Anda di halaman 1dari 19

Radang pada Genetalia Eksterna

Dosen Pengampu : Yuli Irnawati,S.Si.T.,M.Kes

Kelompok : 4

1. Dyah Retno Pangabean (1317007)


2. Febyola Shiskhi Amanda (1317009)
3. Tsuwaibatul Aslamiyyah (1317018)
4. Yulvia Dwi Tania (1317021)

AKADEMI KEBIDANAN BAKTI UTAMA PATI

TAHUN AKADEMIK 2018/2019


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Kesehatan Reproduksi dan kb (b) khususnya dengan tema Radang pada Genetalia Eksterna.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada :

1. Dosen Pembimbing kami, yang selalu memberikan dorongan, kritik dan masukan
kepada kami.
2. Teman-teman Akademi Kebidanan Bakti Utama Pati Tahun Akademik 2018/2019
yang selalu memberi semangat dan motivasi kepada kami

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi. Kami menyadari bahwa makalah ini belumlah
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat
dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Pati, 6 September 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata pengantar .................................................................................................................... i

Daftar isi.............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar belakang ......................................................................................................... 1


2. Rumusan masalah ................................................................................................... 1
3. Tujuan ..................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

1. BARTONILITIS
a. Pengertian......................................................................................................... 2
b. Etiologi ............................................................................................................. 2
c. Etiologi Infeksi ................................................................................................ 2
d. Patofisiologis .................................................................................................... 2
e. Tanda dan gejala .............................................................................................. 2
f. Pengobatan ....................................................................................................... 3
g. Pemeriksaan penunjang.................................................................................... 3
h. Penatalaksaan ................................................................................................... 3
i. Pencegahan....................................................................................................... 5
2. VAGINITIS
a. Definisi ....................................................................................................... 6
b. Etiologi ........................................................................................................ 6
c. Gejala .......................................................................................................... 6
d. Diagnosa ..................................................................................................... 7
e. Pengobatan .................................................................................................. 7
3. VULVA VAGINITIS
a. Definisi ....................................................................................................... 8
b. Etiologi ........................................................................................................ 8
c. Patofisiologis............................................................................................... 10
d. Manifestasi Klinis ....................................................................................... 11
e. Komplikasi .................................................................................................. 11
f. Pencegahan ................................................................................................. 11

iii
g. Penatalaksanaan .......................................................................................... 12
BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan ............................................................................................................. 14
2. Saran ....................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Radang pada genetalia eksterna meliputi bartolinitis, vaginitis dan vulva
vaginitis. Bartolinitis merupakan Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga
dapat menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar wanita. Infeksi alat
kelamin wanita bagian bawah biasanya disebabkan oleh : Virus (kondiloma
akuminata dan herpes simpleks), Jamur (kandida albikan), Protozoa ( amobiasis dan
trikomoniasis) dan Bakteri (neiseria gonore).
Vaginitis merupakan suatu peradangan pada lapisan vagina. Vulvitis adalah
suatu peradangan pada vulva (organ kelamin luar wanita). Vulvovaginitis adalah
peradangan pada vulva dan vagina. Penyebabnya adalah Bakteri (misalnya klamidia,
gonokokus), Jamur (misalnya kandida), terutama pada penderita diabetes, wanita
hamil dan pemakai Vulvovaginitis adalah iritasi/inflamasi pada kulit daerah vulva dan
vagina.
Iritasi ini dapat menyebabkan terjadinya: gatal-gatal (45-58%) di sekitar daerah
labia mayora (bibir vagina besar), labia minor (bibir vagina kecil), dan daerah perineal
(daerah perbatsan antara vagina dan anus) kemerahan dan rasa seperti terbakar pada
kulit (82%) rasa tidak nyaman pada kulit terutama pada saat atau setelah buang air
kecil banyaknya lendir yang keluar dari vagina (62-92%).

B. Rumusan Masalah
a. Apa itu bartonilitis?
b. Apa itu vaginitis?
c. Apa itu vulvitis?

C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui tentang bartonilitis
b. Untuk mengetahui tentang vaginitis
c. Untuk mengetahui tentang vulvitis

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. BARTONILITIS
1. Pengertian
Bartolinitis adalah Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga dapat
menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar wanita. Biasanya, pembengkakan
disertai dengan rasa nyeri hebat bahkan sampai tak bisa berjalan. Juga dapat disertai
demam, seiring pembengkakan pada kelamin yang memerah.
2. Etiologi
Bartolinitis disebabkan oleh infeksi kuman pada kelenjar bartolin yang terletak
di bagian dalam vagina agak keluar. Mulai dari chlamydia, gonorrhea, dan
sebagainya. Infeksi ini kemudian menyumbat mulut kelenjar tempat diproduksinya
cairan pelumas vagina
3. Etiologi Infeksi
a) Infeksi alat kelamin wanita bagian bawah biasanya disebabkan oleh :
Virus : kondiloma akuminata dan herpes simpleks.
Jamur : kandida albikan.
Protozoa : amobiasis dan trikomoniasis.
Bakteri : neiseria gonore.
b) Infeksi alat kelamin wanita bagian atas :
Virus : klamidia trakomatis dan parotitis epidemika.
Jamur : asinomises.
Bakteri : neiseria gonore, stafilokokus dan E.coli
4. Patofisiologi
Lama kelamaan cairan memenuhi kantong kelenjar sehingga disebut sebagai
kista (kantong berisi cairan). “Kuman dalam vagina bisa menginfeksi salah satu
kelenjar bartolin hingga tersumbat dan membengkak. Jika tak ada infeksi, tak akan
menimbulkan keluhan.
5. Tanda dan Gejala
a) Pada vulva: perubahan warna kulit,membengkak, timbunan nanah dalam kelenjar,
nyeri tekan.
b) Kelenjar bartolin membengkak,terasa nyeri sekali bila penderia berjalan atau
duduk,juga dapat disertai demam.

2
c) Kebanyakkan wanita dengan penderita ini datang ke PUSKESMAS dengan
keluhan keputihan dan gatal, rasa sakit saat berhubungan dengan suami, rasa sakit
saat buang air kecil, atau ada benjolan di sekitar alat kelamin.
d) Terdapat abses pada daerah kelamin.
e) Pada pemeriksaan fisik ditemukan cairan mukoid berbau dan bercampur dengan
darah.
6. Pengobatan
Pengobatan yang cukup efektif saat ini adalah dengan: antibiotika golongan
cefadroxyl 500 mg, diminum 3×1 sesudah makan, selama sedikitnya 5-7 hari, dan
asam mefenamat 500 mg (misalnya: ponstelax, molasic, dll), diminum 3×1 untuk
meredakan rasa nyeri dan pembengkakan, hingga kelenjar tersebut mengempis.
7. Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium
b) Vullva
c) In speculo
8. Penatalaksanaan
Tatalaksana Infeksi Alat Kelamin Wanita
Berikut ini adalah beberapa infeksi alat kelamin wanita yang sering dijumpai di
Puskesmas dan tatalaksana yang disesuaikan dengan sarana diagnosis dan obat-obatan
yang tersedia.
a) Gonore (GO)
Anamnese :
1) 99 kasus GO pada wanita menyerang servik uteri dan 50-75 % kasus pada
wanita tidak ada gejala atau keluhan.
2) Kalau ada keluhan biasanya disuria dan lekore, yang sering diabaikan oleh
penderita.
3) Sering anamnese hanya didapatkan riwayat kontak dengan penderita.
Pemeriksaan :
Pemeriksaan dengan spekulum : ostium uteri eksternum bisa tampak normal,
kemerahan atau erosif. Tampak vaginal discharge dengan sifat mukoid keruh,
mukopurulen atau purulen. Mungkin didapatkan komplikasi seperti :
bartolinitis, salpingitis, abses tubo ovarii bahkan pelvik peritonitis. Ketiga
komplikasi tersebut terahir disebut Pelvis Inflamatory Disease (PID).

3
Laboratorium :
Asupan servik atau vaginal discharge : Diplokokus gram negatif intraseluler
lekosit.
b) Uretritis Non Gonore
Anamnese :
Biasanya tidak ada keluhan. Kalau ada, keluhan biasanya adalah disuria dengan atau
tanpa discharge. Sering juga dikeluhkan keluar darah pada akhir dari buang air
kecil (terminal dysuria). Sering bersifat kumat-kumatan (yang membedakan
dengan GO) Riwayat kontak sering (+)
Pemeriksaan :
Mungkin ada discharge uretra. Bila disertai sistitis, mungkin ada nyeri tekan
suprapubis.
Laboratorium :
1) Uretral discharge : diplokokus (-), lekosit >10/lapangan pandang.
2) Urin : berawan atau didapat benang-benang pendek (threads).
c) Trikomoniasis
Anamnese :
Keluhan utama biasanya adalah adanya keputihan dengan jumlah banyak, berwarna
kuning atau putih kehijauan. Sakit pada saat berhubungan sex (dyspareunia) juga
sering dikeluhkan. Riwayat suami kencing nanah perlu ditanyakan, karena > 50%
penderita GO wanita disertai dengan trikomoniasis.
Pemeriksaan :
Pemeriksaan in speculo : terasa sakit, fluor albus cair dengan jumlah banyak dan
berwarna kuning atau putih kehijauan, khas : didapat bintik-bintik merah
(punctatae red spots atau strawbery cervix) di dinding vagina.
Laboratorium :
Fluor albus : dengan mikroskup cahaya Trichomonas vaginalis (+).
d) Kandidiasis
Anamnese :
Keluhan utama biasanya adalah keputihan dan gatal di vagina. Mungkin juga
dikeluhkan adanya rasa sakit waktu melakukan aktivitas sexual. Faktor
predisposisi : diabetes militus, pemakaian Pil KB, dan pemakaian antibiotika
yang tidak terkontrol serta kegemukan.

4
Pemeriksaan :
1) Vulva : tampak merah, udem, adanya plak putih, mungkin didapat juga
fisura atau erosi (Vulvovaginitis).
2) In speculo : Terasa sakit, Discharge kental, sedikit, putih seperti keju dan
biasanya menutup portio.
Laboratorium :
Sel ragi (yeast cells) atau tunas (budding body) dan pseudohypha atau spora.
9. Pencegahan
Untuk menghadang radang, berbagai cara bisa dilakukan. Salah satunya adalah gaya
hidup bersih dan sehat :
a. Konsumsi makanan sehat dan bergizi. Usahakan agar Anda terhindar dari
kegemukan yang menyebabkan paha bergesek. Kondisi ini dapat menimbulkan
luka, sehingga keadaan kulit di sekitar selangkangan menjadi panas dan lembap.
Kuman dapat hidup subur di daerah tersebut.
b. Hindari mengenakan celana ketat, karena dapat memicu kelembapan. Pilih
pakaian dalam dari bahan yang menyerap keringat agar daerah vital selalu kering.
c. Periksakan diri ke dokter jika mengalami keputihan cukup lama. Tak perlu malu
berkonsultasi dengan dokter kandungan sekalipun belum menikah. Karena
keputihan dapat dialami semua perempuan.
d. Berhati-hatilah saat menggunakan toilet umum. Siapa tahu, ada penderita radang
yang menggunakannya sebelum Anda.
e. Biasakan membersihkan diri, setelah buang air besar, dengan gerakan membasuh
dari depan ke belakang.
f. Biasakan membersihkan alat kelamin setelah berhubungan seksual.
g. Jika tidak dibutuhkan, jangan menggunakan pantyliner. Perempuan seringkali
salah kaprah. Mereka merasa nyaman jika pakaian dalamnya bersih. Padahal
penggunaan pantyliner dapat meningkatkan Kelembapan kulit di sekitar vagina.
h. Alat reproduksi memiliki sistem pembersihan diri untuk melawan kuman yang
merugikan kesehatan. Produk pembersih dan pengharum vagina yang banyak
diperdagangkan sebetulnya tidak diperlukan. Sebaliknya jika digunakan
berlebihan bisa berbahaya.
i. Hindari melakukan hubungan seksual berganti-ganti pasangan. Ingat, kuman juga
bisa berasal dari pasangan Anda. Jika Anda berganti-ganti pasangan, tak gampang

5
mendeteksi sumber penularan bakteri. Peradangan berhubungan erat dengan
penyakit menular seksual dan pola seksual bebas.
B. VAGINITIS
1. Definisi
Vaginitis adalah suatu peradangan pada lapisan vagina. vulvitis adalah suatu
peradangan pada vulva (organ kelamin luar wanita). vulvovaginitis adalah
peradangan pada vulva dan vagina.
2. Etiologi
Penyebabnya bisa berupa:
a. Infeksi
1) Bakteri (misalnya klamidia, gonokokus)
2) Jamur (misalnya kandida), terutama pada penderita diabetes, wanita hamil
dan pemakai antibiotic.
3) Protozoa (misalnya trichomonas vaginalis)
4) Virus (misalnya virus papiloma manusia dan virus herpes)
b. Zat atau benda yang bersifat iritatif
1) Spermisida, pelumas, kondom, diafragma, penutup serviks dan spons.
2) Sabun cuci dan pelembut pakaian.
3) Deodoran
4) Zat di dalam air mandi
5) Pembilas vagina
6) Pakaian dalam yang terlalu ketat, tidak berpori-pori dan tidak menyerap
keringat
7) Tinja
c. Tumor ataupun jaringan abnormal lainnya.
d. Terapi penyinaran obat-obatan.
e. Perubahan hormonal.
3. Gejala
Gejala yang paling sering ditemukan adalah keluarnya cairan abnormal dari
vagina. Dikatakan abnormal jika jumlahnya sangat banyak, baunya menyengat atau
disertai gatal-gatal dan nyeri. Cairan yang abnormal sering tampak lebih kental
dibandingkan cairan yang normal dan warnanya bermacam-macam. misalnya bisa
seperti keju, atau kuning kehijauan atau kemerahan.

6
Infeksi vagina karena bakteri cenderung mengeluarkan cairan berwarna putih,
abu-abu atau keruh kekuningan dan berbau amis. Setelah melakukan hubungan
seksual atau mencuci vagina dengan sabun, bau cairannya semakin menyengat
karena terjadi penurunan keasaman vagina sehingga bakteri semakin banyak yang
tumbuh. Vulva terasa agak gatal dan mengalami iritasi.
Infeksi jamur menyebabkan gatal-gatal sedang sampai hebat dan rasa terbakar
pada vulva dan vagina. Kulit tampak merah dan terasa kasar. Dari vagina keluar
cairan kental seperti keju. Infeksi ini cenderung berulang pada wanita penderita
diabetes dan wanita yang mengkonsumsi antibiotik.
Infeksi karena trichomonas vaginalis menghasilkan cairan berbusa yang
berwarna putih, hijau keabuan atau kekuningan dengan bau yang tidak sedap. Gatal-
gatalnya sangat hebat.
Cairan yang encer dan terutama jika mengandung darah, bisa disebakan oleh
kanker vagina, serviks (leher rahim) atau endometrium. Polip pada serviks bisa
menyebabkan perdarahan vagina setelah melakukan hubungan seksual. Rasa gatal
atau rasa tidak enak pada vulva bisa disebabkan oleh infeksi virus papiloma manusia
maupun karsinoma in situ (kanker stadium awal yang belum menyebar ke daerah
lain).
Luka terbuka yang menimbulkan nyeri di vulva bisa disebabkan oleh infeksi
herpes atau abses. Luka terbuka tanpa rasa nyeri bisa disebabkan ole kanker atau
sifilis. Kutu kemaluan (pedikulosis pubis) bisa menyebabkan gatal-gatal di daerah
vulva.
4. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan
karakteristik cairan yang keluar dari vagina. Contoh cairan juga diperiksa dengan
mikroskop dan dibiakkan untuk mengetahui organisme penyebabnya. Untuk
mengetahui adanya keganasan, dilakukan pemeriksaan pap smear.
Pada vulvitis menahun yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan
biasanya dilakukan pemeriksaan biopsi jaringan.
5. Pengobatan
Jika cairan yang keluar dari vagina normal, kadang pembilasan dengan air bisa
membantu mengurangi jumlah cairan. Cairan vagina akibat vaginitis perlu diobati
secara khusus sesuai dengan penyebabnya. Jika penyebabnya adalah infeksi,
diberikan antibiotik, anti-jamur atau anti-virus, tergantung kepada organisme

7
penyebabnya. Untuk mengendalikan gejalanya bisa dilakukan pembilasan vagina
dengan campuran cuka dan air. Tetapi pembilasan ini tidak boleh dilakukan terlalu
lama dan terlalu sering karena bisa meningkatkan resiko terjadinya peradangan
panggul.
Jika akibat infeksi labia (lipatan kulit di sekitar vagina dan uretra) menjadi
menempel satu sama lain, bisa dioleskan krim estrogen selama 7-10 hari.
Selain antibiotik, untuk infeksi bakteri juga diberikan jeli asam propionat agar
cairan vagina lebih asam sehingga mengurangi pertumbuhan bakteri. Pada infeksi
meular seksual, untuk mencegah berulangnya infeksi, kedua pasangan seksual
diobati pada saat yang sama.
Penipisan lapisan vagina pasca menopause diatasi dengan terapi sulih
estrogen. Estrogen bisa diberikan dalam bentuk tablet, plester kulit maupun krim
yang dioleskan langsung ke vulva dan vagina.
Selain obat-obatan, penderita juga sebaiknya memakai pakaian dalam yang
tidak terlalu ketat dan menyerap keringat sehingga sirkulasi udara tetap terjaga
(misalnya terbuat dari katun) serta menjaga kebersihan vulva (sebaiknya gunakan
sabun gliserin). Untuk mengurangi nyeri dan gatal-gatal bisa dibantu dengan
kompres dingin pada vulva atau berendam dalam air dingin.
Untuk mengurangi gatal-gatal yang bukan disebabkan oleh infeksi bisa
dioleskan krim atau salep corticosteroid dan antihistamin per-oral (tablet). Krim atau
tablet acyclovir diberikan untuk mengurangi gejala dan memperpendek lamanya
infeksi herpes. Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri.

C. VULVA VAGINITIS
1. Pengertian
Vulvovaginitis adalah peradangan atau infeksi pada vulva dan vagina.
Vulvovaginal kandidiasis adalah nama yang sering diberikan untuk Candida albicans
vagina infeksi berhubungan dengan dermatitis dari vulva (gatal ruam). 'Vaginal
thrush', dan 'monilia' juga nama-nama untuk Candida albicans infeksi.
Candida albicans adalah jamur ragi biasanya bertanggung jawab atas vulva
gatal dan pengosongan. Hal ini umumnya pelaku bahwa perempuan selalu merujuk
pada setiap Vulvovaginal gatal sebagai "infeksi jamur," tapi perlu diketahui bahwa
semua tidak selalu gatal disebabkan oleh ragi.

8
2. Etiologi
Vulvovaginitis dapat mempengaruhi perempuan dari segala usia dan sangat
umum.Hal ini dapat disebabkan oleh bakteri, ragi, virus, dan parasit lain. Beberapa
penyakit menular seksual juga dapat menyebabkan vulvovaginitis, seperti yang bisa
ditemukan berbagai bahan kimia gelembung mandi, sabun, dan parfum. Faktor-
faktor lingkungan seperti kebersihan yang buruk dan alergen juga dapat
menyebabkan kondisi ini.
Candida albicans, yang menyebabkan infeksi jamur, adalah salah satu
penyebab paling umum vulvovaginitis perempuan dari segala usia. Penggunaan
antibiotik dapat menyebabkan infeksi jamur dengan membunuh antijamur normal
bakteri yang hidup di vagina. Infeksi jamur kelamin biasanya menyebabkan gatal-
gatal dan tebal, putih discharg vagina, dan gejala lain. Untuk informasi lebih lanjut,
lihat: ragi infeksi vagina
Penyebab lain adalah vulvovaginitis bakteri vaginosis, suatu pertumbuhan
berlebih dari jenis bakteri tertentu dalam vagina. Bakteri vaginosis dapat
menyebabkan tipis, warna abu-abu vagina dan bau amis.
Sebuah penyakit menular seksual yang disebut Trichomonas vaginitis infeksi adalah
penyebab umum lain. Infeksi ini mengarah ke kelamin gatal, bau vagina, dan vagina
yang berat, yang mungkin kuning-abu atau warna hijau.
Gelembung mandi, sabun, vagina kontrasepsi, feminin semprotan, dan parfum
dapat menyebabkan iritasi ruam gatal di daerah genital, sedangkan nonabsorbent
ketat atau pakaian kadang-kadang menyebabkan ruam panas.
Jengkel jaringan lebih rentan terhadap infeksi daripada jaringan normal, dan
banyak organisme penyebab infeksi berkembang dalam lingkungan yang hangat,
lembab, dan gelap. Tidak hanya faktor-faktor ini dapat berkontribusi pada penyebab
vulvovaginitis, mereka sering memperpanjang periode pemulihan.
Kurangnya estrogen pada wanita postmenopause dapat menyebabkan
kekeringan vagina dan penipisan kulit vagina dan vulva, yang juga dapat
menyebabkan atau memperburuk kelamin gatal dan terbakar.
Nonspesifik vulvovaginitis (di mana penyebab dapat diidentifikasi) dapat
dilihat dalam semua kelompok usia, tetapi paling sering terjadi pada anak gadis
sebelum pubertas. Setelah pubertas dimulai, vagina menjadi lebih asam, yang
cenderung untuk membantu mencegah infeksi.

9
Vulvovaginitis nonspesifik dapat terjadi pada anak perempuan dengan genital
miskin kebersihan dan ditandai oleh berbau busuk, coklat-hijau pelepasan dan iritasi
labia dan vagina. Kondisi ini sering dikaitkan dengan pertumbuhan berlebih dari
suatu jenis bakteri yang biasanya ditemukan di dalam tinja. Bakteri ini kadang-
kadang menyebar dari anus ke area vagina dengan mengusap dari belakang ke depan
setelah menggunakan kamar mandi.
Pelecehan seksual harus dipertimbangkan pada anak-anak dengan infeksi yang
tidak biasa dan berulang episode dijelaskan vulvovaginitis. Neisseria gonorrhoeae,
organisme yang menyebabkan gonore, menghasilkan gonokokal vulvovaginitis di
gadis-gadis muda. Gonocorrhea vaginitis terkait dianggap sebagai penyakit menular
seksual. Jika tes laboratorium mengkonfirmasi diagnosis ini, gadis-gadis muda harus
dievaluasi untuk pelecehan seksual.
Sekitar 20% dari non-hamil wanita usia 15-55 pelabuhan Candida albicans
dalam vagina. Sebagian besar tidak mempunyai gejala dan itu berbahaya bagi
mereka. Pertumbuhan yang berlebihan dari Candida albicans menyebabkan berat
dadih putih seperti vagina, rasa panas di vagina dan vulva dan / atau ruam gatal di
vulva dan kulit di sekitarnya.
Estrogen menyebabkan lapisan vagina untuk dewasa dan mengandung
glikogen, sebuah substrat yang Candida albicans berkembang. Kurangnya estrogen
pada wanita yang lebih muda dan lebih tua membuat kandidiasis Vulvovaginal
jarang terjadi.
Pertumbuhan yang berlebihan dari Candida albicans terjadi paling sering dengan:
a. Kehamilan
b. Dosis tinggi pil KB kombinasi dan estrogen berbasis terapi penggantian
hormon
c. Sebuah rangkaian antibiotik spektrum luas seperti tetracycline atau amoxiclav
d. Diabetes mellitus
e. Anemia kekurangan zat besi
f. Defisiensi imunologis misalnya, infeksi HIV
g. Di atas kondisi kulit yang lain, sering psorias , Planus lumut atau lumut
sclerosus.
h. Penyakit lain

10
3. Patofisiologi
Proses infeksi dimulai dengan perlekatan Candida sp. pada sel epitel vagina.
Kemampuan melekat ini lebih baik pada C.albicans daripada spesies Candida
lainnya. Kemudian, Candida sp. mensekresikan enzim proteolitik yang
mengakibatkan kerusakan ikatan-ikatan protein sel pejamu sehingga memudahkan
proses invasi. Selain itu, Candida sp. juga mengeluarkan mikotoksin diantaranya
gliotoksin yang mampu menghambat aktivitas fagositosis dan menekan sistem imun
lokal. Terbentuknya kolonisasi Candida sp. memudahkan proses invasi tersebut
berlangsung sehingga menimbulkan gejala pada pejamu.
4. Manifestasi Klinis
Vulvovaginal gejala kandidiasis, yaitu, suatu pertumbuhan berlebih dari
Candida albicans, meliputi:
a. Gatal, nyeri dan / atau pembakaran ketidaknyamanan pada vagina dan vulva
b. Berat dadih putih seperti vagina
c. Ruam merah terang yang mempengaruhi bagian dalam dan luar dari vulva,
kadang-kadang menyebar luas di pangkal paha untuk memasukkan daerah
kemaluan, daerah inguinal dan paha. Ini bisa berlangsung hanya beberapa jam
atau bertahan selama berhari-hari, berminggu-minggu, atau jarang, bulan.
d. Gejala mungkin kadang-kadang diperparah oleh hubungan seksual.
5. Komplikasi
a. Ketidaknyamanan yang tidak hilang
b. Infeksi kulit (dari garukan)
c. Komplikasi karena penyebab kondisi (seperti gonore dan infeksi kandida)
6. Pencegahan
Untuk mencegah infeksi jamur, mengenakan pakaian katun agar udara dapat
bersirkulasi. Walaupun sejumlah obat untuk mengobati infeksi jamur baru-baru ini
akan tersedia over-the-counter, berhati-hati dalam membuat diagnosis diri terburu-
buru.
Penggunaan kondom selama hubungan seksual bisa mencegah sebagian besar
infeksi menular seksual vagina. Tepat pas dan memadai penyerap pakaian,
dikombinasikan dengan baik kebersihan daerah genital juga mencegah banyak kasus
infeksi non-vulvovaginitis.
Anak-anak harus diajarkan bagaimana cara benar membersihkan daerah
genital saat memandikan atau mandi. Tepat menyeka setelah menggunakan toilet

11
juga akan membantu (anak harus selalu menyeka dari depan ke belakang untuk
menghindari memperkenalkan bakteri dari anus ke vagina). Tangan harus dicuci
bersih sebelum dan setelah menggunakan kamar mandi.
7. Penatalaksanaan
Kadang-kadang Candida albicans infeksi tetap ada meski terapi konvensional
yang memadai. Pada beberapa wanita hal ini mungkin merupakan tanda kekurangan
zat besi , diabetes melitus atau masalah imun, dan tes yang sesuai harus dilakukan.
Perempuan yang mengalami berulang Vulvovaginal Candida albicans
melakukannya karena infeksi persisten, daripada infeksi ulang. Tujuan dari
perawatan dalam situasi ini adalah untuk menghindari pertumbuhan berlebih dari
kandida yang mengarah ke gejala, daripada harus mampu mencapai pemberantasan
menyelesaikan atau menyembuhkan. Ada beberapa bukti bahwa langkah-langkah
berikut dapat membantu:
a. Kapas atau uap air-wicking pakaian dalam dan pakaian longgar, menghindari
stoking nilon.
b. Perendaman dalam garam mandi. Hindari sabun.
c. Menggunakan pembersih non-sabun atau krim untuk mencuci berair.
d. Terapkan hidrokortison krim untuk mengurangi gatal dan mengobati sekunder
dermatitis mempengaruhi vulva.
e. Perlakukan dengan krim anti jamur sebelum setiap periode menstruasi dan
sebelum terapi antibiotik untuk mencegah kambuh. Sebuah perjalanan panjang
sebuah antijamur topikal agen kadang-kadang diperlukan (tapi hal ini mungkin
sendiri menyebabkan dermatitis atau hasil dalam non-proliferasi candida
albicans).
f. Antijamur oral obat-obatan (itrakonazol atau flukonazol) dapat diambil secara
teratur dan sebentar-sebentar (misalnya sekali sebulan). Dosis dan frekuensi
yang cukup bervariasi, tergantung pada keparahan gejala. Oral agen antijamur
mungkin tidak sesuai pada kehamilan. Mereka membutuhkan resep.
g. Asam borat (boraks) 600mg sebagai supositoria pada malam hari dapat
membantu untuk mengasamkan vagina dan mengurangi kehadiran khamir
(albicans dan non-candida albicans).
Langkah-langkah berikut belum ditunjukkan untuk membantu.
a. Perawatan pasangan seksual - laki-laki mungkin mendapatkan singkat reaksi
kulit pada penis, yang membersihkan cepat dengan krim antijamur.

12
Memperlakukan laki-laki tidak mengurangi jumlah episode kandidiasis pada
pasangan wanita mereka.
b. Khusus gula rendah, rendah ragi atau yoghurt tinggi diet
c. Menempatkan yoghurt dalam vagina
d. Obat alami (dengan pengecualian asam borat)

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bartolinitis merupakan Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga
dapat menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar wanita. Infeksi alat
kelamin wanita bagian bawah biasanya disebabkan oleh :
Virus (kondiloma akuminata dan herpes simpleks), Jamur (kandida albikan), Protozoa
( amobiasis dan trikomoniasis) dan Bakteri (neiseria gonore).
Vaginitis merupakan suatu peradangan pada lapisan vagina. Vulvitis adalah
suatu peradangan pada vulva (organ kelamin luar wanita).
Vovaginitis adalah peradangan pada vulva dan vagina. Penyebabnya adalah
Bakteri (misalnya klamidia, gonokokus), Jamur (misalnya kandida), terutama pada
penderita diabetes, wanita hamil dan pemakai Vulvovaginitis adalah iritasi/inflamasi
pada kulit daerah vulva dan vagina.

B. Saran
Untuk masyarakat semoga makalah ini dapat dipelajari dan memberikan informasi.
Untuk tenaga kesehatan diharapkan dapat mengetahui masalah peradangan pada genetalia
eksterna dalam penatalaksanaannya dapat diterapkan dan dapat meng-update ilmu.

14
DAFTAR PUSTAKA

Llewellyn, Derek Jones.2002.Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi.Jakarta:KDT


Taber, Ben-zion.1994.Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi.Jakarta:EGC
Pernoll, L.Martin dan Ralph C. Benson.2009.Buku Saku Obstetri dan
Ginekologi.Jakarta:EGC
Prawirohardjo, Sarwono.2005.Obstetri dan Ginekologi Sosial.Jakarta:Tridasa Printer

15

Anda mungkin juga menyukai