MAKALAH
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Pendidikan Agama Islam
Oleh:
Dinda Fatihana 151354008
Muhammad Zahra Saputra 151354021
1
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah
Masuknya Islam ke Indonesia” dengan sebaik-baiknya.
Dalam makalah ini dibahas mengenai teori perkembangan Islam di Indonesia,
kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia, proses penyebaran Islam di Indonesia, alasan
agama Islam mudah diterima di Indonesia, peninggalan-peninggalan bercorak Islam di
Indonesia, pengaruh Islam terhadap peradaban di Indonesia.
Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Maka dari itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dan memberi dorongan dalam terselesaikannya
makalah ini.
Penulis menyadari atas segala kekurangan dan kesalahan yang ada dalam
pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis
meminta uluran saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan
pembuatan makalah dimasa yang akan datang.
Akhir kata, penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita
umumnya, dan bagi penulis khususnya. Semoga segala kebaikan dari semua pihak
mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Saat ini, Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah populasi umat
Islam terbesar di dunia. Sebagaimana yang kita ketahui, sebelumnya masuknya Agama
Islam ke Indonesia , mayoritas penduduk menganut Agama Hindu dan Buddha yang
dipengaruhi oleh Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha. Mulai dari terbentuknya
Kerajaan Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur sebagai penggagas berdirinya
Kerajaan Hindu pertama di Indonesia dan Kerajaan Sriwijaya yang menganut agama
Budhha sampai terbentuknya Kerajaan-kerajaan besar seperti Majapahit, Kalingga,
maka perlu kita ketahui bagaimana proses penyebaran Islam di Indonesia sampai Islam
dapat mendominasi di Indonesia.
Indonesia terletak di wilayah yang sangat strategis. Wilayah Barat Nusantara dan
sekitar Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian,
terutama karena hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para pedagang, dan
menjadi daerah lintasan penting antara Cina dan India. Pelabuhan-pelabuhan penting
di Sumatra dan Jawa antara abad ke-1 dan 7 M sering disinggahi pedagang asing seperti
Lamuri (Aceh), Barus, dan Palembang di Sumatra; Sunda Kelapa dan Gresik di Jawa.
Dengan demikian, agama Islam telah ada di Indonesia ini bersamaan dengan kehadiran
para pedagang Arab tersebut.
3
1.2 Perumusan Masalah
1.2 Tujuan
a. Mengetahui Teori Perkembangan Islam di Indonesia.
b. Mengetahui dan mengenal Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia.
c. Mengetahui Proses Penyebaran Islam di Indonesia.
d. Mengetahui alasasan agama Islam mudah diterima di Indonesia.
e. Mengetahui peninggalan-peningalan bercorak Indonesia.
f. Mengetahui pengaruh Islam terhadap peradaban di Indonesia.
4
BAB 2
PEMBAHASAN
Terdapat empat teori yang terkenal dan berkembang dalam awal mula proses
masuknya Islam ke Indonesia yaitu: Teori Gujarat, teori Makkah, teori Persia dan
teori Cina (Ahmad Mansur, 1996).
1. Teori Mekkah
Teori Mekkah mengatakan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia adalah
langsung dari Mekkah atau Arab. Proses ini berlangsung pada abad pertama Hijriah
atau abad ke-7 M. Tokoh yang memperkenalkan teori ini adalah Haji Abdul Karim
Amrullah atau HAMKA, salah seorang ulama sekaligus sastrawan Indonesia.
Hamka mengemukakan pendapatnya ini pada tahun 1958, saat orasi yang
disampaikan pada dies natalis Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTIN) di
Yogyakarta. Ia menolak seluruh anggapan para sarjana Barat yang mengemukakan
bahwa Islam datang ke Indonesia tidak langsung dari Arab. Bahan argumentasi
yang dijadikan bahan rujukan HAMKA adalah sumber lokal Indonesia dan sumber
Arab.
Menurutnya, motivasi awal kedatangan orang Arab tidak dilandasi oleh nilai
nilai ekonomi, melainkan didorong oleh motivasi spirit penyebaran agama Islam.
Dalam pandangan Hamka, jalur perdagangan antara Indonesia dengan Arab telah
berlangsung jauh sebelum tarikh masehi.
