Anda di halaman 1dari 7

BAB III PERMEA BILITAS DAN REMBESAN

Air Tanah

Air tanah didefinisikan sebagai air yang terdapat di bawah permukaan bumi. Kekuatan tanah dalam
mendukung beban dipengaruh oleh air dan macam tanah. Rembesan air yang lewat fondasi bendungan
harus diperhitungkan dalam mengevaluasi kemampuan struktur tersebut dalam menampung air. Kecuali
itu, masih banyak lagi pengaruh-pengaruh air di dalam tanah yang harus diperhatikan, seperti perancangan
dinding penahan tanah, hitungan penurunan dan lain-lainnya.

Didalam lapisan tanah, umumnya terdapat 3 zone, yaitu:

 Zone jenuh air di bawah muka air tanah


 Zone jenuh akibat kapiler diatas muka air tanah
 Zone tidak jenuh diatas zone jenuh kapiler dan di dakat permukaan tanah (Gambar 3.1). Zone
jenuh kapiler terletak di atas muka air tanah.

Air Kapiler

Dalam Gamabar 3.2 diperlihatkan sistem pipa kapiler yang didirikan dalam bejana yang berisi air.

Tinggi air hc adalah tinggi air dalam pipa kapiler, r adalah berat volume air dan tekanan atmosfer diambil
sebagai bidang referensi (yaitu tekanan udara sama dengan nol), maka dari persamaan keseimbangan:

Berat air dalam pipa kapiler: W = gaya tarik permukaan

Atau

𝛾𝑤 (𝜋𝑟 2 hc ) = (T cos α) 2πr

Dari persamaan tersebut, tinggi air ℎ𝑐 dinyatakan oleh:


2𝑇 cos 𝛼
ℎ𝑐 =
𝛾𝑤𝑟

Karena, 𝑢 = 𝛾𝑤 ℎ𝑐

Maka, tekanan air kapiler:


−2𝑇 cos 𝛼
𝑢=
𝑟
Nilai tekanan 𝑢 negatif menunjukan bahwa air dalam keadan tertarik atau terisap.

Terzaghi dan Peck (1948) menyarankan hubungan pendekatan anatara ℎ𝑐 dan diameter butiran, sebagai
berikut:
𝐷
ℎ𝑐 = (mm)
𝑒𝐷10
dengan C adalah konstanta empiris yang bergantung pada bentuk butiran dan sudut kontak (C bervariasi
antara 10 – 50 mm2), dan D10 adalah diameter efektif tanah yang dinyatakan dalam milimeter.

Air Statis

Distribusi tekanan air yang tidak mengalir atau diam akan berbentuk segitiga yang besarnya pada setiap
titik kedalaman adalah (Gambar 3.3):

𝑢 = 𝑧𝛾𝑤

dengan z = kedalam dan 𝛾𝑤 = berat volume air. Tekanan di setiap titik kedalaman pada saat air tidak
mengalir disebut tekanan hidrostatis.

Permeabilitas

Permeabilitas didefinisikan sebagai sifat bahan berpori yang memungkinkan aliran rembesan dari cairan
yang berupa air atau minyak mengalir lewat rongga pori. Tanah disebut mudah meloloskan air
(permeabilitas) bila tanah tersebut benar-benar mempunyai sifat meloloskan air (contohnya: pasir,
kerikil). Sebaliknya, tanah disebut kedap air (impermeabilitas), bila tanah tersebut mempunyai
kemampuan meloloskan air yang sangat kecil (contohnya lempung).

Lintasan partikel air didalam dianggap berupa garis lurus dari titik yang satu ke titik yang lainnya
(Gambar 3.4). Lintasan ini disebut garis aliran.

Rembesan di Dalam Tanah

Gambar 3.5 menunjukan aliran air yang melewati contoh tanah yang berada di dalam tabung. Menurut
Bernoulli, tinggi energi total (total head) pada suatu titik A dapat dinyatakan oleh persamaan:

𝑝 𝑣2
ℎ𝑡 = ℎ𝑝 + ℎ𝑒 + ℎ𝑣 = + + 𝑧
𝛾𝑤 2𝑔

dengan :

ht = tinggi energi total (m)

hp = tinggi energi tekanan (m)

hv = tinggi energi kecepatan (m)

hc = z = tinggi energi elevasi (m)

p = tekanan (kN/m2)

v = kecepatan (m/det)

𝛾𝑤 = berat volume air (kN/m3)

g = percepatan gravitasi (m/det2)


Kaerena kecepatan aliran air dalam tanah sangat kecil, maka faktor kecepatan v2/2g dalam suku
persamaan Bernoulli dapat diabaikan. Sehingga persamaan tinggi energi total menjadi.

Menurut Bernoulli, kehilangan tinggi energi, ∆h, antara dua titik A dan B dinyatakan oleh:
𝑝𝐴 𝑝𝐴
∆ℎ = ( + 𝑧𝐴 ) − ( + 𝑧𝐵 )
𝛾𝑤 𝛾𝑤
atau
∆ℎ = (ℎ𝐴 + 𝑧𝐴 ) − (ℎ𝐵 + 𝑧𝐵 )

Gradian hidrolik (i), didefinisikan sebagai:


∆h
i=
L
dengan L adalah jarak antara potongan A dan B.

Hukum Darcy

Dalam tanah jenuh, asalkan rongga pori tanah tidak sangat besar, aliran air dalam laminer. Pada rentang
aliran laminer, Darcy (1856) mengusulkan persamaan yang menyatakan hubungan antara kecepatan dan
gradien hidrolik,

V = ki

Debit rembesan:

q = vA = kiA

dengan

v = kecepatan air mengalir dalam tanah (m/det)

i = h/L = gradien hidrolik

L = panjang garis aliran (m)

k = koefisien permeabilitas (m/det)

A = luas tampang pengaliran (cm/det2)

Bila pengaruh sifat-sifat air dimasukan, maka:


𝐾 𝜌𝑤 𝑔
𝑘 (𝑐𝑚/ 𝑑𝑒𝑡 =
𝜇
dengan :

K = koefisien absolut (cm2), tergantung dari sifat butiran tanah

𝜌𝑤 = rapat massa air (g/cm3)


µ = koefisien kekentalan air, (g/cm det)

g = percepatan gravitasi (cm/det2)

Kecepatan yang dinyatakan dalam Persamaan (3.12) adalah kecepatan air yang dihitung berdasarkan luas
kotor penampang tanah. Karena air hanya dapat mengalir lewat rongga pori, maka persamaan kecepatan
sebenarnya rembesan lewat tanah (vs) dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut ini.

Untuk tanah dengan volume satuan, porositas (n) dinyatakan oleh:

n = Vv/V = (Av x 1)/(A x 1) = Av/A

dengan

Vv = volume rongga pori

V = Volume total

Av = luas rongga tanah pada tampang ditinjau

A = luas yang terdiri dari rongga dan butiran pada tampang ditinjau

Debit rembesan: q = v(Av + As) = vsAv dengan (As = luas tampang butiran tanah pada tampang ditinjau).
Karena untuk volume satuan, Av/(Av+As) = Av/A = n, maka dapat diperoleh:
𝑣
𝑣𝑆 =
𝑛
atau
𝑘𝑖
𝑣𝑆 =
𝑛
dengan n adalah porositas tanah.

Pada sembarang temperatur T, koefisien permeabilitas dapat diperoleh dari persamaan:

𝑘20 (𝛾𝑤 20)(𝜇𝑇 )


=
𝑘𝑇 (𝛾𝑤 𝑇)(𝜇20)

dengan:

kT , k20 = koefisien permeabilitas pada T ̊ dan 20 ̊ C

𝛾𝑤 𝑇, 𝛾𝑤 20 = berat volume air T ̊ dan 20 ̊ C

µT, µ20 = koefisien kekentalan air pada T ̊ dan 20 ̊ C

karena nilai γwT/ γw20 mendekati 1, maka


𝜇𝑇
𝑘20 = 𝑘 𝑇
𝜇20
Tabel 3.1 Nilai koreksi temperatur µT/µ20

Temperatur µT/µ20 Temperatur µT/µ20


T, ̊ C T, ̊ C
10 1,298 21 0,975
11 1,263 22 0,952
12 1,228 23 0,930
13 1,195 24 0,908
14 1,165 25 0,887
15 1,135 26 0,867
16 1,106 27 0.847
17 1,078 28 0.829
18 1,051 29 0.811
19 1,025 30 0,793
20 1,000

3.5 Penentuan Koefisien Permeabilitas


Koefisien permeabilitas dapat ditentukan secara langsung di lapangan ataupun dengan cara lebih dahulu
mengambil contoh tanah di lapangan dengan tabung contoh, kemudian diuji di laboratorium.

3.5.1 Uji Permeabilitas di Laboratorium


Uji permeabilitas yang sering digunakan di laboratorium adalah: uji tinggi energi tetap (constant-
head) dan uji tinggi energi turun (falling-head). Alat pengujiannya disebut constant head
parmeameter dan falling head parmeameter.
a. Cara tinggi energi tetap (constant-head)
Uji permeabilitas constant head (tinggi energi tetap) cocok untuk tanah granular. Tanah
benda uji dimasukan ke dalam tabung pengujian (Gambar 3.6). Kedudukan ini tinggi
energi hilang adalah h diatur konstan. Volume air yang keluar di tampung di dalam gelas
ukuran. Waktu pengukuran air di catat. Data pengamatan yang diperoleh, kemudian
ditentukan dengan menggunakan persamaan Darcy:

Q = qt = kiAt
denga A adalah tampang benda uji.
Karena i = h/L, dengan L adalah panjang benda uji, maka:
Q = k(h/L)At
Dari persamaan ini, diperoleh persamaan koefisien permeabilitas:
𝑄𝐿
𝑘= (m/det)
ℎ𝐴𝑡

dengan:

Q = volume air tertampung dalam gelas ukuran (m3)

L = panjang aliran air dalam contoh tanah (m)

h = beda tinggi muka air atau tinggi energi hidrolik (m)

A = luas tampang pengaliran arau luas tampang tabung (m2)


t = waktu pengaliran (detik)

b. Uji permeabilitas tinggi energi turun (falling – head)


Uji permeabilitas falling-head (tinggi energi turun) cocok digunakan untuk mengukur
permeabilitas tanah berbutir halus. Tanah benda uji ditempatkan di dalam tabung (Gambar 3.7).
Pipa pengukur didirikan di atas benda uji. Air yang dituangkan lewat pipa pengukur. Ketinggian
air keadaan awal pengujian (h1) pada saat waktu t1 = 0 dicatat. Pada waktu tertentu (t2) setelah
pengujian berlangsung penurunan muka air adalah h2. Debit rembesn dihitung dengan persaman:

ℎ 𝑑ℎ
𝑞 = 𝑘𝑖𝐴 = 𝑘 𝐴 = −𝑎
𝐿 𝑑𝑡

dengan:
h = tinggi energi hidrolik pada sembarang waktu t (waktu)
A = luas tampang melintang benda uji (m2)
a = luas pipa pengukuran (m2)
L = panjang benda uji (m)

Penyelesaian Persamaan (3.20) menghasilkan:


𝑎𝐿 ℎ1 𝑎𝐿 ℎ1
𝑘 = ( ) ln ( = 2,303 ( ) log( )
𝐴𝑡 ℎ2 𝐴𝑡 ℎ2

Nilai-nilai a, L, A, t, h1 dan h2 diperoleh dari pencatatan selama pengujiannya. Dari sini


permeabilitas (k) dapat dihitung.
Soal 3.10:
Pada uji permeabilitas falling-head, diperoleh data sebagai berikut:
tinggi energi hidrolik awal: h1 = 40 cm. Pada waktu 10 menit, tinggi energi hidrolik menjadi h2 =
35 cm.
Pertanyaan:
a. Jika contoh tanah luas tampang A = 50 cm2, luas tampang pipa pengukur 0,5 cm2 dan tebal
contoh 5 cm, hitung koefisien permeabilitas tanah.
b. Hitung waktu (dihitung dari awal pengujian) yang dibutuhkan untuk menghasilkan tinggi
energi hidrolik h3 = 20 cm.

Penyelesaian:
a. Koefisien permeabilitas:
𝑎𝐿 ℎ
𝑘 = 2,303 𝑥 log ℎ1
𝐴𝑡 2

𝑎𝐿 ℎ 0,5 𝑥 5 40
= 2,303 𝑥 𝐴𝑡
log ℎ1 = 2,303 𝑥 50 𝑥 10 𝑥60
log 35
2

= 1,1 x 10-5 cm/det

b. Waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan tinggi energi hidrolik h3 = 20 cm.


𝑎𝐿 ℎ
𝑡 = 2,303 𝑥 𝐴𝑘 log ℎ1
3

0,5 𝑥 5 40
= 2,303 𝑥 50 𝑥 1,1 𝑥 10−5
log 20 = 1368,32 𝑑𝑒𝑡
3.5.2 Uji Permeabilitas di Lapangan
a. Uji permeabilitas dengan menggunakan sumur uji
Koefisien permeabilitas dapat diperoleh dari penggalian sumur uji secara langsung di
lapangan. Air sumur dipompa keluar (Gambar 3.8) sampai penurunan permukaan air tanah
menunjukan kedudukan yang tetap. Untuk menentukan koefisien permeabilitas (k),
diperlukan paling sedikit dua sumur pengamatan penurunan muka air.
Debit pemompaan pada kondisi aliran yang telah stabil:
Q = vA = kiA = k dy/dx A (m3/det)
dengan:
v = kecepatan aliran (m/det)
A = 2𝜋𝑥𝑦 = luas tampang pengaliran (m2)
i = dy/dx = gradien hidrolik
dy = ordinat kurva penurunan
dx = absis kurva penurunan

b. Uji Permeabilitas pada Sumur Artesis


Pengukuran koefisien permeabilitas dilakukan pada lapisan tanah lolos air yang diapit oleh
dua lapisan tanah kedap air. Air yang mengalir dalam lapisan lolos air dipengaruhi oleh
tekanan artesis (Gambar 3.9).
Debit arah radial yang masuk dalam sumur.
𝑑𝑦
𝑞 = 𝑘𝐴
𝑑𝑥
dengan:
q = debit arah radial (m3/det)
𝐴 = 2𝜋𝑥𝑇 = luas tegak lurus arah aliran (m2)
T = tebal lapisan lolos air (m)
dy/dx = i = gradien hidrolik.

Aliran air ke sumur dengan pipa berlubang yang tertutup pada bagian dasarnya, berupa aliran
radial.
𝑞 𝑞 𝑑𝑦
𝑣= = =𝑘
𝐴 2𝜋𝑥𝑇 𝑑𝑥

3.6 Koefisien Permeabilitas Tanah Berlapis

Anda mungkin juga menyukai