Air Tanah
Air tanah didefinisikan sebagai air yang terdapat di bawah permukaan bumi. Kekuatan tanah dalam
mendukung beban dipengaruh oleh air dan macam tanah. Rembesan air yang lewat fondasi bendungan
harus diperhitungkan dalam mengevaluasi kemampuan struktur tersebut dalam menampung air. Kecuali
itu, masih banyak lagi pengaruh-pengaruh air di dalam tanah yang harus diperhatikan, seperti perancangan
dinding penahan tanah, hitungan penurunan dan lain-lainnya.
Air Kapiler
Dalam Gamabar 3.2 diperlihatkan sistem pipa kapiler yang didirikan dalam bejana yang berisi air.
Tinggi air hc adalah tinggi air dalam pipa kapiler, r adalah berat volume air dan tekanan atmosfer diambil
sebagai bidang referensi (yaitu tekanan udara sama dengan nol), maka dari persamaan keseimbangan:
Atau
Karena, 𝑢 = 𝛾𝑤 ℎ𝑐
Terzaghi dan Peck (1948) menyarankan hubungan pendekatan anatara ℎ𝑐 dan diameter butiran, sebagai
berikut:
𝐷
ℎ𝑐 = (mm)
𝑒𝐷10
dengan C adalah konstanta empiris yang bergantung pada bentuk butiran dan sudut kontak (C bervariasi
antara 10 – 50 mm2), dan D10 adalah diameter efektif tanah yang dinyatakan dalam milimeter.
Air Statis
Distribusi tekanan air yang tidak mengalir atau diam akan berbentuk segitiga yang besarnya pada setiap
titik kedalaman adalah (Gambar 3.3):
𝑢 = 𝑧𝛾𝑤
dengan z = kedalam dan 𝛾𝑤 = berat volume air. Tekanan di setiap titik kedalaman pada saat air tidak
mengalir disebut tekanan hidrostatis.
Permeabilitas
Permeabilitas didefinisikan sebagai sifat bahan berpori yang memungkinkan aliran rembesan dari cairan
yang berupa air atau minyak mengalir lewat rongga pori. Tanah disebut mudah meloloskan air
(permeabilitas) bila tanah tersebut benar-benar mempunyai sifat meloloskan air (contohnya: pasir,
kerikil). Sebaliknya, tanah disebut kedap air (impermeabilitas), bila tanah tersebut mempunyai
kemampuan meloloskan air yang sangat kecil (contohnya lempung).
Lintasan partikel air didalam dianggap berupa garis lurus dari titik yang satu ke titik yang lainnya
(Gambar 3.4). Lintasan ini disebut garis aliran.
Gambar 3.5 menunjukan aliran air yang melewati contoh tanah yang berada di dalam tabung. Menurut
Bernoulli, tinggi energi total (total head) pada suatu titik A dapat dinyatakan oleh persamaan:
𝑝 𝑣2
ℎ𝑡 = ℎ𝑝 + ℎ𝑒 + ℎ𝑣 = + + 𝑧
𝛾𝑤 2𝑔
dengan :
p = tekanan (kN/m2)
v = kecepatan (m/det)
Menurut Bernoulli, kehilangan tinggi energi, ∆h, antara dua titik A dan B dinyatakan oleh:
𝑝𝐴 𝑝𝐴
∆ℎ = ( + 𝑧𝐴 ) − ( + 𝑧𝐵 )
𝛾𝑤 𝛾𝑤
atau
∆ℎ = (ℎ𝐴 + 𝑧𝐴 ) − (ℎ𝐵 + 𝑧𝐵 )
Hukum Darcy
Dalam tanah jenuh, asalkan rongga pori tanah tidak sangat besar, aliran air dalam laminer. Pada rentang
aliran laminer, Darcy (1856) mengusulkan persamaan yang menyatakan hubungan antara kecepatan dan
gradien hidrolik,
V = ki
Debit rembesan:
q = vA = kiA
dengan
Kecepatan yang dinyatakan dalam Persamaan (3.12) adalah kecepatan air yang dihitung berdasarkan luas
kotor penampang tanah. Karena air hanya dapat mengalir lewat rongga pori, maka persamaan kecepatan
sebenarnya rembesan lewat tanah (vs) dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut ini.
dengan
V = Volume total
A = luas yang terdiri dari rongga dan butiran pada tampang ditinjau
Debit rembesan: q = v(Av + As) = vsAv dengan (As = luas tampang butiran tanah pada tampang ditinjau).
Karena untuk volume satuan, Av/(Av+As) = Av/A = n, maka dapat diperoleh:
𝑣
𝑣𝑆 =
𝑛
atau
𝑘𝑖
𝑣𝑆 =
𝑛
dengan n adalah porositas tanah.
dengan:
Q = qt = kiAt
denga A adalah tampang benda uji.
Karena i = h/L, dengan L adalah panjang benda uji, maka:
Q = k(h/L)At
Dari persamaan ini, diperoleh persamaan koefisien permeabilitas:
𝑄𝐿
𝑘= (m/det)
ℎ𝐴𝑡
dengan:
ℎ 𝑑ℎ
𝑞 = 𝑘𝑖𝐴 = 𝑘 𝐴 = −𝑎
𝐿 𝑑𝑡
dengan:
h = tinggi energi hidrolik pada sembarang waktu t (waktu)
A = luas tampang melintang benda uji (m2)
a = luas pipa pengukuran (m2)
L = panjang benda uji (m)
Penyelesaian:
a. Koefisien permeabilitas:
𝑎𝐿 ℎ
𝑘 = 2,303 𝑥 log ℎ1
𝐴𝑡 2
𝑎𝐿 ℎ 0,5 𝑥 5 40
= 2,303 𝑥 𝐴𝑡
log ℎ1 = 2,303 𝑥 50 𝑥 10 𝑥60
log 35
2
0,5 𝑥 5 40
= 2,303 𝑥 50 𝑥 1,1 𝑥 10−5
log 20 = 1368,32 𝑑𝑒𝑡
3.5.2 Uji Permeabilitas di Lapangan
a. Uji permeabilitas dengan menggunakan sumur uji
Koefisien permeabilitas dapat diperoleh dari penggalian sumur uji secara langsung di
lapangan. Air sumur dipompa keluar (Gambar 3.8) sampai penurunan permukaan air tanah
menunjukan kedudukan yang tetap. Untuk menentukan koefisien permeabilitas (k),
diperlukan paling sedikit dua sumur pengamatan penurunan muka air.
Debit pemompaan pada kondisi aliran yang telah stabil:
Q = vA = kiA = k dy/dx A (m3/det)
dengan:
v = kecepatan aliran (m/det)
A = 2𝜋𝑥𝑦 = luas tampang pengaliran (m2)
i = dy/dx = gradien hidrolik
dy = ordinat kurva penurunan
dx = absis kurva penurunan
Aliran air ke sumur dengan pipa berlubang yang tertutup pada bagian dasarnya, berupa aliran
radial.
𝑞 𝑞 𝑑𝑦
𝑣= = =𝑘
𝐴 2𝜋𝑥𝑇 𝑑𝑥