Anda di halaman 1dari 2

Hubungan defisiensi vitamin A dengan Kekurangan Energi Protein

Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah penyakit yang disebabkan oleh kurangnya


asupan vitamin A yang tidak memadai. Hal ini dapat menyebabkan rabun senja,
xeroftalmia dan jika kekurangan berlangsung parah dan berkepanjangan akan
mengakibatkan keratomalasia (Tadesse, Lisanu, 2005)

Kekurangan vitamin A ada 2 macam yaitu kekurangan primer dan kekurangan


sekunder. kekurangan primer akibat kurangnya konsumsi sedangkan kekurangan
sekunder karena gangguan penyerapan dan penggunaannya dalamtubuh, kebutuhan yang
meningkat, ataupun karena gangguan pada konversikaroten menjadi vitamin A.
Kekurangan vitamin A sekunder dapat terjadi pada penderita KEP, penyakit hati, alfa,
beta-lipoproteinemia atau gangguan absorpsikarena kekurangan asam empedu

Penurunan kadar Vitamin A merupakan akibat dari KEP yang mengganggu sintesis
hepatik dan pelepasan retinol binding protein (RBP) yang diperlukan untuk transportasi
vitamin A dari hati. Hal ini menyebabkan gangguan transportasi retinol sehingga terjadi
penurunan kadar serum retinol yang mengakibatkan gangguan siklus visual. Selain itu,
KEP juga menurunkan kadar serum protein, khususnya albumin sebagai akibat dari
rendahnya asupan protein. Hal ini berhubungan dengan kwasiokor dimana penurunan
serum albumin diikuti oleh edema akut.

Pada anak yang menderita KEP, kadar vitamin A menurun yang merupakan
akibat dari rendahnya asupan makanan yang menurunkan sintesis retinol binding
protein (RBP) di hati. Meskipun anak yang menderita KEP memiliki cadangan vitamin A
yang cukup, namun karena terdapat gangguan pada sintesis RBP maka kadar retinol
serum menurun. Perpindahan RBP dari hati untuk diberikan ke sel target melalui jalur
sekretori tergantung pada pembentukan retinol menjadi holo-RBP. Pada defisiensi
vitamin A, mRNA RBP relative konstan, tetapi protein RBP terakumulasi dengan
hepatosit sebagai apo-RBP, untuk dilepaskan sebagai holo-RBP untuk pemenuhan
vitamin A.
Keberaradaan KEP akan lebih meningkatkan resiko xeroftalmia. Protein pengikat
retinol (RBP; RETINOL BINDING PROTEIN) dapat menurun ketika KEP sehingga
mengurangi ketersediaan vitamin A dalam darah. Selama episode penyakit infeksi,
penurunan kadar vitamin A dalam serum menggambarkan secara parsial respon yang
tidak spesifik terhadap keadaan demam ketika sintesis RBP yang juga merupakan protein
fase akut yang negative itu berkurang. Kadar retinol dalam serum kembali normal setelah
terjadi kesembuhan.
B. Hubungan defisiensi vitamin B2 dengan Kekurangan Energi Protein

Riboflavin adalah vitamin larut air dan merupakan salah satu koenzim yang
berperan dalam berbagai metabolisme energi di dalam tubuh, terutama dalam pemecahan
senyawa karbohidrat menjadi gula sederhana. Senyawa kompleks lainnya, seperti lemak
dan protein, juga dapat dikonversi menjadi energi.Beberapa metabolisme vitamin lain dan
mineral juga membutuhkan peranan vitamin ini.

Jadi karena riboflavin mempunyai andil yang sangat besar dalam metabolisme
energi didalam tubuh, maka Apabila seseorang mengalami defisiensi vitamin B2 akan
sangat berpengaruh pada produksi energi didalam tubuhnya. Hal tersebut dapat terjadi
karena metabolisme pemecahan karbohidrat, lemak, dan protein tidak berjalan dengan
efisien, dan menyebabkan energi, karbohidrat, lemak dan proterin tidak dapat diserap
oleh tubuh. Apabila hal tersebut terjadi terus menerus maka, lama kelamaan orang
tersebut akan mengalami kekurangan energi protein (KEP). Dan sebaliknya, apabila
seseorang mengalami KEP maka besar kemungkinan orang tersebut juga mengalami
defisiensi vitamin B2.

Defisiensi Riboflavin bisa dilihat sebagai lesi kulit terutama atas lidah dan di
sekitar sudut mulut. Jika tidak diobati mungkin berlanjut menyebabkan lidah bengkak,
dermatitis seboroik, dan gangguan fungsi saraf. Ketombe, darah rendah, chipping pada
bibir dan sudut mulut, pusing, dan rambut rontok, susah tidur, pencernaan yang buruk dan
respon mental yang lambat adalah beberapa gejala lain dari kekurangan Vitamin B2.

Anda mungkin juga menyukai