Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN

DENGAN ANSIETAS
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa yang dibimbing
oleh : Ibu Ns. Yeni Suryaningsih, S.Kep.

Disusun Oleh Kelompok 4 Semester 3 Kelas B :

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘aalamiin, segala Puji bagi ALLAH SWT yang atas Rahmat
dan Ridho Nya saya dapat menyelesaikan Materi Asuhan Keperawatan Klien
dengan Ansietas dengan sebaik - baiknya. Dalam proses penyusunan materi ini,
tidak lepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini,
kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ns. Yeni Suryaningsih, S.Kep.selaku dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Jiwa yang memberikan support yang luar biasa, memberikan
waktu, membantu dan mengarahkan kami selama proses penyusunan
materi, dan mendampingi selama proses mengajar.
2. Semua pihak yang telah membantu serta memberi dukungan dalam
penyelesaian tugas ini.

Dalam penyusunan materi ini, kami menyadari masih banyak kekurangan.


Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan
demi kesempurnaan materi ini.

Jember, 9 Oktober 2014

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... 1
DAFTAR ISI.................................................................................................. 2
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 3
1.1. Latar Belakang................................................................................. 3
1.2. Rumusan Masalah........................................................................... 3
1.3. Tujuan .............................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 5
2.1. Pengertian Ansietas.......................................................................... 5
2.2. Teori Ansietas................................................................................... 6
2.3. Tingkat Ansietas .............................................................................. 6
2.4. Pengukuran Kecemasan………………............................................ 7
2.5. Respon Kecemasan.......................................................................... 8
2.6. Reaksi Ansietas................................................................................ 8
2.7. Sumber Koping ............................................................................... 9
2.8. Mekanisme Koping ......................................................................... 11
2.9. Kepribadian Pencemas..................................................................... 12
2.10.. Pohon Masalah Dan Diagnosa Keperawatan ………………… 12
BAB III PENUTUP........................................................................................ 18
3.1.Kesimpulan....................................................................................... 18
3.2.Saran……………………………………………………………….. 18
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 20

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Takut dan Cemas merupakan suatu perasaan yang bisa dialami oleh setiap
orang dalam kehidupannya setiap hari. Setiap orang akan mengalaminya pada
waktu yang berbeda-beda. Takut dan cemas sering berhubungan erat. Saat orang
merasa takut akan sesuatu, orang tersebut sering merasa cemas juga. Walaupun
perasaan cemas dan takut keduanya berhubungan erat, keduanya berbeda.
Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai
dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan
Saraf Autonomic (SSA). Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-
spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi.
Rasa khawatir, gelisah, takut, waswas, tidak tenteram, panik dan sebagainya
merupakan gejala umum akibat cemas. Namun sampai sebatas mana situasi jiwa
berupa cemas itu dapat ditoleransi oleh seorang individu sebagai kesatuan utuh.
Karena seringkali ”cemas” menimbulkan keluhan fisik berupa berdebar-debar,
berkeringat, sakit kepala, bahkan gangguan fungsi seksual dan beragam lainnya.
Begitu banyak manifestasi gejala akibat cemas. Begitu banyak pula penderita
yang terkecoh, menganggap fisiknya yang sakit, sehingga mereka gonta-ganti
dokter sampai minta dilakukan operasi dan bahkan ada yang minta bantuan
dukun. Dengan begitu, bahwa ‘cemas’ menjadikan seseorang tidak rasional lagi.
Karena itu, selagi Anda masih dapat berpikir rasional, kenalilah gejala ‘cemas
yang sakit’ (anxietas) itu.
Kecemasan pada umumnya berhubungan dengan adanya situasi yang
mengancam atau membahayakan. Dengan berjalannya waktu, keadaan cemas
tersebut biasanya akan dapat teratasi sendiri. Namun, ada keadaan cemas yang
berkepanjangan, bahkan tidak jelas lagi kaitannya dengan suatu faktor penyebab
atau pencetus tertentu. Hal ini merupakan pertanda gangguan kejiwaan yang dapat
menyebabkan hambatan dalam berbagai segi kemampuan dan fungsi sosial bagi
penderitanya. Tidaklah mudah untuk membedakan cemas yang wajar dan cemas
yang sakit. Karena keduanya merupakan respons yang umum dan normal dalam
kehidupan sehari-hari.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan ansietas?
2. Apa saja teori ansietas yang merupakan faktor dari ansietas?
3. Apa saja tingkatan dari ansietas?
4. Bagaimana cara mengukur kecemasan?
5. Bagaimana respon kecemasan pada klien dengan ansietas?
6. Bagaimana reaksi ansietas pada klien dengan ansietas?
7. Apa saja sumber koping bagi klien dengan ansietas?
8. Bagaimana mekanisme koping bagi klien dengan ansietas?
9. Bagaimana kepribadian seorang pencemas?
10. Bagaimana askep bagi klien dengan ansietas?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi ansietas
2. Untuk mengetahui teori ansietas yang merupakan faktor dari ansietas
3. Untuk mengetahui tingkatan dari ansietas
4. Untuk mengetahui cara mengukur kecemasan
5. Untuk mengetahui respon kecemasan pada klien dengan ansietas
6. Untuk mengetahui reaksi ansietas pada klien dengan ansietas
7. Untuk mengetahui sumber koping bagi klien dengan ansietas
8. Untuk mengetahui mekanisme koping bagi klien dengan ansietas
9. Untuk mengetahui kepribadian seorang pencemas
10. Untuk mengetahui askep bagi klien dengan ansietas

