Anda di halaman 1dari 20

PORIFERA DAN CNIDARIA

Oleh :
Nama : Restu Indria Sopyan
NIM : B1J013113
Rombongan : III
Kelompok :3
Asisten : Jaka Tri Septiawan

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN II

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2015
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hewan spons atau disebut juga sebagai kelompok porifera merupakan hewan
multiseluler yang primitif. Tubuhnya tidak memiliki jaringan ataupun organ
sesungguhnya. Kata porifera berasal dari bahasa latin, ponus berarti lubang kecil,
sedangkan ferra berarti mengandung atau mengembang. Kata tersebut untuk
menunjukkan akan kekhususan hewan yang bersangkutan, yaitu hewan yang
memiliki banyak lubang-lubang kecil dan bila disingkat cukup disebut hewan berpori
(Yusminah, 2007).
Filum Cnidaria meliputi bentuk beragam seperti ubur-ubur, hydra, anemon
laut, dan karang. Cnidaria merupakan Filum dari hewan paling sederhana yang telah
memiliki jaringan yang lebih lengkap dibanding dengan Phylum Porifera karena
pada dinding tubuhnya telah memiliki 3 (tiga) lapisan yaitu : ektoderm (lapisan
paling luar), mesoglea (lapisan tengah) dan gastroderm (lapisan bagian dalam, serta
memiliki struktur tubuh yang lebih kompleks. Sel-sel Cnidaria sudah terorganisasi
membentuk jaringan dan fungsi dikoordinasi oleh saraf sederhana. Termasuk dalam
phylum Cnidaria ini antara lain ubur-ubur, anemon, dan coral. Cnidaria mempunyai
rongga pencernaan (gastrovasculer) dan mulut tetapi tidak memiliki anus (Nontji,
2005).
Kebanyakan cnidaria memangsa organisme mulai dari ukuran plankton dan
hewan yang beberapa kali lebih besar dari diri mereka sendiri, tetapi banyak
mendapatkan banyak nutrisi mereka dari ganggang endosimbiotik, dan beberapa
adalah parasit. Seperti spons dan ctenophora, cnidaria mempunyai dua lapisan sel
utama yang mengapit lapisan tengah yang mirip jeli yang disebut mesoglea pada
cnidaria; hewan yang lebih kompleks memiliki tiga lapisan sel utama dan tidak ada
lapisan perantara mirip jeli. Oleh karena itu, cnidaria dan ctenophora disebut sebagai
diploblastik secara tradisional, bersama dengan spons (Seipel, 2005).
B. Tujuan

Tujuan dari praktikum Porifera dan Cnidaria kali ini, antara lain:
1. Praktikan mengenal beberapa anggota Phylum Porifera dan Cnidaria.
2. Praktikan mengetahui beberapa karakter penting untuk identifikasi dan klasifikasi
anggota Phylum Porifera dan Cnidaria.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Identifikasi adalah tugas untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomi


individu yang beranekaragam dan memasukkannya ke dalam suatu takson. Prosedur
identifikasi berdasarkan pemikiran yang bersifat deduktif. Identifikasi dapat
dilakukan dengan berbagai cara. Cara yang paling populer yakni dengan
membandingkan tumbuhan atau hewan yang ingin diketahui dengan gambar di dalam
buku atau antara tumbuhan dengan material herbarium yang sudah diketahui
identitasnya. Langkah yang harus ditempuh untuk mengadakan identifikasi yaitu
pencandraan sifat-sifat makhluk hidup, pengelompokan berdasarkan ciri-ciri dan
pemberian nama kelompok. Determinasi merupakan kegiatan membandingkan suatu
hewan dengan hewan lain yang sudah dikenal sebelumnya (dicocokkan atau
disamakan) (Mayr, 1971).
Filum Porifera adalah grup metazoa tertua yang masih ada di bumi. Mereka
mampu bertahan hidup dalam jumlah yang sangat banyak di laut baru-baru ini dalam
kondisi lingkungan yang berubah-ubah secara ekstrim. Tubuh dari filum ini hanya
tersusun dari sel yang memiliki berbagai fungsi (Soest, et al., 2012). Ciri-ciri khusus
tubuh porifera, yaitu tubuhnya memiliki banyak pori yang merupakan awal dari
sistem kanal (saluran air) yang menghubungkan lingkungan eksternal dengan
lingkungan internal. Tubuh porifera tidak dilengkapi dengan apa yang disebut
apendiks dan bagian tubuh yang dapat digerakkan. Tubuh porifera belum memiliki
saluran pencernaan makanan, adapun pencernannya berlangsung secara intraseluler.
Tubuh porifera dilengkapi dengan kerangka dalam yang tersusun atas bentuk kristal
dari spikula–spikula atau bahan fiber yang terbuat dari bahan organik (Yusminah,
2007).
Struktur tubuh Porifera kecuali berpori-pori dengan macam-macam bentuk,
dibagi atas tiga tipe yaitu Ascon, Sycon atau Scypha dan Rhagon. Dari tipe Ascon
yang berbentuk jambangan bunga yang merupakan tipe paling sederhana yang dilihat
suatu rongga sentral yang disebut spongocoel atau paragaster. Ujung atas dari
jambangan terdapat lubang besar yang disebut osculum. Pada dinding tubuh hewan
ini terdapat lubang-lubang kecil yang disebut porosofil atau pori dan sering juga
disebut ostium. Dalam tubuh Porifera ditemukan sistem saluran air yang dimulai dari
pori-pori atau porosofil dan diakhiri pada lubang keluar utama yang disebut oscolum.
Sebelum air dikeluarkan melalui oskulum, maka air dari segala jurusan tubuh itu
lebih dahulu ditampung di alam rongga sentral atau spongocoel. Pola saluran air dari
berbagai jenis Porifera itu tidak sama, namun mempunyai fungsi pokok yang sama
yaitu untuk mengalirkan air dari daerah eksternal ke dalam daerah internal dan
dikeluarkan kembali ke daerah eksternal (Jasin, 1992).
Spons secara tradisional dibagi kedalam tiga kelas: spons berkapur
(Calcarea), spons kaca (Hexactinellida) dan demosponge (Demospongiae). Namun,
penelitian telah menunjukkan bahwa Homoscleromorpha, kelompok yang diduga
milik Demospongiae, sebenarnya secara filogenetis terpisah. Oleh karena itu, mereka
baru-baru ini diakui sebagai kelas keempat spons (Gazave, 2010).
Menurut Bergquist (1998) dan Gazave (2010), spons dibagi ke dalam
beberapa kelas berdasarkan komposisi kerangka mereka, yaitu:

Serabut Bentuk
Tipe Sel Spikula Exoskeleton
Spongin Tubuh

Asconoid,
Kalsit.
Berinti tunggal, Jika ditemukan syconoid,
Calcarea

Mungkin
membran eksternal Tidak terbuat dari leuconoid
satu atau
tunggal kalsit. atau
banyak
solenoid

Silika.
Hexactinellida

Kebanyakan syncytia Mungkin


Tidak Tidak Leuconoid
disemua spesies satu atau
menyatu

Pada beberapa
Demospongiae

Berinti tunggal, Sebagian spesies. Jika


membran eksternal Silika besar ditemukan Leuconoid
tunggal spesies terbuat dari
aragonit
Homoscleromorpha
Berinti tunggal, Sebagian Sylleibid
membran eksternal Silika besar Tidak atau
tunggal spesies leuconoid

Filum Cnidaria merupakan hewan diploblastik karena tubuhnya memiliki dua


lapisan sel, yaitu ektoderm (epidermis) dan endoderm (lapisan dalam atau
gastrodermis). Ektoderm berfungsi sebagai pelindung sedang endoderm berfungsi
untuk pencernaan. Sel-sel gastrodermis berbatasan dengan coelenteron atau
gastrosol. Gastrosol adalah pencernaan yang berbentuk kantong. Makanan yang
masuk ke dalam gastrosol akan dicerna dengan bantuan enzim yang dikeluarkan oleh
sel-sel gastrodermis. Pencernaan di dalam gastrosol disebut sebagai pencernaan
ekstraseluler. Hasil pencernaan dalam gasrosol akan ditelan oleh sel-sel gastrodermis
untuk kemudian dicerna lebih lanjut dalam vakuola makanan. Pencernaan di dalam
sel gastrodermis disebut pencernaan intraseluler. Sari makanan kemudian diedarkan
ke bagian tubuh lainnya secara difusi. Begitu pula untuk pengambilan oksigen dan
pembuangan karbondioksida secara difusi. Cnidaria memiliki sistem saraf sederhana
yang tersebar berbentuk jala yang berfungsi mengendalikan gerakan dalam merespon
rangsangan. Sistem saraf terdapat pada mesoglea. Mesoglea adalah lapisan bukan sel
yang terdapat diantara lapisan epidermis dan gastrodermis. Gastrodermis tersusun
dari bahan gelatin (Praweda, 2003).
Cnidaria memiliki dua bentuk tubuh dasar, medusa dan polip. Medusa, seperti
ubur-ubur dewasa, bebas-berenang atau mengambang. Mereka biasanya memiliki
tubuh berbentuk payung dan tetramerous (empat bagian) simetri. Mulut biasanya di
sisi cekung, dan tentakel berasal di tepi payung. Polip, sebaliknya, biasanya sessile.
Mereka memiliki tubuh tubular; salah satu ujungnya menempel pada substrat, dan
mulut (biasanya dikelilingi oleh tentakel) ditemukan di ujung lain. Polip dapat terjadi
sendiri atau dalam kelompok individu; dalam kasus terakhir, individu yang berbeda
kadang-kadang spesialis untuk fungsi yang berbeda, seperti reproduksi, makan atau
pertahanan (Myers, 2001).
Menurut (Mukayat, 1989) Coelenterata atau cnidaria dibagi menjadi 3 kelas
yaitu :
1. Kelas Hydrozoa
Biasanya berbentuk koloni-koloni kecil dengan bentuk polip dominan,
bahkan seluruh koloni mungkin hanya terdiri dari polip. Beberapa jenis polip
membentuk medusa dengan jalan pembentukan tunas. Medusa mempunyai velum,
yaitu bentukan serupa laci dalam payung. Pinggiran payung tidak bertakik
(bercelah). Contohnya yaitu Hydra, Obelia, dan Gonionemus.
2. Kelas Scyphozoa
Ubur-ubur yang sebenarnya adalah medusa-medusa dengan pinggiran yang
berlekuk-lekuk, tidak ada cadar (velum), saluran radial bercabang-cabang, dan
gonad-gonad dalam kantung-kantung ruang gastrikulum. Contoh Scyphozoa
adalah Aurelia Aurita. Ubur-ubur ada yang dapat mencapai garis tengah beberapa
kaki (sampai 150 cm).
3. Kelas Anthozoa
Anggota-anggota anthozoa (Yunani anthos = bunga) adalah anemon-anemon
laut dan hewan-hewan karang laut, tubuhnya berbentuk polip, tidak ada bentuk
medusa. Hewan-hewan itu tidak bertangkai dan biasanya terbungkus dengan skeleton
eksternal dan disebut karang, memiliki banyak tentakel.
Identifikasi berhubungan dengan ciri-ciri taksonomi dalam jumlah sedikit
(idealnya satu ciri), akan membawa spesimen ke dalam satu urutan kunci identifikasi,
sedangkan klasifikasi berhubungan dengan upaya mengevaluasi sejumlah besar ciri-
ciri (idealnya seluruh ciri-ciri yang dimiliki). Peranan buku kunci identifikasi adalah
mutlak diperlukan dalam melakukan identifikasi. Determinasi merupakan cara untuk
mengidentifikasi suatu makhluk hidup dengan mencocokkan dengan buku panduan
kunci determinasi (Mayr, 1969). Tahapan identifikasi dan klasifikasi menurut Mayr
(1969) adalah

1. Identifikasi, yaitu tugas untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomi


individu yang beraneka ragam dan memasukkannya dalam suatu takson.
Prosedur identifikasi berdasarkan pemikiran yang bersifat deduktif.
Identifikasi berhubungan dengan ciri-ciri taksonomi dalam jumlah sedikit
(idealnya satu ciri), yang akan membawa spesimen ke dalam satu urutan
kunci identifikasi.
2. Determinasi, yaitu membandingkan suatu hewan dengan hewan lain yang
sudah dikenal sebelumnya (dicocokkan atau disamakan). Di dunia ini, tidak
ada dua benda yang identik atau sama persis, maka istilah determinasi
dianggap lebih tepat daripada istilah identifikasi.
3. Klasifikasi, yaitu penataan hewan-hewan ke dalam kelompok yang
didasarkan atas kesamaan dan hubungan mereka. Prosedur klasifikasi bersifat
induktif, berhubungan dengan upaya mengevaluasi sejumlah besar ciri-ciri
(idealnya seluruh ciri-ciri yang dimiliki).
4. Verifikasi, yaitu untuk memperjelas hasil temuan yang diteliti.
BAB III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum acara 1 adalah bak preparat, pinset,
mikroskop cahaya, mikroskop stereo, buku gambar, dan alat tulis.
Bahan-bahan yang digunakan adalah beberapa spesimen hewan Porifera dan
Cnidaria.

B. Metode

Metode yang dilakukan dalam praktikum antara lain:


1. Mengamati, menggambar, dan mendeskripsikan karakter pada spesimen yang
diamati.
2. Mengidentifikasi spesimen dengan kunci identifikasi.
3. Membuat kunci identifikasi sederhana berdasarkan karakter spesimen yang
diamati.
4. Membuat laporan sementara dari hasil praktikum.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Keterangan :
1 1. Coralite
2 2. Calice
3. Septa
3 4. Coneosteum
4 5. Columella

Nama Ilmiah: Montastraea


5 curta

Deskripsi :
Memiliki konstruksi tubuh yang berupa jaringan, koloni shape massive, koloni foam
cerioid, calice berukuran small, coneosteum narrow, columella structure styliform.

Keterangan :
1 1. Coralite
2. Calice
2 3. Septa
4. Coneosteum
3 5. Columella

4
5 Nama Ilmiah: Acropora sp.

Deskripsi :
Memiliki konstruksi tubuh yang berupa jaringan, koloni shape branching.

Keterangan :
1. Coralite
1 2. Calice
2 3. Septa
4. Coneosteum
3 5. Columella

4
Nama Ilmiah: Goniastrea
5 favulus
Deskripsi :
Memiliki konstruksi tubuh yang berupa jaringan, koloni shape massive, koloni foam
cerioid, calice berukuran small, coneosteum fussed wall, columella structure
trabecular contineous.

Keterangan :
1. Osculum
2. Pinakosit
3. Porosit
4. Amoebosit
5. Mesohyl
6. Fagositosis
7. Koanosit
Nama Ilmiah:

Deskripsi :
Memiliki konstruksi tubuh yang berupa sel.

Nama Ilmiah: Porites sp.

Deskripsi:
Memiliki konstruksi tubuh yang berupa jaringan, koloni shape massive, koloni
foam placoid.
Nama Ilmiah: Goniastrea retiformis

Deskripsi:
Memiliki konstruksi tubuh yang berupa jaringan, koloni shape massive, koloni foam
cerioid, calice berukuran small, coneosteum fussed wall, columella structure styliform.

Nama Ilmiah: Platygyra sp.

Deskripsi:
Memiliki konstruksi tubuh yang berupa jaringan, koloni shape massive, koloni foam
cerioid, calice berukuran small, coneosteum narrow, columella structure trabecular
continuous.
Klasifikasi Montastraea curta
Kingdom : Animalia
Phylum : Cnidaria
Class : Anthozoa
Ordo : Scleractinia
Family : Montastraeidae
Genus : Montastreae
Species : Montastraea curta

Klasifikasi Platygyra sp.


Kingdom : Animalia
Phylum : Cnidaria
Class : Anthozoa
Ordo : Scleractinia
Family : Agariciidae
Genus : Platygyra
Species : Platygyra sp.

Klasifikasi Porites sp.


Kingdom : Animalia
Phylum : Cnidaria
Class : Anthozoa
Ordo : Scleractinia
Family : Poritidae
Genus : Porites
Species : Porites sp.

Klasifikasi Goniastrea favulus


Kingdom : Animalia
Phylum : Cnidaria
Class : Anthozoa
Ordo : Scleractinia
Family : Merulinidae
Genus : Goniastrea
Species : Goniastrea favulus

Klasifikasi Goniastrea retiformis


Kingdom : Animalia
Phylum : Cnidaria
Class : Anthozoa
Ordo : Scleractinia
Family : Merulinidae
Genus : Goniastrea
Species : Goniastrea retiformis

Klasifikasi Acropora sp.


