Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Musik klasik memberikan nuansa yang menghibur, Sifat menghibur
ini menumbuhkan suasana yang menggembirakan dan menyenangkan bagi
seorang anak. Nuansa hiburan itu memberi dukungan positif bagi anak dalam
menjalankan aktifitasnya.
Secara umum musik klasik menimbulkan gelombang vibrasi dan
vibrasi itu menimbulkan stimulasi pada gendang pendengaran. Stimulasi itu
di transmisikan pada susunan saraf pusat (limbic sistem di sentral otak yang
merupakan gudang ingatan, lalu hypothalamus kelenjar sentral pada susunan
saraf pusat akan mengatur segala sesuatunya untuk mengaitkan musik klasik
dengan respon tertentu.
Musik klasik memberi rangsangan pertumbuhan fungsi-fungsi pada
otak (fungsi ingatan, belajar, bahasa, mendengar dan bicara, serta analisis
intelek dan fungsi kesadaran) dan merangsang pertumbuhan gudang ingatan.
Dengan menikmati musik klasik; gudang ingatan anak semakin lama semakin
berkembang sehingga daya ingatan anak semakin besar, selain itu musik
klasik mampu merangsang proses belajar anak1
Musik klasik sangat mempengaruhi kondisi fisiologis selama
melakukan pekerjaan mental yang berat, tekanan darah dan denyut jantung
cenderung meningkat, gelombang-gelombang otak meningkat dan otot-otot
menjadi tegang.2

1
Monty P. Satiadarma, MCP/ MFFC, DCH, P.Si, Cerdas Dengan Musik, (Jakarta: Puspa
Swara, 2004), hlm. 17-18.
2
Bobbi Deporter dan Mike Hernaki, Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan, (Bandung: Kaifa, 2002), hlm. 72.

1
Musik klasik lebih mudah diterima oleh orang yang memiliki kondisi
fisik otak yang lebih baik Ada yang beranggapan bahwa bukan musik klasik
yang memperbaiki k ondisi otak, melainkan kondisi fisik otak yang lebih baik
memungkinkan seseorang b elajar musik.
Secara umum musik klasik mampu membantu seseorang untuk
meningkatkan konsentrasi, menenangkan pikiran, musik klasik membentuk
nuansa ketenangan dan membantu seseorang dalam melakukan meditasi.3
Menurut Gloria net dalam uji cobanya dia telah menguji lebih dari
100.000 pasien dilestening centers. Pusat pelatihan bagi penyandang cacat
pendengaran dan orang terganggu dalam hal vokal dan pendengaran di Paris,
menurut dia berulang kali didapati apapun cita rasa si pendengar terhadap
companies, musik karya Mozart mau tidak mau memberikan ketenangan
selain memperbaiki persepsi spesialnya dan memungkinkan mereka untuk
berkomunikasi baik dengan hati maupun pikiran. Dia juga merangsang dan
menguatkan wilayah kreatif dan motivasi di otak musik klasik ini bermanfaat
untuk mempertajam pikiran, meningkatkan kreatifitas dan menyehatkan
tubuh.4
Musik klasik dipercaya memiliki banyak keunggulan khususnya bagi
anak berupa pengembangan intelektualitas, motor, dan kemampuan serta

ketrampilan sosial.5 Musik klasik dari sudut pandang psikologi seni memiliki
arti luas yaitu menunjukkan setiap cara yang sesuai untuk mengekspresikan
diri berupa tindakan/ sikap yang menyampaikan pada taraf kelengkapan dan
kejernihan tertentu dari balik mental, ide dan emosi.
Kemampuan membaca adalah salah satu fungsi kemanuasiaan yang
tertinggi dan menjadi pembeda manusia dan makhluk lain. Didunia modern
saat ini, kemampuan membaca dapat menentukan kualitas seorang manusia.

3
Monty P Satiadarma, MS/ AT, MCP/ MFFC, CH, P.Si, Cerdas dengan Musik, (Jakarta: Puspa
Swara, 2004), hlm. 20-21.
4
http: // www. Mozart Effect . com.
5
Djohan, Psikologi Musik,(Yogyakarta: Buku baik,2oo5), hlm. 135-136.

2
Banyak membaca menjadikan seseorang memiliki ilmu pengetahuan
luas, bijaksana, dan memiliki nilai-nilai lebih dibandingkan orang yang pernah
membaca sama sekali, sedikit membaca atau hanya membaca bacaan yang
tidak berkualitas.
Baca atau membaca dapat diartikan sebagai kegiatan menelusuri,
memahami, hingga mengeksplorasi berbagai simbol, simbol dapat berupa
rangkaian huruf-huruf dalam tulisan atau bacaan, bahkan gambar (denah
grafik, dan peta).6
Kegiatan membaca bersifat komplek karena tidak hanya melibatkan
otak sebagai pusat pengolah informasi tetapi melibatkan berbagai indera dan
serangkaian gerakan-gerakan motorik. Secara lateral, otak manusia terbagi
atas otak kanan dan kiri. Keduanya memiliki fungsi yang berbeda saat
digunakan untuk mengolah informasi yang diterimanya. Otak kiri bersifat
logis, linier dan rasional. Bersifat teratur, cara fikirannya sesuai untuk tugas-
tugas teratur berupa ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi, auditori,
menempatkan detail dan fakta, fonetik, serta simbolisme. Cara berfikir otak
kanan bersifat acak, tidak teratut, intuitif dan holistic. Otak kanan
berhubungan dengan sifat non verbal, seperti perasaan, imajinasi, pengenalan
bentuk danpola, spasial, musik, seni, kepekaan warna, kreatifitas dan
visualisasi.
Walaupun kedua otak tersebut memiliki spesialisasi dalam
kemampuan tertentu, tetapi masih terjadi perselingan dan interaksi antara
keduanya. Membaca adalah salah satu kegiatan yang melibatkan kerjasama
dan hubungan timbal balik antara kedua belahan otak tersebut. Kerja sama
kedua belahan otak ini memudahkan seseorang membaca dengan baik.
Stimulus dari kedua belahan otak disalurkan ke pusat girus angular. Girus
angular merupakan pusat otak manusia untuk kemampuan baca tulis yang
terletak pada belahan otak kiri. Walaupun membaca melibatkan kerjasama
antara kedua belahan otak tersebut, tetapi pada dasarnya setiap manusia

6
Firmanawati Sutan, Tiga Langkah Praktis Menjadikan Anak Maniak Membaca, (Jakarta:Puspa
Suara,2004), halaman 2.

3
memiliki karakteristik tertentu, termasuk dalam, dominasi otaknya, sebagian
anak cenderung dominan menggunakan otak kirinya, sedangkan anak lain
dominan menggunakan otak kanannya.7
Jika anak belajar dengan hanya memanfaatkan otak kiri, sementara
otak kanannya tidak diaktifkan, maka mudah timbul perasaan jenuh, bosan
dan mengantuk. Begitu juga anak yang hanya memanfaatkan otak kanan
tanpa diimbangi dengan kemanfaatan otak kiri, bisa jadi ia akan banyak
bernyanyi, mengobrol atau menggambar, tetapi hanya sedikit ilmu yang bisa
masuk ke otaknya. Maka mengembangkan pemanfaatan otak kiri dan otak
kanan menjadi penting dalam menciptakan suasana belajar. Caranya dengan
memperbanyak paduan antara spesifikasi fungsi otak kanan dan otak kiri.
Misalnya mengerjakan pekerjaan rumah dengan menciptakan aneka gambar
yang memiliki arti khusus ketika menghafal pelajaran atau menggunakan
sistem diskusi dalam proses pembelajaran. Belajar kelompok bersama teman,
dapat pula menjadi alternatif, demikian juga dengan menggunakan sistem
membaca cepat, sistem hafalan, menggunakan lagu, permainan dan
sebagainya merupakan alternatif untuk mengaktifkan otak kanan dan otak
kiri.
Kelemahan sebagian sistem pembelajaran selama ini adalah
kurangnya memberikan kesempatan berkembang pada kedua belahan
otak secara maksimal. Otak kanan dibiarkan menganggur sehingga intelektual
anak berkembang kurang “seimbang” anak hanya pandai berfikir dan
menilai, tetapi kurang intuitif apalagi kreatif.
Dengan demikian otak kanan perlu diaktifkan kembali supaya
seimbang antara kedua belahan otak. Belajar dengan mendengarkan musik
adalah baik untuk menyeimbangi otak kiri, karena jika belajar hanya
dengan menggunakan otak kiri tanpa diimbangi dengan otak kanan maka
anak akan cepat merasa jenuh dan mengantuk.8

7
Ibid., hlm. 3-4
8
Nur Rahardian Sari, Musik dan Kecerdasan Otak Bayi, Musik dapat Merangsang tumbuhnya
sel Otak Melahirkan Kecerdasan Berfikir dan Peraksaan Rilek yang akhirnya Memicu Fungi

4
1.2 Rumusan Masalah
Dengan latar belakang di atas, maka pokok masalah yang
akan diungkapkan yaitu:
1.Apa pengaruh musik klasik terhadap kemampuan membaca pada anak?
2.Mengapa musik klasik dapat mempengaruhi kemampuan membaca pada anak?
3.Bagaimana pengaruh musik klasik terhadap kemampuan membaca pada anak?

