Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/310431390

PENGGUNAAN BIOBRIKET SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF DALAM


PENGERINGAN KARET ALAM

Article · October 2013


DOI: 10.22302/ppk.wp.v32i2.38

CITATIONS READS

0 243

2 authors:

Afrizal Vachlepi Didin Suwardin


Indonesian Rubber Research Institute Indonesian Rubber Research Institute
12 PUBLICATIONS   2 CITATIONS    16 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Development of green product base on natuural rubbet : green road & green roof cases View project

Natural Rubber Processing View project

All content following this page was uploaded by Afrizal Vachlepi on 02 August 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Warta Perkaretan 2013, 32(2), 65 - 73

PENGGUNAAN BIOBRIKET SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF


DALAM PENGERINGAN KARET ALAM
Usage of Bio-briquette as Alternative Fuel on Natural Rubber Drying

Afrizal Vachlepi dan Didin Suwardin


Balai Penelitian Sembawa, Jl. Raya Palembang-Betung Km 29. P.O. Box: 1127 Palembang 30001
e-mail: irri_sbw@yahoo.com

Diterima tgl 4 Februari 2013 / Disetujui tgl 2 Juli 2013

Abstrak Abstract

Biomassa merupakan sumber energi Biomass is the potential source energy which can
potensial yang dapat dikembangkan sebagai be developed as source of alternative energy to
sumber energi alternatif pengganti bahan substitute fossil fuel. Biomass can be transformed
bakar dari fosil. Biomassa dapat diubah into briquette which can be exploited as source of
menjadi briket arang yang dapat dimanfaatkan energy especially for drying process in crumb rubber
sebagai sumber energi seperti untuk proses and ribbed smoked sheet factories. Charcoal biomass
pengeringan dalam pengolahan karet remah briquette or bio-briquette is made from biomass or
dan sit asap. Briket arang biomassa atau waste from production/processing agro-industry.
biobriket dibuat dari arang biomassa baik For example, wood, coconut shell, oil palm shell,
berupa bagian yang memang sengaja dijadikan bamboo waste, empty fruit bunch of oil palm, paddy
bahan baku briket maupun sisa atau limbah chaff, and waste of tobacco stem can be raw material
proses produksi/pengolahan agroindustri. for bio-briquette production. Besides, waste from
Misalnya kayu, tempurung kelapa, arang crumb rubber industry in the form of shavings also
tempurung kelapa sawit, limbah bambu, can be made to a bio-briquette. Bio-briquette needs
tandan buah kosong kelapa sawit, sekam padi, additive substance like loam (clay), starch, water and
dan limbah batang tembakau dapat menjadi other substance. The substance composition depends
bahan baku untuk biobriket. Selain itu, limbah on type of raw material. Biomass must be changed to
dari industri karet remah berupa tatal juga become charcoal, then it finely is ground, mixed and
dapat dijadikan biobriket. Teknologi moulded in the various shape like cylinder, cube and
pembuatan biobriket banyak tersedia. egg. From research results, in general the heating
Pembuatan biobriket memerlukan bahan value of charcoal biomass briquette is not
penunjang seperti tanah liat, lem kanji, air, dan significantly compared with coal briquette.
bahan pencampur lainnya. Komposisi bahan Therefore, bio-briquette can be used as fuel for drying
tersebut sangat tergantung dari jenis bahan of natural rubber.
baku untuk pembuatan biobriket. Sebelum
dibuat biobriket, biomassa harus diubah Keywords: biomass, charcoal briquette, rubber
terlebih dahulu menjadi arang, kemudian drying
arang tersebut dihaluskan, dicampur dan
dicetak dalam berbagai bentuk briket seperti Pendahuluan
silinder, kubus dan telur. Dari beberapa hasil
penelitian, secara umum nilai kalor yang Cadangan sumber bahan bakar dunia yang
dihasilkan dari biobriket ternyata tidak berasal dari fosil termasuk Indonesia semakin
berbeda nyata dibandingkan dengan briket hari semakin menurun. Jumlah cadangan
batubara. Oleh karena itu, biobriket dapat minyak mentah Indonesia (terbukti dan
digunakan sebagai bahan bakar proses potensial) turun sekitar 19% dari 9,6 miliar
pengeringan karet alam. barel pada tahun 2000 menjadi 7,8 miliar barel
pada tahun 2010. Sedangkan cadangan gas
Kata kunci: biomassa, biobriket, pengeringan alam (terbukti) sebesar 108,4 TSCF
karet