Dalam hal ini, teori HAMKA merupakan sanggahan terhadap Teori Gujarat yang
banyak kelemahan. Ia malah curiga terhadap prasangka-prasangka penulis
orientalis Barat yang cenderung memojokkan Islam di Indonesia. Penulis Barat,
5
kata HAMKA, melakukan upaya yang sangat sistematik untuk menghilangkan
keyakinan negeri-negeri Melayu tentang hubungan rohani yang mesra antara
mereka dengan tanah Arab sebagai sumber utama Islam di Indonesia dalam
menimba ilmu agama. Dalam pandangan HAMKA, orang-orang Islam di Indonesia
mendapatkan Islam dari orang- orang pertama (orang Arab), bukan dari hanya
sekadar perdagangan. Pandangan HAMKA ini hampir sama dengan Teori Sufi
yang diungkapkan oleh A.H. Johns yang mengatakan bahwa para musafirlah (kaum
pengembara) yang telah melakukan islamisasi awal di Indonesia. Kaum Sufi
biasanya mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mendirikan
kumpulan atau perguruan tarekat.
2. Teori Gujarat
Teori Gujarat mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal
dari Gujarat pada abad ke-7 H atau abad ke-13 M. Gujarat ini terletak di India
bagain barat, berdekaran dengan Laut Arab. Tokoh yang menyosialisasikan teori
ini kebanyakan adalah sarjana dari Belanda. Sarjana pertama yang mengemukakan
teori ini adalah J. Pijnapel dari Universitas Leiden pada abad ke 19. Menurutnya,
orang-orang Arab bermahzab Syafei telah bermukim di Gujarat dan Malabar sejak
awal Hijriyyah (abad ke7 Masehi), namun yang menyebarkan Islam ke Indonesia
menurut Pijnapel bukanlah dari orang Arab langsung, melainkan pedagang Gujarat
yang telah memeluk Islam dan berdagang ke dunia timur, termasuk Indonesia.
Dalam perkembangan selanjutnya, teori Pijnapel ini diamini dan disebarkan oleh
seorang orientalis terkemuka Belanda, Snouck Hurgronje. Menurutnya, Islam telah
lebih dulu berkembang di kota-kota pelabuhan Anak Benua India. Orang-orang
Gujarat telah lebih awal membuka hubungan dagang dengan Indonesia dibanding
dengan pedagang Arab. Dalam pandangan Hurgronje, kedatangan orang Arab
terjadi pada masa berikutnya. Orang-orang Arab yang datang ini kebanyakan
6
adalah keturunan Nabi Muhammad yang menggunakan gelar “sayid” atau “syarif
” di di depan namanya.
Teori Gujarat kemudian juga dikembangkan oleh J.P. Moquetta (1912) yang
memberikan argumentasi dengan batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yang wafat
pada tanggal 17 Dzulhijjah 831 H/1297 M di Pasai, Aceh. Menurutnya, batu nisan
di Pasai dan makam Maulanan Malik Ibrahim yang wafat tahun 1419 di Gresik,
Jawa Timur, memiliki bentuk yang sama dengan nisan yang terdapat di Kambay,
Gujarat. Moquetta akhirnya berkesimpulan bahwa batu nisan tersebut diimpor dari
Gujarat, atau setidaknya dibuat oleh orang Gujarat atau orang Indonesia yang telah
belajar kaligrafi khas Gujarat. Alasan lainnya adalah kesamaan mahzab Syafei yang
di anut masyarakat muslim di Gujarat dan Indonesia.
3. Teori Persia
Teori Persia mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal
dari daerah Persia atau Parsi (kini Iran). Pencetus dari teori ini adalah Hoesein
Djajadiningrat, sejarawan asal Banten. Dalam memberikan argumentasinya,
Hoesein lebih menitikberatkan analisisnya pada kesamaan budaya dan tradisi yang
berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia.
Tradisi tersebut antara lain: tradisi merayakan 10 Muharram atau Asyuro
sebagai hari suci kaum Syiah atas kematian Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad,
seperti yang berkembang dalam tradisi tabut di Pariaman di Sumatera Barat. Istilah
“tabut” (keranda) diambil dari bahasa Arab yang ditranslasi melalui bahasa Parsi.
Tradisi lain adalah ajaran mistik yang banyak kesamaan, misalnya antara ajaran
Syekh Siti Jenar dari Jawa Tengah dengan ajaran sufi Al-Hallaj dari Persia. Bukan
kebetulan, keduanya mati dihukum oleh penguasa setempat karena ajaran-
ajarannya dinilai bertentangan dengan ketauhidan Islam (murtad) dan
membahayakan stabilitas politik dan sosial. Alasan lain yang dikemukakan
Hoesein yang sejalan dengan teori Moquetta, yaitu ada kesamaan seni kaligrafi
7
pahat pada batu-batu nisan yang dipakai di kuburan Islam awal di Indonesia.
Kesamaan lain adalah bahwa umat Islam Indonesia menganut mahzab Syafei, sama
seperti kebanyak muslim di Iran.
4. Teori Cina
Dalam teori ini berpendapat bahwa proses kedatangan Islam untuk pertama
kalinya ke Indonesia (Khususnya Jawa) itu berasal dari perantau Cina. Melalui
perdagangan, orang cina sudah berhubungan dengan penduduk Indonesia jauh
sebelum Islam dikenal di Indonesia. ketika masa Hindu – Budha, orang-orang cina
ini sudah membaur dengan masyarakat Indonesia. Dalam bukunya Arus Cina-Islam
Sumanto Al-Qurtuby mengatakan, menurut catatan masa Dinasti Tang pada tahun
618-960 M di daerah Quanzhou, Zhang-zhao, Kanton dan pesisir cina bagian
selatan, di sana sudah terdapat sejumlah pemukimaan orang-orang Islam.
Bila dilihat dari beberapa catatan sumber dari dalam Indonesia maupun luar
Indonesia, memang teori Cina ini bisa diterima. Dalam beberapa sumber lokal
ditulis bahwa raja pertama Islam di jawa, yaitu Raden Patah dari Demak, adalah
seorang keturunan Cina. Disebutkan Ibu sang raja berasal dari daerah Campa, yakni
Cina bagian selatan (Kini Vietnam). Hal ini diperkuat oleh Hkayat Hasannudin dan
Sejarah Banten, dimana nama dan gelar raja-raja demak itu ditulis dengan memakai
istilah Cina, seperti “Jin bun”, “Cek Ko po“, “Cu-cu’‘, “Cun Ch”, serta “Cek Ban
Cun”. Bukti-bukti lainnya bisa dilihat dari masjid-masjid tua yang mengandung
nilai arsitektur Tiongkok yang dibangun oleh bangsa Cina di berbagai wilayah di
pulau Jawa.
8
B. PROSES BERKEMBANGNYA ISLAM DI INDONESIA
9
1. Pendekatan Perdagangan
Islam masuk ke Indonesia salah satunya lewat dengan cara perdagangan. Hal
ini bisa terjadi, karena orang-orang para pedagang Islam dari Gujarat, Persia dan
Arab tinggal selama berbulan-bulan di Malaka dan pelabuhan-pelabuhan di
Indonesia. Mereka menunggu angin musim yang baik untuk kembali berlayar.
Maka terjadilah interaksi atau pergaualan antara para pedagang tersebut dengan
raja-raja, para bangsawan dan masyarakat setempat. Kesempatan ini digunakan
oleh para pedagang untuk menyebarkan agama Islam. Mereka sudah sangat dekat
antara satu sama lain. Jadi, saat pedagang Arab mulai menyebarkan pemahaman
agama Islam, orang Melayu pun mudah untuk menerimanya.
Lambat tapi pasti, orang Melayu mulai banyak masuk ajaran Islam. Pengaruh
Islam semakin kuat pada waktu itu setelah berdirinya kerajaan Islam Malaka dan
kerajaan Samudra Pasai di Aceh. Maka makin ramailah para pedangang Arab serta
ulama yang datang ke Indonesia. Disamping mereka berdagang untuk mencari
keuntungan duniawi, mereka juga sambil berdakwah untuk menambah amal
mereka. Berbisnis sambil berdakwah, dunia dapat akhirat juga dapat.
2. Pendekatan Politik
Penyebaran Islam di Indonesia juga tidak terlepas dari dukungan para Sultan.
Comtohnya ketika di pulau Jawa Kesultanan Demak merupakan pusat dakwah dan
menjadi pelindung penyebaran agama Islam. Samudera Pasai menjadi kerajaan,
banyak sekali penduduk yang memeluk agama Islam. Proses seperti ini terjadi pula
di Maluku dan Sulawesi Selatan, Raja Gowa-Tolla yang menjadi pelindung bagi
para da’i menyebarkan ajaran Islam di sana. Para Sultan dan Raja saling
berkomunikasi, tolong menolong dalam melindungi perkembangan dakwah Islam
di Indonesia. Kebanyakan rakyat masuk Islam setelah raja mereka memeluk Islam
terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah
ini. Dari sini dapat dikatakan pula bahwa kemenangan kerajaan Islam secara politis
10
banyak menarik penduduk kerajaan yang bukan muslim untuk memeluk agama
Islam. Kekompakkan para sultan ini juga menjadi cikal bakal lahirnya negara
Indonesia.
