Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

DRUG RELATED PROBLEM (DRPs) DAN


METODE SOAP

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakoterapi Terapan


pada Program Studi Profesi Apoteker

SAFIRA ANNISSA
2601112180054

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS FARMASI
2018
CASE STUDY

Bapak Jefri, berusia 56 tahun datang ke RS untuk kunjungan rutin. Pasien diketahui
menderita NSTEMI (non-ST segment elevation myocardial infarction) dan dilakukan PTCA
(Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty) 2 tahun lalu diikuti dengan pemasangan stent
pada arteri coroner. Dua bulan setelahnya pasien menjalani rehabilitasi jantung. Pasien mengaku
membiasakan diri untuk jalan santai 1 jam setiap hari. Sebelum dilakukan operasi pasien juga
mengaku perokok aktif dan berhenti sejak dilakukan pemasangan stent pada jantungnya.

Hasil pemeriksaan pasien :

Tekanan darah : 150/85 mm/Hg

Denyut jantung : 80 kali/menit

BMI : 24 kg/m2

Kolesterol Total : 220 mg/dL

LDL : 160 mg/dL

HDL : 45 mg/dL

Trigliserida : 170 mg/dL

Pengobatan yang dijalani sekarang antara lain:

Aspirin 100 mg/hari

Klopidogrel 75 mg/hari

Perindopril 4 mg/hari

Simvastatin 20 mg/hari

Pasien juga mengaku sering mengabaikan konsumsi obat-obatan ini dikarenakan kurang
memahami tentang pengobatan yang dijalankan.

2
ANALISIS SOAP

a. Subjektif

 Pasien laki-laki, Jefri, usia 56 tahun

 Tidak ada keluhan

 Dulunya perokok aktif, berhenti sejak 14 tahun lalu.

 Pernah menjalani PT CA dan pemasangan stent pada arteri coroner kiri

 Rutin berolahraga jalan kaki selama 1 jam setiap hari

b. Objektif

a. Tekanan darah : 150/85 mm/Hg

b. Denyut jantung : 80 kali/menit

c. BMI : 24 kg/m2

d. Kolesterol Total : 220 mg/dL

e. LDL : 160 mg/dL

f. HDL : 45 mg/dL

g. Trigliserida : 170 mg/dL

h. Assessment

Hasil lab Nilai normal (Dipiro, Keterangan


2015)
Tekanan darah 162/90 <120/80 mmHg tinggi
mmHg

3
Denyut nadi 76 bpm 60–80 bpm normal

Pemeriksaan Fisik : <18.5 (Underweight) Overweight


BB 95 kg 18.5–24.9 (Normal)
TB 180 cm 25–29.9 (Overweight)
BMI = 29 kg/m2 30–39.9 (Obesity)
≥40 (Extreme obesity)
TG 158 mg/dL <150 mg/dL Borderline high

LDL 99 mg/dL <100 mg/d normal

HDL 40 mg/dL <40 mg/dL (rendah) rendah


≥60 mg/dL (tinggi)
Total kolesterol 171 mg/dL <200 mg/dL normal
HbA1C 7,5% <7% tinggi

 Tekanan darah tinggi, pasien diabetes harus memiliki tekanan darah dibawah 130/80
mmHg (JNC 8, )

 Tekanan darah tidak optimal karena adanya terapi Mucinex D (mengandung


pseudoefedrin), Naproxen (NSAID), dan ketidak patuhan pasien terhadap diet rendah
natrium

 ACEI atau ARB dapat menjadi pilihan terapi hipertensi pada pasien diabetes. Selain itu
CCB juga bisa dipertimbangkan, sesuai dengan guideline penalaksanaan hipertensi
berikut :

4
Gambar 1. Algoritma penatalaksanaan hipertensi (JNC 8, )

Penggunaan beta blocker non selective merupakan pilihan obat yang kurang tepat bagi pasien
COPD

Pasien menderita BPH dan pada Doxazosin, alpha blocker dapat mengontrol gejala BPH dengan
baik. Namun, pusing dan sakit kepala yang dirasakan kemungkinan adalah efek samping dari
doxazosin. Sehingga dapat disarankan bahwa konsumsi Doxazosin lebih baik di malam hari.

a) Plan

 Hentikan penggunaan kombinasi guaifenesin/pseudoefedrin (terlebih jika gejala batuk


berkurang) atau berikan produk yang hanya mengandung guaifenesin jika diperlukan

 Hentikan penggunaan naproxen. Hal ini dikarenakan karena penanganan utama adalah
hipertensi, bukan paliatif. Serta, naproxen memiliki banyak interaksi terhadap obat-obat

5
yang diresepkan. Jika dibutuhkan, pilih alternatif lain (seperti parasetamol) untuk terapi
nyeri

 Hentikan penggunaan carvedilol secara bertahap. Carvedilol merupakan obat


antihipertensi golongan beta blocker non selektif dimana dikhawatirkan dapat memicu
masalah pernafasan terlebih pada pasien COPD.

 Terus awasi tekanan darah, konsentrasi K, fungsi ginjal, glukosa, serta profil lemak

 Teruskan penggunaan HCT 25 mg po qam

 Teruskan penggunaan Doxazosin 2 mg po qhs

 Ubah jadwal dosis menjadi qhs untuk mengurangi kemungkinan doxazosin memicu
pusing dan sakit kepala.

 Tambahkan losartan 25 mg po sehari sekali, naikkan dosis jika diperlukan

 Teruskan penggunaan metformin 500 mg po bid sebagai terapi DM tipe 2.

6
Gambar 2. Penatalaksanaan Terapi DM tipe 2 (ADA, 2018)

7
ANALISIS DRP

a) Indikasi tanpa obat

Pasien menderita hipertensi, DM tipe 2, dan COPD tingkat 2. Dari data hasil
laboratorium, pemeriksaan fisik, serta tanda vital, tidak ditemukan adanya indikasi penyakit
lain

b) Obat tanpa indikasi

Enam jenis obat yang diresepkan yaitu : Hydrochlorothiazide 25mg, Doxazosin 2mg,
Carvedilol 12.5mg, Mucinex D, Naproxen 220mg, Metformin 500 mg diindikasikan sebagai
terapi hipertensi, DM tipe 2, gejala pusing dan batuk. Tidak ditemukan obat tanpa indikasi
dalam kasus ini

c) Ketidaktepatan pemilihan obat

Pada pasien hipertensi yang menderita DM tipe 2, disarankan menggunakan golongan


ACEi/ARB, diuretik, dan atau CCB sesuai dengan guideline JNC edisi kedelapan. Terapi
antihipertensi pada kasus ini, yaitu HCT (Hydrochlorothiazide), Carvedilol, dan Doxazosin.
Adapun carvedilol merupakan antihipertensi golongan beta blocker non selektif yang dapat
memperparah gejala COPD. Oleh karena itu pemilihan carvedilol dalam kasus ini dianggap
kurang tepat. Terapi DM tipe 2 diberikan melalui metformin, sesuai dengan guideline ADA
(American Diabetes Association) (2018) yang merupakan lini pertama dalam penanganan DM
tipe 2. Muccinex D (guaifenesin-pseudoefedrin) diberikan sebagai terapi gejala batuk.
Pseudoefedrin kurang cocok digunakan dalam terapi pada kasus ini dikarenakan kontraindikasi
kepada pasien hipertensi parah.

Naproxen diberikan sebagai terapi gejala pusing dan sakit kepala yang diderita pasien.
Naproxen juga dianggap kurang tepat digunakan karena memiliki banyak interaksi terhadap
obat-obat yang diresepkan. Selain itu, naproxen, yang merupakan NSAID, dapat
meningkatkan resiko CVD dimana akan sangat berbahaya pada pasien resiko tinggi seperti
pasien DM dan Hipertensi (Medsape, 2018).

8
d) Dosis obat kurang dan berlebih

Tidak ditemukan ketidaktepatan dosis

e) Interaksi obat

Tabel 1. Interaksi obat yang terjadi (Medscape)

No. Obat A Obat B Tingkat Interaksi


Naproxen Doxazosin Sedang Naproxen menurunkan efek doxazosin
(Tingkatkan oleh interaksi antagonis
pengawasan) farmakodinamik.
Naproxen Carvedilol Sedang Naproksen meurunkan efek carvedilol
(Tingkatkan dengan reaksi antagonis
pengawasan) farmakodinamik.
Carvedilol dan Naproxen meningkatkan
kadar kalium dalam darah
Doxazosin Carvedilol Sedang Kedua obat ini meningkatkan efek anti-
(Tingkatkan hypertensive channel blocking.

pengawasan)
Carvedilol HCT Sedang Carvedilol meningkatkan kadar kalium
(Tingkatkan darah, sedangkan HCT sebaliknya.
pengawasan)
Naproxen HCT Sedang Naproxen meningkatkan kadar kalium
(Tingkatkan darah, sedangkan HCT sebaliknya.
pengawasan) HCT meningkatkan kadar naproxen oleh
reaksi kompetitif anionic pada ginjal.
Minor
HCT Metformin Minor HCT meningkatkan kadar metformin
oleh reaksi kationik kompetitif pada
ginjal

9
HCT menurunkan efek metformin oleh
reaksi farmakodinamik antagonis. Dosis
tiazid yang lebih besar dari 50 mg/hari
dapat meningkatkan kadar gula darah

f) Efek samping obat

No. Obat Efek samping (Medscape dan MIMS)


1. HCT Keseimbangan elektrolit terganggu, lemas,
hipotensi, diare, mual, konstipasi, demam,
glikosuria, hiperurisemia, dan lain lain
(Jarang terjadi)
2. Metformin Anoreksia, mual, muntah, daire, nyeri
abdominal, hepatitis. (Jarang terjadi)

Efek samping fatal : Asidosis laktat (jarang


terjadi)
3. Doxazosin Pusing, sakit kepala, Lelah, Hipotensi,
palpitasi, otot lemah, nyeri abdominal, dan
lain-lain
4. carvedilol Pusing, lemas, peningakatan berat badan,
hiperglikemia, bradikardia, sakit kepala,
diare, mual, batuk dan lain-lain
5. naproxen Nyeri abdominal, pusing, palpitasi,
takikardia, konstipasi, mual, sakit kepala,
vertigo, dan lain-lain
6. guaifenesin/pseudoephedrine Sakit kepala, aritmia, konvulsi, flu, mual
muntah (Jarang terjadi)

10
g) Kegagalan terapi

Belum ditemukan kegagalan terapi. Namun, disarankan untuk memantau secara ketat
terhadap target terapi, gejala-gejala lain yang timbul sebelumnya, serta efek samping obat.
Jika target terapi tidak tercapai, dapat mengacu kembali terhadap guideline JNC 8 dan ADA
2018 untuk penanganan hipertensi dan DM tipe 2.

11
DAFTAR PUSTAKA

Adusumilli, P. K., & Adepu, R. (2014). Drug related problems: an over view of various
classification systems. Asian J Pharm Clin Res, 7(4), 7-10.
American Diabetes Association. 2018. Standards Of Medical Care In Diabetes. Available in :
https://diabetesed.net/wp-content/uploads/2017/12/2018-ADA-Standards-of-Care.pdf
(Accessed on September 7th 2018).
Dipiro,J.T., et al. 2015. Pharmacotherapy Handbook Ninth Edition.United States : McGraw-
Hill Education.
Hsu, W. T., Shen, L. J., & Lee, C. M. (2016). Drug-related problems vary with medication
category and treatment duration in Taiwanese heart failure outpatients receiving case
management. Journal of the Formosan Medical Association, 115(5), 335-342.
Lew, V., Ghassemzadeh, S. 2018. SOAP Notes. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing.
Tersedia di : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482263/
Pharmaceutical Care Network Europe. 2017. Classification for Drug Related Problems.
Available online at http://www.pcne.org/upload/files/230_PCNE_classification_V8-
02.pdf (Diakses pada tanggal 7 Agustus 2018).
The Eight Joint National Committee (JNC 8). 2014. Guidelines for the Management of
Hypertension in Adults – AAFP. Available at :
http://www.nmhs.net/documents/27JNC8HTNGuidelinesBookBooklet.pdf (Accessed
Sep 7th 2018).

12

Anda mungkin juga menyukai