65
Warta Perkaretan 2013, 32(2), 65 - 73

(Kementerian Energi dan Sumberdaya Pada industri karet alam, baik pengolahan
Mineral, 2011). Selain minyak dan gas bumi, karet remah maupun sit asap (ribbed smoked
di Indonesia sebenarnya masih cukup banyak s h e e t/R SS) , sa l a h sa tu pr o se s ya ng
tersedia alternatif sumber energi lainnya, menggunakan bahan bakar adalah
seperti batubara, panas bumi, angin, dan pengeringan. Pengeringan adalah proses
energi matahari. Dari beberapa alternatif penghilangan kadar air dengan tujuan
tersebut, bahan bakar batubara yang paling mengawetkan, memudahkan pengangkutan,
besar dieksploitasi sebagai sumber energi dan mempersiapkan bahan untuk proses
alternatif. Sayangnya sama seperti minyak berikutnya. Proses ini juga dapat menentukan
bumi dan gas alam, dengan penggunaan secara kualitas akhir karet karena tanpa pengeringan
besar-besaran seperti sekarang ini, beberapa tidak dapat dihasilkan karet dengan mutu yang
puluh tahun mendatang cadangan sumber memenuhi persyaratan spesifikasi sesuai yang
batubara juga akan menyusut. Hal ini terjadi diperlukan (Maspanger et al., 1999).
karena batubara termasuk bahan bakar fosil Tulisan ini membahas potensi penggunaan
yang tidak dapat diperbarui. biobriket sebagai sumber energi altenatif untuk
Dengan semakin menipisnya cadangan pengolahan karet alam terutama untuk proses
atau sumber bahan bakar fosil, manusia pengeringan. Tulisan ini diharapkan dapat
terdorong mencari dan mengembangkan menjadi informasi bagi industri karet alam di
sumber energi alternatif pengganti bahan Indonesia sehingga ke depan ketergantungan
bakar dari fosil terutama sumber energi akan bahan bakar fosil dapat diminimalisasi
terbarukan (renewable energy). Sumber energi dengan memanfaatkan potensi bahan bakar
ini juga diharapkan lebih ramah lingkungan biomassa yang berlimpah.
dan tidak membahayakan kehidupan manusia.
Sebagai negara pertanian, Indonesia memiliki Biobriket
sumber energi potensial yang dapat
dikembangkan yaitu biomassa. Oleh karena Briket adalah arang dengan bentuk tertentu
itu, kini penelitian dan pengembangan potensi yang dibuat dengan teknik pengepresan
berbagai biomassa sebagai sumber energi tertentu dan menggunakan bahan perekat
terbarukan terus dilakukan. Dari beberapa tertentu sebagai bahan pengeras. Biobriket
penelitian telah ditemukan bahan bakar yang merupakan bahan bakar briket yang dibuat
berasal dari biomassa seperti briket arang dari arang biomassa hasil pertanian (bagian
biomassa atau biobriket, biofuel, dan biogas. tumbuhan), baik berupa bagian yang memang
Dari ketiga bahan bakar tersebut, biobriket sengaja dijadikan bahan baku briket maupun
merupakan teknologi alternatif yang paling sisa atau limbah proses produksi/pengolahan
mudah dan murah karena untuk agroindustri. Biomassa hasil pertanian,
memproduksinya hanya memerlukan khususnya limbah agroindustri merupakan
teknologi sederhana. bahan yang seringkali dianggap kurang atau
Pada industri asap cair berbahan baku tidak bernilai ekonomis, sehingga murah dan
cangkang sawit, arang merupakan salah satu bahkan pada taraf tertentu merupakan sumber
produk sampingan yang hingga saat ini belum pencemaran bagi lingkungan. Dengan
dimanfaatkan secara optimal. Dengan rata- demikian pemanfaatannya akan berdampak
rata produksi harian 7-8 ton asap cair dari positif, baik bagi bisnis maupun bagi kualitas
bahan baku cangkang sawit sekitar 18 ton, lingkungan secara keseluruhan.
akan dihasilkan sekitar 3-4 ton arang setiap Biobriket yang berkualitas mempunyai ciri
harinya. Dengan jumlah ini arang biomassa antara lain tekstur halus, tidak mudah pecah,
hasil samping produksi asap cair berpotensi keras, aman bagi manusia dan lingkungan, dan
sebagai bahan baku untuk pembuatan memiliki sifat-sifat penyalaan yang baik. Sifat
biobriket. Bahan bakar biobriket ini nantinya penyalaan ini diantaranya mudah menyala,
dapat digunakan sebagai pengganti bahan waktu nyala cukup lama, tidak menimbulkan
bakar fosil dalam pengolahan produk hasil jelaga, asap sedikit dan cepat hilang serta nilai
pertanian seperti pengolahan karet alam. kalor yang cukup tinggi (Jamilatun, 2008).

66
Penggunaan biobriket sebagai bahan bakar alternatif dalam pengeringan karet alam

Amin (2000) sudah melakukan penelitian tempurung kelapa memiliki waktu nyala
mengenai pemilihan bahan baku untuk sampai menjadi abu paling lama 116 menit
pembuatan biobriket yang berasal dari dengan kecepatan pembakaran 126,6
berbagai kayu hutan, seperti kayu kempas gram/detik. Nilai kalor biobriket sekitar 5.779
(Koompassia malaccensis maing), meranti (Shorea kalori per gram (Jamilatun, 2008).
spp) dan pulai (Alstonia spp). Hasil Suwardin et al. (2007) juga sudah
penelitiannya membuktikan bahwa semua melakukan penelitian mengenai pembuatan
kayu dapat dijadikan sebagai bahan baku biobriket dari arang tempurung kelapa sawit
untuk pembuatan biobriket. Berdasarkan yang merupakan produk samping proses
penelitian ini, biobriket yang berasal dari kayu pirolisis pada produksi asap cair untuk industri
kempas disusul meranti dan pulai memiliki karet alam. Khusus untuk biobriket dari
peningkatan kalor yang cukup tinggi. Selain tempurung kelapa, Badan Koordinasi
kayu, limbah pengolahan kelapa berupa Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Tengah
tempurung juga dapat dibuat menjadi juga pernah melakukan studi kelayakan
biobriket. Dari hasil penelitian Kurniawan et industri biobriket tempurung kelapa. Hasil
al. (2007) diketahui penambahan polietilen studi yang dilakukan menunjukkan bahwa
pada pembuatan biobriket dari tempurung industri biobriket dari tempurung kelapa layak
kelapa dapat menghasilkan biobriket yang untuk dikembangkan, baik dari aspek produksi
mempunyai kerapatan yang tinggi, menambah maupun ekonomi (Badan Koordinasi
nilai kalor, dan dapat langsung dinyalakan Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Tengah,
tanpa bantuan bahan bakar lain. Perbandingan 2006).
waktu nyala dan kecepatan pembakaran Bahkan kini penelitian mengenai
kaitannya dengan nilai kalor dari berbagai pendayagunaan biomassa sebagai bahan bakar
biobriket dan briket batubara ditampilkan alternatif terutama dari limbah agroindustri
pada Tabel 1. terus dikembangkan. Beberapa bahan baku
Berdasarkan Tabel 1 hampir semua lain yang sudah dibuat biobriket, khususnya
biobriket memiliki waktu nyala lebih lama dan limbah agroindustri, antara lain adalah limbah
kece patan pembakaran lebih rendah bambu, tandan buah kosong kelapa sawit,
dibandingkan briket batubara. Biobriket dari sekam padi, dan limbah batang tembakau.