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian ansietas / kecemasan
Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya, dan keadaan emosi ini
tidak memiliki objek yang spesifik (Stuart, 2006). Kecemasan adalah perasaan
takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas,
individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan
ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam
tersebut terjadi. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus
ansietas (Videbeck, 2008). Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas
menyebar di alam dan terkait dengan perasaan ketidakpastian dan
ketidakberdayaan. Perasaan isolasi, keterasingan, dan ketidakamanan juga hadir
(Stuart & Laraia, 2005). Dari pendapat beberapa para ahli diatas maka dapat
disimpulkan bahwa kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik
dan bersifat subjektif berupa rasa takut, kekhawatiran pada sesuatu yang akan
terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak
menentu dan tidak berdaya.

2.2. Teori Kecemasan


Stuart & Laraia (2005) menyatakan ada beberapa teori yang telah
dikembangkan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan,
diantaranya :
a. Faktor Predisposisi
Teori yang dikembangkan untuk menjelaskan penyebab ansietas adalah :
1) Teori psikoanalitik
Menurut Sigmund Freud Kecemasan dimulai pada saat bayi sebagai akibat dari
rangsangan tiba-tiba dan trauma lahir. Kegelisahan berlanjut dengan kemungkinan
bahwa lapar dan haus mungkin tidak puas. Kecemasan Primer karena itu keadaan
tegang atau dorongan yang dihasilkan oleh penyebab eksternal. Lingkungan
mampu mengancam serta memuaskan. Ini ancaman implisit predisposes orang
untuk kecemasan di kemudian hari. Freud menyatakan struktur kepribadian terdiri
dari tiga elemen yaitu id, ego, dan superego. Id melambangkan dorongan insting
dan impuls primitif. Superego mencerminkan hati nurani seseorang dan
dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang, sedangkan ego atau aku
digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari id dan superego. Menurut teori
psikoanalitik, ansietas merupakan konflik emosional yang terjadi antara id dan
superego, yang berfungsi memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang perlu
diatasi.
2) Teori interpersonal
Sullivan tidak setuju dengan Freud. Ia menyatakan ansietas terjadi dari
ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga dihubungkan dengan trauma
masa pertumbuhan seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang
menjadi tidak berdaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya
sangat mudah untuk mengalami ansietas yang berat.
3) Teori prilaku
Ansietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Para ahli prilaku
menganggap ansietas merupakan sesuatu dorongan yang dipelajari berdasarkan
keinginan untuk menghindarkan rasa sakit. Teori ini meyakini bahwa individu
yang pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa takut berlebihan akan
menunjukkan kemungkinan ansietas berat pada kehidupan masa dewasanya.
4) Kajian keluarga
Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang
biasa ditemui dalam suatu keluarga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih
antara gangguan ansietas dengan depresi.
5) Kajian biologis
Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepin. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas. Selain itu
kesehatan umum seseorang mempunyai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas
mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas
seseorang untuk mengatasi stressor.