3. Pendekatan Perkawinan
Tak dapat dipungkiri, dari sisi ekonomi, para pedagang muslim memiliki status
sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi,
terutama puteri-puteri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri para pedagang itu.
Sebelum prosesi pernikahan, mereka telah diIslamkan terlebih dahulu, dan setelah
mereka memiliki keturunan, lingkungan kaum muslim semakin luas. Oleh
karenanya tidak heran banyak sekali bermunculan kampung-kampung muslim.
Awalnya kampung ini berkembang di pesisir pantai, biasanya mereka disebut
dengan kampung arab —dan masih terkenal hingga saat ini. Dalam perkembangan
berikutnya, karena ada wanita yang keturunan bangsawan yang dinikahi oleh
pedagang itu, tentu saja kemudian dapat mempercepat proses islamisasi.
Demikianlah yang terjadi antara Raden Rahmat atau Sunan Ampel dengan Nyai
Manila, Sunan Gunung Jati dengan Puteri Kawunganten, Brawijayadengan puteri
Campa yang menurunkan Raden Patah, raja pertama kerajaan Demak, dan lain-
lain.
4. Pendekatan Pendidikan
Salah satu cara efketif memasukan pemahaman ajaran Islam pada waktu itu
dengan melalui pendidikan. Pada proses ini, biasanya dilakukan melalui
pendidikan-pendidikan yang dilakukan oleh para wali, ulama, kiai, atau guru agama
yang mendidik murid-murid mereka. Tempat yang paling pesat untuk
mengembangkan ajaran Islam adalah di pondok pesantren. Di tempat itu para santri
dididik dan diajarkan pendidikan agama Islam secara mendalam, sehingga mereka
betul-betul menguasai ilmu agama.
11
Para da’i dan mubalig yang menyebarkan Islam ke seluruh penjuru Indonesia
contohnya adalah Datuk Ribandang yang merupakan keluaran dari pesantren milik
Sunan Giri, dia adalah seorang yang mengislamkan kerajaan Gowa Tolla di
Kalimantan timur. Selain Datuk Ribandang, banyak santri-santri Sunan Giri yang
menyebar ke pulau-pulau yang ada di Indonesia seperti Kangan, Haruku, Madura,
Bawean hingga Nusa Tenggara. Setelah lulus dari pesantren, para santri kembali
ke daerah asal untuk kemudian menyebarkan kepada masyarakat umum pelajaran
yang telah mereka peroleh di pesantren. Sampai saat ini, pesantren masih menjadi
strategi yang efektif untuk menyebarkan ajaran Islam ke seluruh indonesia.
5. Pendekatan Kesenian
Kesenian merupakan wahana untuk berdakwah bagi para pemuka agama di
Indonesia. Pada proses ini yang paling terkenal menggunakannya adalah para wali
yang menyebarkan agama Islam di Jawa. Salah satu media pertunjukan yang paling
terkenal melalui pertunjukan wayang.
Sunan Kalijaga adalah penyebar Islam di daerah Jawa Tengah yang sangat
mahir dalam memainkan wayang. Cerita wayang yang dimainkan berasal dari
cerita Ramayana dan Mahabarata. Dia mengisi pementasan wayang yang biasanya
isinya itu bertema ajaran Hindu, dia ganti dengan ajaran Islam. Dalam memainkan
wayang, selalu disisipkan ajaran-ajaran Islam sehingga penduduk pribumi mulai
akrab dengan ajaran Islam melalui media ini. Yang paling manarik dalam
pertunjukan ini adalah para penduduk tidak dipungut biaya ketika mereka
menyaksikan pertunjukan wayang, mereka hanya diminta untuk melantunkan
kalimat syahadat, sehingga mereka akhirnya masuk Islam dan ikut mendalami
ajarannya. Kemudian ada juga Sunan Muria berdakwah dengan mengembangkan
Gamelannya.