Tabel 1. Perbandingan waktu nyala dan kecepatan pembakaran kaitannya dengan nilai kalor
dari berbagai biobriket dan briket batubara.
Bobot briket Kecepatan
Lama nyala Nilai kalor
Jenis briket dibakar pembakaran
(menit) (kal/gr)
(gr) (gr/detik)
Biobriket:
- Tempurung kelapa 244,51 116,10 126,6 5.780
- Serbuk gergaji kayu jati 244,22 71,05 206,4 5.479
- Sekam padi 245,25 103,57 141,6 3.073
- Bonggol jagung 244,21 89,35 163,8 5.351
- Arang kayu 246,22 109,45 135,0 3.583
Briket batubara:
- Batubara terkarbonisasi 245,91 60,57 243,0 6.158
- Batubara non karbonisasi 245,99 83,53 177,0 6.058
Sumber: Jamilatun (2008), diolah

67
Warta Perkaretan 2013, 32(2), 65 - 73

Indonesia yang sudah dikenal sebagai salah Pada Tabel 2 diketahui bahwa nilai kalor
satu negara pertanian memiliki potensi bahan biomassa per satuan berat tanpa diolah lebih
baku untuk pembuatan briket arang dari kecil (4.674 kal/gram) dibandingkan biomassa
biomassa yang berlimpah,seperti tandan buah yang diolah menjadi biobriket (5.481
kosong (TKS) dan cangkang kelapa sawit. kal/gram). Nilai kalor adalah besarnya panas
Singh, et al. (1990) menyatakan bahwa setiap yang diperoleh dari pembakaran suatu jumlah
pengolahan tandan buah segar menjadi tertentu bahan bakar (Nabawiyah dan
minyak sawit mentah menghasilkan produk Abtokhi, 2010). Hal ini menunjukkan bahwa
samping (by product), yaitu TKS sekitar 22 % penggunaan biobriket sebagai bahan bakar
dan cangkang sebesar 7 %. Produksi kelapa lebih baik dibandingkan biomassa yang tidak
sawit Indonesia tahun 2010 mencapai 19,85 diolah. Samsyiro dan Saptoadi (2007)
juta ton (Direktorat Jendral Perkebunan, 2009) menyatakan bahwa biobriket dengan nilai
yang berarti terdapat sekitar 1,39 juta ton kalor yang tinggi dapat mencapai suhu
cangkang kelapa sawit yang tersedia setiap pembakaran yang tinggi dan pencapaian suhu
tahun. optimumnya cukup lama. Nilai kalor berbagai
Dengan jumlah produksi sebesar itu, sumber energi ditampilkan pada Tabel 3.
potensi bahan baku biobriket sangat Seperti terlihat pada Tabel 3 diketahui
berlimpah. Potensi tersebut baru berasal dari bahwa nilai kalor biobriket tidak berbeda nyata
proses pengolahan kelapa sawit. Perbandingan dengan batubara. Nilai kalor biobriket berkisar
hasil analisa ultimat dan proksimat cangkang antara 3.000 - 7.500 kalori per gram. Angka ini
kelapa sawit yang tidak diolah dan yang diolah menunjukkan bahwa biobriket mampu
menjadi biobriket disajikan pada Tabel 2. menghasilkan energi (panas) yang dapat
Apabila digabungkan dengan potensi bahan digunakan untuk mengeringkan produk
baku lain, seperti tempurung kelapa atau pertanian seperti karet alam.
sekam padi, Indonesia dipastikan tidak akan Keuntungan lain penggunaan biobriket
mengalami kekurangan bahan baku biobriket. adalah kandungan gas buang hasil
Tidak hanya industri pengolahan kelapa sawit, pembakaran relatif lebih aman dibandingkan
industri pengolahan karet alam pun briket batubara. Berdasarkan Tabel 2 diketahui
sebenarnya mempunyai potensi biomassa bahwa kandungan sulfur biobriket tidak
yang besar sebagai bahan baku pembuatan terdeteksi. Hal ini menandakan bahwa gas
biobriket. Biomassa yang dapat dijadikan buang hasil pembakaran biobriket tidak
biobriket arang antara lain tatal yang mengandung senyawa SO2 yang berbahaya
merupakan limbah dari industri karet remah. bagi lingkungan.

Tabel 2. Hasil analisis ultimat dan proksimat cangkang kelapa sawit yang tidak diolah dan
diolah menjadi biobriket.