b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi:
1) Faktor eksternal :
a) Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologis yang akan
terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup
sehari-hari.
b) Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri,
dan fungsi social yang terintegrasi pada individu.
2) Faktor internal :
a) Usia, seseorang yang mempunyai usia lebih muda ternyata lebih mudah
mengalami gangguan akibat kecemasan daripada seseorang yang lebih tua
usianya.
b) Jenis kelamin, gangguan panik merupakan suatu gagasan cemas yang ditandai
dengan kecemasan yang spontan dan episodik. Gangguan ini lebih sering dialami
wanita daripada pria. Perempuan memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi
dibandingkan subjek berjenis kelamin laki-laki. Dikarenakan bahwa perempuan
lebih peka dengan emosinya, yang pada akhirnya peka juga terhadap perasaan
cemasnya. Perbedaan ini bukan hanya dipengaruhi oleh faktor emosi, tetapi juga
dipengaruhi oleh faktor kognitif. Perempuan cenderung melihat hidup atau
peristiwa yang dialaminya dari segi detail, sedangkan laki-laki cara berpikirnya
cenderung global atau tidak detail. Individu yang melihat lebih detail, akan juga
lebih mudah dirundung oleh kecemasan karena informasi yang dimiliki lebih
banyak dan itu akhirnya bisa benar-benar menekan perasaannya.
c) Tipe kepribadian , orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami
gangguan akibat kecemasan daripada orang dengan kepribadian B. Adapun ciri-
ciri orang dengan kepribadian A adalah tidak sabar, kompetitif, ambisius, dan
ingin serba sempurna.
d) Lingkungan dan situasi, seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata
lebih mudah mengalami kecemasan dibanding bila dia berada di lingkungan yang
biasa dia tempati.

2.3. Tingkat Kecemasan/ ansietas


Cemas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami secara
subyektif dan dikomunikasikan dalam dalam hubungan interpersonal. Cemas
berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu
yang berbahaya. Cemas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut.
Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat
cemas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan. Menurut Stuart & Laraia
(2005), ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan,
sedang, berat, dan panik.
a. Kecemasan Ringan
Berhubungan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari. Individu masih
waspada serta lapang persepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat memotivasi
individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif dan
menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
b. Kecemasan Sedang
Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang persepsi
individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian yang selektif
namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk
melakukannya.
c. Kecemasan Berat
Lapangan persepsi individu sangat sempit. Individu cenderung berfokus pada
sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua
perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan
banyak arahan untuk berfokus pada area lain..
d. Panik
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Hal yang rinci
terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan.
Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan
aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang
lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional.
Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung terus dalam
waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan kematian.

Gambar 2.1 Rentang Respon cemas


Sumber : Stuart & Laraia (2005)

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

2.4. Pengukuran Kecemasan


Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan baik itu kecemasan
ringan, sedang, berat, dan berat sekali (panik) digunakan alat ukur kecemasan
yang dikenal dengan Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRSA). Alat ukur ini
terdiri dari 10 kelompok gejala yang masing-masing kelompok gejala diberi
penilaian angka (score) antara 0-4, yang artinya :
Nilai 0 = tidak ada gejala (tidak ada gejala yang muncul)
Nilai 1 = gejala ringan (hanya satu gejala yang muncul)
Nilai 2 = gejala sedang (sebagai gejala yang muncul)
Nilai 3 = gejala berat (lebih dari sebagian gejala yang muncul)
Nilai 4 = gejala berat sekali/panik (seluruh gejala muncul).
Masing-masing nilai angka (score) dari ke 10 kelompok gejala tersebut jumlahkan
sehingga dari penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang
yaitu :
a. Tidak ada kecemasan ( < 14 )
b. Kecemasan ringan ( 14 – 20 )
c. Kecemasan sedang ( 21 – 27 )
d. Kecemasan berat ( 28 – 41 )
e. Kecemasan berat sekali/panik ( 42 – 56 )
Sepuluh ( 10 ) komponen kecemasan :
a. Perasaan cemas
b. Ketegangan
c. Ketakutan
d. Gangguan tidur
e. Gangguan kecerdasan
f. Perasaan depresi
g. Gejala somatic
h. Gejala sensorik
i. Gejala kardio-vaskuler
j. Gejala pernapasan

2.5. Respon Kecemasan


Macam-macam Respon Ansietas yaitu (Stuart,2006) :
a. Respon Fisiologis
Respons fisiologis terhadap ansietas
Sistem Tubuh Respons
Kardiovaskular Palpitasi
Jantung “berdebar”
Tekanan darah meningkat
Rasa ingin pingsan
Pingsan
Tekanan darah menurun
Denyut nadi menurun

Pernapasan Napas cepat


Sesak napas
Tekanan pada dada
Napas dangkal
Pembengkakan pada tenggorokan
Sensasi tercekik
Terengah-engah

Neuromuskular Refleks meningkat


Reaksi terkejut
Mata berkedip-kedip
Insomnia
Tremor
Rigiditas
Gelisah, mondar-mandir
Wajah tegang
Kelemahan umum
Tungkai lemah

Gastrointestinal Kehilangan nafsu makan


Menolak makan
Rasa tidak nyaman pada abdomen
Nyeri abdomen
Mual
Nyeri ulu hati
Diare

Saluran perkemihan Tidak dapat menahan kencing


Sering berkemih
Kulit Wajah kemerahan
Berkeringat setempat (telapak tangan)
Gatal
Rasa panas dan dingin pada kulit
Wajah pucat
Berkeringat seluruh tubuh

b.Respon Prilaku, Kognitif, dan Afektif


Respons perilaku, kognitif, dan afektif terhadap ansietas
Sistem Respons

Prilaku Gelisah
Ketegangan fisik
Reaksi terkejut
Bicara cepat
Kurang koordinasi
Cenderung mengalami cedera
Menarik diri dari hubungan
interpersonal
Inhibisi
Melarikan diri dari masalah
Menghindar
Hiperventilasi
Sangat waspada

Kognitif Perhatian terganggu


Konsentrasi buruk
Preokupasi
Pelupa
Salah dalam memberikan penilaian
Hambatan berpikir
Lapangan persepsi menurun
Kreativitas menurun
Produktivitas menurun
Bingung
Sangat waspada
Kehilangan objektivitas
Takut kehilangan kendali

Afektif Mudah terganggu


Tidak sabar
Gelisah

2.6. Reaksi Kecemasan

Kecemasan dapat menimbulkan reaksi konstruktif maupun destruktif bagi


individu :

a. Konstruktif yaitu individu termotivasi untuk belajar mengadakan


perubahan terutama perubahan terhadap perasaan tidak nyaman dan
terfokus pada kelangsungan hidup. Contoh : individu yang melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi karena akan dipromosikan naik jabatan.
b. Destruktif yaitu individu bertingkah laku maladaptif dan disfungsional.
Contohnya : individu menghindari kontak dengan orang lain atau
mengurung diri, tidak mau mengurus diri, tidak mau makan.

2.7. Sumber Koping

Koping berarti membuat sebuah usaha untuk mengatur keseimbangan


psikologis stres. Koping adalah sebuah proses pengaturan yang tetap untuk
mengatur permintaan pada pikiran seseorang (Potter & Perry, 2009, p.500).
Individu dapat mengatasi stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber
koping di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomik,
kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial, dan keyakinan budaya dapat
membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stres dan
mengadopsi koping yang berhasil (Stuart & Sundeen, 1998, p.182)

2.8. Mekanisme Koping

Mekanisme koping adalah distorsi kognitif yang digunakan oleh seseorang


untuk mempertahankan rasa kendali terhadap situasi, mengurangi rasa tidak
nyaman, dan menghadapi situasi yang menimbulkan stres (Videbeck,2008 )
Mekanisme koping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam
upaya untuk mengatasi tuntunan internal dan atau eksternal khusus yang
melelahkan atau melebihi sumber individu. (Mustikasari, 2006 ). Mekanisme
koping adalah suatu keadaan dimana seseorang harus bisa menyesuaikan diri
terhadap masalah yang dialaminya (Stuart & Laraia 2005). Dari pendapat
beberapa para ahli diatas maka dapat disimpulkan koping diartikan sebagai usaha
seseorang untuk mengatur (mengurangi, memperkecil, menguasai, atau
mentoleransi permintaan internal dan eksternal agar dapat menyesuaikan diri
terhadap masalah yang dialaminya.