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan yang akan penulis kemukakan dalam hal
ini adalah sebagai berikut:
1.Untuk mengetahui apakah musik klasik d a p a t mempengaruhi kemampuan
membaca pada anak.
2.Untuk mengetahui mengapa musik klasik d a p a t mempengaruhi kemampuan
membaca pada anak.
3.Untuk mengetahui bagaimana pengaruh musik klasik t e r h a d a p kemampuan
membaca pada anak.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat penulisan yang akan penulis kemukakan dalam hal
ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui tingkat pengaruh yang dihasilkan oleh
musik klasik terhadap kemampuan membaca pada anak.
2. Agar tahu manfaat lain dari iringan musik klasik.
3. Untuk dapat mengetahui dampak lain yang ditimbulkan
dari iringan musik klasik.
4. Dapat mengetahui jenis atau macam musik klasik serta
akibat yang ditimbulkan.
BAB II
LANDASAN TEORI

Berfikir Menjadi Maksimal (Bogor: KH. Kharisma Buka Aksara, 2005), hlm. 46

5
2.1 Pengertian Musik klasik
Beberapa ahli bahasa memiliki penjelasan yang berbeda-beda mengenai
pengertian musik klasik. Musik klasik adalah musik yang memiliki irama
teratur dan nada-nada teratur, bukan nada-nada miring. Para ahli musik
berpendapat bahwa jenis musik klasik yang dapat dipergunakan untuk
pendidikan dan alat mempertajam kecerdasan manusia adalah yang mempunyai
keseimbangan 3 unsur:
a) Melody
b) Ritme
c) Timbre (Tone colour)9
Sebagian mengartikan musik klasik dengan kata yang sangat sederhana
yaitu bunyi-bunyian.10 Kemudian dari sebagian ahli bahasa lain juga berpendapat
bahwa musik klasik adalah komposisi lagu, nyanyian, senandung, yang dalam
bahasa Arab disebut ‫ ﺀﺎﻨﻏ‬atau musiqa.11

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia arti Musik adalah:


1. Ilmu atau seni menyusun nada suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan
temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan
dan keseimbangan).

2. Nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama,
lagu, dan keharmonisan (terutama yang menggunakan alat-alat yang
9
Nur Rahadian Sari, Musik dan Kecerdasan Otak Bayi, Musik Merangsang Tumbuhnya Sel
Otak, Melahirkan Kecerdasan Berfikir dan Perasaan Rileks, yang Akhirnya Memicu Fungsi
Berfikir Menjadi Maksimal (Bogor; KH. Kharisma Buka Aksara, 2005), hlm. 95.
10
Dewan Bahasa dan Pustaka, Kamus Dwi Bahasa (Bahasa Inggris dan Bahasa
Malaysia), atau WJS Poerdaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1986), hlm. 664.
11
Atabiq Ali, Kamus Inggris Indonesia Arab, (Yogyakarta: Multi Karya Grafika,
2003), hlm. 832.

6
menghasilkan bunyi itu).12
Para ahli musik klasik juga memiliki perbedaan pendapat mengenai
pengertian musik klasik Pendapat pertama menyatakan bahwa musik klasik
adalah seni pengungkapan gagasan melalui bunyi, unsur dasarnya beberapa
melodi, irama dan harmoni, dengan unsur pendukung berupa bentuk
gagasan, sifat dan warna bunyi. Namun dalam pengkajiannya musik klasik
sering terpadu dengan unsur-unsur lain, seperti bahasa, gerak ataupun warna.13
Kemudian pendapat berikut merupakan pengertian Musik klasik yang
cukup luas dan cukup relevan untuk dijadikan acuan dalam penelitian ini (tanpa
mengabaikan pendapat tentang pengertian musik yang telah disampaikan
sebelumnya). Pengertian ini menyatakan bahwa musik berasal dari bahsa
Yunani “mousike”, yang memiliki beberapa arti yaitu;

a. Seni14 dan ilmu pengetahuan yang membahas secara meramu vokal atau
suara-suara alat musik klasik dalam berbagai lagu yang dapat
menyentuh perasaan.
b. Susunan dari suara atau nada
c. Pengertian ritme dengan suara yang indah
d. Kemampuan untuk merespon atau menikmati musik klasik
e. Sebuah grup permainan musk dan lain-lain.15

12
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990, cet.3), hlm.
602.
13
Iwan Buana, et.all., Buku Trapora (Training Paduan Suara) UIN Jakarta, (Jakarta: Panitia
Trapora UIN Jakarta, 2002), hlm. 71.
14
Seni memiliki pengertian yang beragam, antara lain: “ ketrampilan yang dicapai dalam
pengalaman yang memungkinkan untuk menyusun, menggunakan secara sistematis dan
Internasional sarana-sarana fisik agar memperoleh hasil yang diinginkan menurut prinsip-
prinsip estetis, entah ditangkap secara intuitif atau kognitif. “Lorend Bagus, Kamus
Filsafat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm. 987.
15
Abdul Muhaya, Bersufi Melalui Musik, Sebuah Pembelaan Musik Sufi Oleh Ahmad Al-
Ghozali, (Yogyakarta: Gema Media, 2003), Hlm. 17.

7
Kompleksitas musik klasik merangsang kompleksitas fakultas otak,
makin banyak fakultas otak makin beragam kemampuan manusia.16
Dengan musik klasik yang tepat maka denyut nada dan tekanan darah
menurun, gelombang otak melambat dan otot rileks. Tanpa musik klasik denyut
nadi dan tekanan darah akan meningkat, gelombang otak semakin cepat dan otot-
otot pun menegang.
Penelitian membuktikan bahwa musik, terutama musik klasik
sangat mempengaruhi perkembangan IQ (Intelligent Quotient) dan EQ
(Emotional Quotients). Seorang anak yang sejak kecil terbiasa
mendengarkan musik akan lebih berkembang kecerdasan emosional dan
intelegensinya dikembangkan dengan anak yang jarang mendengarkan
musik.
Penelitian menunjukkan musik klasik yang mengandung komposisi nada
berfluktuasi antar nada tinggi dan nada rendah untuk merangsang kuadran
“C” pada otak. Sampai usia 4 tahun, kuadran B dan C pada otak anak-anak akan

berkembang hingga 80% dengan musik.17 Para peneliti menganggap bahwa


kompleksitas musik klasikal yang memicu otak untuk menyelesaikan masalah
spasial secara lebih cepat. Oleh karena itu mendengarkan musik klasik
kemungkinan dapat memberikan dampak yang berbeda pada otak dari pada
mendengarkan jenis musik yang lain.18
Banyak orang berpendapat bahwa musik klasik dapat meningkatkan
kecerdasan, musik klasik menumbuhkan kreativitas anak, musik klasik bersifat
menyembuhkan, dan bersifat multi guna.19 Sudah lama para pakar ilmu
psikologi perkembangan meneliti dan berkeyakinan, mendengarkan musik
klasik dapat mempengaruhi perkembangan otak dan kesehatan mental.

16
Ibid., hlm. 36.
17
Nur Rahadian Sari, op. cit, hlm. 96.
18
Ibid., hlm. 24.
19
Monty P. Satiadarma, Terapi Musik, op. cit., hl. 162.

8
Penelitian Dr. Alfred Tomatis, Dokter dari Perancis menyebutkan, musik klasik
memberikan energi kepada otak dan membuatnya menjadi lebih santai,
eksperimen dan penelitian lainnya dilakukan Dorathy.

Retallack, seorang musisi profesional, tahun 1970 di temple Buell


College, Colorado terhadap tanaman, hasilnya tanaman labu yang disetelkan
musik klasik, tumbuh dengan baik ke arah radio dan batang-batangnya
mulai melingkari radio, sedangkan pohon labu yang diletakkan di ruang
musik Rock tumbuh menjauhi radio, seolah-olah dia berusaha menjauhinya.20
Siegel, (1999) mengatakan, bahwa musik klasik menghasilkan gelombang
alfa yang menenangkan yang dapat merangsang sistem limbic jaringan neuron
otak. Musik klasik (Haydn dan Mozart) mampu memperbaiki konsentrasi
ingatan dan persepsi spasial.
Gallahve, (1998) mengatakan, bahwa musik klasik dapat menstimulasikan
untuk meningkatkan kemampuan belajar anak. Melalui musik klasik anak
mudah menangkap hubungan antara waktu, jarak dan urutan (rangkaian) yang
merupakan ketrampilan yang dibutuhkan untuk kecakapan dalam logika
berfikir, matematika dan menyelesaikan masalah21. Secara umum beberapa jenis
musik klasik dianggap memiliki dampak yang relatif universal oleh sebagian
besar orang musik-musik tersebut. Memiliki kesan dan dampak psikofisik yang
relatif sama, seperti menimbulkan kesan relaks, santai, cenderung membuat detak
nadi bersifat konstan, memberikan dampak menenangkan, dan menurunkan
stress.22
Dengan demikian untuk menciptakan sebuah musik klasik yang sempurna
dan sesuai dengan pengertian musik klasik sebagaimana di jelaskan di atas,
para ahli musik klasik berpendapat bahwa dalam menciptakan musik klasik, di
20
Ade Sudaryat, Musik Klasik, Al-Qur’an dan Ketenangan Jiwa, http:// www. Depdiknas. 90.18/
Jurnal/30/ Musik Merupakan Stimulasi-terhadap. Htm
21
Ibid.hlm,3-4.
22
Monty P. Satiadarma, Monty P Satiadarma, Terapi Musik, Mengarahkan Perilaku Positif,
Mencegah dan Menyembuhkan Penyakit, Meningkatkan Kreatifitas dan Intelligentsia, (Jakarta:
Milinia Populer, 2002), hlm. 36.

9
dalamnya harus terdapat beberapa unsur pokok, dimana tanpa unsur-unsur
pokok itu musik klasik tidak tercipta secara sempurna.
Menurut IhwanAs-Safa, unsur yang harus terpenuhi dalam musik klasik
adalah suara yang mengandung lagu (lahn), nada (nagm), dan cengkok
(iqa’art). Al- Farabi juga memiliki pendapat bahwa unsur pokok musik adalah
lagu (al-alhan) yaitu kumpulan ritme yang disusun dengan urutan dan ketentuan
tertentu. Kedua pendapat ini (Ihwan as-Safa dan Al- farabi) menunjukkan
bahwa lagu dan ritme merupakan sumber utama dalam musik.23
Pendapat yang lebih detail mengenai unsur pokok dalam musik
klasik dijelaskan oleh Joseph Maclish dengan menerangkan bahwa
terdapat lima unsur pokok dalam musik yaitu musical lime, musical space,
musical time, musical pace, dan musical color. Unsur pertama; musical line
adalah lagu, yaitu pergantian naa-nada yang didasarkan oleh akal sebagai
rohnya musik. Unsur kedua; musical space yaitu harmoni. Menurut
Phytagoras harmoni itu terletak pada nada-nada yang serasi berbanding dengan
panjang dawai dalam bentuk bilangan yang sederhana. Unsur ketiga; musical
timr, yaitu ritme yang terdiri dari ketentuan perpindahan musik dalam waktu.
Unsur keempat; musical pace, yaitu tempo-tempo merupakan ketentuan
kecepatan dalam sebuah musik, kemudian unsur kelima; musical color, yaitu
warna nada (timbre).24
Selama unsur-unsur pokok dalam musik yang disampaikan di atas untuk
mengetahui substansi musik, berikut akan dijelaskan pendapat beberapa ahli
musik mengenai asal musik.
Menurut Dr. Abdul Muhaya, secara garis besar terdapat dua kelompok
mazhab pemikiran. Pertama mazhab revalationisme; bahwa musik berasal dari
alam metafisika melalui tersibaknya tabir/ pewahyuan. Teori ini merupakan
perpanjangan dari teori Pythagoras yang menyatakan bahwa filsafat adalah
kebahagiaan yang sejati, sedangkan jalan keselamatan dan pemurnian adalah
musik klasik yang paling tinggi. Lebih detail lagi Pythagoras menjelaskan

23
Ibid., hlm. 28.
24
Ibid., hlm 28-33.

10
bahwa suara-suara adalah aksiden (‘arad) yang bertempat pada substansi
melalui gerakan putaran ruang angkasa yang menggerakkan planet-planet dan
putaran ruang angkasa yang menggerakkan planet dan bintang-bintang itu
memiliki nada (ritme), serta menghasilkan musik yang mengagumkan dan
memuliakan Tuhan.25
Teori ini kemudian dikembangkan lagi oleh Ihwan As-Safa’
dengan pendapatnya bahwa musik klasik adalah bunyi yang dihasilkan oleh
gerakan jagat raya. Jagat raya ini tersusun dengan komposisi termulia dan
gerakan dengan komposisi yang mulia. Gerakan-gerakan itu menghasilkan
suara itu menghasilkan suara yang indah., harmonis, terpadu, silih
berganti dan enak didengar serta dapat membahagiakan jiwa ahli langit,
malaikat dan jiwa-jiwa yang bercahaya (an-nafs al-basith/ jiwa-jiwa yang
substansinya lebih mulia dari pada substansi alam jagat raya).26

2.1.1 Pengaruh Musik klasik


Musik klasik sangat berpengaruh dalam kehidupan apalagi selain dapat
di dengarkan dan diselenggarakan ia juga dapat dipelajari berdasarkan ilmu
pengetahuan. Pythagoras, matematikawan Yunani, pada abad-6 SM telah
mengupas suatu gejala dalam musik klasik yakni, bila seutas rentangan tahi
nada alat musik diperpendek lima puluh persen akan menyebabkan nada yang
dihasilkan menjadi satu oktaf lebih tinggi. Hal itu diketahui dari penelitian yang
dilakukan dengan mendengarkan baik musik klasik secara lengkap atau hanya
irama. Ternyata denyut nadi kecepatan pernafasan, tahanan listrik pada kulit
dan pembuluh darah si pendengar mengalami perubahan, bahkan terbukti
bahwa denyut jantung akan menyesuaikan diri dengan irama yang didengarnya,
irama musik klasik dengan kecepatan per detik hampir sama cepatnya dengan
berbagai macam irama alam. Irama tersebut sama cepatnya juga dengan
denyut jantung (rata-rata 0,8 detik). waktu 0,8 detik ini sama dengan waktu
yang dibutuhkan untuk berbagai proses sederhana dalam otak. Musik klasik apa
25
Ibid., hlm. 22-24
26
Ibid.

11
saja baik berirama cepat atau lambat, keduanya memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap manusia.27
Pengaruh musik klasik lembut terhadap perkembangan otak anak
memberikan pengaruh positif terhadap proses pematangan perkembangan otak.
Selanjutnya, proses pematangan itu akan memberikan dampak positif bagi fungsi
kerja otak dalam mengkoordinasikan fungsi motorik anak, para peneliti
menjelaskan bahwa musik-musik klasik buaian bagi anak berperan membantu
proses perkembangan bagian otak yang dikenal sebagai, Frontal lobe
(otak depan) yang meliputi sepertiga bagian otak, adanya kaitan langsung
mempengaruhi fungsi-fungsi fisik individu karena koordinasi fisik banyak
dipengaruhi oleh otak. Lingkungan memiliki peran penting bagi anak untuk
belajar memusatkan perhatian dalam melakukan aktivitas mereka, dan
pendidikan musik klasik memberi kesempatan pada anak-anak untuk belajar
memusatkan perhatian, latihan musik meningkatkan kemampuan verbal karena
latihan bermain musik klasik mempengaruhi fungsi ingatan dan proses
mengingat secara sistematis akibat adanya modifikasi neuroonatomis pada
belahan otak sebelah kiri (left temporal lobe), anak yang diberi pelatihan musik
cenderung memiliki kekayaan ingatan verbal yang lebih baik dari pada yang
tidak memperoleh pelatihan. Interaksi verbal secara ritmis (kata berirama)
antara ibu dan anak mempengaruhi perkembangan kemampuan belajar anak.28
Di beberapa sekolah anak diminta menggunakan ragam sumber bunyi
dan mengkombinasikan satu sama lain sehingga membentuk komposisi musik
klasik tertentu, cara ini merangsang anak mengembangkan berbagai hal, seperti
pengetahuan tentang bunyi . pemahaman irama, dan impresi musical. Impresi
musical bertujuan untuk melatih kepekaan terhadap alam dan lingkungan.
Musik klasik dapat digunakan untuk membantu anak merasakan
ketenangan tidur. Musik klasik seperti itu merupakan perpaduan

27
Djohan, Psikologi Musik,(Yogyakarta: Buku baik,2005), hlm. 135-136.
28
Monty P Satiadarma, MS/ AT, MCP/ MFFC, CH, P.Si, Cerdas dengan Musik, (Jakarta: Puspa
Swara, 2004), hlm. 31.