Parameter Cangkang kelapa sawit Biobriket cangkang kelapa sawit


Ultimat
Karbon (%) 45,61 64,04
Hidrogen (%) 6,04 4,05
Nitrogen (%) 0,94 0,71
Sulfur (%) 0,09 Tidak terdeteksi
Oksigen (%) 45,90 trace
Nilai kalor (kal/gram) 4.674 5.481
Proksimat
Kadar air (%) 6,76 6,46
Abu (%) 1,42 1,43
Bahan menguap (%) 71,54 27,15
Karbon terikat (%) 20,28 51,50
Sumber: Purbaya et al. (2010)

68
Penggunaan biobriket sebagai bahan bakar alternatif dalam pengeringan karet alam

Tabel 3. Nilai kalor berbagai bahan bakar.

Nilai kalor
Sumber energi
(kal/gram)
Kayu 4.628 - 5.785
Batubara bitumin 6.364 - 8.099
Batubara sub-bitumin A 5.785 - 6.653
Batubara sub-bitumin B 5.499 - 6.074
Batubara sub-bitumin C 4.082 - 5.496
Batubara muda (lignit) 3.645 - 4.802
Minyak bumi 10.413 - 11.512
Gas alam 10.731
Biobriket arang/bongkahan 5.800 - 6.300
Biobriket arang dari 8 jenis kayu dengan binder pati dan molase 7.290 - 7.456
Biobriket arang dari serbuk kayu tanpa binder pabrik di Jabar dan Jatim 6.341
Biobriket tembakau 5.439
Biobriket kayu dengan binder aspal 7.500
Biobriket tempurung kelapa 3.000 - 4.000
Biobriket serbuk kayu jati + polietilen 5.570 - 6.478
Biobriket serbuk tempurung kelapa + polietilen 6.198 - 7.344
Sumber: Kurniawan et al. (2007)

Pembuatan Biobriket yaitu lumpur tanah dan pati dari ubi kayu yang
biasa disebut dengan kanji (Rahmat, 2006).
Secara umum teknik pembuatan biobriket Untuk memudahkan proses penyalaan pada
tidak terdapat perbedaan yang berarti. Kalau waktu digunakan, campuran bahan baku perlu
pun ada perbedaan, hanya menyangkut ditambahkan NaOH. Suwardin et al. (2007)
komposisi bahan penunjang, seperti tanah liat mencampurkan larutan NaOH 5% dalam
(clay), lem kanji, air, dan bahan pencampur biobriket berbahan baku arang tempurung
lainnya. Komposisi bahan tersebut sangat kelapa sawit. Dari hasil penelitian tersebut
tergantung dari jenis bahan baku untuk didapati bahwa biobriket terbaik diolah dari
pembuatan biobriket. Untuk membuat komposisi bahan baku terdiri atas 70% arang,
biobriket, seperti sekam (limbah penggilingan 20% tanah liat, dan 10% kanji.
padi), harus dibakar terlebih dahulu menjadi Apabila bahan baku arang dalam ukuran
arang. Proses pembakaran bahan baku besar, seperti arang kayu hutan atau arang
menjadi arang umumnya dilakukan secara tempurung kelapa, terlebih dahulu harus
tidak langsung (bahan tidak langsung dihaluskan agar mudah dibentuk dan
bersentuhan dengan nyala api). Bahan baku dicampurkan dengan bahan penunjang. Untuk
seperti sekam dimasukkan ke dalam cerobong menghaluskan arang dapat digunakan mesin
yang di dalamnya terdapat bara api. Api dalam penggiling yang menggunakan sistem
cerobong akan menyala dan merambat hammermill. Setelah arang halus semua bahan
membakar sekam di sekitarnya. Pembakaran dicampur dan diaduk sampai merata.
berlangsung tanpa menimbulkan nyala api
Campuran semua bahan ini dicetak dalam
sehingga akan terbentuk arang.
mesin pengepresan. Sama dengan briket
Dalam proses pembuatan biobriket
dibutuhkan bahan perekat supaya biobriket batubara, bentuk biobriket pun cukup banyak,
tidak mudah hancur. Bahan perekat yang antara lain silinder, kubus, dan bulat telur.
umum digunakan dalam pembuatan biobriket Diagram alir proses pembuatan biobriket.

69
Warta Perkaretan 2013, 32(2), 65 - 73

Arang
Biomassa Arang halus
biomasa
Pembakaran Penggilingan
tidak langsung

Campuran briket arang Pencampuran dengan tanah


biomassa Pengadukan liat, kanji, air, NaOH
hingga merata
Pengepresan/
Pencetakan

Briket arang Biobriket siap pakai


biomassa (biobriket) Pengeringan

Gambar 1. Diagram alir proses pembuatan biobriket

Pengeringan Karet Alam Dengan kondisi itu, timbul gagasan untuk


mencari bahan bakar lain yang lebih ekonomis
Industri karet alam di Indonesia tanpa mengesampingkan kualitas mutu karet.
menghasilkan produk berupa karet spesifikasi Salah satunya dengan memanfaatkan briket
teknis dan karet konvensional. Produk karet batubara. Dalam penelitiannya, Maspanger
alam yang termasuk dalam kategori karet dan Alam (1996) serta Sinurat et al. (1996)
konvensional antara lain sit asap dan sit angin berhasil merancang model pengeringan krep
(air dry sheet/ADS). Sesuai dengan namanya, dan sit asap dengan bahan bakar briket
pada pengolahan RSS, karet yang sudah diolah batubara. Model yang telah berhasil dirancang
dalam bentuk sit dikeringkan menggunakan tersebut menggunakan dua sistem pemanasan,
asap. Proses pengeringan RSS ini sampai yaitu langung dan tidak langsung.
sekarang umumnya dilakukan dengan Pada pemanasan tidak langsung, tungku
menggunakan kayu karet sebagai bahan bakar. tempat pembakaran briket terletak di samping
Sayangnya dengan semakin berkurangnya ruang/rumah pengering melalui pipa saluran
kayu hasil hutan, kayu karet yang sebelumnya udara pengering. Untuk mempercepat proses
kurang bernilai ekonomis sekarang ini menjadi transfer panas ke dalam ruang pengering
salah satu altenatif pengganti kayu hutan. digunakan kipas udara pengering. Selain itu,
Beberapa alternatif pemanfaatan kayu karet juga dibuat katup di samping tungku.
antara lain untuk pembuatan kursi, meja, Tujuannya untuk mengatur suhu udara
lemari, dan yang paling besar saat ini sebagai pengering yang masuk ke dalam ruang
bahan baku untuk produksi fibreboard. pengering. Dengan sistem ini, panas yang
Akibatnya nilai ekonomis kayu karet dihasilkan sebagian hilang sehingga
meningkat terutama untuk masa yang akan membutuhkan cukup banyak bahan bakar.
datang ketika kayu hutan terus mengalami Sama seperti sistem pemanasan tidak
penurunan jumlahnya. Survei lapangan langsung, tungku pada alat pengeringan
menunjukkan bahwa mulai terjadi kesulitan langsung juga terletak di samping ruang
pengadaan kayu karet di beberapa perkebunan pengering. Bedanya, jarak tungku dengan
di Jawa Barat dan Sumatera, karena berbagai ruang pengering lebih dekat. Panas yang
sebab terutama terbatasnya lahan peremajaan dihasilkan dari tungku pembakaran langsung
(Maspanger et al., 1999). disalurkan ke dalam ruang pengering tanpa
menggunakan kipas sebagai pendorong.

70
Penggunaan biobriket sebagai bahan bakar alternatif dalam pengeringan karet alam

Sama seperti sumber energi tak terbarukan s u r ya d a n e n e r g i b i o m a s s a m a m p u