Penggolongan Mekanisme Koping

Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (dua),


(Stuart & Sundeen,2002 ) yaitu :

a. Mekanisme koping adaptif

Adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan,


belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain,
memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan
aktivitas konstruktif.

b. Mekanisme koping maladaptif

Adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah


pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.
Kategorinya adalah makan berlebihan/tidak makan, bekerja berlebihan,
menghindar.

Menurut Stuart & Sundeen ( 2002 ), rentang mekanisme koping pada ansietas
dapat digambarkan sebagai berikut :

Internal

Eksternal a. Lingkungan
Mekanism
a. Dukungan emosi b. Pengalaman masa e Koping

b.Dukungan lalu (Adaptif/

ekonomi maladaptif
c. Konsep diri
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme ) koping sbb;
c. Sosial budaya d. Pengetahuan
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas
d. Politik e. Motivasi
yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara
f. Kepercayaan
realistik tuntutan situasi stres, misalnya perilaku menyerang untuk mengubah atau
mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan, Menarik diri untuk memindahkan
dari sumber stress, Kompromi untuk mengganti tujuan atau mengorbankan
kebutuhan personal.

b. Mekanisme pertahanan ego

Reaksi ini dikenal sebagai mekanisme pertahanan diri secara psikologis untuk
mencegah gangguan psikologis yang didalam. Membantu mengatasi ansietas
ringan dan sedang, tetapi berlangsung tidak sadar dan melibatkan penipuan diri
dan distorsi realitas dan bersifat maladaptif.

2.9. Kepribadian Pencemas

a) Seseorang akan menderita gangguan cemas mana kala yang bersangkutan


tidak mampu mengatasi stressor psikososial yang dihadapinya. Tetapi
orang - orang tertentu meskipun tidak ada stressor psikososial,yang
bersangkutan menunjukkan kecemasan juga,yang ditandai dengan corak
atau kepribadian pencemas,yaitu antara lain : Cemas, khawatir, tidak
tenang, ragu dan bimbang.
b) Memandang masa depan dengan rasa was - was (khawatir)
c) Kurang percaya diri, gugup apabila tampil dimuka umum (demam
panggung)
d) Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain
e) Tidak mudah mengalah “sering ngotot”
f) Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk, gelisah
g) Sering kali mengeluh ini dan itu (keluhan- keluhan somatik), khawatir
yang berlebihan terhadap penyakit
h) Mudah tersinggung, suka membesar - besarkan masalah yang kecil
(dramatisir)
i) Dalam mengambil keputusan, sering mengalami rasa bimbang dan ragu
j) Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya sering kali berulang-ulang
k) Kalau sedang emosi sering kali bertindak histeris.

2.10. POHON MASALAH DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


Harga Diri Rendah

Gangguan Citra Tubuh

Ansietas (Core problem)

Koping Individu Tak Efektif

Kurang Pengetahuan

Masalah Keperawatan
1.Harga diri Rendah
2.Gangguan citra tubuh
3.Ansietas
4.Koping Individu inefektif
5.Kurangnya pengetahuan
Faktor yang berhubungan
Terpapar toksin, Konflik tidak disadari tentang pentingnya nilai-nilai/ tujuan
hidup, Hubungan kekeluargaan/ keturunan, Kebutuhan yang tidak terpenuhi,
Interpersonal – transmisi/ penularan, Krisis situasional/ maturasi, Ancaman
Kematian, Ancaman terhadap konsep diri, Stress, Penyalahgunaan zat, Ancaman
terhadap atau perubahan dalam : Status peran, Status kesehatan, Pola Interaksi,
Fungsi Peran, Lingkungan, Status Ekonomi. (NANDA 2005-2006: 9-11)

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KLIEN DENGAN ANSIETAS


A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Hasil Wawancara: Klien mengatakan khawatir bahwa setelah operasi matanya
malah tidak bisa melihat sama sekali. Mengeluh jantung berderbar-debar, susah
tidur, mulut kering, gelisah ,tangan berkeringat dingin, fokus perhatian hanya pada
setelah operasi, ransang luar tidak mampu diterima, dan lapangan pesepsi
menyempit.
Hasil Observasi : Ekspresi wajah terlihat tegang, rentang perhatian menyempit,
perubahan tanda-tanda vital (nadi dan tekanan darah naik), tampak sering nafas
pendek, gerakan tersentak – sentak , meremas- remas tangan dan tampak bicara
banyak dan lebih cepat.

2. Diagnosa Keperawatan
Cemas

3. Tujuan tindakan keperawatan


a) Klien dapat mengenal ancietas
b) Klien dapat mengatasi ansietas melalui latihan relaksasi
c) Klien dapat memperagakan dan menggunakan latihan relaksasi untuk
mengatasi ancietas.
d) Melibatkan Keluarga dalam latihan yang telah disusun

4. Tindakan keperawatan :
a) Bina hubungan saling percaya
b) Kaji kebutuhan rasa aman klien
c) Sediakan waktu untuk ekspress feeling
d) Latihan Teknik Relaksasi dan reduksi Stress
e) Membuat rencana latihan Teknik Relaksasi dan reduksi stress
f) Mempraktikkan teknik relaksasi dan reduksi stress dalam kehidupan
sehari-hari

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik dan bersifat
subjektif berupa rasa takut, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan
penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan
tidak berdaya.

Faktor penyebab ansietas adalah teori psikoanalitik, teori interpersonal,


teori prilaku, kajian biologis, kajian keluarga. Faktor pencetus ansietas adalah
Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologis yang akan terjadi
atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

Kepribadian Pencemas yaitu memandang masa depan dengan rasa was -


was (khawatir), kurang percaya diri, gugup apabila tampil dimuka umum (demam
panggung), sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain. Ada empat
tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat, dan
panik.

3.2. Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran
yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini
kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J.. 1998. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 6. Alih Bahasa :
Yasmin Asih. Editor Monica Aster. Jakarta : EGC.

Keliat, Budi Anna. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Editor Yasmin
Asih. Jakarta : EGC

Keliat, Budi Anna. 2000. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Editor Yasmin
Asih. Jakarta : EGC.

Townsend, M. C.. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan


Psikiatri. Edisi 3. Alih Bahas Novi Helena. Rditor Monica Ester. Jakarta :
EGC.

Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan


Keluarga. Edisi Pertama, Jakarta : CV, Sagung Seto.

http://www.academia.edu/5108215/asuhan_keperawatan_pada_klien_jiwa_denga
n_kecemasan_anxietas_

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab I
    Bab I
    Dokumen46 halaman
    Bab I
    Rajaf Aratnasun
    Belum ada peringkat
  • RPP Indah
    RPP Indah
    Dokumen3 halaman
    RPP Indah
    Rajaf Aratnasun
    Belum ada peringkat
  • Jadwal Piket Kelas Ix
    Jadwal Piket Kelas Ix
    Dokumen3 halaman
    Jadwal Piket Kelas Ix
    Rajaf Aratnasun
    Belum ada peringkat
  • Desiminasi Akhir Igd Rsuk
    Desiminasi Akhir Igd Rsuk
    Dokumen35 halaman
    Desiminasi Akhir Igd Rsuk
    Rajaf Aratnasun
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Rajaf Aratnasun
    Belum ada peringkat
  • STT
    STT
    Dokumen2 halaman
    STT
    Rajaf Aratnasun
    Belum ada peringkat
  • Sop Kemo
    Sop Kemo
    Dokumen6 halaman
    Sop Kemo
    Rajaf Aratnasun
    Belum ada peringkat