Kingdom : Animalia
Phylum : Cnidaria
Class : Anthozoa
Ordo : Scleractinia
Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Species : Acropora sp.
Kunci Identifikasi
1. Konstruksi tubuh
a. Sel.........................................................................................(Porifera)
b. Jaringan.................................................................................(2)
2. Koloni shape
a. Branching.............................................................................(Acropora sp.)
b. Massive.................................................................................(3)
3. Koloni foam
a. Placoid.................................................................................(Porites sp.)
b. Cerioid.................................................................................(4)
4. Calice
a. Small....................................................................................(5)
b. Medium................................................................................(-)
5. Coneosteum
a. Fused wall............................................................................(6)
b. Narrow.................................................................................(7)
6. Columella structure
a. Trabecular contineous.........................................................(Goniastrea favulus)
b. Styliform..............................................................................(Goniastrea retiformis)
7. Columella structure
a. Trabecular contineous.........................................................(Platygyra sp.)
b. Styliform..............................................................................(Montastraea curta)
B. Pembahasan

Identifikasi adalah tugas untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomi


individu yang beraneka ragam dan memasukkannya dalam suatu takson. Identifikasi
dapat dilakukan dengan berbagai cara. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
melakukan identifikasi yang pertama adalah konstruksi tubuhnya dapat berupa sel,
jaringan, dan organ. Kedua, ada tidaknya simetri tubuh. Simetri tubuh hewan terdiri
dari radial, biradial, dan bilateral. Ketiga, terbentuknya mulut dan anus dapat dibagi
menjadi dua yaitu, deuterostoma dan protostoma. Keempat, ada tidaknya rongga
tubuh yang dibagi menjadi tiga yaitu, selomata, pseudoselomata, dan aselomata.
Yang terakhir dilihat dari ada tidaknya metamerisme dan tagmatisasi. Metamerisme
merupakan pengulangan bagian tubuh yang homolog, sedangkan tagmatisasi adalah
suatu pola tubuh hewan avertebrata matamerik dimana beberapa atau banyak
segmennya berfungsi menyusun beragam fungsi (disebut tagma).
Dalam praktikum acara Porifera dan Cnidaria ini digunakan satu preparat
yang berasal dari filum Porifera sebagai out grup dan enam preparat yang berasal
dari filum Cnidaria. Porifera memiliki konstruksi tubuh yang tersusun atas sel, tidak
memiliki simetri tubuh (asimetri) dan tidak memiliki rongga tubuh atau aselomata.
Memiliki tubuh berpori dan dikenal dengan nama sponges. Tubuh dari Porifera
terbagi menjadi dua, bagian yang hidup dan bagian yang mati. Bagian yang hidup
terdiri dari koanosit, pinakosit, dan mesenkim. Bagian yang mati terdiri dari spikula.
Bagian-bagian dari tubuh Porifera, yaitu:
1. Osculum, tempat keluar air dan sisa makanan.
2. Pinakosit, bagian yang menyerap makanan.
3. Porosit, bagian yang menyerap air.
4. Amoebosit, bagian yang mengedarkan makanan.
5. Mesohyl
6. Fagositosis, untuk mencerna makanan.
Berdasarkan tipe bentuk tubuh porifera dibagi menjadi tiga jenis :
1. Ascon
Merupakan bentuk yang paling primitif dan menyerupai vas bunga. Pada tipe
Ascon tidak terjadi lipatan lipatan dinding tubuh.
2. Sycon
Bagian dinding tubuh porifera terlipat sehingga membentuk kanal.
3. Leucon
Bagian dinding tubuh porifera membentuk lipatan yang kompleks. Selain itu
lipatannya juga menjadi lebih bercabang.
Pada praktikum acara Porifera, hewan yang diamati adalah Demospongidae.
Untuk mengamati hewan porifera, dilakukan dengan cara membuat preparat spikula
yang memiliki tahapan sebagai berikut :
1. Porifera dipotong bagian tubuhnya
2. Dimasukan ke dalam appendrof
3. Dimasukan bayclin kurang lebih setengahnya
4. Dibilas dengan menggunakan air
5. Diambil dengan menggunakan pipet tetes dan ditetesi ke objek glass
6. Amati spikula dari Porifera.
Cnidaria memiliki konstruksi tubuh jaringan, simetri tubuhnya radial atau
biradial dan tidak memiliki rongga tubuh (diploblastik). Bentuk tubuhnya dapat
berupa polip dan medusa. Cnidaria dibagi menjadi 5 kelas berdasarkan bentuk tubuh,
letak knidosit, dan reproduksinya, yaitu:
1. Class Hydrozoa
2. Class Scyphozoa
3. Class Staurozoa
4. Class Cubozoa
5. Class Anthozoa
Preparat pertama yang digunakan dari filum Cnidaria yaitu Acropora sp.
memiliki konstruksi tubuh yang berupa jaringan, koloni shape branching atau
bercabang. Acropora sp. Termasuk ke dalam kelas Anthozoa bentuk tubuhnya polip.
Acropora sp. paling umum ditemukan di lingkungan terumbu karang yang dangkal
dengan cahaya terang. Reproduksinya dapat secara seksual atau aseksual.
Porites sp. memiliki konstruksi tubuh yang berupa jaringan, bentuk koloni
nya massive, koloni foam placoid. Termasuk ke dalam kelas Anthozoa. Memiliki
bentuk tubuh polip, bentuknya seperti batu koral karena mengandung CaCO3. Hidup
secara berkoloni dan ditemukan di daerah pantai.
Goniastrea favulus, memiliki konstruksi tubuh yang berupa jaringan, koloni
shape massive, koloni foam cerioid, calice berukuran kecil, coneosteum fussed wall
atau dindingnya berdekatan, columella structure trabecular contineous. Termasuk ke
dalam kelas Anthozoa.
Goniastrea retiformis, memiliki konstruksi tubuh yang berupa jaringan,
koloni shape massive, koloni foam cerioid, calice berukuran kecil, coneosteum
fussed wall atau dindingnya berdekatan, columella structure styliform. Termasuk ke
dalam kelas Anthozoa.
Platygyra sp. memiliki konstruksi tubuh yang berupa jaringan, koloni shape
massive, koloni foam cerioid, calice berukuran small, coneosteum narrow, columella
structure trabecular continuous. Septa terdiri dari dua order dan biasanya bergerigi.
Montastraea curta, memiliki konstruksi tubuh yang berupa jaringan, koloni
shape massive, koloni foam cerioid, calice berukuran small, coneosteum narrow,
columella structure styliform
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan Hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:


1. Anggota dari filum Cnidaria diantaranya yaitu, Acropora sp, Porites sp.,
Goniastrea favulus, Goniastrea retiformis, Platygyra sp., Montasrea curta.
2. Karakter penting yang digunakan untuk identifikasi yaitu, kontruksi tubuh, ada
tidaknya simetri tubuh, ada tidaknya rongga tubuh, terbentuknya mulut dan anus,
serta ada tidaknya metamerisme dan tagmatisasi.

B. Saran

Saran untuk praktikum kali ini yakni perhatikan bentuk coralite, septa,
columella, coneosteum, dan calice dengan benar karena dengan begitu kita dapat
mengetahui perbedaan dari setiap spesies Cnidaria.
DAFTAR REFERENSI

Bergquist, P.R. 1998. Porifera dalam Anderson, D.T.,. Invertebrate Zoology. Oxford
University Press. pp. 10–27.
Gazave, E; Lapébie, P; Renard, E; Vacelet, J; Rocher, C; Ereskovsky, AV; Lavrov,
DV; Borchiellini, C . 2010. Molecular phylogeny restores the supra-generic
subdivision of homoscleromorph sponges (porifera, homoscleromorpha). PLOS
ONE 5 (12): e14290.
Hala, Yusminah. 2007. Biologi Umum 2. Makassar: UIN Alauddin Press.
Jasin, Jasin.1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.
Mukayat, Brotowidjojo Djarubito. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Nontji, A. 2005. Lautan Nusantara. Jakarta : Djambatan.
Mayr, Ernest. 1969. Principles of Systematic Zoology. New Delhi: Tata Mc Graw.
Hill Publishing Company.
Mayr, Ernest. 1971. Principles Of Systematic Zoologi. Tata McGraw-Hill Publishing
Company, New Delhi.
Myers, P. 2001. Porifera (On-line), Animal Diversity Web. Diakses 01 Oktober
2015, di http://animaldiversity.org/accounts/Porifera/
Seipel, K., and Schmid, V. 2005. Evolution of striated muscle: Jellyfish and the
origin of triploblasty. Developmental Biology 282 (1): 14–26.
Soest, Rob. W.M. V, Esnault, Nicole. B, Vacelet. J, Dohrmann, Martin, Erpenbeck.
D, Voogd, Nicole. J. De, Santodomingo. N, Vanhoorne, Bart, Kelly. M,
Hooper. J. N. A. 2012. Global Diversity Of Sponges (Porifera). Plos ONE.
Vol:7.
Suwignyo, Sugiarti. 2005. Avetebrata Air Jilid I1. Jakarta: Penebar Swadaya.

Yusminah, Hala. 2007. Biologi Umum 2. Makassar: UIN Alauddin Press.

Anda mungkin juga menyukai