MATA KULIAH
KESEHATAN REPRODUKSI
Disusun Oleh :
Dewi Nur Andhika Sari
(11)
Pria:
Membuahi sel telur wanita
Peran Gender
1. Mencari nafkah.
2. Memasak.
3. Mengasuh anak.
4. Mencuci pakaian dan alat-alat rumah tangga
5. Tolong-menolong antar tetangga dan gotong-royong dalam menyelesaikan
pekerjaan milik bersama.
6. Dan lain-lain.
3. Pengertian Seksualitas
a. Seksualitas/jenis kelamin adalah karakteristik biologis-anatomis (khususnya
system reproduksi dan hormonal) diikuti dengan karakteristik fisiologis tubuh yang
menentukan seseorang adalah laki-laki atau perempuan (Depkes RI, 2002:2).
b. Seksualitas/Jenis Kelamin (seks) adalah perbedaan fisik biologis yang mudah
dilihat melalui cirri fisik primer dan secara sekunder yang ada pada kaum laki-laki
dan perempuan(Badan Pemberdayaan Masyarakat, 2003)
c. Seksualitas/Jenis Kelamin adalah pembagian jenis kelamin yang ditentukan secara
biologis melekat pada jenis kelamin tertentu 9handayani, 2002 :4)
d. Seks adalah karakteritik genetic/fisiologis atau biologis seseorang yang
menunjukkan apakah dia seorang perempuan atau laki-laki (WHO, 1998)
Ciptaan Tuhan, contohnya perempuan bisa Buatan manusia, contohnya laki-laki dan
haid, hamil, melahirkan dan menyusui perempuan berhak menjadi calon ketua RT,
sedang laki-laki tidak. RW, dan kepala desa bahkan presiden.
diskriminasi gender adalah ketidakadilan gender yang merupakan akibat dari adanya
system (struktur) social dimana salah satu jenis kelamin (laki-laki atau perempuan) menjadi
korban. Hal ini terjadi karena adanya keyakinan dan pembenaran yang ditanamkan sepanjang
peradaban manusia dalam berbagai bentuk dan cara yang menimpa kedua belah pihak,
walaupun dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak dialami oleh perempuan.
Isu gender adalah suatu kondisi yang menunjukkan kesenjangan laki-laki dan
perempuan yaitu adanya kesenjangan antara kondisi yang dicita-citakan (normatif) dengan
kondisi sebagaimana adanya (obyektif).
1. Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir (Safe Motherhood)
2. Keluarga Berencana
3. Kesehatan Reproduksi Remaja
4. Infeksi Menular Seksual
Gender mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan laki-laki dan perempuan. Hal
ini semakin dirasakan dalam ruang lingkup kesehatan reproduksi antara lain karena hal
berikut :
a. Masalah kesehatan reproduksidapat terjadi sepanjang siklus hidup manusia missal masalah
inses yang terjadi pada masa anak-anak dirumah, masalah pergaulan bebas , kehamilan
remaja.
b. Perempuan lebih rentan dalam menghadapi resiko kesehatan reproduksi seperti kehamilan,
melahirkan, aborsi tidak aman dan pemakaian alat kontrasepsi. Karena struktur alat
reproduksi yang rentan secara social atau biologis terhadap penularan IMS termasuk
STD/HIV/AIDS.
c. Masalah kesehatan reproduksi tidak terpisah dari hubungan laki-laki dan perempuan. Namun
keterlibatan, motivasi serta partisipasi laki-laki dalam kespro dewasa ini sangat kurang.
d. Laki-laki juga mempunyai masalah kesehatan reproduksi, khusunya berkaitan dengan IMS.
HIV, dan AIDS. Karena ini dalam menyusun strategi untuk memperbaiki kespro harus
dipertimbangkan pula kebutuhan, kepedulian dan tanggung jawab laki-laki.
e. Perempuan rentan terhadap kekerasan dalam rumah tangga 9 kekerasan domestic atau
perlakuan kasar yang pada dasarnya bersumber gender yang tidak setara.
f. Kesehatan reproduksi lebih banyak dikaitkan dengan urusan perempuan seperti KB
9. Diskriminasi Gender
Diskriminasi dapat diartikan sebagai sebuah perlakuan terhadap individu secara berbeda
dengan didasarkan pada gender, ras, agama, umur atau karakteristik yang lain.
Diskriminasi juga terjadi dalam peran gender. Akibat pelekatan sifat-sifat gender tersebut,
timbul masalah ketidakadilan (diskriminasi) gender.
Faktor-faktor yang mempengaruhi :
a. Marginalisasi
Marginalisasi dapat diartikan sebagai proses penyingkiran perempuan dalam
pekerjaan yang mengakibatkan kemiskinan. Sebagaimana dikutip oleh Saptari
menurut Alison Scott, seorang ahli sosiologi Inggris melihat berbagai bentuk
marginalisasi dalam empat bentuk yaitu :
1) Proses pengucilan, perempuan dikucilkan dari kerja upahan atau jenis kerja
tertentu
2) Proses pergeseran perempuan ke pinggiran (margins) dari pasar tenaga kerja,
berupa kecenderungan bekerja pada jenis pekerjaan yang memiliki hidup yang
tidak stabil, upahnya rendah, dinilai tidak atau kurang terampil
3) Proses feminisasi atau segregasi, pemusatan perempuan pada jenis pekerjaan
tertentu (feminisasi pekerjaan), atau pemisahan yang semata-mata dilakukan oleh
perempuan saja atau laki-laki saja.
4) Proses ketimpangan ekonomi yang mulai meningkat yang merujuk di antaranya
perbedaan upah
b. Subordinasi
Subordinasi adalah suatu penilaian atau anggapan bahwa suatu peran yang dilakukan
oleh satu jenis kelamin lenih rendah dari yang lain. Anggapan bahwa perempuan itu
irrasional atau emosional menjadikan perempuan tidak bisa tampil sebagai pemimpin,
dan ini berakibat pada munculnya sikap yang menempatkan perempuan pada posisi
yang kurang penting.
c. Stereotipe
Stereotipe mempunyai arti pemberian citra baku atau label/cap kepada seseorang atau
kelompok yang didasarkan pada suatu anggapan yang salah atau sesat. Stereotipe
umumnya dilakukan dalam dua hubungan atau lebih dan seringkali digunakan sebagai
alasan untuk membenarkan suatu tindakan kelompok atas kelompok lainnya.
Stereotipe juga menunjukkan adanya hubungan kekuasaan yang timpang atau tidak
seimbang yang bertujuan untuk menaklukkan atau menguasai pihak lain. Strreotipe
negatif juga dapat dilakukan atas dasar anggapan gender. Namun seringkali pelabelan
negatif ditimpakan kepada perempuan yang pulang larut malam adalah pelacur, jalang
dan berbagai sebutan buruk lainnya.
RANGKUMAN
Gender adalah perbedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab antara laki-laki dan
perempuan yang merupakan hasil konstruksi social dan dapat berubah sesuai dengan
perkembangan jaman. Ciri-ciri gender :
1. Bisa berubah
2. Papat dipertukarkan
3. Tergantung musim
Diskriminasi gender merupakan akibat dari adanya system (struktur) social dimana salah
satu jenis kelamin (laki-laki maupun perempuan) menjadi kornban. Hal ini terjadi karena
adanya keyakinan dan pembenaran yang ditanamkan sepanjang peradaban manusia dalam
berbagai bentuk dan cara yang menimpa kedua bilah pihak, walupun dalam kehidupan sehari-
hari lebih banyak dialami oleh perempuan.
Dengan mengetahui dan memahami pengertian gender seseorang diaharapkan tidak lagi
mencampuradukan pengertian kodrat dan non-kodrati. Konstruksi social dapat terjadi karena
karena pada dasarnya sikap dan prilaku manusia dipengaruhi oleh factor internal dan
eksternal, yaitu konstruksi biologis, konstruksi social, dan konstruksi agama.
Diskriminasi gender dapat dihilangkan apabila masyarakat memahami dan mawas diri
serta berekat mengubah perilaku kea rah responsive gender dalam setiap kegiatan. Dengan
demikian, perlu adanya kesepakatan dalam hal pembagian peran, sehingga laki-laki dan
perempuan dapat menjadi mitra yang setara dan seimbang dalam kehidupan di keluarga,
masyarakat, dan pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA