Konsul Proposal Manaskep Anak
Konsul Proposal Manaskep Anak
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tumbuh kembang merupakan dua kata yang berbedda dan salinge
berkesinambungan. Pertumbuhan seringkali merujuk pada perubahan yang bersifat
kuantitatif, seperti tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala. Pertumbuhan organ-
organ tubuh mengikuti 4 pola, yaitu pola umum, neural, limfoid, serta reproduksi.
Organ-organ yang mengikuti pola umum adalah tulang panjang, otot skelet,
sistem pencernaan, pernafasan, peredaran darah, volume darah, sistem imun.
Sedangkan perkembangan yaitu pertambahan stuktur, fungsi dan sistem tubuh yang
lebih kompleks. Proses perkembangan terjadi secara simultan dengan pertumbuhan,
sehingga setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Perkembangan anak
terdiri dari perkembangan sosial, motorik kasar, bahasa dan motorik halus
(Kusumaningtiyas, 2016). Tumbuh dan kembang pada anak merupakan salah satu
indikator untuk pemantauan kesehatan anak. Stimulasi menjadi salah satu faktor pada
tumbuh kembang anak. Stimulasi yang kurang pada anak dapat menyebabkan
penyimpangan tumbuh kembang anak dan gangguan menetap (Laloan, 2018).
Penyimpangan tumbuh kembang anak harus dideteksi sejak dini sebelum usia 3 tahun,
hal tersebut dikarenakan anak pada usia 3 tahun merupakan periode masa emas
dimana jumlah sel otak dua kali lipat lebih banyak dari sel otak orang dewasa.
Apabila terlambat mendeteksi maka akan terlambat penangan dan cara perbaikannya
(Ambarwati, 2014).
Tumbuh kembang pada anak tidak selalu berjalan dengan baik, seringkali ada
pula beberapa anak yang mengalami hambatan pertumbuhan maupun perkembangan.
Angka kejadian keterlambatan perkembangan pada anak diperkirakan sekitar 1-3 %
anak dibawah usia 5 tahun (Laloan, 2018). Berdasarkan Kemenkes RI (2010)
melaporkan di DKI Jakarta sebanyak 38,6% anak mengalami delayed development
dan 24,6% anak mengalami global delayed development, serta mengalami
penyimpangan pertumbuhan. Berdasarkan data tersebut tercatat cukup banyak anak-
anak yang mengalami gangguan tumbuh kembang pada usianya. Proses tumbuh dan
kembang pada anak yang mana merupakan indikator pemantauan kesehatan dapat
dilihat pula dari tingkat kesehatan anak. Pada anak yang sering mengalami sakit akan
lebih merasa tertutup karena merasa dirinya berbeda dengan anak-anak yang lain atau
yang sering disebut hospitalisasi.
Kondisi klien merupakan anak yang pemalu dan tertutup, akan tetapi klien
bukan merupakan anak dengan hospitalisasi. Klien pernah mengalami sakit thypoid
dan dirawat di ruah sakit, namun itu hanya sekali dan tidak terjadi secara terus
menerus sehingga tidak dapat dikatakan bahwa anak mengalami hospitalisasi. Ketika
di PAUD klien tidak mau bermain dengan teman-temannya. Seringkali meminta
ibunya untuk menemani di dalam kelas sampai kelas berakhir. Dia hanya bermain
dengan satu teman yang sama dan jika temannya bermain dengan anak lain maka
klien akan memilih mundur dan bermain sendiri. Kondisi anak yang tertutup dapat
terjadi karena beberapa faktor, salah satu faktor utama yaitu pola asuh dari keluarga
atau orang tua.
Berdasarkan kondisi tersebut, diperlukan tindakan yang tepat guna mencegah
terjadinya keterlambatan perkembangan sosial pada anak. Salah satu tindakan yang
dapat diterapkan pada anak yaitu dengan terapi cooperative play. Terapi bermain ini
melatih anak untuk lebih bnyak berinteraksi dengan ligkungan social sekitar namun
tidak secara langsung. Perlahan berlatih dengna orang-orang terdekat kemudian dapat
memiliki rasa percaya terhadap orang lain sehingga klien tidak lagi tertutup terhadap
temannya.