12
komposisi musik dengan denyut jantung, fasilitas musik klasik di rumah
memberikan kesempatan kepada anggota keluarga dan memberi kesempatan
pada anggota keluarga untuk menikmati kebersamaan dalam suasana musical.
Suasana menyenangkan di dalam kehidupan keluarga cenderung membantu para
anggotanya untuk mereduksi ketegangan yang mereka alami dalam, kehidupan
sehari-hari. Artinya suasana musikal tersebut memungkinkan anggota keluarga
untuk mengurangi beban stress yang dialami.
Anak-anak yang tumbuh dan dibesarkan di dalam suasana keluarga yang
harmoni dengar nuansa musik klasik, cenderung menjadi pribadi yang lebih
menyenangkan. Hal ini disebabkan karena musik klasik membentuk ikatan
emosional dan menghasilkan daya ingatan efektif (affective memory.29)
Musik klasik merupakan salah satu bentuk induksi bunyi atau suara, telah
dipaparkan bahwa musik klasik mempengaruhi baik pikiran, perasaan,
maupun perilaku seseorang.30 Banyak orang telah memahami bahwa
keselarasan perkembangan harus disiasati sejak individu masih dalam usia
yang sangat musa, bahkan sejak usia dini. Pengalaman masa kecil memberi
pengaruh penting bagi perkembangan seseorang dimasa-masa selanjutnya.
Anak-anak adalah mahkluk yang amat sensitif terhadap berbagai
rangsangan lingkungan. Mereka mudah cidera dan mereka mudah pula
menyerap rangsangan lingkungan, musik klasik memiliki potensi induksi
besar bagi perilaku anak. Anak-anak senang mengikuti gerak tari tertentu jika
mereka mendengar musik klasik. Anak-anak juga belajar mengikuti irama
melalui stimulus tepukan tangan orang tua. Semenjak usia pra sekolah mereka
pun menyanyi, menari, mengikuti gerak para penyanyi cilik. Aspek visual
memang berperan besar, anak-anak meniru gerak orang lain melalui proses
modeling, namun mereka juga bergerak mengikuti irama tentang yang
dengan mudah mereka resapi setelah mendengar cukup satu atau dua kali.31

29
Ibid., hlm. 32-33.
30
Monty P Satiadarma, op. cit., hlm. 133-134.

31
Ibid., hlm. 139-141.

13
Montello dan Coons (1998) melakukan penelitian terhadap
sejumlah anak berusia 11-14 tahun di kota New York, anak-anak ini mengalami
gangguan emosional. Mereka cepat sekali merasa tersinggung, marah, dan
melakukan tindakan agresif. Setelah mereka mengikuti program terapi
musik klasik , mereka mengalami perubahan kendali emosi yang bermakna
(significant). Mereka menjadi lebih mampu mengendalikan diri, tidak cepat
merasa tersinggung, tidak cepat marah, dan agresivitas mereka jauh
berkurang. Perubahan emosi ini selanjutnya mempengaruhi proses belajar
mereka, sehingga mereka mampu belajar dengan lebih cepat. Hal ini
menunjukkan bahwa musik mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
mengendalikan, disamping itu para subyek pun menjadi lebih toleran
terhadap kondisi yang mereka hadapi.32
Sementara itu, banyak anggota masyarakat yang beranggapan bahwa
musik mampu meningkatkan inteligensia seseorang. Akan tetapi hal ini
belum tentu benar jika yang dimaksud adalah inteligensia verbal/ linguistic dan
intelligensi logika- matematika, yang mungkin terjadi adalah dengan
berkembangnya sensitivitas musik klasik, individu menjadi lebih peka terhadap
irama termasuk irama emosionalnya, sehingga ia menjadi lebih mampu
mengendalikan emosinya dengan baik. Dengan meningkatnya kendali emosi, ia
akan lebih mampu mengatur ritme kehidupan, sehingga ia lebih mampu
mengatur waktu belajar, bekerja dan beristirahat.33
Musik klasik dapat memberi pengaruh positif pada kecerdasan anak,
tidak hanya berfikir saja, namun juga kecerdasan emosi. Dalam hal ini, orang
tua harus lebih cermat memilih jenis musik klasik serta memastikan
dampak positif seperti apakah yang diberikan musik klasik tersebut dalam
menstimulasi otak si kecil.34 Para bayi dan anak-anak yang masih kecil secara
alamiah akan menanggapi ritme dan melody baik ketika mereka tengah
meringkuk diperlukan, mereka akan ikut bernyanyi dan bergerak seiring irama.

32
Ibid., hlm. 155.
33
Ibid., hlm. 100-101
34
Nur Rahadian Sari, op. cit., hlm. 95.

14
Musik klasik adalah pengatur yang baik yang membentuk tubuh dan pikiran
untuk saling bekerja sama. Musik klasik memberi:
1. Pengulangan yang menguatkan pembelajaran
2. Ketukan yang berirama yang membantu koordinasi
3. Pola yang membimbing guna mengantisipasi apa yang akan terjadi
berikutnya.
4. Kata-kata yang menyusun bahasa dan kemampuan membaca
5. Melody yang menarik hati dan perhatian dengan kegembiraan.
Pada umumnya anak-anak akan menganggap musik klasik untuk
mengeksploirasi dan mempelajari sesuatu. Musik klasik menyajikan berbagai
peluang untuk menggunakan bahasa, menggerakkan otot, mendorong
kreatifitas, membangun persahabatan, berbagi mengungkapkan sesuatu,
dan bermain. Anak-anak kecil senang berlaku aneh dan musik klasik adalah
cara yang sempurna untuk berlaku demikian. Musik klasik adalah bagian yang
istimewa dari kegiatan rutin anak-anak kecil setiap harinya. Sebuah lagu yang
isinya ucapan selamat pagi akan dapat membantu anak untuk bersemangat
memulai harinya, dan lagu-lagu pun dapat mengantarkan yang baik untuk
beralih aktifitas/ tempat.35

2.1.2 Jenis Musik Yang mempengaruhi Kecerdasan


Pada saat ini beragam jenis musik dan tumbuh seiring dengan
perkembangan dan kemajuan teknologi, namun dari berangan jenis musik yang
ada baru sebagian uang bisa dimanfaatkan untuk merangsang kecerdasan.
Berikut jenis musik yang biasa dimanfaatkan untuk merangsang
kecerdasan:

35
Ibid., hlm. 90-93

15
a. Musik Klasik
Musik klasik yaitu musik yang memiliki irama yang teratur dan
nada-nada yang teratur, bukan nada-nada miring. Musik klasik juga mengandung
komposisi nada berfluktuasi antara nada tinggi dan nada rendah yang akan

merangsang kuadran “C” pada otak.36 Musik klasik juga merangsang


kompleksitas fakultas otak, makin banyak fakultas otak makin beragam
kemampuan manusia.37 Namun, tidak semua musik klasik memberi
dampak positif pada setiap orang. Oleh karena itu, masyarakat hendaknya
waspada akan keterbatasan musik dalam memberikan dampak khusus pada
individu tertentu. Secara umum, beberapa jenis musik klasik dianggap memiliki
yang relatif universal oleh sebagian besar orang. Musik-musik tersebut
memiliki kesan dan dampak psiko-fisik yang relatif sama, seperti menimbulkan
kesan releks, santai cenderung membuat detak nadi bersifat konstan, memberi
dampak menenangkan dan menurunkan stres, oleh karena itu, perlu
pertimbangan rentan waktu tampilan musik, taraf usia perkembangan dan latar
belakang budaya yang ada. Selain itu, disertai pula dengan aktifitas motorik
yang sesuai dan asosiasikan dengan kasih sayang dan estetika.38

b. Musik Barok
Musik-musik periode barok (seperti karya Back, Handel, dan Pachebel) dianggap
sebagai soothing music/ music yang “membela” menimbulkan rasa tenang, dan
nyaman. Musik periode ini diciptakan untuk melukiskan kebesaran semesta
alam sehingga hasil komposisinya menggambarkan nuansa keindahan karya
ciptaan ilahi yang penuh dengan keseimbangan. Musik barok membangkitkan
suasana positif, seperti dalam kegiatan bermain yang menggunakan musik-

36
Nur Rahadian Sari, Musik dan Kecerdasan Otak Bayi, Musik Merangsang Tumbuhnya Sel
Otak, Melahirkan Kecerdasan Berfikir dan Perasaan Rileks, yang Akhirnya Memicu Fungsi
Berfikir Menjadi Maksimal (Bogor; KH. Kharisma Buka Aksara, 2005), hlm. 96.
37
Monty P Satiadarma, MS/ AT, MCP/ MFFC, CH, P.Si, Cerdas dengan Musik, (Jakarta: Puspa
Swara, 2004), hlm. 36
38
Ibid.

16
musik jenis ini cenderung mendorong anak untuk berani mengeksplorasi dalam
suasana yang menggembirakan pada hakikatnya musik ini membangkitkan
aktivitas kesenimanan di dalam diri anak (the artist within) jadi dengan
memperdengarkan musik ini kemampuan kreatif anak juga dibangkitkan

karena dapat mengembangkan daya imajinasi seseorang.39 Menurut para


kompuser ini musik ini menggunakan ketukan yang sangat khas dan pola- pola
yang secara otomatis menyingkronkan tubuh dan pikiran kita, misalnya
kebanyakan musk borok ini mempunyai tempo enam puluh ketukan
permenit yang sama dengan detak jantung rata-rata dalam keadaan normal.40

c. Nature Sounds Music


Musik nature sounds bukan bagian dari musik klasik nature sound musik
justru merupakan temuan baru akibat modernisasi teknologi rekaman
suara. Nature sounds musik merupakan bentuk integratif musik klasik dengan
suara-suara alam, seperti komposisi musik barok disertai dengan latar belakang
suara ombak lautan/ gemersik pepohonan
Jenis nature sounds musik ini cenderung lebih mendekatkan pendengar
dengan suara ala, imajinasi pendengar yang bersifat associative kini diperkuat
lagi dengan rekaman suara alam sehingga imajinasi akan semakin kuat. Bagi
anak, bunyi suara alam ini, tidak sekedar membangkitkan asosiasi
tertentu, tetapi merupakan stimulus tertentu sebagai sarana belajar, stimulus
suara alam bisa menjadi novel stimuli (stimulus baru) bagi anak. Oleh karena itu
iringan musik ini dalam suasana yang tenang ketika nak sedang belajar,
sangat membantu memperkuat imajinasi dan Asosiasinya.41

39
Ibid,, hlm. 37.
40
Debbi Deporter dan Mike Henacki, Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan, (Bandung: Kaifa, 1999), hlm. 72.
41
Monty P. Satiadarma, Cerdas dengan Musik, op. cit., hl. 37-38.

17
d. Ayat-Ayat Suci
Pembacaan doa dan ayat-ayat suci banyak dilakukan secara
musikal. Kebiasaan ini tidak hanya ditemui pada budaya Timur Tengah, tetapi
juga pada budaya lain. Tradisi membaca ayat suci al-Qur’an yang dikembangkan
oleh masyarakat Arab merupakan bukti lain pentingnya nuansa musical bagi
masyarakat untuk lebih meresapi pesan ilahi tentang kehidupan. Melalui lantunan
bacaan sejak masa kecil, anak lebih mampu merasakan dan meresapi pesan yang
terkandung dalam kitab suci.
Musik memiliki peran besar dan beragam guna menciptakan
suasana tentram dalam proses pertumbuhan anak dan dalam proses
perkembangan fungsi kognitif. Fungsi ingatan, perkembangan bahasa,
perkembangan daya fantasi, kreatifitas, dan ragam fungsi nalar akan mengalami
proses perkembangan yang lebih baik jika disertai dengan aktifitas musical.
Jadi, melalui pendidikan serta pembinaan musik klasik dan aktifitas musical,
pertumbuhan nalar anak dapat diarahkan secara lebih optimal. Dengan
mengikutsertakan musik klasik dalam kegiatan anak, fungsi nalar anak akan
bekerja secara lebih aktif, dan kondisi ini akan membuka peluang lebih
besar bagi anak menumbuhkan intelegensinya secara lebih baik.
Mendengarkan musik klasik dengan hand phone sangat baik karena sekaligus
juga membendung gangguan suara lain dari luar, namun, jika kesempatan
tersebut tidak tersedia maka sebaiknya mendengarkan musik klasik
lembut dalam suasana hening.42

2.2 Kemampuan Membaca pada Anak

42
Ibid., hlm. 38-39.

18
Membaca merupakan kunci ilmu pengetahuan, maka wajar jika pengembangan
ketrampilan membaca memerlukan perhatian, terutama dikalangan pendidik.43
Dalam kamus besar bahasa indonesia membaca adalah:
1. Melihat serta memahami isi dariapa yang tertulis (dengan
melisankan atau hanya dalam hati)
2. Mengeja atau melafalkan apa yang tertulis
3. Membaca sambil mempelajari makna kata-kata dari bahan bacaan44
Pendapat awam menganggap membaca adalah mencocokkan bunyi
dengan huruf. Definisi ini nampaknya ringkas dan jelas namun itu hanya
mekanisme dasar membaca. Definisi lain yang lebih lengkap adalah melihat dan
memahami tulisan, dengan melisankan atau hanya dalam hati. Definisi ini
mencakup tiga unsur dalam kegiatan membaca yaitu pembaca (yang melihat,
memahami, dan melisankan dalam hati), bacaan (yang dilihat), dan pemahaman
(oleh pembaca).45
Dilihat dari segi pemahaman, membaca adalah menggali informasi dari
teks. Ini berarti bahwa membaca melibatkan dua hal, yaitu teks yang
berimplikasi adanya penulis, pembaca yang berimplikasi adanya pemahaman.
Secara umum dapat dikatakan bahwa penulis berperan sebagai pengirim
sedangkan pembaca berperan sebagai penerima.46
Membaca berarti adanya aktifitas menangkap simbul-simbul berupa
serangkaian huruf atau gambar. Membaca juga berarti proses mengaitkan suatu
benda dengan lambang atau simbol yang dinyatakan sebagai huruf-huruf.
walaupun membaca diartikan demikian tetapi secara khusus membaca
diartikan dengan mengerti tulisan. Sekarang, bagaimana menjadikan anak gemar
43
Sugirin, Hakekat Membaca dan Implikasinya Bagi Pengajaran, (Bandung: Kaifa, 1973), hlm.
1.
44
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1997), hlm. 22.
45
Hidayat, Rahayu Surtiyati, Pengetesan Membaca Secara Komunikatif,
(Jakarta:Perpustakaan Nasional, (Katalog dalam Terbitan), 1990), hlm. 27.
46
Ibid., hlm. 29.

19
membaca? Untuk menjadikan anak gemar membaca, salah satu hal terpenting
yang harus dilakukan adalah memberikan kemampuan membaca pada anak
dengan cara yang menyenangkan.47
Aktifitas membaca sebagai suatu prose yang kompleks karena
melinbatkan proses-proses yang bersifat fisik maupun psikis. Ketika
membaca seseorang harus mengaktifkan kembali komponen- komponen
psikis seperti perhatian, kemampuan asosiasi, kemampuan mengingat dan
menyerap semua bahan bacaan. Bahkan kadang-kadang individu juga melakukan
proses internalisasi terhadap bahan bacaan tersebut.
Dalam pengertian yang lain membaca sama halnya berfikir melibatkan
proses pembelajaran, refleksi, penilaian, analitik, sintesis, pemecahan masalah,
seleksi, pengambilan keputusan, organisasi, perbandingan, penentuan hubungan
dan evaluasi kritis terhadap evaluasi isi bacaan. Membaca juga melibatkan
perhatian, asosiasi, abstraksi generalisasi dan konsentrasi.48

2.2.1 Faktor-Faktor Kemampuan Membaca Pada Anak


Membaca merupakan suatu proses yang kompleks dan sulit untuk
dipahami banyak teori dan model disusun oleh para ahli dari berbagai sudut
pandang diantaranya, dari sudut pandangan psikologi perkembangan,
psikologi kognitif, teori information processing, psycho-linguistic dan
linguistic, secara umum model membaca dibagi dalam tiga kategori, bottom-up
model, top down model dan interactive.
Dalam model bottom-up, proses membaca didefinisikan sebagai
proses translation decoding dan recoding. Membaca dimulai dengan huruf
atau unit yang lebih besar dan ketika pembaca selesai mempersepsi huruf atau
kata maka ia segera mengira-ngira kata yang diejanya. Setelah kata
teridentifikasi pembaca akan melakukan recoding (mengurai simbol huruf)

47
Firmanawaty Sutan, 3 Langkah Praktis Menjadikan Anak Maniak Membaca, Membesarkan
Buah Hati dengan Buku, (Jakarta: Puspa Suara, 2004), hlm. 5.
48
Z. Kasijan, Psikologi Pendidikan 2, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1987), hlm. 93.

20
ke dalam bahasa percakapan. Di sini pembaca akan mengetahui maka kata
dengan cara yang sama sebagaimana jika mendengar suatu kata disebutkan.
Pemahaman bacaan diyakini merupakan hail otomatis dari rekonigsi kata
yang akurat. Para ahli berpendapat membaca secara esensial berarti
trasnslasi simbol tertulis ke dalam bahasa oral. Para ahli tersebut diyakini
bahwa bahasa tertulis mengikuti bahasa oral dan bahwa mempelajari apa yang
tersirat dari simbol tercetak adalah satu-satunya aktivitas dalam proses
membaca. Segera setelah kode terpecahkan semua orang yang melakukan
proses membaca memerlukan sesuatu untuk memahami materi yaitu
ketrampilan bahasa oral yang telah dicapai sebelumnya.
Dalam model top-down kemampuan kognisi dan kempetensi dari
pembaca memegang peranan kunci dalam konstruksi makna materi tercetak.
Menurut K. Goodman membaca merupakan interaksi anatara pikiran dan
bahasa yang digambarkan sebagai “psycholinguistic guessing game”. Artinya,
proses membaca meliputi proses yang melibatkan penggunaan tanda-tanda
bahasa yang telah tersedia dalam kognisi pembaca yang diseleksi proses
perceptual sebagai dasar pembaca memprediksi materi yang dibacanya. Ketika
informasi diproses, pengambilan keputusan secara tentatif mengenai makna
dikonfirmasikan, di tolak, diperbaiki selama proses membaca. Tidak seperti
dalam model bottom-up, dalam model top-down informasi grafik hanya
digunakan untuk mendukung atau menolak hipotesis mengenai makna kata.
Kata tidak muncul dari area visual pembaca tanpa individu mencocokkan
dengan tanda-tanda semantic dan sintatik yang telah diketahui pembaca.49
Jadi Membaca adalah interpretasi yang bermakna terhadap simbol
verbal yang tertulis. Membaca merupakan hasil dari interaksi antara persepsi
terhadap simbol bahasa dengan ketrampilan dan pengetahuan pembacanya.
Kebanyakan anak yang sedang belajar membaca, pengucapan menjadi
mediator antara persepsi visual dan makna. Maksudnya, anak harus mengucapkan
kata secara oral dalam rangka menghasilkan (retrieve) makna kata. Setelah

49
Sugirin, op. cit., hlm. 3-4.

21
anak terampil membaca, penggunaan pengucapan sebagai mediator
berkurang. Anak akan mampu memahami bacaan dengan membaca dalam hati.
Tanpa rekognisi kata, makna tidak dapat dipahami anak dan sebaliknya
pemahaman terhadap makna mengfasilitasi identifikasi kata.
Belajar membaca meliputi pemrosesan secara simultan terhadap ide-
ide yang disajikan secara tertulis, interpretasi terhadap pola kalimat yang
mengekspresikan ide-ide tersebut dari rekognisi kata-kata dalam kalimat
tersebut. Hal ini merupakan tugas-tugas kognitif yang tinggi dan
kompleks. Kemampuan yang dibutuhkan dalam membaca adalah
inteligensi, fasilitas bahasa, kemampuan visual, kemampuan auditoris,
faktor-faktor fisik, faktor-faktor emosi dan pengaruh lingkungan.
Dari sudut pandang proses kognitif, anak yang terampil membaca
berbeda dengan anak yang kurang trampil membaca dalam inteligensi, kapasitas
working memory (memori jangka pendeknya), kemampuan perceptual, rule
induction dan metakognisi. Artinya, mereka berbeda dalam ketrampilan
reading-specific processes seperti; rekognisi kata telah terjadi secara otomatis
maka anak dapat memfokuskan perhatiannya pada pemrosesan kalimat yang
memerlukan proses kognitif yang lebih tinggi. Kecepatan alam rekognisi
kata dan suku kata juga penting, karena anak harus mampu segera mengolah
informasi yang diterima dalam memori jangka pendek sebelum stimulus
tersebut hilang dari ingatan jangka pendeknya.50
Faktor lain yang mempengaruhi prestasi membaca pada anak adalah
faktor afeksi. Athey, menyebutkan faktor afektif tersebut adalah: konsep
diri, otonomi diri, environmental mastery, persepsi terhadap realitas, dan ada atau
tidaknya kecemasan. Konsep ini yang positif meliputi kepercayaan diri,
menyukai diri sendiri, menghargai orang lain. Anak yang gagal dengan tugas-
tugas sekolah berulang kali akan tumbuh perasaan tidak mampu. Jika
pendidik tidak mensikapi tugas-tugas sekolah.
Otonomi diri adalah faktor afektif lain yang berhubungan dengan

50
Ibid.

22
prestasi membaca. Otonomi diri artinya kemandirian dalam berfikir dan
bertindak. Anak yang mandiri cenderung a) mampu menyelesaikan tugas yang
mereka pahami tanpa banyak bertanya pada guru, b) mampu mengikuti
pengarahan pendidik yang berangkaian, c) mampu merencanakan tanpa
menunggu diberi petunjuk terlebih dahulu. Riset juga telah menunjukkan
bahwa anak yang kemampuan membacanya baik lebih mandiri dibandingkan
anak yang kurang mampu membaca.
Environmental mastery adalah faktor afektif ketiga. Jika anak dapat
mengatasi lingkungan dengan baik maka ia akan puas terhadap dirinya sendiri.
Kepuasan ini akan mempengaruhi dan mempengaruhi faktor afektif lainnya.
Faktor afektif lain dalam prestasi membaca adalah persepsi terhadap realitas.
Anak dikatakan mempersepsi realitas dengan akurat jika ia dapat melihat diri
sendiri sebagai individu dan sebagai bagian dari lingkungan. Sejumlah
penelitian membuktikan bahwa anak yang kurang mampu membaca kurang
realistik dalam mengestimasi kemampuan sendiri dibandingkan anak yang
trampil membaca. 5 1

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengaruh Musik Klasik terhadap Kemampuan Membaca pada Anak


Musik klasik merangsang tumbuh kembangnya kemampuan asosiatif
51
Sugirin, op. cit., hlm. 5.

23
anak. Lagu anak-anak yang dirancang dengan menyisipkan kata-kata tertentu
merupakan salah satu sarana untuk mengembangkan kemampuan asosiatif
anak. Lirik lagu “satu-satu aku sayang ibu, dua-dua juga sayang ayah, tiga-
tiga sayang adik kakak, satu dua tiga sayang semuanya”, menghasilkan ragam
asosiasi yang memiliki makna kasih sayang. Irama musik yang sesuai dengan
daya tangkap musical anak menumbuhkan ritme internal pada dirinya
sehingga suatu saat anak mendengar musik klasik dengan irama tersebut,
asosiasi terhadap nuansa kasih sayang terbentuk. Demikian juga ketika anak
beranjak dewasa, asosiasi terhadap kasih sayang dan pengalaman masa
kecilnya tergugah kembali. Dengan demikian lagu tersebut dapat menjadi
perangsang yang menggugah individu untuk mengikat kembali pengalaman
emosional pada masa kanak-kanak. Musik klasik merupakan bentuk data
yang sudah terorganisir dalam irama dan intonasi serta interpretasi, Bentuk
data ini merupakan satu kesatuan utuh dan bukan merupakan kepingan data
yang setiap kali harus dibangun ketika individu hendak memanggil kembali
ingatannya. Ketika seorang anak belajar sebuah lagu la belajar menghafal
kata dan kalimat satu persatu. Kata, kalimat dan irama merupakan elemen-
elemen yang berdiri sendiri. Namun ketika sudah menguasai lagu tersebut
lagu itu menjadi suatu bentuk kesatuan yang tidak terpisahkan.
Musik klasik mampu menggugah individu untuk memanggil kembali
data lainnya karena adanya proses asosiatif. Musik klasik yang telah menjadi
suatu kesatuan organisasi bukan lagi merupakan gabungan elemen bunyi
memainkan merupakan bentuk stimulus tunggal yang mampu menggugah

24
individu mengingat suatu bagian yang memberi gambaran keseluruhan sesuai
dengan prinsip Gestalt, yaitu suatu bagian dapat member gambaran
keseluruhan.
Dengan mendengar sekeping irama, seseorang bisa membayangkan
gambaran lagu itu secara menyeluruh. Jadi musik klasik merupakan data yang
juga berfungsi sebagai perangsang/ stimulator untuk memanggil kembali
ingatan lain. Musik klasik mengandung ritme. Belajar mendengar dan
memahami musik klasik merupakan suatu proses belajar memahami irama
ketika anak-anak di sekolah mulai belajar musik klasik dengan bertepuk
tangan mereka mengawali proses berfikir secara ritmis.52
Musik klasik sendiri memiliki dimensi kreatif dan memiliki bagian
yang identik dengan proses belajar secara umum. Sebagai contoh, dalam
musik klasik terdapat analogi melalui persepsi visual, auditori, antisipasi
pemikiran induktif-deduktif, memori, konsentrasi dan logika. Selain itu
musik klasik juga berpengaruh sebagai alat untuk meningkatkan dan
membantu perkembangan kemampuan kognitif; penalaran, inteligensi,
kreatifitas, membaca, bahasa, sosial, perilaku dan interaksi sosial.53
Latihan musik klasik meningkatkan kemanapun verbal karena latihan
bermain musik klasik mempengaruhi fungsi ingatan dan proses mengingat
secara sistematis akibat adanya modifikasi neuroanatomis pada belahan otak
sebelah kiri (left temporal tube). Anak yang diberi pelatihan musik klasik
cenderung memiliki kekayaan ingatan verbal yang lebih baik dari pada yang
tidak memperoleh perhatian. interaksi verbal secara ritmis (kata berirama)
antara ibu dan anak mempengaruhi perkembangan kemampuan belajar anak.
Anak-anak yang tumbuh dan dibesarkan di dalam suasana keluarga
yang diwarnai dengan nuansa musik klasik cenderung menjadi pribadi yang
Lebih menyenangkan. Hal ini disebabkan karena musik klasik membentuk
ikatan emosional dan menghasilkan daya ingat afektif (Affective Memory).54
52
Ibid., hlm. 22-27.
53
Ibid., hlm. 141-142
54
Monty P Satiadarma, MS/ AT, MCP/ MFFC, CH, P.Si, Cerdas dengan Musik, op. cit., hlm. 30-

25
Dalam keadaan normal, pikiran anak usia sekolah dasar berkembang
secara berangsur-angsur dan secara tenang. Anak betul-betul ada dalam
stadium belajar. Disamping keluarga. Sekolah memberikan pengaruh yang
sistematis terhadap pembentukan akal budi anak. Ingatan anak pada usia 8-12
tahun ini mencapai intensitas paling besar dan paling kuat. Daya menghafal
dan daya memorisasi (dengan sengaja memasukkan dan meletakkan
pengetahuan dalam ingatan) adalah paling kuat. Dan anak mampu memuat
jumlah materi ingatan paling banyak.55
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pada umumnya anak-anak
akan mengangggap bahwa musik klasik sebagai sesuatu yang menyenangkan.
Pikiran mereka terbuka untuk mengeksplorasi dan mempelajari sesuatu. Musik
klasik menyajikan berbagai peluang untuk menggunakan bahasa, menggerakkan
otot, mendorong kreatifitas, membangun persahabatan, berbagi mengungkap
sesuatu dan bermain.
Musik klasik adalah sebagian yang istimewa dari kegiatan rutin anak-anak
kecil setiap harinya. Sebuah lagu yang isinya ucapan selamat pagi akan
dapat membantu anak untuk bersemangat memulai harinya dan lagu-lagu pun
ternyata dapat menjadi pengantar yang baik untuk beralih aktifitas.56
Musik klasik dipercaya memiliki banyak keunggulan khususnya bagi
anak berupa pengembangan intelektual, motor, dan kemampuan serta

ketrampilan sosial.57 Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dengan irama,


denyut nadi dan detak jantung manusia pun memiliki irama khusus
belahan otak kanan menunjukkan aktifitas kerja ketika diiringi musik
klasik, reaksi yang memperlihatkan otak tergantung dengan jenis musik
klasik yang mempengaruhinya, dengan musik klasik yang tepat maka denyut

33
55
Dr. Kartini Kartono, Psikologi Anak, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Mandar Maju,
1995), hlm. 138.
56
Nur Rahadian Sari, Musik dan Kecerdasan Otak Bayi, (Bogor: KH. Kharisma Buka Aksara,
2005), hlm. 92-93
57
Djohan, Psikologi Musik, (Yogyakarta: Buku Baik, 2005), hlm. 144

26
nadi dan tekanan darah menurun, gelombang otak melambat dan otot-otot rilek,
tanpa musik klasik, denyut nadi dan tekanan darah akan meningkat,
gelombang otak semakin cepat dan otot-otot pun menegang.58
Secara garis besar, otak kanan dan otak kiri mempunyai kemampuan
sebagai berikut: otak kanan mendengarkan musik klasik, memanfaatkan
paduan warna menarik, ciptakan aneka simbol baru, belajar kelompok, teka-teki,
humor, lelucon dan kreatifitas, otak kiri membaca, berhitung, membuat
rangkuman, mengerjakan PR, menganalisa, membuat penalaran dan menghafal.
Teori pendidikan terbaru mengatakan otak kanan bekerja optimal apabila kedua
belahan otak dipergunakan secara bersama-sama.
Untuk mengurangi ketergangguan konsentrasi, selain dengan cara me-
madamkan rangsangan-rangsangan yang bersifat mengganggu, perlu juga
diupayakan usaha-usaha untuk meningkatkan daya tahan konsentrasi atau
pemusatan perhatian pada pelajaran.
Salah satu upaya meningkatkan daya tahan konsentrasi pada saat belajar
adalah dengan cara memperdengarkan musik klasik sebagai musik pengiring
belajar. Penelitian yang dilakukan oleh Schuster dan Gritton (dalam Deporter,
2010: 111), menunjukkan bahwa musik klasik paling cocok diperdengarkan pada
saat belajar, mengulang, dan saat berkonsentrasi. Karena musik klasik da- pat
menciptakan keadaan belajar yang optimal dan membantu menciptakan aso-siasi.
Belajar yang diringi dengan musik klasik dapat membuat pikiran selalu siap dan
mampu berkonsentrasi, karena musik klasik mampu menyeimbangkan aktivitas
dari belahan otak kanan dan kiri serta mengatur gelombang otak dalam kondisi
yang diperlukan ketika belajar (Gunawan, 2007: 63).
Menurut Lawrence (2001: 2), musik klasik mempengaruhi kondisi fisik
dan fisiologis. Selama melakukan pekerjaan mental yang berat, tekanan darah,
denyut jantung, dan gelombang otak cenderung meningkat, dan otot-otot menjadi
tegang. Setelah mendengarkan musik, denyut jantung dan tekanan darah menurun
dan otot-otot mengendur. Relaksasi dengan iringan musik klasik membuat pikiran
selalu siap dan mampu berkonsentrasi.
58
Nur Rahadian Sari, op.cit., hlm. 96

27
Campbell (2001: 97), mengatakan bahwa potongan musik klasik, seperti
Haydn dan Mozart, memiliki kejelasan, elegan, dan transparansi yang dapat
meningkatkan konsentrasi, memori, dan persepsi spasial.
Salah satu jenis musik klasik yang sering digunakan dalam belajar adalah
musik klasik zaman baroque, dan musik yang paling dikenal pada zaman ini
adalah musik klasik Bach. Karena musik yang diciptakannya mampu membawa
gelombang otak ke kondisi beta maupun alfa (Gunawan, 2007: 252). Gelombang
otak yang berada pada frekuensi gelombang beta yaitu 12-25 Hz. merupakan
kondisi yang sangat baik untuk melaku-kan aktivitas yang menuntut konsentrasi
tinggi. Sedangkan frekuensi gelombang alfa berkisar antara 8-12 Hz, sangat baik
untuk melakukan aktivitas belajar (Gunawan, 2007: 63).
Penelitian lain yang mendukung penggunaan musik barok (Bach, Corelli,
Tartini, Handel, Pachelbel, Mozart) dan musik klasik (Satie, Rachmaninoff) untuk
merangsang dan mempertahankan lingkungan belajar optimal. Struktur kord
melodis dan instrumentasi musik barok membantu tubuh mencapai keadaan
waspada tetapi tetapi rileks (Deporter, 2010: 111).
Penelitian tentang penggunaan musik klasik seperti musik barok,
menunjukkan hasil bahwa jenis musik ini membuat anak-anak berkonsentrasi, dan
membuat memori mereka meningkat hingga 26%. Musik barok dapat merangsang
otak dan membantu mengembangkan konsentrasi (Cagla, 2009: 2).
Walaupun banyak hasil penelitian luar yang membuktikan bahwa musik
klasik yang paling baik didengarkan untuk meningkatkan hasil belajar, namun
tidak dapat dipungkiri faktor keakraban terha-dap jenis musik tertentu, mem-
pengaruhi persepsi terhadap musik yang diperden-garkan. Apabila individu tidak
memiliki keterikatan secara emosional terhadap jenis musik tertentu, akan
mengakibatkan musik tersebut tidak dapat dinikmati dan malah menjadi variabel
yang dapat meng-ganggu konsentrasi dalam belajar (Shep- pard, 2005: 33).

Keberadaan musik klasik di Indonesia masih dipandang sebagai musik


berkelas yang hanya dapat dinikmati oleh kalangan atas, dan dianggap sebagai
musik yang tidak memasyarakat. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa musik

28
klasik, bukanlah musik yang akrab bagi pendengar di Negara ini (Hakim, 2010:
52).
Budi Raharja dalam Cakrawala Pendidikan (2009: 139), melakukan
penelitian berjudul “Efek Musik terhadap Prestasi Anak Usia Prasekolah; Studi
Komparasi Efek Lagu Anak, Dolanan Jawa, dan Musik Klasik”, dari penelitian
tersebut diperoleh hasil, efek positif terjadi pada perlakuan mendengar musik-
musik yang sudah akrab dengan anak, sedangkan musik belum akrab dapat
mengganggu konsentrasi anak dalam me-nyelesaikan tugasnya. Lagu anak
mempunyai pengaruh positif paling kuat, dolanan jawa mempunyai pengaruh
positif agak kuat, dan pengaruh negatif terjadi pada musik klasik. Pengaruh
tersebut diakibat-kan oleh faktor lingkungan (lingkungan keluarga dan lingkungan
sekolah) sering tidaknya lingkungan memperdengarkan suatu musik
mengakibatkan akrab atau tidaknya anak dengan musik yang bersangkutan dan
hal ini mempengaruhi efek apabila musik tersebut digunakan untuk memanipulasi
keadaan.
Penelitian yang dilakukan Sigman (2005: 17) mengenai efektifitas
penggunaan musik latar di kelas dalam meningkatkan konsentrasi, menghasilkan
kesimpulan, bahwa musik tidak mempengaruhi konsentrasi belajar. Hal ini
terbukti dari tidak adanya perbedaan yang signifikan hasil survei dengan
menggunakan skala Likert antara pretest dan posttest pada penelitian tersebut.

BAB IV
PENUTUP

29
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa musik klasik
sangat dibutuhkan dalam suasana belajar anak, karena musik klasik tidak
hanya berperan sebagai penghibur, tetapi juga dapat mempertajam pikiran,
merangsang pertumbuhan gudang ingatan, dan menguatkan kecerdasan
membaca. Kemampuan membaca anak sangat dibutuhkan dengan adanya
pengaruh musik klasik yang mengiringinya. karena belajar dengan hanya
menggunakan otak kiri saja anak akan cepat merasa jenuh dan mengantuk.
Tapi jika anak belajar dengan diimbangi otak kanan, anak akan merasa
nyaman dan tenang. Penelitian membuktikan bahwa musik terutama musik
klasik sangat mempengaruhi perkembangan IQ (intelligent Quotient) dan EQ
(emotional Quotient). Seorang anak kecil yang sejak kecil terbiasa mendengarkan
musik klasik dia akan lebih berkembang kecerdasan emosionalnya dan
intelegensinya dibanding dengan anak yang jarang mendengarkan musik
klasik. 59 Sehingga kemampuan membaca pada anak akan lebih efektif jika
diberikan metode stimulus menggunakan musik klasik.

4.2 Saran
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti tersebut,
masih menujukkan hasil kontradiksi. Penelitian yang dilakukan Gordon Shaw,
Campbell, dan Schuster menyatakan musik klasik memiliki efek positif terhadap
konsentrasi belajar. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sigman dan Budi
Rahaja, menyimpulkan musik klasik tidak memberikan efek terhadap konsentrasi,
bahkan mengganggu konsentrasi belajar. Atas dasar itu, maka penulis
menyarankan perlu dilakukan kembali penelitian lebih lanjut untuk melihat
pergaruh musik klasik terhadap kemampuan membaca pada anak.
DAFTAR PUSTAKA

Alexa. (2008). Terapi Musik. http://webcache.googleusercontent.com


Bobbi Deporter dan Mike Hernaki, (2002), Quantum Learning, Membiasakan
59
Nur Rahadian Sari, op. cit., hlm. 45-46.

30
Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Bandung: Kaifa, 2002
Campbell, Don. (1997). Efek Mozart. Jakarta : Gramedia
Debbi Deporter dan Mike Henacki, (1999), Quantum Learning, Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Bandung: Kaifa
Dr. Kartini Kartono, ( 1 9 9 5 ) , Psikologi Anak, Psikologi Perkembangan,
Bandung: Mandar Maju
Djohan. (2005). Psikologi Musik. Yogyakarta : Galangpress
Djohan. (2006). Terapi Musik Teori Dan Aplikasi. Yogyakarta : Galangpress
Firmanawati Sutan, (2004), Tiga Langkah Praktis Menjadikan Anak Maniak
Membaca, Jakarta:Puspa Suara
Hendrasurya. (2009). Cara Konsentrasi Belajar. http://artikel-kesehatan-online.
Blogspot. Com/2009/06/konsentrasi-belajar.html.
Hidayat, Rahayu Surtiyati, (1990), Pengetesan Membaca Secara
Komunikatif, Jakarta:Perpustakaan Nasional
Hilman. (2010). Dibuai Musik. Jakarta: Kompas Gramedia Judarwanto,
Marrit, Stepanie. (1996). Simfoni Otak. Bandung : kaifah
Marsudi, Bagus. (2008). Pengertian Terapi Musik. http:// konten-online.com
Monty P. Satiadarma, MCP/ MFFC, DCH, P.Si, ( 2 0 0 4 ) , Cerdas Dengan
Musik, Jakarta: Puspa Swara
Nur Rahadian Sari, (2005), Musik dan Kecerdasan Otak Bayi, Musik
Merangsang Tumbuhnya Sel Otak, Melahirkan Kecerdasan Berfikir dan
Perasaan Rileks, yang Akhirnya Memicu Fungsi Berfikir Menjadi Maksimal,
Bogor; KH. Kharisma Buka Aksara
Putra, Yovan, P. (2008). Memori dan Pembelajaran Efektif. Bandung : Yrama
Widya
Widodo. (2007). Gangguan Konsentrasi. http://childrenclinik. Wordpress.com/

31

Anda mungkin juga menyukai