Sedangkan Sunan Giri berdakwah dengan cara membuat banyak sekali mainan
anak-anak seperti Cublak Suweng, Jalungan, Jamuran dan lain sebagainya. Para
12
Sunan ini cerdik sekali, mereka membawa pemahaman ajaran Islam dengan
menggunakan bahasa yang sering digunakan oleh kaumnya. Kebetulan pada waktu
itu masyarakat Indonesia khususnya Jawa, mereka sangat menyukai kesenian-
kesenian itu.
Para tokoh tasawuf ini biasanya memiliki keahlian khusus sehingga dapat
menarik penduduk untuk memeluk ajaran Islam. Keahlian tersebut biasanya
termanifestasi dalam bentuk penyembuhan bagi orang-orang yang terkena
penyakit, lalu disembuhkan. Ada juga yang termanifestasi sebagai kekuatan-
kekuatan magic yang memang sudah sangat akrab dengan penduduk pribumi saat
itu terkenal dan digemari oleh masyarakat.
6. Pendekatan Tasawuf
Tasawuf merupakan bagian ajaran dari Agama Islam. Para tokoh tasawuf ini
biasanya memiliki keahlian khusus sehingga dapat menarik penduduk untuk
memeluk ajaran Islam. Keahlian tersebut biasanya termanifestasi dalam bentuk
penyembuhan bagi orang-orang yang terkena penyakit, lalu disembuhkan. Ada juga
yang termanifestasi sebagai kekuatan-kekuatan magic yang memang sudah sangat
akrab dengan penduduk pribumi saat itu.
13
ini terletak di pesisir timur laut Aceh. Selain Samudera Pasai, di Aceh juga ada
kerajaan Aceh Darussalam, yang berdiri di atas kerajaan Lamuri.
Di Jawa kerajaan Islam yang pertama adalah kerajaan Demak, yang dipimpin
oleh raja pertamanya, Raden Patah. Kemudian ada pula kerajaan Pajang yang
dipimpinoleh Jaka Tingkir. Kerajaan ini berdiri setelah meninggalnya sultan
Demak tahun 1546 M. Ada pula kerajaan Mataram yang dipimpin pertamakali oleh
Senopati.
Kemudian kerajaan Cirebon yang didirikan oleh Sunan Gunung Jati. Selain di
Sumatera dan Jawa, kerajaan Islam juga tumbuh di tempat lain di nusantara, seperti
Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Di Kalimantan ada kerajaan Banjar
(Kalimantan Selatan), Kerajaan Kutai (Kalimantan Timur). Di Sulawesi ada
kerajaan Gowa-Tallo, dengan sultan Alauddin (1591-1636) sebagai raja Islam yang
pertama. Selain Gowa-Tallo, di Sulawesi ada kerajaan Bone, Wajo, Soppeng dan
Luwu). Mereka juga menerima Islam pada awal abad 17 M. Sementara itu di
Maluku ada kerajaan Ternate yang memeluk Islam sekitar tahun 1460 dengan
pimpinan seorang raja yang bernama Vongi Tidore.
14
Dengan kemunduran Perlak, maka tampillah seorang penguasa lokal yang
bernama Marah Silu dari Samudra yang berhasil mempersatukan daerah Samudra
dan Pasai. Dan kedua daerah tersebut dijadikan sebuah kerajaan dengan nama
Samudra Pasai. Kerajaan Samudra Pasai terletak di Kabupaten Lhokseumauwe,
Aceh Utara, yang berbatasan dengan Selat Malaka.
2. Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh didirikan oleh Sultan Ibrahim pada tahun 1514. Aceh
bekembang pesat setelah Malaka dikuasai Portugis. Para pedagang Islam
memindahkan kegiatan berdagang dari Malaka ke Aceh. Aceh mencapai
kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1635). Karena
menjadi pusat agama Islam, Aceh sering disebut Serambi Mekah.
3. Kerajaan Demak
Sebelum dikenal dengan nama Demak, daerah tersebut dikenal dengan nama
Bintoro atau Gelagahwangi yang merupakan daerah kadipaten di bawah kekuasaan
Majapahit. Kadipaten Demak tersebut dikuasai oleh Raden Patah salah seorang
keturunan Raja Brawijaya V (Bhre Kertabumi) yaitu raja Majapahit. Dengan
berkembangnya Islam di Demak, maka Demak dapat berkembang sebagai kota
dagang dan pusat penyebaran Islam di pulau Jawa.
