Anda di halaman 1dari 9

Analisis elemen jejak tembaga, mangan, dan zink pada wanita preeclampsia menggunakan

inductively coupled plasma optical emission spectometry: penelitian prospektif case control di
Riyadh, Saudi Arabia

Abstrak
Preeklamsia adalah komplikasi medis kehamilan yang sering terjadi dan dapat menyebabkan
kematian. Terkait meningkatnya kasus preeclampsia dan tidak adanya data mengenai hubungan
kadar elemen jejak dan preeclampsia, kami melakukan penelitian case control untuk menilai risiko
preclampsia dan hubungannya dengan kadar elemen jejak seperti tembaga, mangan, dan zinc di
rumah sakit Riyadh, Saudi Arabia. Sebanyak 120 wanita hamil diikutsertakan alam penelitian ini
dan dibagi ke dalam 3 kelompok, masing-masing 40 orang. Kadar Cu, Mn, dan Zn serum diestimasi
dengan inductively coupled plasma optical emission spectometry. Analisis elemen jejak
menunjukkan bahwa nilai rata-rata Cu, Mn, dan Zn adalah 2,01 +- 0,43, -,125 +- 0,07, dan 1,30 +-
0,83 mg/L berurutan pada kelompok kontrol. Pada kelompok preeclampsia, nilai rata-rata Cu, Mn,
dan Zn adalah 1,554 +- 0,53; 0,072 +- 0,06, dan -,67 +- 0,59 mg/L berurutan. Kadar Cu dan Zn
menurun secara signifikan (p < 0,001) pada kelompok preeclampsia dibandingkan kontrol. Analisis
pearson correlation menunjukkan korelasi psoitif antara kadar Cu, Mn, dan Zn dan tekanan darah
sistol. Namun korelasi Cu, Mn, dan Zn dengan usia ibu, usia gestasional, BMI, tekanan darah
sistolik tidak signifikan secara statistik. Kesimpulan, penelitian kami menunjukkan pasien
preeclampsia memiliki kadar Cu, Mn, dan ZN lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol dan
penurunan kadar tembaga, mangan, zink serum selama kehamilan berkontribusi terhadap
preeclampsia.

Pendahuluan
Preeklamsia adalah komplikasi medis kehamilan yang sering terjadi dan dapat menyebabkan
kematian. Sebanyak 790 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup disebabkan karena preeklampsia
[1]. Insiden pada primigravidarum sekitar 10% dan multigravidarum sekitar 5% [2]. Di Arab Saudi,
insidensi preeklampsia adalah 13.876 dari 25.759.938 populasi [3]. Hipertensi yang diinduksi
kehamilan mengakibatkan morbiditas dan mortalitas ibu anak [4]. Preeklampsi yang disertasi
kejang disebut eklampsia. Preeclampsia terjadi pada trimester kedua dan ketiga kehamilan dan lebih
sering pada perempuan nulipara. Preeklampsia ditandai oleh hipertensi dan proteinuria setelah 20
minggu kehidupan dan terjadi pada 5-8% kehamilan. Pada preeklampsia tekanan darah diastol ibu
yang biasanya normal adalah 90mmH dan proteinuria 0,3 mg pada urin 24 jam atau setara dengan
+1 atau 100mg/dl dengan dipstik. Preeclampsia berat berhubungan dengan meningkatnya satu atau
lebih: tekanan darah sistolik 160 mmHg, atau 110 mmHg diastolik, pada 2 waktu yang berjarak 6
jam proteinuria > 5g dalam 24 jam.

Kehamilan adalah masa dimana terjadi pertumbuhan dan diferensiasi sel yang cepat. Akibatnya,
terjadi perubahan pada pola makan, terutama mikronutrien. Beberapa zat terlibat pada beberapa
jalur biokimia [6]. Fungsi paling penting adalah peran katalis pada reaksi kimia dan fungsi
struktural pada molekul besar seperti enzim dan hormon [7]. Perubahan konsentrasi dan
homeostasis masing-masing mikronutrien ini berperan dalam patofisiologi berbagai gangguan dan
penyakit [8].

Vitamin dan mineral adalah mikronutrien yang mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janin [7].
Elemen jejak zink, mangan, dan tembaga penting pada kehamilan dan elemen ini harus
disuplementasikan setiap hari pada ibu hamil [9]. Kehamilan berhubungan dengan meningkatnya
kebutuhan mikronutrien seperti besi, tembaga, vitamin B12, asam folat, dan asam askorbat [10].
Defisiensi nutrien ini dapat mempengaruhi kehamilan, melahirkan, dan outcome kehamilan.

Tembaga adalah elemen jejak esensial, yang merupakan unsurpentingenzim Cu-dependent seperti
lisil oksidase, sitokrom oksidase, tirosinase, domapine-beta-hidroksilase, peptidiglisin alfa-
amidating monooksigenase, monoamin oksidase, seruloplasmin, dan tembaga-zink superoksida
dismutase (Cu - Zn SOD), berperan sebagai antioksidan dan oksidoreduktase dan enzim ini
berperan sebagai sistem pertahanan terhadap antioksidan [11]. Tembaga juga ditemukan di
seruloplasmin dan mempromosikan penyerapan besi di traktus gastrointestinal [12]. Defisiensi
tembaga jarang terjadi, namun beberapa kasus ditemukan pada manusia, dengan gejala neutropenia,
anemia, abnormalitas skeletal dengan iregularitas atherogenik dan elektrocardiographic dan
berhubungan dengan kasus BBLR [13].

Zink adalah elemen jejak penting lain yang terlibat dalam fungsi biokimia tubuh. Zink merupakan
ko-faktor sintesis berbagai enzim, DNA dan RNA. Zink merupakan komponen struktural beberapa
protein seperti growth factor, sitokin, reseptor, enzim, dan faktor transkripsi yang memiliki peran
penting dalam jalur sinyal seluler. Sekitar 10% protein di tubuh manusia berikatan dengan Zn dan
aktifitas biologis dari protein yang berikatan dengan zink ini tergantung kadar Zn dalam tubuh [14].
Defisiensi zink berhubungan dengan komplikasi kehamilan dan melahirkan, juga retardasi
pertumbuhan, abnormalitas kongenital. Beberapa laporan menunjukkan bahwa defisiensi zink
berhubungan dengan insidensi preeklampsia [7]. Zink berperan sebagai molekul sinyal intrasel.
Oleh karena itu, berubahnya homeostasis zink dan disfungsi zink dalam fungsi sinyal Zn dapat
menyebabkan patogenesis beberapa penyakit [15].

Mangan terlibat dalam pembentukan tulang dan kartilago. Mangan juga merupakan komponen
enzim yang berperan dalam pembentukan karbohidrat, asam amino, dan kolesterol. Mangan
ditemukan dalam bentuk senyawa bebas di alam (sering berikatan dengan besi), dan pada banyak
mineral. Mangan merupakan kofaktor berbagai macam enzim seperti oksidoreduktase, transferase,
hidrolase, liase, isomerase, ligase, lektin, dan integrin. Mangan juga merupakan komponen arginase
polipeptida dan Mn-containing superoxide dismutase (Mn-SOD). Sebagai bagian dari antioksidan
kuat yang disebut manganase superoksida dismutase, mangan melindungi sel dari jejas oksidatif
[16].

Beberapa bukti menunjukkan bahwa berbagai elemen berperan penting pada preeklampsia [17].
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perubahan jejak elemen di darah pada pasien
preeklampsia berperan dalam patogenesis preeklampsia, namun juga ada penelitian yang gagal
membuktikan hubungan jumlah jejak elemen di darah dan prevalensi preeeclampsia [18-20].
Defisiensi elemen jejak seperti zinc, tembaga, selenium, dan magnesium berhubungan dengan
masalah reprodutif seperti infertilitas, wastage pregnancy, kelainan kongenital, preeclampsia,
abrubsi plasenta, ketuban pecah dini, still birth, dan BBLR [21, 22]. Etiologi pasti dari preeclampsia
masih belum diketahui. Sayangnya, penelitian yang mendiskusikan kadar elemen jejak pada
preeclampsia masih jarang di Saudi Arabia.

Kami melakukan penelitian berbasis rumah sakit case-control di rumah sakit Riyadh, Saudi Arabia
untuk menilai risiko preeklampsia dengan konsentrasi elemen jejak seperti tembaga, mangan, dan
zink. Penelitian saat ini dirancang untuk menghasilkan pemahaman lebih baik tentang kadar Cu,
Mn, dan Zn pada wanita hamil sehat, wanita hamil dengan risiko epnyakit dan kehamilan
preeklampsi. Berbagai teknik deteksi termasuk atomic absorbtion spectrophometer (FAAS), electro
thermal AAS digunakan untuk analisis elemen jejak. ICP-OES (inductively coupled plasma optical
emission spectometry) digunakan pada penelitian ini untuk estimasi elemen jejak. Kami
menghipotesiskan perubahan status elemen jejak pada wanita hamil berkontribusi terhadap
patogenesis preeclampsia.

Metode
Populasi penelitian
Penelitian case control ini dilakukan di departemen of Clinical Laboratory Sciences, King Saud
University dan Section of Obstetric and Gynecology, King Saud Medical City Hospital, Riyadh dari
September 2012 hingga Desember 2013. Penelitian disetujui oleh komite etik rumah sakit. Inform
consent didapatkan dari pasien sebelum pengambilan darah.

Sebanyak 120 wanita hamil diikutsertakan alam penelitian ini dan dibagi ke dalam 3 kelompok,
masing-masing 40 orang: kelompok wanita hamil normotensi (kontrol), wanita hamil berisiko tinggi
preeclampsia (kelompok HR) dan perempuan dengan preeclampsia (kelompok PET). Seluruh
subjek penelitian datang ke klinik antenatal dan labor pada trimester ke-3 kehamilan.

Kriteria inklusi
Kelompok kontrol: wanita hamil dengan tekanan darah normal, tidak ada proteinuria dan masalah
sistemik maupun endokrin. Seluruh subjek pada kehamilan trimester 3 (>= 24 minggu).

Kelompok risiko tinggi: wanita hamil dengan BMI 35 atau lebih, hipertensi ringan atau dengan
preeclampsia, diabetes gestasional, IUGR atau riwayat melahirkan pre-term, dan riwayat keluarga
preeclampsia.

Kelompok PET: Diagnosis preeclampsia berdasarkan definisi American College of Obstetric and
Gynecologist [23].

Kriteria eksklusi
Pasien obesitas, anemia berat, gangguan hepar, dislipidemia tidak dimasukkan ke dalam penelitian.

Pengambilan sampel darah


Saat pasien datang, sebangak 5 ml darah vena diambil kemudian disimpan pada suhu ruang selama
30 menit, disentrifus 3.000 rpm selama 15 menit. Sampel serum disimpan pada tabung Eppendorf
suhu -80 C hingga dianalisa. Pemeriksaan biokimia dasar seperti hitung darah lengkap dan kadar
hematokrit (Hct) dilakukan dengan automated Cell Dyne3700analyzer dan hitung platelet dilakukan
menggunakan pembacaan otomatis, STA compact, Mediserv, UK. Pada saat pengumpulan sampel
darah, protein urin diukur dengan dipstick dan diukur dengan skala 0-4+ (0= tidak ada, 1+= 30
mg/dl, 2+ = 100 mg/dl, 3+ = 300-1.999 mg/dl, 4+ = setidaknya 2000 mg/dl).

Analisis elemen jejak di serum


Elemen jejak serum diukur dengan ICP-OES (inductively coupled plasma optical emission
spectrometer, ACTIVA-S, HORIBA JOBIN, Prancis). Sampel serum difiltrasi sebelum analisis.
Sebanyak 0,5 ml serum didilusi dengan 1% HNO3 dan 0,01% Triton x 100 sebagai diluent. Kadar
standar berbeda (30.500 dan 1000 ppb) elemen jejak (Cu, Mn, dan Zn) disiapkan dalam larutan
1000 ppm untuk kalibrasi grafik standar. Absorbance diambil pada 325,7; 257,6; dan 213,8 untuk
Cu, Mn, dan Zn, berurutan. Kadar Cu, Mn, dan Zn serum menggunakan satuan mg/L.

Analisis statistik
Analisis statistik menggunakan mean +- SD. Analisis statistik dilakukan dengan SPSS.
Perbandingan karakteristik klinis dan parameter biokimia kasus dengan kontrol pada seluruh
kelompok dilakukan dengan one way ANOVA dan Holm-Sidak Test. Korelasi Pearson dilakukan
untuk menentukan hubungan elemen jejak dengan usia ibu, usia gestasional, BMI, tekanan darah
sistol dan diastol pada kelompok preeklampsia. Hubungan antar elemen kelompok kontrol dan PET
dianalisa dengan korelasi Pearson.

Hasil
Karakteristik klinis subjek
Nilai standar deviasi karakteristik klinis kelompok kontrol dan kasus tertera pada tabel 1. Usia dan
hematokrit kelompok kontrol, HR, dan PET tidak berbeda secara signifikan. Kelompok
preeclampsia memiliki usia gestasional lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol dan HR. BMI
kelompok HR (37,36 +- 9,005 Kg/m2) secara signifikan lebih tinggi dibandingkan kelompok
kontrol dan PET (29,94 +- 6,05 dan 35,12 +- 6,06 Kg/m2 berurutan). Perbandingan parameter
biokimia pada ketiga kelompok tertera pada tabel 3. Tidak ada perbedaan BMI signifikan antara
kelompok kontrol dan PET.

Nilai rata-rata tekanan darah sistolik (systolic arterial blood pressure- sATP) pada kelompok
kontrol dan HR adalah 113,56 +- 13,93 mmHg dan 124,70 +- 16,21 mmHg berurutan, dan pada
kelompok PET sATP adalah 167,00 +- 24,43 mmHg. Terdapat perbedaan signifikan pada nilai sATP
(p< 0,05) pada kelompok kontrol dan HR, dan p< 0,001 antara kelompok kontrol dan PET dan
antara kelompok HR dan PET. Tekanan darah sistolik ditemukan tinggi pada kelompok PET (98,52
+- 11,16) dibandingkan dengan kelompok kontrol dan HR (67,66 +- 9,38 dan 74,45 +- 19,14
berurutan). Kami menemukan perbedaan signifikan tekanan darah diastol antara kontrol dan PET,
kelompok HR dan PET (p< 0,001) dan perbedaan signifikan antara kelompok kontrol dan HR (p <
0,05). Sebaliknya, jumlah platelet menurun secara signifikan (P < 0,001) pada kelompok PET
dibandingkan dengan kelompok kontrol dan HR.
Kadar elemen jejak serum
Kadar elemen jejak serum pada kelompok kontrol, HR, dan preeklampsi tertera pada tabel 2.
Analisis elemen jejak menunjukkan nilai rata-rata Cu, Mn, dan Zn adalah 2,01 +- 0,43, -,125 +-
0,07, dan 1,30 +- 0,83 mg/L berurutan pada kelompok kontrol, dan 1,78 +- 0,51, 0,066 +- 0,04 dan
0,98 +- 0,63 mg/L berurutan pada kelompok HR. Pada kelompok preeclampsia, nilai rata-rata Cu,
Mn, dan Zn adalah 1,554 +- 0,53; 0,072 +- 0,06, dan -,67 +- 0,59 mg/L berurutan. Kadar Cu
menurun signifikan (P < 0,001) pada kelompok PET dan HR dibandingkan dengan kontrol.
Bagaimanapun juga, kadar Mnantara HR dan PET tidak signifikan. Seperti serum Cu dan Mn, kadar
Zn juga menurun secara signifikan (P < 0,001) pada kelompok PET jika dibandingkan dengan
kontrol dan (p<0,05) ditemukan antara kelompok kontrol dan HR dan antara kelompok HR dan
PET (Gambar 1-3). Data kemudian dianalisa lagi dengan korelasi pearson untuk menentukan efek
maternal seperti usia, usia gestasional, BMI, tekanan darah sistol dan diastol, elemen jejak pada
kelompok preeclampsia (Tabel 4, Gambar 4A-C). Usia gestasional dan BMI berkorelasi positif
dengan Mn dan Zn pada pasien preeclampsia. Kami menemukan korelasi positif antara sATP
dengan elemen jejak (Cu, Mn, dan Zn) dan antara dATP, Mn, dan Zn. Sebaliknya, terdapat
hubungan negatif antara dATP dan tembaga.

Korelasi inter-elemen pada kelompok kontrol dan preeklampsia


Korelasi inter-element pada elemen yang dianalisa pada kelompok kontrol dan preeclampsia
dilakukan dengan pearson correlation dan tertera pada tabel 5. Terdapat hubungan positif antara Cu
dan Zn, dan antara Mn dan Zn pada kelompok PET (Gambar 5-7). Namun, korelasi inter-element
tidak signifikan secara statistik pada kelompok preeclampsia (P> 0,05).

Diskusi
Preeklampsia adalah sebuah penyakit multifaktorial yang melibatkan banyak sistem dan
mempengaruhi ibu dan bayi dalam hal disfungsi vascular dan juga restriksi perkembangan
intrauterin. Dalam kehamilan, proses implantasi, proliferasi, diferensiasi dan invasi trofoblas
menghasilkan reactive oxygen species (ROS), sedangkan dalam preeclampsia, peroksidasi lipid
yang juga menghasilkan ROS tidak terkendali. Preeklampsia banyak dihubungkan dengan ketidak
seimbangan antara kenaikan lipid peroksidase dan menurunnya antioksidan. Stres oksidatif terhadap
plasenta telah menjadi kunci pathogenesis dari preeklampsia. Walaupun banyak faktor patofisiologi
yang dikemukakan sebagai etiologi dari preeclampsia, etiologi dari preeeklampsia masih dalam
penelitian. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara level trace elements plasma
ibu dan preeclampsia walaupun dengan hasil yang tidak konsisten. Beberapa penelitian
menyimpulkan adanya perubahan konsentrasi trace elements dalam preeclampsia namun penelitian
lain tidak menemukan adanya hubungan antara trace elements dan kejadian dari preeklampsia.
Penelitian yang sudah dilakukan terhadap unsur logam ibu untuk preeclampsia dan pasien dengan
tekanan darah normal tidak konsisten. Penelitian sebelumnya banyak dilakukan dan terbatas pada
wilayah Eropa, Australia, New Zealand, Amerika Utara, dan Cina. Hasil dari penelitian kami
dengan ini menambahkan data mengenai status unsur logam ibu hamil dengan preeklampsia dan ibu
hamil dengan tekanan darah normal di Saudi Arabia. Dikarenakan naiknya jumlah kasus
preeclampsia di Saudi Arabia, juga menambahkan pemahaman yang lebih baik dalam mengetahui
peran trace elementsdalam pathogenesis preeclampsia, Penelitian ini melakukan analisis terhadap
serum trace elementsseperti tembaga, mangan, dan zinc dalam serum dengan kelompok beresiko
tinggi dan pasien preeclampsia di Riyadh, Saudi Arabia.

Nilai BMI tinggi dari ibu berhubungan dengan angka komplikasi akibat kehamilan yang
tinggi seperti preeklampsia, kelahiran pre-term dan post-term, dan perdarahan pascalahir.
Walaupun begitu, penelitian menunjukkan bahwa wanita obesitas beresiko menderita preeklampsia
dan wanita dengan BMI tinggi saat kehamilan beresiko menderita hipertensi dibandingkan dengan
wanita yang memiliki BMI lebih rendah. BMI yang dapat dibandingkan, usia gestasional yang
diperiksa melalui PET dan kelompok kontrol pada penelitian ini menjadi kriteria eksklusi dalam
menilai etiologi dari tingkat keparahan preeklampsia. Pada penelitian ini, tekanan darah sistolik
dan diastolik pada kelompok kontrol adalah normal, namun keduanya sangat tinggi pada kelompok
preeklampsia. Hal tersebut merupakan salah satu gejala dari preeklampsia dan didapatkan
perbedaan signifikan terhadap kedua data yaitu sistolik dan diastolik antara pasien kontrol dan
preeklampsia (P < 0.001). Hal ini memperjelas penelitian sebelumnya yang menunjukkan
perubahan kecil yang terjadi mungkin karena terdapat perbedaan etnis.
Pada penelitian case control terhadap wanita hamil preeklampsia di Saudi Arabia, didapatkan kadar
tembaga lebih rendah secara signifikan (P<0.001) pada wanita preeklampsia dibandingkan dengan
kelompok kontrol wanita sehat. Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya. Tembaga diketahui
sebagai komponen dari berbagai enzim dan sebuah ko-faktor dari antioksidan enzim superoksidase
dismutase. Gurer et al. mengatakan terdapat peningkatan malondialdehid dan penurunan aktivitas
seruloplasmin pada wanita preeklampsia. Berdasarkan dari pengamatan ini, kadar tembaga yang
rendah pada wanita preeklampsia dapat dihubungkan dengan penurunan kapasitas antioksidan dari
sel dan ketidak seimbangan antara oksidan/antioksidan. Walaupun begitu, pada kelompok dengan
resiko tinggi kadar tembaga tidak signifikan jika dibandingkan dengan kelompok preeklampsia dan
ditemukan perubahan signifikan pada tekanan darah sistolik dan diastolik antara kelompok HR dan
PET.
Mangan dan zinc dibutuhkan agar enzim dapat berfungsi dengan baik seperti superoksidase
dismutase, yang mana dibutuhkan untuk menyingkirkan radikal bebas. Kurangnya konsentrasi dari
ketiga unsur ini selama kehamilan dapat menyebabkan kemampuan antioksidan terhadap sel dengan
mengurangi aktivitas superoksidase dismutase, seiring dengan meningkatnya lipid peroksidase,
dapat menyebabkan peningkatan hipertensi. Mirip dengan tembaga, kadar mangan serum ditemukan
menurun pada kelompok preklampsia (P < 0.001) dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Beberapa penelitian menunjukkan kadar mangan serum dapat menyebabkan akumulasi dari
superoksidase yang dapat menstimulasi preeclampsia dan komplikasinya. Dengan demikian,
pengurangan signifikan dari kadar mangan (P<0.05) dapat memicu patogenesis preeklampsia. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya. Rendahnya konsentrasi serum mangan dalam
patogenesis dari preeklampsia mempengaruhi penurunan fungsi endotel. Arginin yang merupakan
prekursor dari fungsi endotel mengandung mangan sebagai bahan aktifnya. Dengan demikian,
pengurangan dari konsentrasi mangan dalam serum wanita preeklampsia dapat menimbulkan efek.
Berbeda dengan hasil penelitian ini, Ohad et al menemukan kadar Cu dan Zn yang lebih tinggi pada
kasus preeklampsia.

Penelitian sebelumnya menunjukkan adanya perbedaan kadar Zn yang ditemukan di dalam serum
wanita preeklampsia. Kami menemukan kadar Zn yang lebih rendah secara signifikan pda
kelompok preeklampsia dibandingkan dengan kontrol. Hasil yang serupa ditemukan pada beberapa
penelitian.Hipo-zincemia berhubungan dengan hemodilusi, peningkatan sekresi urin, dan
pemindahan mineral dari ibu ke janin yang sedang berkembang. Pada ibu hamil dengan
preeklampsia, kadar zinc rendah mungkin disebabkan oleh berkurangnya konsentrasi dari protein
transport dan estrogen yang disebabkan oleh meningkatnya lipid peroksidase. Pada wanita dengan
preeklampsia, konsentrasi zinc serum yang rendah mungkin disebabkan juga oleh berkurangnya
estrogen dan jumlah protein pengikat Zn. Maka dari itu, defisiensi zinc dapat menyebabkan lipid
peroksidase. Hal ini menuntun kita kepada hipotesis bahwa zinc mungkin saja memegang peran
dalam preeklampsia dengan meningkatkan lipid peroksidase.

Dalam penelitian ini, ditemukan hubungan antara usia, usia gestasional, BMI, tekanan darah sistolik
dan diastolik dengan Cu, Mn and Zn pada kelompok preklampsia.Namun tidak ditemukan
hubungan signifikan kecuali hubungan antara usia gestasional dengan kadar Mangan. Terdapat
korelasi positif antara tekanan darah sistolik dan diastolik dengan ketiga unsur yang diteliti. Hasil
ini berbeda dengan penelitian Akhtar et al, dimana ditemukan Zn memiliki korelasi negatif dengan
tekanan darah sistolik dan diastolik dalam kelompok preeklampsia. Analisis antar unsur
menunjukkan korelasi tidak signifikan menunjukkan ketiga unsur ini memegang peranan secara
mandiri terhadap preeklampsia.
Dari data yang ditemukan, didapatkan pengurangan pada konsentrasi dari ketiga unsur ketika
dibandingkan dengan kelompok kontrol (P < 0.05). dan juga penelitian ini menunjukkan adanya
peran dari zinc, tembaga, dan mangan dalam perkembangan dan patogenesis dari preeklampsia.
Walaupun penelitian ini membuktikan adanya peral zinc, tembaga, dan mangan dalam
perkembangan dan patogenesis dari preeklampsia, hal ini sebaiknya diinterpretasikan secara hati-
hati dikarenakan penelitian ini tidak melihat dari segi intake wanita dengan preeklampsia untuk
mengetahui appakah terdapat kekurangan dari trace elements akibat dari defisiensi nutrisi.

Dapat disimpulkan, wanita dengan preeklampsia di Saudi Arabia memiliki kadar trace elements
(tembaga, mangan, zinc) seum yang lebih rendah dibandingkan dengan wanita hamil yang sehat.
Terdapat prevalensi yang meningkat terhadap kejadian preeklampsia secara global namun terdapat
hasil yang masih diperdebatkan mengenai hubungan trace elements dan preeklampsia. Diharapkan
penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap peran trace elements dalam patogenesis dari
preeklampsia.

Anda mungkin juga menyukai