B. SASARAN
C. KASUS
Anak R usia 2 tahun 5 bulan, jenis kelamin laki-laki. An. R sudah mengikuti
kelompok belajar PAUD di dekat rumahnya. Di sekolah An. R cenderung pendiam
dan pemalu. Ibu R menyatakan bahwa dari segi sosial anaknya memang kesulitan
untuk bermain dengan teman baru. Saat bermain An. R harus selalu ditemani oleh
ibunya. Ketika bermain dalam kelompok An. R lebih memilih menghindar dan hanya
bermain dengan satu teman saja. Salain itu, belakangan ini An. R mengeluhkan batuk
pilek sejak 4 hari yang lalu. Sebelum batuk pilek An. R mengalami demam akan
tetapi sudah reda. Ibu An. R menyatakan bahwa An. R mengalami batuk pilek ketika
pergantian musim akan tetapi ibu merasa bukan menjadi suatu masalah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
c) Menyobek kertas
c. Perkembangan Kognitif
Piaget dalam Wong (2009) membagi perkembangan dalam rentang
usia. Ketika anak memasuki usia 2-7 tahun, anak akan berada di tahap
praoperasional. Anak yang berada pada tahap ini egosentrisnya telah
berkembang. Hal ini berarti anak belum mampu untuk menempatkan diri pada
kondisi orang lain. Anak pun baru bisa memandang suatu hal dari sudut
pandang mereka sendiri. Pola berpikir intuitif dan transduktif berkembang
pada tahap ini. Selain itu, imaginative thinking juga merupakan ciri khas dari
perkembangan ini (Hockenberry & Wilson, 2009; Wong, 2009).
f. Nilai moral: anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya
terutama dari lingkungan. Melalui aktivitas bermain anak memperoleh
kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di
lingkungannya. Anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar
membedakan sesuatu dan bertanggung jawab.
Hal yang perlu diperhatikan saat melakukan aktivitas berlain antara lain
(Soetjiningsih, 2014) :
d. Ruangan untuk bermain : ruangan tidak usah terlalu besar, anak juga bisa
bermain di halaman atau di tempat tidur disesuaikan dengan keadaan anak.
3) Lancar berbicara
5) Keterampilan sosial
RENCANA PELAKSANAAN
TERAPI BERMAIN
A. Judul Program
Terapi bermain yang digunakan adalah stimulasi permainan puzzle yang dilakukan
secara cooperative play.
B. Deskripsi Program
Permainan puzzle adalah Suatu kegiatan yang yang ditujukan pada anak dilakukan
secara berkelompok dan didampingi oleh fasilitator untuk menyusun puzzle, pertama
puzzle diambil, diacak, lalu mencocokkan ke tempat atau bentuk gambar yang sesuai.
C. Tujuan Program
1. Melatih koordinasi tangan dan mata anak (dikarenakan anak harus mencocokan
keping-keping puzzle dan menyusunnya menjadi satu gambar utuh)
2. Membantu anak memahami logika sebab akibat dari masalah (melatih sel-sel otak
untuk memecahkan masalah)
3. Membantu anak mengembangkan kemampuan kemandirian dalam menyelesaikan
masalah
4. Membantu anak mengenal bentuk dan merupakan langkah penting menuju
pengembangan keterampilan membaca
5. Membantu anak dalam mengembangkan kemampuan bersosialisasi melalui
kerjasama satu sama lain
E. Waktu Pelaksanaan
Terapi bermain puzzle dilaksanakan pada:
Hari, tanggal : Kamis, 13 September 2018
Waktu : Pukul 10.00 WIB
Tempat : Rumah Klien (Jl Jurang Belimbing gang waduk 3 RT 1 RW 1)
I. Pengorganisasian
Pembimbing : Ns. Elsa Naviati, S.Kep., M.Kep.,Sp. An
Leader : Yusak Gawe
Fasilitator :
- Indriana
- Tri Ningsih Nawang Sasi
- Maya Ajeng Lestari
Observer :
- Angelina Widya Santoso
J. Kriteria Evaluasi
1. Evakuasi Struktur
a. Kesiapan media dan tempat
b. Pengorganisasian rencana program dilaksanakan sebelum program dilakukan
2. Evaluasi Proses
a. Leader dapat memimpin jalannya permainan, dilakukan dengan tertib dan
teratur
b. Fasilitator dapat mendampingi dan memotivasi anak dalam permainan
c. 100% anak dapat mengikuti permainan secara aktif dari awal sampai akhir
3. Evaluasi Hasil
a. Anak dapat memahami permainan yang telah dimainkan
b. Anak telah belajar memecahkan masalah melalui eksplorasi alat mainnya
c. Anak menikmati permainan
d. Anak mampu mengendalikan emosinya
e. Anak tidak mengalami kelelahan setelah melakukan permainan
f. Anak mampu bersosialisasi dengan fasilitator
RENCANA PELAKSANAAN
PENDIDIKAN KESEHATAN
A. JUDUL PROGRAM
Pendidikan kesehatan batuk pilek anak
B. DESKRIPSI PROGRAM
Pendidikan kesehatan batuk pilek anak merupakan salah satu penyampaian informasi
pada ibu mengenai pengenalan batuk pilek, penyebab, tanda gejala, cara penanganan
dan cara pencegahan batuk pilek pada anak usia 2 tahun. Program ini dilakukan
dengan media leaflet.
C. TUJUAN PROGRAM
1. Memberikan informasi pada ibu mengenai pengertian batuk pilek
2. Memberikan informasi pada ibu mengenai penyebab batuk pilek
3. Memberikan informasi pada ibu mengenai tanda dan gejala batuk pilek
4. Memberikan informasi pada ibu mengenai cara penanganan batuk pilek
5. Memberikan informasi pada ibu mengenai pencegahan batuk pilek
E. WAKTU PELAKSANAAN
Kamis, 13 September 2018
I. PENGORGANISASIAN
1. Pemateri : Diana Saraswati
2. Fasilitator : Isnaeni Fauziah
J. KRITERIA EVALUASI
1. Nilai posttes lebih tinggi dibanding pretest
2. Program berjalan tepat waktu mulai dan berakhirnya
3. Hambatan dapat teratasi dengan cepat
BAB IV
LAPORAN PELAKSANAAN
A. JUDUL PROGRAM
B. PENCAPAIAN TUJUAN PROGRAM
C. WAKTU PELAKSANAAN
D. SISTEMATIKA PROSES PROGRAM
E. PENGORGANISASIAN
F. PEMBAHASAN (KAITAN TEORI DAN PROJEK)
G. EVALUASI (STRUKTUR PROSES HASIL)
H. DOKUMENTASI
I. DAFTAR PUSTAKA
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
DepKes RI. 2005. Buku pedoman Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak. Jakarta: DepKes RI. Hal : 56.
Laloan, M & dkk. 2018. Perbedaan perkembangan anak usia toddler (1-3 Tahun)
antara ibu bekerja dan tidak bekerja di wilayah kerja posyandu puskesmas
kawangkoan. E-juornal keperawatan samratulangi vol. 6 No. 1
Muloke, I.C., Ismanto, A.Y. & Bataha, Y. (2017). Pengaruh Alat Permainan
Edukatif (Puzzle) Terhadap Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun di
Desa Linawan Kecamatan Pinolosian Kabupaten Bolaang Mogondow
Selatan. E-Journal Keperawatan, Vol. 5 (1).
Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk. Jakarta :
EGC.2005.
1. Jika ibu sedang melakukan pekerjaan rumah tangga, apakah anak meniru apa yang ibu
lakukan?
2. Apakah anak dapat meletakkan 1 buah kubus diatas kubus yang lain tanpa
menjatuhkan kubus itu? Kubus yang digunakan ukuran 2,5-5cm
3. Apakah anak dapat mengucapkan paling sedikit 3 kata yang mempunyai arti selain
papa dan mama?
4.