilitas pelayanan pendidikan. Kebijakan alikasi dana pemerintah bagi
sector pendidikan minimal sebesar 20 persen dari jumlah anggaran nasional akan
diteruskan untuk mengakselerasi pencapaian pendidikan dasar universal pada tahun
2015.

MDGs 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

Indinesia sudah secara efektif menuju (on-track) pencapaian kesetaraan


gender yang terkait dengan pendidikan pada tahun 2015. Prioritas kedepan dalam
mewujudkan kesetaraan gender meliputi: (i) peningkatan kualitas hidup dan peran
perempuan dalam pembangunan; (ii) perlindungan perempuan terhadap berbagai
tindak kekerasan; (iii) peningkatan kapasitas kelembagaan PUG dan pemberdayaan
perempuan.

MDGs 4. Menurunkan Angka Kematian Anak

Angka kematian bayi menunjukan penurunan sejak 1991 hingga 2007, namun
masih terjadi disparitas regional pada pencapaian target, yang mencerminkan adanya
perbedaan akses atas pelayanan kesehatan, terutama didaerah miskin dan terpemcil.
Prioritas kedepan adalah memperkuat system kesehatan dan meningkatkan akses pada
pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin dan daerah terpencil.

MDGs 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu

Upaya menurunkan angka kematian ibu didukung pula dengan meningkatkan


angka pemakaian kontrasepsi dan menurunkan unmet need yang dilakuakan melalui
peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi. Kedepan,
upaya peningkatan kesehatan ibu diprioritaskan peda perluasan pelayanan kesehatan
berkualitas, pelayanan obstetik yang komprehensif, peningkatan pelayanan keluarga
berencana dan penyebarluasan komunikasi, informasi dan edukasi pada masyarakat.

MDGs 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya

Pendekatan untuk pengendalian penyakit ini terutama diarahkan pada upaya


pencegahan dan pengarusutamakan kedalam system pelayanan kesehatan nasional.
Selain itu, penegndalian penyakit harus melibatkan semua pemangku kepentingan
dan memperkuat kegiatan promosi kesehatan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat.

MDGs 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup

Upaya untukmengakselerasi pencapaian target air minur dan sanitasi yang


layak terus dilakukan melalui investarsi penyediaan air minum dan sanitasi,
penyediaan air minum dan sanitasi dilakukan melalui upaya pemberdayaan
masyarakat agar memiliki tanggung jawab dalam pengelolaan infrastruktur dan
pembangunan sarana. Disamping itu, perlu dilakukan upaya untuk memperjelas peran
dan tanggung jawab pemerintah daerah dalam pengelolaan sumber daya air dan
pengelolaan system air minum dan sanitasi yang layak. Proporsi rumah tangga kumuh
perkotaan menurun pada tahun 2009. Upaya untuk penurunan proporsi rumah tangga
kumuh dilakukan melalui penanganan pemukiman kumuh.

MDGs 8. Membangun Kemitraan Global untuk Pembangunan

Indonesia merupakan partisipan aktif dalam berbagai forum internasional dan


mempunyai komitmen untuk terus mengembangkan kemitraan yang bermanfaat
dengan berbagai organisasi multilateral, mitra bilateral dan sektor swasta untuk
mencapai pola pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada penurunan tingkat
kemiskinan (pro-poor).

i. Jampersal

Jampersal adalah jaminan pembiayaan yang digunakan untuk meningkatkan akses


masyarakat terhadap pelayanan kesehatan kehamilan, pertolongan persalinan,
pelayanan kesehatan nifas termasuk KB pascapersalinan dan pelayanan bayi baru
lahir, diluncurkan pada tahun 2011 dan saat ini Jampersal telah dilaksanakan di
seluruh kabupaten/kota di seluruh Tanah Air.

Latar belakang pelaksanaan Jampersal ini pastinya berkaitan dengan Millenium


Development Goals (MDGs) dimana pada tahun 2015 setiap negara di dunia waji
memenuhi kriteria sebagaimana terlihat seperti dalam gambar dibawah ini.
Pemerintah memandang perlu peningkatan yang drastis untuk perbaikan keadaan
capaian MDGs yang ke-4 dan ke-5, yaitu Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak.
Sebagaimana diketahui bahwa Angka Kematian Ibu di Indonesia adalah 228 dari
100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi di Indonesia adalah 34 dari 1000
kelahiran hidup (SDKI, 2007). Selain itu ditengarai bahwa 90% kematian ibu terjadi
karena proses persalinan (SKRT, 2001). Sedangkan pemerintah telah menetapkan
bahwa untuk MDGs tahun 2015 nanti, target yang ingin dicapai adalah Angka
Kematian Ibu hanya 102 dari 100.000 kelahiran hidup atau lebih dari 100%
peningkatannya dari kondisi yang terjadi saat ini. Dan, pemerintah melalui hasil rapat
kerja di Tampak Siring mengidentifikasi bahwa salah satu penyebab dari tingginya
AKI di Indonesia adalah karena tidak terjangkaunya biaya persalinan. Maka
digulirkanlah program Jampersal ini. Adapun syarat-syarat standar dalam pelayanan
Jampersal adalah Fotokopi KTP yang masih berlaku, Jika tidak memiliki KTP,
lampirkan surat domisili dari RT dan RW. Kemudian akan diurus oleh petugas di
Puskesmas tempat anda mendaftar. Peserta Jampersal juga diwajibkan bawa Surat
rujukan dari puskesmas atau surat asli rujukan dari bidan yang bekerja sama dengan
Dinas Kesehatan (Dinkes) jika ingin menggunakan Jampersal di Rumah Sakit yang
bekerjasama dengan program Jampersal.

Namun pemerintah lupa bahwa keberadaan program Jampersal ini bisa


berdampak negatif terhadap populasi di Indonesia. Karena ada sebahagian
masyarakat yang memiliki persepsi bahwa dengan adanya Jampersal ini, pemerintah
mempersilakan setiap penduduk Indonesia untuk tidak usah risau kalau ingin
menambah jumlah anak dalam keluarga karena setiap anak yang lahir, berapapun
jumlahnya dalam keluarga, akan serta merta ditanggung biayanya oleh pemerintah
sejak sebelum persalinan, selama persalinan bahkan selepas persalinan.

Kondisi ini tentu saja akan berdampak semakin meningkatnya jumlah penduduk di
Indonesia dan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia tentu saja akan semakin
meningkatkan beban pemerintah untuk mensejahterakan kehidupan mereka. Jadi,
apakah pemerintah sudah memikirkan konsekuensi tersebut? Mari kita lihat dan kita
cermati bersama.

j. Jamkesmas

Jamkesmas ( akronim dari Jaminan Kesehatan Masyarakat ) adalah sebuah


program jaminan kesehatan untuk warga Indonesia yang memberikan perlindungan
sosial dibidang kesehatan untuk menjamin masyarakat miskin dan tidak mampu yang
iurannya dibayar oleh pemerintah agar kebutuhan dasar kesehatannya yang layak
dapat terpenuhi.Program ini dijalankan oleh Departemen Kesehatan sejak 2008.
Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) diselenggarakan berdasarkan
konsepasuransi sosial. Program ini diselenggarakan secara nasional dengan tujuan
untuk :
1) Mewujudkan portabilitas pelayanan sehingga pelayanan rujukan tertinggi yang
disediakan Jamkesmas dapat diakses oleh seluruh peserta dari berbagai wilayah;

2) Agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang
menyeluruh bagi masyarakat miskin

Pada tahun 2009 program ini mendanai biaya kesehatan untuk 76,4 juta penduduk,
jumlah ini termasuk sekitar 2,650 juta anak terlantar, penghuni panti
jompo, tunawismadan penduduk yang tidak memiliki kartu tanda penduduk

Data Jamkesmas

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Jumlah Penduduk
36,14 60 76,4 76,4 76,4. 76,4
sasaran (juta)

Anggaran ( Rp
2,23 2,6 3,526(2,8) 4,7(3,6) 3,6 5,1
Triliun )

Peserta yang dijamin dalam program Jamkesmas tersebut meliputi :

A. Masyarakat miskin dan tidak mampu yang telah ditetapkan dengan keputusan
Bupati/Walikota mengacu pada:

1) Data masyarakat miskin sesuai dengan data BPS 2008 dari Pendataan Program
Perlindungan Sosial (PPLS) yang telah lengkap
dengan nama dan alamat yang jelas (by name by address).
2) Sisa kuota: total kuota dikurangi data BPS 2008 untuk kabupaten/kota setempat
yang ditetapkan sendiri oleh kabupaten/kota setempat lengkap dengan nama dan
alamat (by name by address) yang jelas.

b. Gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar, masyarakat miskin yang tidak
memiliki identitas. c. Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) yang tidak memiliki
kartu Jamkesmas. d. Masyarakat miskin yang ditetapkan berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1185/Menkes/SK/XII/2009 tentang Peningkatan
Kepesertaan Jamkesmas bagi Panti Sosial, Penghuni Lembaga Pemasyarakatan dan
Rumah Tahanan Negara serta Korban Bencana Pasca Tanggap Darurat. Tata laksana
pelayanan diatur dengan petunjuk teknis (juknis) tersendiri sebagaimana tertuang
dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1259/Menkes/SK/XII/2009 tentang
Petunjuk Teknis Pelayanan Jamkesmas Bagi Masyarakat Miskin Akibat Bencana,
Masyarakat Miskin Penghuni Panti Sosial, dan Masyarakat Miskin Penghuni
Lembaga Pemasyarakatan serta Rumah Tahanan Negara e. Ibu hamil dan melahirkan
serta bayi yang dilahirkan (sampai umur 28 hari) yang tidak memiliki jaminan
kesehatan f. Penderita Thalassaemia Mayor yang sudah terdaftar pada Yayasan
Thalassaemia Indonesia (YTI) atau yang belum terdaftar namun telah mendapat surat
keterangan Direktur RS sebagaimana diatur dalam Petunjuk Teknis Jaminan
Pelayanan Pengobatan Thalassaemia

Fasilitas Kesehatan/Pemberi Pelayanan Kesehatan yang telah memberi pelayanan


kesehatan kepada peserta Jamkesmas membuat pertanggungjawaban Dana pelayanan
kesehatan dengan menggunakan Software INA-CBG’s dan selanjutnya diverifikasi
oleh Verifikator Independen Jamkesmas

k. Jamkesda
Jamkesda adalah program jaminan bantuan pembayaran biaya pelayanan
kesehatan yang diberikan Pemerintah Daerah Kabupaten kepada masyarakat
Kabupaten Sasaran Program Jamkesda adalah seluruh masyarakat Kabupaten
tertentu yang belum memiliki jaminan kesehatan berupa Jamkesmas, ASKES dan
asuransi kesehatan lainnya. Adapun jaminan pembiayaannya meliputi :

1. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dilakukan pada Puskesmas dan
jaringannya.
2. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL) pada RSUD.
3. Pelayanan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP) dilaksanakan pada Puskesmas
rawat inap dan pelayanan rawat inap kelas III RSUD daerah dan Rumah Sakit
luar daerah yang telah menjalin kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten
4. Pelayanan penderita gangguan jiwa

Jenis-jenis pelayanan kesehatan yang ditanggung Program Jamkesda antara lain


berupa :

a. Pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya, meliputi :

 Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP)


 Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP)
 Pelayanan gawat darurat

b. Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, meliputi :

 Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL)


 Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL)
 Pelayanan gawat darurat
 Cuci darah ditanggung sebanyak 6 (enam) kali
 Kemotherapi
Pelayanan obat di Rumah Sakit dan Puskesmas beserta jaringannya menggunakan
obat generik. Apabila terjadi pemberian resep diluar obat generik maka menjadi
tanggung jawab Pemberi Pelayanan Kesehatan. Penggunaan obat diluar jenis obat
generik masih dapat dimungkinkan sepanjang sesuai dengan indikasi medis
berdasarkan protokol terapi yang diusulkan ole Komite Medik dan disetujui Direktur
Rumah Sakit atau Pejabat lain yang berwenang. Jenis-jenis pelayanan kesehatan yang
tidak ditanggung Program Jamkesda, antara lain :

 Pembuatan kacamata
 Alat bantu dengar
 Alat bantu gerak (kursi roda, tongkat penyangga, korset)
 Pelayanan penunjang diagnostik canggih
 General check-up
 Sirkumsisi / sunatan
 Bahan, alat dan atau tindakan yang bertujuan untuk kosmetika
 Prosthesis gigi tiruan
 Pengobatan alternatif (akupuntur, pengobatan tradisional)
 Rangkaian pemeriksaan, pengobatan dan tindakan dalam upaya mendapatkan
keturunan termasuk bayi tabung dan pengobatan impotensi
 Cuci darah ke -7 dan seterusnya
 Pemasangan Pin
 Akibat kecelakaan lalulintas
 Akibat Napza/Narkoba
SUMBER :

Almatsier S, 2010, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia, Jakarta

Jahari AB , 2005, Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) dalam Menuju Gizi Baik untuk
Semua, Puslitbang Gizi dan Makanan, DepKes RI.

Setyowati, T., & Lubis, A. (2012). Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan dan Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan (SUSENAS 2001). Buletin Penelitian Kesehatan, 31(4
Des).

Sembiring. N., 2004, Posyandu sebagai Saran Peran serta Masyarakat dalam
Peningkatan Kesehatan Masyarakat, FKM Universitas Sumatra Utara.

Kesehatan, D. (2006). Rencana Strategis Departemen Kesehatan Tahun 2005-2009-


[BUKU].

Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan


Nasional (BAPENAS), 2010, Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan
Milenium Indonesia 2010. ISBN 978-979-3764-64-1

Zalbawi, S. (1996). Tinjauan kepustakaan mengenai peranan dukun bayi di Indonesia.


Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 6(03 Sept).

Wikipedia.com

Anda mungkin juga menyukai