Hal ini dijadikan kesempatan bagi Demak untuk melepaskan diri dengan
melakukan penyerangan terhadap Majapahit. Setelah Majapahit hancur maka
Demak berdiri sebagai kerajaan Islam pertama di pulau Jawa dengan rajanya yaitu
Raden Patah. Kerajaan Demak secara geografis terletak di Jawa Tengah dengan
pusat pemerintahannya di daerah Bintoro di muara sungai Demak, yang dikelilingi
oleh daerah rawa yang luas di perairan Laut Muria. (sekarang Laut Muria sudah
merupakan dataran rendah yang dialiri sungai Lusi). Bintoro sebagai pusat kerajaan
Demak terletak antara Bergola dan Jepara, di mana Bergola adalah pelabuhan yang
15
penting pada masa berlangsungnya kerajaan Mataram (Wangsa Syailendra),
sedangkan Jepara akhirnya berkembang sebagai pelabuhan yang penting bagi
kerajaan Demak.
4. Kerajaan Banten
Seperti yang telah dijelaskan pada uraian materi tentang kerajaan Demak,
bahwa daerah ujung barat pulau Jawa yaitu Banten dan Sunda Kelapa dapat direbut
oleh Demak, di bawah pimpinan Fatahillah. Untuk itu daerah tersebut berada di
bawah kekuasaan Demak. Setelah Banten diislamkan oleh Fatahillah maka daerah
Banten diserahkan kepada putranya yang bernama Hasannudin, sedangkan
Fatahillah sendiri menetap di Cirebon, dan lebih menekuni hal keagamaan. Dengan
diberikannya Banten kepada Hasannudin, maka Hasannudin meletakkan dasar-
dasar pemerintahan kerajaan Banten dan mengangkat dirinya sebagai raja pertama,
memerintah tahun 1552 – 1570.
Lokasi kerajaan Banten terletak di wilayah Banten sekarang, yaitu di tepi Timur
Selat Sunda sehingga daerahnya strategis dan sangat ramai untuk perdagangan
nasional. Pada masa pemerintahan Hasannudin, Banten dapat melepaskan diri dari
kerajaan Demak, sehingga Banten dapat berkembang cukup pesat dalam berbagai
bidang kehidupan.
5. Kerajaan Mataram
Pada awal perkembangannya kerajaan Mataram adalah daerah kadipaten yang
dikuasai oleh Ki Gede Pamanahan. Daerah tersebut diberikan oleh Pangeran
Hadiwijaya (Jaka Tingkir) yaitu raja Pajang kepada Ki Gede Pamanahan atas
jasanya membantu mengatasi perang saudara di Demak yang menjadi latar
belakang munculnya kerajaan Pajang. Ki Gede Pamanahan memiliki putra bernama
Sutawijaya yang juga mengabdi kepada raja Pajang sebagai komando pasukan
pengawal raja. Setelah Ki Gede Pamanahan meninggal tahun 1575, maka
16
Sutawijaya menggantikannya sebagai adipati di Kota Gede tersebut. Setelah
pemerintahan Hadiwijaya di Pajang berakhir, maka kembali terjadi perang saudara
antara Pangeran Benowo putra Hadiwijaya dengan Arya Pangiri, Bupati Demak
yang merupakan keturunan dari Raden Trenggono.
Akibat dari perang saudara tersebut, maka banyak daerah yang dikuasai Pajang
melepaskan diri, sehingga hal inilah yang mendorong Pangeran Benowo meminta
bantuan kepada Sutawijaya. Atas bantuan Sutawijaya tersebut, maka perang
saudara dapat diatasi dan karena ketidakmampuannya maka secara sukarela
Pangeran Benowo menyerahkan takhtanya kepada Sutawijaya. Dengan demikian
berakhirlah kerajaan Pajang dan sebagai kelanjutannya muncullah kerajaan
Mataram. Lokasi kerajaan Mataram tersebut di Jawa Tengah bagian Selatan dengan
pusatnya di kota Gede yaitu di sekitar kota Yogyakarta sekarang.
6. Kerajaan Gowa-Tallo
Di Sulawesi Selatan pada abad 16 terdapat beberapa kerajaan di antaranya
Gowa, Tallo, Bone, Sopeng, Wajo dan Sidenreng. Masing-masing kerajaan
tersebut membentuk persekutuan sesuai dengan pilihan masing-masing. Salah
satunya adalah kerajaan Gowa dan Tallo membentuk persekutuan pada tahun 1528,
sehingga melahirkan suatu kerajaan yang lebih dikenal dengan sebutan kerajaan
Makasar. Nama Makasar sebenarnya adalah ibukota dari kerajaan Gowa dan
sekarang masih digunakan sebagai nama ibukota propinsi Sulawesi Selatan. Secara
geografis, daerah Sulawesi Selatan memiliki posisi yang sangat strategis, karena
berada di jalur pelayaran (perdagangan Nusantara). Bahkan daerah Makasar
menjadi pusat persinggahan para pedagang baik yang berasal dari Indonesia Timur
maupun yang berasal dari Indonesia Barat. Dengan posisi strategis tersebut maka
kerajaan Makasar berkembang menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas jalur
perdagangan Nusantara.
17
7. Kerajaan Ternate-Tidore
Kerajaan Ternate dan Tidore terletak di kepulauan Maluku. Maluku adalah
kepulauan yang terletak di antara Pulau Sulawesi dan Pulau Irian. Jumlah pulaunya
ratusan dan merupakan pulau yang bergunung-gunung serta keadaan tanahnya
subur. Keadaan Maluku yang subur dan diliputi oleh hutan rimba, maka daerah
Maluku terkenal sebagai penghasil rempah seperti cengkeh dan pala. Cengkeh dan
pala merupakan komoditi perdagangan rempah-rempah yang terkenal pada masa
itu, sehingga pada abad 12 ketika permintaan akan rempah-rempah sangat
meningkat, maka masyarakat Maluku mulai mengusahakan perkebunan dan tidak
hanya mengandalkan dari hasil hutan. Perkebunan cengkeh banyak terdapat di
Pulau Buru, Seram dan Ambon. Dalam rangka mendapatkan rempah-rempah
tersebut, banyak pedagangpedagang yang datang ke Kepulauan Maluku. Salah
satunya adalah pedagang Islam dari Jawa Timur. Dengan demikian melalui jalan
dagang tersebut agamaIslam masuk ke Maluku, khususnya di daerah-daerah
perdagangan seperti Hitu di Ambon, Ternate dan Tidore.
Selain melalui perdagangan, penyebaran Islam di Maluku dilakukan oleh para
Mubaligh (Penceramah) dari Jawa, salah satunya Mubaligh terkenal adalah
Maulana Hussain dari Jawa Timur yang sangat aktif menyebarkan Islam di maluku
sehingga pada abad 15 Islam sudah berkembang pesat di Maluku. Dengan
berkembangnya ajaran Islam di Kepulauan Maluku, maka rakyat Maluku baik dari
kalangan atas atau rakyat umum memeluk agama Islam, sebagai contohnya Raja
Ternate yaitu Sultan Marhum, bahkan putra mahkotanya yaitu Sultan Zaenal
Abidin pernah mempelajari Islam di Pesantren Sunan Giri, Gresik, Jawa Timur
sekitar abad 15. Dengan demikian di Maluku banyak berkembang kerajaan-
kerajaan Islam. Dari sekian banyak kerajaan Islam di Maluku, kerajaan Ternate dan
Tidore merupakan dua kerajaan Islam yang cukup menonjol peranannya, bahkan
saling bersaing untuk memperebutkan hegemoni (pengaruh) politik dan ekonomi
di kawasan tersebut.
18
D. ALASAN AGAMA ISLAM CEPAT BERKEMBANG DI
INDONESIA
19
13 - 17. Peninggalan itu antara lain berupa masjid, kaligrafi, pesantren, istana, kitab
dan sebagainya.
a. Masjid
Mesjid merupakan tempat ibadah bagi umat Islam. Masjid menjadi pusat
kegiatan dakwah dan memperdalam ajaran Islam . Contoh peninggalan Islam dalam
bentuk masjid adalah :
b. Kaligrafi
Kaligrafi merupakan tulisan yang mempunyai nilai seni yang tinggi dalam
bentuk huruf Arab. Tulisan itu biasanya merupakan kalimat-kalimat yang
mengagungkan Asma Allah swt. Kaligrafi biasa digunakan untuk hiasan di rumah,
masjid, batu nisan dan gapura.