lainnya, dengan eksploitasi besar-besaran mengeringkan ADS selama 93 jam dengan
seperti sekarang ini, ketersediaan batubara mutu ADS I sebanyak 66,9 %, ADS II 27,2%
akan semakin menyusut di masa yang akan dan ADS III 5,9 %.
datang. Persoalan lainnya, bahan bakar yang Purbaya et al. (2010) sudah melakukan
berasal dari fosil termasuk batubara penelitian pengeringan sit menggunakan
merupakan salah satu sumber terjadinya bahan bakar biobriket dari cangkang kelapa
pemanasan global yang sekarang menjadi isu sawit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sentral dunia. Dengan bentuk fisik yang sama untuk pengeringan sit menggunakan ruang
antara briket batubara dan biobriket, model pengering berkapasitas 15 kg atau sekitar 13
pengering berbahan bakar batubara bisa lembar sit hanya memerlukan biobriket sekitar
digunakan untuk proses pengeringan 4,6 kg per kg karet kering. Waktu pengeringan
menggunakan bahan bakar biobriket. sit dengan biobriket selama 44 jam dan lebih
Santosa dan Rahmanto (1992) pernah singkat dibandingkan menggunakan bahan
melakukan penelitian mengenai penggunaan bakar briket batubara yang memerlukan waktu
energi surya dan energi biomassa untuk sekitar 65 jam. Mutu karet sit yang dihasilkan
pengeringan karet alam. Biomassa yang terdiri atas 94% RSS 3 dan cutting sebanyak 6%.
digunakan pada penelitian tersebut adalah Prototipe alat pengering RSS menggunakan
cangkang kelapa sawit. Dari penelitian bahan bakar biobriket dapat dilihat pada
tersebut diketahui kombinasi antara energi Gambar 2 dan Gambar 3.

Air Flowrate
KARET RSS

200

2500 mm
Fan/blower Fan/blower
Cerobong

Filter
Udara
Lebar
500 mm 500 mm
1000 mm

Air Flowrate Ruang Bakar Blower


Main Door
1000 mm

Switch Pengatur
Suhu dan
Ducting Udara
Kelembaban Control Acces
Cleaning (RETURN )
(otomatis)

600 mm 1000 mm 800 mm

EXHAUST FAN

= Rhmeter/termometer = Manometer = Alur udara panas = Termometer

Gambar 2. Prototipe pengering RSS berbahan bakar biobriket


(Sumber: Purbaya et al., 2010)

71
Warta Perkaretan 2013, 32(2), 65 - 73

Gambar 3. Alat pengering RSS berbahan bakar biobriket


(Sumber: Purbaya et al., 2010)

Tabel 4. Perkiraan biaya konsumsi bahan bakar biobriket dan briket batubara menggunakan
alat pengering berkapasitas 15 kg.

Jenis bahan bakar


Parameter Satuan
Biobriket Briket batubara
Harga bahan bakar Rp/kg 1.500 2.500
Bahan bakar kg/kg karet kering 4,6 2,9
Biaya bahan bakar Rp/kg karet kering 6.900 7.250

Biaya penggunaan bahan bakar biobriket Pabrik-pabrik karet remah di Indonesia


lebih rendah dibandingkan briket batubara umumnya masih menggunakan solar sebagai
(Tabel 4). Total biaya penggunaan biobriket bahan bakar untuk proses pengeringan. Tetapi
cangkang kelapa sawit dalam pengeringan sit beberapa pabrik karet remah di Sumatera
sekitar Rp. 6.900 per kg karet kering. Biaya ini Selatan sudah mengaplikasikan pengering
relatif masih besar karena menggunakan alat berbahan bakar batubara dan biomassa.
pengering dengan kapasitas ruang pengering Dengan berbagai kelebihan biobriket
hanya 15 kg. dibandingkan batubara dan biomassa,
Sama seperti karet konvensional (sit), pada biobriket sangat berpotensi menjadi salah satu
pengolahan karet remah (karet spesifikasi alternatif pilihan bahan bakar untuk
teknis) juga dilakukan proses pengeringan. mengurangi ketergantungan industri karet
Perbedaannya terletak pada peralatan yang pada bahan bakar fosil.
digunakan dan suhu pengeringan. Pada proses
pengolahan karet sit sistem pengeringannya Kesimpulan
sederhana karena hanya memerlukan suhu
berkisar 50-65 oC. Sedangkan pengolahan Biobriket dapat dijadikan salah satu
karet remah menggunakan suhu lebih tinggi alternatif pilihan pengganti bahan bakar fosil,
sekitar 120 oC dan peralatan yang lebih baik. seperti solar, gas bumi, dan batubara, pada

72
Penggunaan biobriket sebagai bahan bakar alternatif dalam pengeringan karet alam

proses pengeringan karet. Nilai kalor bahan Maspanger, D. R., L. A. Alam, dan M. Sinurat.
bakar biobriket lebih besar dibandingkan 1999. Potensi briket dan batubara mentah
biomassa tanpa diolah menjadi briket dan sebagai bahan bakar alternatif untuk
tidak berbeda nyata dengan briket batubara. pengeringan karet. Warta Pusat Penelitian
Potensi sumber biobriket di Indonesia sangat Karet, Vol. 18 No. 1-3.
besar karena sebagai negara agraris Indonesia Nabawiyah, K dan A. Abtokhi. 2010.
memiliki sumber bahan baku biomassa yang Penentuan nilai kalor dengan bahan bakar
berlimpah. Model alat pengeringan karet k ay u s e s u d a h p e n g a r a n g a n s e r t a
berbahan bakar briket batubara dapat hubungannya dengan nilai porositas zat
digunakan untuk pengeringan dengan padat. Jurnal Neutrino, Vol.3 No.1.
mengganti bahan bakar menjadi biobriket. Purbaya, M., A. Vachlepi, M. Solichin, D.
Suwardin, dan A. Anwar. 2010. Studi
Daftar Pustaka penggunaan biomassa (briket arang sawit
dan cangkang kelapa sawit) sebagai bahan
Amin, S. 2000. Penelitian berbagai jenis kayu bakar alternatif untuk pengeringan RSS.
limbah pengolahan untuk pemilihan Laporan Akhir Penelitian Tahun 2010.
bahan baku briket arang. Jurnal Saint dan Balai Penelitian Sembawa-Pusat Penelitian
Teknologi BPPT Indonesia, Vol. 2, No. 1. Karet.
Badan Koordinasi Penanaman Modal Santosa, A. M. dan Rahmanto. 1992.
Provinsi Sulawesi Tengah. 2006. Profil Evaluasi rancang bangun dan uji kinerja
proyek industri briket arang tempurung alat pengering kombinasi energi surya dan
kelapa. http://www.bkpmdsulteng energi biomassa untuk pengeringan Air
.go.id/download.php. Dried Sheet (ADS). Risalah Seminar Hasil
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2009. Penelitian. Balai Penelitian Sembawa.
Statistik Perkebunan Direktorat Jendral Singh, G. S., S. Manoherai, dan T. S. Toh.
Perkebunan, 2008-2010: Kelapa Sawit. 1990. United plantations approach to oil
Departemen Pertanian, Jakarta. palm mill by product management and
Jamilatun, S. 2008. Sifat-sifat penyalaan dan utilization. Dalam teknologi pengolahan
pembakaran briket biomassa, briket kelapa sawit dan produk turunannya,
batubara dan arang kayu. Jurnal Rekayasa Medan.
Proses Vol. 2, No. 2. Suwardin, D., M. Solichin, A. Anwar, A.
Kementerian Energi dan Sumberdaya Vachlepi, dan M. Purbaya. 2007.
Mineral. 2011. Indikator energi dan Pembuatan briket arang sawit sebagai
sumberdaya mineral Indonesia. Pusat Data alternatif sumber energi. Prosiding
dan Informasi Energi dan Sumberdaya Seminar Tjipto Utomo Volume 5. Institut
Mineral, Kementerian Energi dan Teknologi Nasional, Bandung.
Sumberdaya Mineral. http://prokum. Syamsiro, M dan H. Saptoadi. 2007.
esdm.go.id/Publikasi. Diakses tanggal 1 Pembakaran briket biomassa cangkang
Maret 2013. kakao: pengaruh temperatur udara preheat
Kurniawan, R., C. Holmes, dan R. Muttaqien. d a l a m s i f a t - s i f a t p e n ya l a a n d a n
2007. Pembuatan briket dari tempurung pembakaran briket biomassa, briket
kelapa dengan penambahan polietilen. batubara dan arang kayu. Jurnal Rekayasa
Prosiding Seminar Tjipto Utomo Volume Proses Vol.2 No.2.
5. Institut Teknologi Nasional, Bandung.
Maspanger, D. R. dan L. A. Alam. 1996.
Pengeringan karet konvensional dengan
bahan bakar briket batubara: 1.
Rancangbangun dan uji kinerja model
pengering krep dan sit asap dengan sistem
pemanasan tidak langsung. Jurnal
Penelitian Karet, Vol. 14 No. 3.

73

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai