Anda di halaman 1dari 5

HASIL DISKUSI MEMBACA CEPAT

BAHASA INDONESIA

Kelas B
Kelompok :
Annisa Defa Griyani (21030117120022)
Farah Azizah Azhari (21030117120023)
M. Anif Shofa (21030117120025)
M. Haidar Makarim (21030117140019)
Stephanus Dwipa Puja (21030117140018)

TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
PENDAHULUAN

Ozon adalah suatu molekul yang terdiri atas tiga atom oksigen (O3). O3 juga sebagai
oksigen yang tidak stabil dibandingkan dengan O2. Ozon, unsur kimia yang pertama
diusulkan sebagai suatu senyawa kimia oleh Christian Friedrich Schonbein pada tahun 1840,
nama ozon menurut bahasa Yunani berasal dari kata ozein berarti bau busuk, bau yang khas
dari proses penyinaran oksigen oleh ultra violet (Rubin, 2001). Lapisan ozon melindungi
bumi dari pengaruh berbahaya radiasi matahari. Radiasi ultraviolet UV yang berasal dari
matahari berbahaya baginkehidupan bumi. Semakin meningkatnya jumlah radiasi UV-B
dapat merusak rantai makanan yang ada di laut. Disamping itu terdapat hubungan yang kuat
antara meningkatnya UV dengan meningkatnya kasus kasus penyakit kanker kulit dan
kataark mata pada manusia. Pada dasarnya atmosfer bertindak sebagai perisai terhadap
radiasi matahari melalui penyebaran atau penyerapan oleh molekul-molekul gas yang ada
dalam atmosfer bumi. Dalam hal ini ozonlah yang paling efektif menyerap radiasi UV.
Secara alami molekul-molekul ozon terbentuk dan rusak di atmosfer bumi. Secara alami pula
penipisan lapisan ozon terjadi di atas Kutub Selatan selama musim semi. (Nur Fajar, 2011.,
halaman 6).

Namun, Penipisan lapisan ozon menjadi salah satu isu kerusakan lingkungan hidup
yang sedang dihadapi oleh seluruh masyarakat dibelahan bumi ini. Penipisan lapisan ozon
menjadi perhatian masyarakat internasional berawal sejak tahun 1970-an, para ilmuwan
sudah mencurigai bahwa lapisan ozon stratosfer berada dalam bahaya. Menipisnya lapisan
ozon diduga ada kaitannya dengan gas CFC (Cholorofluorocarbon), dugaan tersebut ternyata
benar sejak Sherwood Rowland dan Mario Molina mengumumkan hasil penelitiannya. Kedua
ilmuwan dari Universitas California ini yang pertama kali menemukan bahwa 99 persen dari
gas CFC yang teremisi ke atmosfer akan mencapai stratosfer dan akan tetap tinggal di sana
sampai puluhan tahun, mereka juga mendugabahwa akumulasi gas CFC dan Halon inilah
yang menyebabkan kerusakan lapisan ozon. (Gerald Foley, 1993., halaman 7).

Berdasarkan hasil penelitian ilmuwan, lapisan ozon yang menjadi pelindung bumi
dari radiasi UV-B ini semakin menipis. Hal ini disebabkan karena adanya zat-zat pencemar
udara yang merusak lapisan ozon. Zat-zat perusak ozon tersebut dikenal dengan nama Bahan
Perusak Ozon (BPO), contohnya yaitu : Chlorofluorocarbon (CFC) dan
Hydrochlorofluorocarbons (HCFC). CFC yang berlebihan dikonsumsi oleh masyarakat
modern dunia sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu. CFC dapat melepaskan atom Chlorine
dan dapat merusak lapisan ozon.CFC digunakan oleh masyarakat di dunia dengan cara yang
tidak terkira banyaknya, misalnya dengan penggunaan Freon pada alat AC, lemari es, dan alat
pendingin lainnya merupakan salah satu bentuk yang turut andil dalam pengrusakan lapisan
ozon. Menurut hasil penelitian, satu atom Cl dapat menguraikan sampai 100.000 senyawa
ozon dan bertahan sampai 40-150 tahun di atmosfer. Padahal stratosfer hanya bisa menyerap
sejumlah atom klorin, sehingga pada akhirnya meskipun penggunaan CFC ditekan, jumlah
yang ada dalam atmosfer masih cukup besar dan perlu waktu yang sangat lama untuk diserap.
(Itha Masitah, 2011,. Halaman 5).
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana upaya Pemerintah Indonesia yang dilakukan untuk mencegah
penipisan lapisan ozon ?
2. Bagaimana penyebab atau factor yang menyebabkan penipisan atau kerusakan
lapisan ozon?

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Upaya Pemerintah dan Masyarakat untuk Mencegah Penipisan Lapisan Ozon
Apabila ozon semakin lama semakin menipis, maka akan membahayakan semua makhluk
hidup di belahan bumi ini. pada tahun 1989 lahirlah The Montreal Protocol On Substances
That Deplete The Ozone Layer, yang berisi tentang larangan penggunaan bahan-bahan yang
merusak lapisan ozon. Sejumlah 197 negara baik negara-negara maju dan negara-negara
berkembang telah meratifikasi perjanjian internasional ini. Termasuk Indonesia juga
turutserta meratifikasi Konvensi Wina 1985 dan Protokol Montreal 1989 ini, sebagai wujud
kepedulian terhadap kerusakan lingkungan hidup dan masa depan bumi ini. Setelah
meratifikasi perjanjian internasional, sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan perjanjian
internasional tersebut, maka Pemerintah Indonesia memiliki dua kewajiban yang wajib
dilaksanakan, yakni melaksanakan tindakan legislasi dan menerapkan pemaksaan kepatuhan.

Aksi nyata yang dilakukan seperti penghapusan CFC sebagai salah satu Bahan
Perusak Ozon (BPO) pada sektor manufaktur refrigrasi yang dilaksanakan oleh Kementerian
Lingkungan Hidup bekerjasama dengan United Nations Development Programme (UNDP).
Kegiatan proyek dilaksanakan mulai tahun 2003 sampai 2007 dengan tujuan untuk
menghapuskan penggunaan CFC pada industri yang memproduksi alat pendingin. Proyek ini
merupakan pelaksanaan Konvensi Wina dan Protokol Montreal. Namun kenyataannya, masih
banyak beredar barang-barang yang mengandung bahan-bahan kimia perusak ozon dan
sampai saat ini masih banyak masyarakat menggunakannya, yakni air conditioner (AC),
lemari es atau kulkas, bahan pelarut seperti kilang-kilang elektronik sebagai pelarut untuk
pembersih dan pengeringan minyak dll.

Untuk mencapai target penghapusan CFC pada tahun 2007, Indonesia telah
menyelenggarakan beberapa program. Dana untuk program penghapusan CFC diperoleh
dalam bentuk hibah dari Dana Multilateral Montreal Protocol (MLF), dimana UNDP menjadi
salah satu lembaga pelaksana. Dengan dukungan dari UNDP, Indonesia telah melaksanakan
29 proyek investasi tersendiri di sektor busa dan 14 proyek investasi tersendiri di sektor
pendinginan (Cessnasari, 2005). Pekerjaan di kedua sektor ini telah membantu mengurangi
produksi CFC Indonesia sebanyak 498 ton metrik dan 117 ton metrik di masing-masing
sektor.
Penipisan lapisan ozon ini berlangsung memang dipicu dari tingginya pemakaian CFC oleh
negara-negara maju beberapa dekade yang lalu, namun guna menormalkan kembali kondisi
ozon ini diperlukan kerja sama yang baik dari semua pihak. Baik negara maju maupun negara
berkembang yang saat ini masih menginginkan penggunaan zat kimia buatan manusia
tersebut dalam industrinya perlu melakukan tindakan yang diperlukan. Tindakan yang dapat
kita lakukan pada saat ini demi memelihara lapisan ozon, misalnya mulai pengurangan atau
tidak
menggunakan lagi produk-produk rumah tangga yang mengandung zat-zat yang dapat
merusak lapisan pelindung bumi dari sinar ultraviolet ini. (Cessnasari, 2005)

2. Penyebab atau Faktor yang Menyebabkan Penipisan atau Kerusakan lapisan


Ozon
Berdasarkan hasil penelitian ilmuwan, lapisan ozon yang menjadi pelindung bumi dari
radiasi UV-B ini semakin menipis. Hal ini disebabkan karena adanya zat-zat pencemar udara
yang merusak lapisan ozon. Zat-zat perusak ozon tersebut dikenal dengan nama Bahan
Perusak Ozon (BPO), contohnya yaitu :
1. Chlorofluorocarbon (CFC) dan Hydrochlorofluorocarbons (HCFC).
Rusaknya lapisan ozon antara lain disebabkan oleh penggunaan bahan yang
mengandung unsur Chlor (Cl) dan salah satunya adalah ditimbulkan oleh refrigeran
dari golongan CFC (Chloro Fluoro Carbon) yang mempunyai beberapa unsur Cl.
Unsur chlor ini akan mengikat ozon (O3), dengan chlor sebagai katalisator, ozon akan
terurai dan menjadi semakin tipis yang akhirnya membentuk lubang. CFC digunakan
oleh masyarakat di dunia dengan cara yang tidak terkira banyaknya, misalnya dengan
penggunaan Freon pada alat AC, lemari es, dan alat pendingin lainnya merupakan salah
satu bentuk yang turut andil dalam pengrusakan lapisan ozon, karena alat ini
menggunakan CFC-11, CFC-12, CFC 114 dan HCFC-22 dalam proses kerjanya.
Menurut hasil penelitian, satu atom Cl dapat menguraikan sampai 100.000
senyawa ozon dan bertahan sampai 40-150 tahun di atmosfer. Padahal stratosfer hanya
bisa menyerap sejumlah atom klorin, sehingga pada akhirnya meskipun penggunaan CFC
ditekan, jumlah yang ada dalam atmosfer masih cukup besar dan perlu waktu yang sangat
lama untuk diserap.
2. Penggunaan CFC-11, CFC-12 dan CFC-114 secara luas juga digunakan pada produk
dengan alat kerja penyemprot atau disebut aerosol spray seperti kaleng semprot untuk
pengharum ruangan, penyemprot rambut (hair spray), minyak wangi/parfum, insektisida,
pembersih kaca (jendela), pembersih oven, produk-produk farmasi, cat, minyak pelumas
dan oli.
3. Penggunaan CFC-113 sebagai cairan pembersih (cleaning solvent) pada proses
pembuatan peralatan elektronik, penghilangan lemak (degreasing) logam selama proses
fabrikasi. Selain itu CFC-113 digunakan untuk dry-cleaning dan spot-cleaning pada
industri tekstil.
4. Haloncarbon yang digunakan dalam zat cair pemadam kebakaran (aerosol fire
extinguiser) seperti Methyl Bromide,Carbon Tetrachloride,dan Methyl Chloroform.
5. Penggunaan methyl chloroform dan carbon tetrachloride sebagai bahan pelarut (solvent).
KESIMPULAN

1. Lapisan Ozon adalah lapisan yang melindungi bumi dari radiasi sinar ultraviolet dari
matahari. Lapisan ini berada di lapisan stratosfer bumi yang terletak di sekitar 15-50 km
di atas permukaan bumi.

2. Penipisan lapisan ozon menjadi salah satu isu kerusakan lingkungan hidup yang
sedang dihadapi oleh seluruh masyarakat dibelahan bumi ini. Penipisan lapisan ozon
diakibatkan karena penggunaan bahan yang mengandung Chlor (Cl) yang ditimbulkan
dari refrigerant dari golongan Chlorofluorocarbon(CFC) yang mempunyai beberapa
unsur Chlor. Unsur chlor ini akan mengikat ozon (O3), dengan chlor sebagai
katalisator, ozon akan terurai dan menjadi semakin tipis yang akhirnya membentuk
lubang.

3. Untuk mengurangi upaya penipisan lapisan ozon, maka pemerintah melakukan upaya-
upaya yaitu membuat perjanjian internasional The Montreal Protocol On Substances
That Deplete The Ozone Layer yang terdiri Sejumlah 197 negara baik negara-negara
maju dan negara-negara berkembang yang berisi tentang larangan penggunaan
bahan-bahan yang merusak lapisan ozon. Pemerintah Indonesia telah
menyelenggarakan beberapa program. Dana untuk program penghapusan CFC
diperoleh dalam bentuk hibah dari Dana Multilateral Montreal Protocol (MLF),
dimana UNDIP menjadi salah satu lembaga pelaksana. Dengan dukungan dari UNDP,
Indonesia telah melaksanakan 29 proyek investasi tersendiri di sektor busa dan 14
proyek investasi tersendiri di sektor pendinginan (Cessnasari, 2005). Pekerjaan di
kedua sektor ini telah membantu mengurangi produksi CFC Indonesia sebanyak 498
ton metrik dan 117 ton metrik di masing-masing sektor.

Anda mungkin juga menyukai