PENGERTIAN
Harta adalah benda baik yang memiliki wujud maupun yang semu yang dimiliki
oleh perusahaan. Klaim atas harta yang tidak berwujud disebut ekuitas / equities yang
dapat mendatangkan manfaat di masa depan.
(Aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti atau diperoleh
atau dikuasai/dikendalikan oleh suatu entitas akibat transaksi atau kejadian
masa lalu.)
Definisi FASB dan AASB cukup dibanding definisi yang lain luas karena aset
dinilai mempunyai sifat sebagai manfaat ekonomik (economic benefits) dan bukan
sebagai sumber ekonomik (resources) karena manfaat ekonomik tidak membatasi bentuk
atau jenis sumber ekonomik yang dapat dimasukkan sebagai aset.
Berdasar uraian diatas, pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga
karakteristik utama yang harus dipenuhi agar suatu objek atau pos dapat disebut aset,
yaitu:
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus mengandung manfaat
ekonomik di masa datang yang cukup pasti. Uang atau kas mempunyai manfaat atau
potensi jasa karena daya belinya atau daya tukarnya. Sumber selain kas mempunyai
manfaat ekonomik karena dapat ditukarkan dengan kas, barang, atau jasa, karena dapat
digunakan untuk memproduksi barang dan jasa, atau karena dapat digunakan untuk
melunasi kewajiban.
2. Dikuasai atau dikendalikan entitas
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek atau pos tidak harus dimiliki oleh
entitas tetapi cukup dikuasai oleh entitas. Oleh, karena itu, konsep penguasaan atau
kendali lebih penting daripada konsep kepemilikan. Penguasaan disini berarti
kemampuan entitas untuk mendapatkan, memelihara/menahan, menukarkan,
menggunakan manfaat ekonomik dan mencegah akses pihak lain terhadap manfaat
tersebut. Hal ini dilandasi oleh konsep dasar substansi mengungguli bentuk yuridis
(substance over form). Pemilikan (ownership) hanya mempunyai makna yuridis atau
legal.
Pengukuran
Dan jika suatu sumberdaya yang diperoleh suatu perusahaan tidak andal (reliable)
pada elemen pengukurannya, maka sumberdaya tersebut tidak dapat ditampilkan sebagai
aset melainkan diakui sebagai pendapatan ketika terjadi transaksi.
Penilaian
Tujuan dari penilaian aset adalah untuk merepresentasi atribut pos-pos aset yang
berpaut dengan tujuan laporan keuangan dengan menggunakan basis penilaian yang
sesuai. Sedangkan tujuan pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang dapat
membantu investor dan kreditor dalam menilai jumlah, saat, dan ketidakpastian aliran kas
bersih ke badan usaha. Singkatnya, tujuan penilaian aset harus berpaut dengan tujuan
pelaporan keuangan.
c. Current market value. Beberapa jenis investasi dalam surat berharga disajikan
atas dasar nilai pasar sekarang yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang
dapat diperoleh kesatuan usaha dengan menjual aset tersebut dalam kondisi
perusahaan yang normal (tidak akan dilikuidasi). Nilai pasar sekarang juga
digunakan untuk aset yang kemungkinan akan laku dijual dibawah nilai
bukunya.
d. Net realizable value. Beberapa jenis piutang jangka pendek dan sediaan barang
disajikan sebesar nilai terealisasi bersih yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya
yang akan diterima (tanpa didiskun) dari aset tersebut dikurangi dengan
pengorbanan (kos) yang diperlukan untuk mengkonversi aset tersebut menjadi
kas atau setaranya.
e. Present (or discounted) value of future cash flows. Piutang dan investasi jangka
panjang disjikan sebesar nilai sekarang penerimaan kas di masa mendatang
sampai piutang terlunasi (dengan tarif diskun implisit) dikurangi dengan
tambahan kos yang mungkin diperlukan untuk mendapatkan penerimaan
tersebut.
Pengakuan
1. Deteksi adanya aset (detection of existence test). Untuk mengajui aset, harus
ada transaksi yang menandai timbulnya aset
4. Mengandung nilai (non-zero magnitude test). Untuk mengakui aset, suatu objek
harus mempunyai manfaat yang terukur secara moneter.
6. Verifikasi (verification test). Untuk mengakui aset, harus ada bukti pendukung
untuk meyakinkan bahwa kelima penguji diatas dipenuhi.
Yang dikemukakan Belkoui di atas sebenarnya adalah apa yang disebut dengan
kaidah pengakuan (recognition rules) yang merupakan petunjuk teknis atau prosedur
untuk menerapkan empat kriteria pengakuan (recogniton criteria) FASB yaitu definisi,
keterukuran, keberpautan, dan keterandalan. Kaidah tersebut diperlukan karena kriteria
pengakuan sifatnya konseptual atau umum.
Penyajian
Pengungkapan dan penyajian pos-pos aset harus dipelajari dari standar yang
mengatur tiap pos. Secara umum, prinsip akuntansi berterima umum memberi pedoman
penyajian dan pengungkapan aset sebagai berikut:
a. Aset disajikan di sisi debit atau kiri dalam neraca berformatakun atau di bagian
atas dalam neraca berformat laporan.
Nilai Beli + Pengeluaran yang timbul dari proses pembelian hingga aktiva tersebut siap
operasi.
2.4.1 Macam-macam cara perolehan Aktiva Tetap.
Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai macam cara, diantaranya (yang
paling sering terjadi) :
1. Dibeli tunai (kontan)
2. Dibeli dengan mencicil (kontrak jangka panjang)
3. Dibeli dengan saham
4. Dibangun Sendiri
5. Pertukaran
Dimana:
b. Pengakuan (pencatatan)
Pencatatan-1 : Wajar
Pencatatan-2 : Tidak wajar
Mengapa pencatatan yang pertama dikatakan wajar dan pencatatan yang dibawahnya
dikatakan tidak wajar ?
Contoh Kasus :
PT. XYZ membeli sebidang tanah untuk tempat usaha seluas 1 Ha seharga Rp
1,900,000,000,-, dengan sistem pembayaran sebagai berikut :
Pembayaran pertama adalah sebesar Rp 900,000,000,- sedangkan sisanya dicicil
sebanyak 10 kali selama 10 Tahun. Atas Pokok cicilan dikenakan BUNGA TETAP 18%
pertahun.
Contoh Kasus :
PT.XYZ, membeli sebuah truck dengan cara mengeluarkan saham sebanyak 1000
lembar @ Rp 100,000. Jika harga pasar saham PT. XYZ saat itu adalah @ Rp 95,000,
maka transaksi dicatat dengan jurnal:
Truck Rp 95,000,000,-
Disagio Saham (discount) Rp 5,000,000,-
Modal Saham Rp 100,000,000,-
Jika harga pasar saham PT.XYZ saat itu adalah @ Rp 110,000, maka transaksi dicatat
dengan jurnal:
Truck Rp 110,000,000
Modal Saham Rp 100,000,000,-
Agio Saham Rp 10,000,000,-
2.4.1.4 Aktiva yang dibangun
Dalam banyak kejadian, untuk aktiva bangunan lebih sering diperoleh dengan
dibangun terlebih dahulu (tidak membeli bangunan siap pakai).
Konsep dasarnya :
Jika menggunakan jasa kontraktor (diborongkan), maka harga perolehan aktiva
bangunan diakui sebesar nilai kontraknya.
Jika dibangun sendiri, maka harga perolehan aktiva diakui sebesar seluruh
pengeluaran atas pembangunan gedung (property) tersebut.
2.4.1.5 Aktiva diperoleh dengan pertukaran
Pertukaran aktiva tetap disini maksudnya adalah aktiva yang telah dimiliki
ditukarkan dengan aktiva yang dimiliki oleh pihak (perusahaan/orang) lain. Pada kasus
pertukaran yang menjadi persoalan utama adalah penentuan nilainya. Hal ini disebabkan
oleh karena adanya berbagai kondisi atas pertukaran yang terjadi. Yang menjadi patokan
dasar adalah :
Pertukaran aktiva sejenis atau tidak
Harga Pasar diketahui atau tidak
Disertai arus kas atau tidak
Berikut adalah berbagai kemungkinan kombinasi atas kondisi pertukaran aktiva tetap dan
perlakuan akuntansinya :
a. Harga pasar diketahui, tidak disertai arus kas, maka :
Aktiva tetap yang diterima dicatat sebesar harga pasar aktiva yang memiliki
keabsahan bukti transaksi yang lebih memadai. Jika sama-sama kuat ke absahannya,
maka yang diakui adalah harga pasar aktiva yang diserahkan, tetapi jika aktiva yang
diterima memiliki bukti transaksi yang lebih lengkap maka perolehan aktiva dicatat
sebesar aktiva yang diterima.
Contoh kasus :
PT. XYZ menukarkan peralatannya dengan sebuah mesin dari pihak lain, Harga
perolehan perlatan yang diserahkan adalah sebesar Rp 1,500,000,- dan nilai bukunya saat
ditukarkan adalah Rp 1,000,000,- sementara Harga Perolehan mesin yang diterima dari
pihak lain adalah Rp 1,700,000 sedangkan nilai bukunya adalah Rp 1,200,000,- HARGA
PASAR TIDAK DIKETAHUI.
Berikut adalah aktivitas-aktivitas yang biasa terjadi pada penggunaan aktiva tetap
beserta panduan dasar perlakuan akuntansinya (sekalikus akan menjawab pertanyaan
besar di atas) :
1. Pemeliharaan (Maintenance)
Tindakan atau aktivitas yang ditujukan “hanya” untuk membuat suatu aktiva tetap
berfungsi sebagaimana mestinya disebut dengan PEMELIHARAAN (Maintenance), dan
pengeluaran yang timbul hendaknya di bebankan (dijadikan biaya) pada periode yang
sama.
Contoh Kasus :
PT. Royal Bali Cemerlang, membayar sebesar Rp 75,000,- untuk membersihkan 1
unit AC di ruangan Accounting sekaligus menambah Freon sebanyak 5 psi. Jelas bisa kita
lihat bahwa aktivitas ini adalah dimaksudkan hanya untuk membuat AC tersebut dapat
berfungsi sebagaimana mestinya, maka atas pengeluaran tersebut dicatat sebagai berikut :
Office Maintenance Rp 75,000,-
Petty Cash Rp 75,000,-
2. Perbaikan (Repair/betterment)
Perbaikan (repair) diperhitungkan sebagai aktivitas yang lebih besar dibandingkan
dengan pemeliharaan (maintenance). Dikatakan perbaikan (repair) apabila; untuk
membuat aktiva tersebut berfungsi sebagaimana mestinya diperlukan tindakan pemulihan
kondisi atas bagian/sparepart/komponen yang mengalami penurunan fungsi, akan tetapi
belum diperlukan suatu penggantian.
Contoh Kasus :
Dari kasus yang sama di atas, akan tetapi tehnisi AC perlu melakukan
penyambungan kabel ulang dan melakukan pengelasan pada pangkal pipa selang yang
sudah mengalami korosi ringan. Untuk itu PT. Royal Bali Cemerlang harus
mengeluarkan biaya tambahan sebesar Rp 350,000,-
Dapat kita lihat bahwa tindakan ini tidak hanya sekedar melakukan pemeliharaan
(maintenance) melainkan sudah terjadi aktivitas perbaikan (repaires). Untuk itu PT.
Royal Bali Cemerlang melakukan pencatatan sebagai berikut :
Contoh Kasus :
Bagian IT menemukan salah satu mouse computer tidak berfungsi lagi, dan
sebuah DVD RW pada computer yang lain juga tidak berfungsi, untuk itu diperlu
dilakukan penggantian terhadap kedua kompenen tersebut secara terpisah. Dari nota
pembelian komponen terlihat harga mouse adalah Rp 35,000,- sedangkan harga DVD
RW adalah Rp 450,000,-
Contoh Kasus :
Sudah beberapa bulan belakangan ini listrik di pabrik PT. XYZ sering mengalami
padam ditempat. Setelah diselidiki oleh electrician, diketahui penyebabnya adalah karena
penggunaan listrik di pabrik yang semakin meningkat seiring dengan adanya
penambahan beberapa mesin. Untuk itu diperlukan penambahan daya. Atas penambahan
daya tersebut, terjadi pengeluaran kas dengan rincian sebagai berikut :
1 unit Generator 30 KWH = Rp 18,000,000,-
1 unit panel MCB = Rp 1,500,000,-
400 meter Kabel = Rp 500,000,-
Biaya pemasangan = Rp 1,000,000,-
Total Pengeluaran = Rp 21,000,000,-
Aktifitas turun mesin (overhaul) sudah pasti akan membuat umur ekonomis aktiva
tersebut menjadi bertambah. Untuk itu, pengeluaran-pengeluaran yang timbul hendaknya
dikapitalisasi dengan cara mendebit rekening akumulasi penyusutan (accumulated
depreciation) sebesar pengeluaran overhaul tersebut.
Contoh Kasus :
Memasuki tahun ke-8, salah satu mesin produksi PT. Royal Bali Cemerlang yang
7 tahun lalu diperoleh Rp 10,000,000,- (life time estimation 8 tahun), perlu dilakukan
turun mesin, untuk melakukan turun mesin, perusahaan membayar sebesar Rp
7,000,000,- setelah turun mesin, mesin tersebut diperkirakan akan masih produktif
sampai 7 tahun ke depan.
Catatan : Jurnal di atas adalah untuk mengkapitalisasi pengeluaran atas overhaul (turun
mesin) sebesar Rp 7,000,000,-
Masalah berikutnya :
Berapa besarnya akumulasi penyusutan (Accum Deprec) setelah terjadi overhaul?
Berapa besarnya Nilai Buku (book value) setelah overhaul?
Berapa biaya penyusutan (depreciation) yang akan dibebankan pada tahun ke-8 ini?
Berapa Nilau Buku Tutup Tahun ke-8 (Closing Book Value) nanti?
Untuk menjawab semua pertanyaan di atas, maka perlu kita lakukan perhitungan awal
sebagai berikut :
Misalnya : terjadi penggantian salah satu komponen (dalam contoh di atas penggantian
mouse untuk sebuah unit PC ), penggantian komponen seharusnya di kapitalisasi, tetapi
mau dikapitalisasi juga nilainya koq kecil, harga mouse cuma Rp 35,000,- sementara
harga satu unit komputer standar (termasuk mouse tentunya) mungkin antara Rp
4,000,000 s/d. Rp 5,000,000,- .
1. Tingkat Keseringan
Jika jenis pengeluaran tersebut sering terjadi dan sifatnya rutin (repetitive), sebaiknya
pengeluaran tersebut dibiayakan saja, and vice versa.
2. Metrialitas
Jika pengeluaran tersebut sifatnya material, maka sebaiknya dikapitalisasi, jika tidak
berarti di bebankan (silahkan diukur dengan membandingkan antara pengeluaran yang
terjadi dengan harga perolehan aktiva-nya).
3. Lama Manfaat
Jika pengeluaran tersebut diperkirakan akan memberikan manfaat lebih dari satu tahun
buku, maka sebaiknya di kapitalisasi, jika hanya satu tahun buku atau kurang, sebaiknya
dibebankan diperiode yang sama saja.
Contoh Kasus:
Pada tanggal 18 April 2008, PT. ROYAL BALI CEMERLANG menjual salah
satu mesin produksinya seharga Rp 15,000,000. Dahulunya dibeli pada tanggal 22
February 2005 dengan harga perolehan sebesar Rp 25,000,000.
Catatan:
PT. Royal Bali Cemerlang menggunakan metode garis lurus untuk menghitung
penyusutan aktiva tetapnya, tanpa “Salvage Value (nilai residu)”, umur ekonomis (life
time) mesin diperkirakan 8 Tahun. Posisi Aktiva Tetap Mesin PT. Royal Bali Cemerlang
per 31 Des 2007 adalah sebagai berikut:
Perolehan = Rp 25,000,000
Accum Deprec = (Rp 8,854,167)
----------------------------------------
Nilai Buku = Rp 16,145,833
Prosedur dan Perlakuan-nya:
1. Update Buku Aktiva Tetap
Hitung Penyusutan 01 January – 18 Maret 2008:
Karena mesin dijual pada tanggal 18 April 2008, dimana tanggal 18 sudah
melewati tengah bulan, oleh karenanya untuk bulan April dianggap mesin telah
dipergunakan selama satu bulan penuh (jika dibawah tanggal 15 maka dianggap belum
dipergunakan), maka.
Penyusutan 01 Jan – 18 Apr 2008: 4/12 x (25,000,000/8) = Rp 1,041,667
Dan nilai "Buku Aktiva Tetap Mesin" per 18 April 2008 adalah:
Rp 25,000,000 – Rp 9,895,833 = Rp 15,104,167
Kasus:
Pada tanggal 19 April 2008, PT. XYZ kehilangan Handycam merk SONY™ yang
dahulu dibeli pada tanggal 01 Maret 2008 dengan harga perolehan Rp 16,000,000. atas
kehilangan tersebut pihak PT. XYZ telah melaporkannya kepada pihak kepolisian dengan
surat lapor no. 120/IV/SLK/POLRI/2008 tertanggal 19 April 2008.
Catatan: Dalam menghitung penyusutannya, PT. XYZ menggunakan metode garis lurus.
Umur ekonomis handycam diperkirakan 4 Tahun, PT. XYZ tidak memperhitungkan
salvage value (nilai residu).
Kesimpulan: Kerugian diakui sebesar “Nilai Buku” Aktiva Tetap yang hilang.
2.6.2.2 Aktiva Tetap Rusak (Fatal Damaged) & Terbakar (Fire Loss)
Kerusakan aktiva tetap bisa disebabkan oleh:
a. Kelalaian pihak perusahaan sendiri (oleh pemilik, atau pegawainya)
Kelalaian itu ada berbagai macam kemungkinanya, yang paling sering terjadi adalah:
Salah mengoperasikan, jika ini yang terjadi biasanya yang bertanggung jawab
adalah operator (yang menggunakan mesin/peralatan) dan supervisornya,
tentunya juga tergantung policy perusahaan. Tanggung jawab diwujudkan dalam
bentuk penggantian kerugian.
Salah instalasi, jika ini yang terjadi maka yang bertanggung jawab adalah
technician atau electrician, jika menggunakan jasa tehnisi dari luar perusahaan
(out-sourcing) tentu yang bertanggung jawab (ganti rugi) adalah pihak yang
menyediakan jasa.
Catatan: ada pertanyaan yang timbul, apakah “Huru-hara dan penjarahan” bisa
dimasukkan ke dalam kategori force majeur? Rasanya sangat beralasan, mengingat
kerusakan terjadi bukan karena adanya unsur kesengajaan dar pihak perusahaan atau
pihak pegawai. Tetapi yang saya tahu belakangan ini semakin banyak insurance company
yang sudah menyediakan option untuk category “All Risk Coverage” termasuk huru-hara
dan penjarahan. Tentu ini kemajuan yang menggembirakan mengingat potensi resiko
yang semakin kompleks belakangan ini. Sudah barang tentu premium untuk jenis ini
menjadi lebih tinggi. Tetapi melihat potensi resiko yang begitu besar, seharunya masih
option terbaik.
Semua kategori force majeur harus dilengkapi oleh bukti lapor ke pihak kepolisian.
Prosedur penghapusannya:
Sama saja dengan kasus kehilangan, hanya saja menjadi sedikit berbeda apabila
setelah kerusakan ada ganti rugi maupun insurance coverage.
Kasus:
Pada tanggal 18 April 2008 Gedung PT. DEF yang diperoleh tanggal 15 Oktober
2004 senilai Rp 500,000,000 mengalami kebakaran, beruntung gedung telah dilindungi
oleh asuransi dan memperoleh uang pertanggungan pada tanggal 19 April 2008 sebesar
Rp 400,000,000
Catatan:
PT. DEF menggunakan metode garis lurus dalam menghitung penyustan
gedungnya.
Gedung diperkirakan memiliki umur ekonomis 30 tahun.
Posisi Aktiva Tetap Gedung per tanggal 31 December 2007 adalah sebagai
berikut:
Perolehan Gedung = Rp 500,000,000 dan Accum Deprec Rp 52,777,778.
Dengan jurnal diatas, maka Accum. Deprec per 18 April 2008 menjadi:
Accum Deprec per 31 Dec 2007 = Rp 52,777,778
Accum Deprec 01 Jan- 18 Apr 2008 = Rp 5,555,556
-------------------------------------------------------------------- (+)
* Accum Deprec 18 April 2008 = Rp 58,333,333
Dengan jurnal diatas, maka Saldo Fire Lost per tanggal 19 April 2008 tinggal Rp
41,667,000 saja.
Kos Bunga
Argumen Pendukung
…the historical cost off acquiring an asset should include all cost necessarily
incurred to bring it to the condition and location necessary for its intended use,
the Board concluded that, in principle, the cost incurred in financing
expenditures for an asset during a required construction or development period
is itself a part of the asset’s historical acquisition cost.
Argumen Penolak
1. Bunga lebih merupakan kos pedanaan dari pada unsur kos asset karena
perusahaan sebenarnya dapat menghindari bunga tersebut dengan memilih
alternative pedanaan dengan ekuitas. Hal ini dibantah dengan argument
pendukung 4 di atas.
2. Dengan konsep nilai setara tunai (cash equivalent) atau nilai sekarang aliran
kas diskunan dalam mengukur kos suatu asset, kos pemerolehan suatu fasilitas
fisis harusnya tidak dipengaruhi oleh kebijakan pemilihan cara pendanaan
pembangunannya. Jadi, secara teoritis, kos suatu fasilitas fisis yang dibangun
sendiri oleh suatu kesatuan usaha yang mendanainya dengan ekuitas
seharusnya tidak akan berbeda dengan fasilitas yang sama yang dibangun
perusahaan lain yang mendanainya dengan hutang.
3. Dengan konsep kesatuan usaha, bunga lebih bermakna sebagai pembagian laba
(setara dengan deviden) dari pada sebagai upaya untuk memperoleh
pendapatan. Mengakui bunga sebagai kos fasilitas fisis sama saja dengan
penyangkalan konsep kesatuan usaha itu dan sama saja dengan pengakuan kos
hipotetis karena mengkapitalisasi bunga (setara deviden) seperti itu sama saja
dengan mengkapitalisasi deviden yang telah dibayarkan sebagai asset.
4. Karena merupakan kos pendanaan yang terpisah dengan kos pemerolehan
asset, alokasi kos bunga ke semua asset nonmoneter hanya akan kecil
pengaruhnya terhadap laba periodic karena jumlah yang periodic karena
jumlah yang dikapitalisasi dalam suatu periode akan dikompensasi dengan
amortisasi bunga yang dikapitalisasi pada periode-periode sebelumnya.
Dengan demikian, manfaat informasional tambahan tidak sepadan dengan kos
akuntansi dan administrative tambahan sehingga tidak memenuhi criteria
manfaat lebih besar dari kos dalam karakteristik kualitatif informasi.
Alternative Perlakuan
Rangkuman