20
5. Makam Sunan Gunung Jati di Cirebon Jawa Barat
6. Makam Sunan Kudus dan Sunan Muria di Kudus Jawa Tengah
7. Makan Sunan Kalijaga di Demak Jawa Tengah
8. Makan raja-raja Banten di Banten
9. Makam raja-raja Mataram dan Mangkunegaran di Yogyakarta
c. Istana
Istana merupakan pusat pemerintahan yang di pimpin oleh seorang raja. Istana
juga merupakan tempat tinggal raja beserta keluarganya yang dijaga dan dibantu
oleh pengawal atau abdi dalem. Istana merupakan peninggalan dari agama Hindu
dan Budha yang dulu dianut oleh para pendahulu sebelum masuknya agama Islam.
Setelah masuknya agama Islam maka lambat laum diterapkan cara-cara yang sesuai
dengan ajaran islam tetapi tradisi dari agama Hindu dan Budha tidak langsung
dihilangkan begitu saja. Peninggalan islam yang berupa Istana terdapat di Kraton
Yogyakarta yang merupakan istana peninggalan kerajaan Mataram. Istana ini
masih ada sampai sekarang dan dipimpin oleh raja secara turun temurun yang
bergelar Sultan. Peninggalan sejarah di Indonesia yang berupa Istana adalah
sebagai berikut :
21
d. Pesantren
e. Tradisi
22
F. PENGARUH ISLAM TERHADAP PERADABAN DI INDONESIA
Bukti dari pengaruh agama Hindu dan Budha bagi masyarakat Indonesia
dapat dilihat dari banyaknya bangunan-bangunan suci untuk peribadatan,
seperti candi-candi, ukiran, dansebagainya. Semua bangunan itu merupakan
perpaduan antara seni bangunan zaman megalithicum, seperti punden
berundak-undak.ukiran dan relief yang terdapat di dalamnya menggambarkan
kreatifitas bangsa Indonesia.
23
kebudayaan Islam dalam kebudayaan nasional, meliputi bahasa, nama,
adatistiadat dan kesenian.
Pengaruh kesenian yang paling menonjol dalam hal ini terlihat dalam irama
qasidah dan lagu-lagu yang bernafaskan ajaran Islam. Syair pujian yang
mengagungkan nama-nama Allah yang sering diucapkan oleh umat Islam,
merupakan bukti pengaruh ajaran Islam terhadap kehidupan beragama
masyarakat Islam Indonesia. Begitu pula pengaruh dalam bidang bangunan
24
peribadatan. Banyak bangunan mesjid yangada di Indonesia, terpengaruh dari
bangunan mesjid yang ada di Negara-negara Islam, baik yang ada di Timur
Tengah ataupun di tempat-tempat lainnya di dunia Islam.
25
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ada beberapa teori mengenai masuknya islam ke Indonesia yaitu teori
Mekkah, Gujarat, Persia, Cina. Islam datang ke Indonesia ketika pengaruh
Hindu dan Buddha masih kuat. Masyarakat Indonesia berkenalan dengan
agama dan kebudayaan Islam melalui jalur perdagangan, perkawinan,
pendidikan, kesenian, tasawufdan, dan politik.
Perkembangan selanjutnya bermunculan banyak kerajaan-kerajaan
islam di Indonesia seperti samudera pasai dan kerajaan-kerajaan islam lainnya.
Ada alasan-alasan yang mendukung agama Islam berkembang di
Indonesia yang salah satunya adalah karena ajaran Islam yang sederhana dan
mudah dimengerti. Ada juga peninggalan-peninggalan bercorak Islam yang
sangat beragam di Indonesia. Hal ini tentu mempengaruhi peradaban bangsa
Indonesia.
3.2 Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik (ed.). 1991. Sejarah Umat Islam Indonesia. Jakarta: Majelis
Ulama Indonesia.
Badri, Yatim. 2000. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Poesponegoro.
Murodi. 1994. Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang: PT. Karya Toha Putra.
27
http://www.qolbunhadi.com/inilah-sejarah-teori-dan-perkembangan-islam-di-
indonesia/
Adi, Haryo. Makalah Masuknya Islam ke Indonesia. 22 April 2013. Sumber:
http://adinurahman.blogspot.co.id/2013/04/makalah-sejarah-masuknya-islam-
ke.html
Nuswantoro. Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia. 13 Oktober 2015.
Sumber: http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/10/sejarah-masuknya-islam-ke-
indonesia.html
Januar, Heru Dwi. Makalah Masuknya Islam ke Indonesia. Sumber:
https://www.academia.edu/4702648/MAKALAH_Masuknya_Islam_Ke_Indonesi
a
Khairunissa, Wulan. Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia. 7 April 2010.
Sumber: http://islammasukindonesia.blogspot.co.id/
28