Anda di halaman 1dari 9

1

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembenihan Ikan Koi

2.1.1. Teknik pemijahan ikan koi

Pemijahan adalah proses perkawinan antara ikan jantan dan ikan betina yang

mengeluarkan sel telur dari betina, sel sperma dari jantan dan terjadi di luar tubuh

ikan (eksternal). Dalam budidaya ikan, teknik pemijahan ikan dapat dilakukan

dengan tiga macam cara, yaitu:

a...............................................................................................................Pemij

ahan ikan secara alami, yaitu pemijahan ikan tanpa campur tangan manusia,

terjadi secara alamiah (tanpa pemberian rangsangan hormon);


b...............................................................................................................Pemij

ahan secara semi buatan, yaitu pemijahan ikan yang terjadi dengan

memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad,

tetapi proses ovulasinya terjadi secara alamiah di kolam;


c...............................................................................................................Pemij

ahan ikan secara buatan, yaitu pemijahan ikan yang terjadi dengan

memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad

serta proses ovulasinya dilakukan secara buatan dengan teknik stripping

atau pengurutan (Yuatiati et al., 2015).

2.1.2. Persyaratan induk

Morfologi mendasar pada ikan koi jantan dan betina yang siap dijadikan

indukan cukup mudah diamati ketika telah mencapai usia ± 1 tahun. Terdapat

tanda sangat spesifik yaitu jantan bertubuh lebih panjang, sedangkan betina lebih

bulat. Saat masa kawin betina akan menunjukkan perut yang besar. Cara lain
2

adalah dengan mengurut bagian perut ke arah anus, ikan yang berkelamin jantan

akan keluar cairan putih sedangkan pada ikan betina akan keluar feses. Pada

kondisi lain untuk mengetahui jenis kelamin adalah dengan megusap-usap bagian

kepala penutup insang dan perut dekat anus. Apabila ikan berkelamin jantan akan

terasa kasar sedangkan jika betina terasa halus. Kusrini (2015),

Secara morfologi koi jantan dan koi betina dapat dibedakan dengan jelas,

dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbedaan Induk Ikan Koi Jantan dan Betina


No. Kriteria Induk Jantan Induk Betina
1. Perut Kecil dan langsing Lembek, dan membesar
2. Umur Minimal 2 tahun Minimal 1 tahun
3. Tutup insang Kasar seperti kristal Terasa halus
4. Lubang pelvic Keras dan menonjol Lembek dan membulat
Keluar cairan putih
5. Bila dipijat Keluar cairan mirip susu
bening
Sumber: Ismail dan Khumaidi (2016).

2.1.3. Pemeliharaan induk

Pemeliharaan induk sebelum dipijahkan yaitu di kolam beton yang

berukuran 2 m x 6 m secara terpisah antara induk jantan dan betina. Pakan yang

diberikan berupa kombinasi pakan alami (cacing tanah) dan pakan komersial

secara berseling sehari dua kali (pagi dan sore) secara ad libitum. Pemeliharaan

induk dilakukan bertujuan untuk mempermudah seleksi dan untuk mematangkan

gonad agar ikan siap untuk dipijahkan dan diharapkan menghasilkan keturunan

yang diinginkan. Induk dipelihara secara terpisah bertujuan untuk menghindari

pemijahan massal (Kusrini et al., 2015).

Benih yang baik dihasilkan dari induk yang berkualitas, untuk itu baik induk

jantan maupun induk betina harus dipelihara dan ditangani dengan baik. Induk

jantan dan betina sebaiknya dipelihara secara terpisah agar tidak terjadi pemijahan
3

liar. Kualitas benih ikan koi tergantung pada kualitas induk. Penggunaan induk

dengan kualitas yang baik akan sangat menentukan hasil yang didapat. Kesalahan

dalam memilih induk dapat menghasilkan keturunan yang jelek dan jumlahnya

sedikit (Triyanti dan Maharani, 2012).

2.1.4. Persiapan kolam

Persiapan kolam untuk pemijahan meliputi pengeringan kolam (1 hari) yang

sebelumnya sudah dibersihkan. Pengeringan kolam bertujuan untuk membunuh

bakteri yang terdapat dalam kolam serta merangsang atau mempercepat proses

pemijahan. Kemudian dilakukan pengisian air, tinggi air disesuaikan dengan air

yang dibutuhkan dengan memperhatikan pintu air (inlet dan outlet). Pintu air

disumbat menggunakan ijuk untuk memperkecil debit air yang masuk maupun

keluar. Air harus tetap mengalir sebagai suplai oksigen pada kolam. Setelah itu,

dilakukan pemasangan kakaban sebanyak 4 buah sebagai tempat menempelnya

telur-telur ikan. Sebelumnya kakaban diberi pemberat di setiap ujungnya agar

tidak menempel di dasar. Pemasangan kakaban sebagai substrat menempelnya

telur dilakukan setelah pengisian air dalam kolam pemijahan. Kakaban dipasang

memanjang dalam kolam pemijahan (Zamzami dan Sunarmi, 2013).

Kolam beton biasa digunakan untuk pemeliharaan induk dan atau kegiatan

pemijahan. Pengeringan kolam beton perlu dilakukan guna pembersihan kolam,

lalu setelah di keringkan selama satu hari sehingga kolam benar- benar kering,

kolam dapat diisi air. Hal tersebut bertujuan untuk membunuh hama dan penyakit

serta disamping itu untuk menimbulkan bau ampo yang merangsang induk ikan

untuk memijah (Kusrini et al., 2015).


4

2.1.5. Proses pemijahaan

Induk terpilih yang sudah betul-betul matang gonad dilepaskan kedalam

kolam atau bak pemijahan yang sudah dipersiapkan. Pemijahan dilakukan secara

semi-buatan dengan menggunakan induk 1:2 atau 1:3 tergantung dengan kesiapan

induk yang ada, diharapkan benih yang dihasilkan akan mempunyai umur, ukuran

yang seragam. Selain itu, kualitas telur yang dihasilkan juga lebih baik sehingga

sintasan larva meningkat dibanding dengan pemijahan alami yang terkendala

dengan pemeliharaan larva dengan sintasan yang rendah. Pembuahan berlangsung

semi buatan, sehingga setelah penyuntikan hormon, induk dipasangkan dalam

kolam apemijahan dengan disertai shelter (kakaban) (Kusrini et al., 2015).

Telur ikan koi bersifat merekat, secara alamiah telur dikeluarkan di rumput

dan tumbuh-tumbuhan lain di sepanjang tepi perairan, oleh karena itu

pembudidaya sering menggunakan kakaban sebagai tempat untuk meletakkan

telur pada pemijahan ikan koi dan ikan mas. Kakaban ditempatkan di sekitar tepi

kolam budidaya atau tangki. Saat pemijahan selesai kakaban dipindahkan ke

kolam atau tangki lain dimana telurnya menetas (kolam penetasan). Pemijahan

paling sering terjadi pada pagi hari. Baik ikan koi dan ikan mas mengonsumsi

telurnya setelah pemijahan, jadi ikan dan kakaban berisi telur harus segera

dipisahkan dengan cepat (Sinjal, 2011)

2.1.6. Fekunditas

Faktor yang menentukan fekunditas ikan adalah mutu pakan, hormonal dan

lingkungan. Hubungan asam lemak dan vitamin E dalam tubuh ikan berbanding

lurus, semakin tinggi kadar vitamin E makin besar peluang asam lemak untuk
5

tidak teroksidasi, sehingga makin banyak cadangan asam lemak yang dapat

dimanfaatkan untuk perkembangan gonad. Lemak omega-3 mampu meningkatkan

fluiditas membran sel dan prostaglandin telur yang menyebabkan aksi

gonadotropin dalam pembentukan telur meningkat sehingga fekunditas juga

meningkat (Firmantin et al., 2015).

2.1.7. Fertilization rate (FR)

Derajat pembuahan telur merupakan jumlah persentase telur yang dibuahi

dari sejumlah telur yang dikeluarkan dari hasil pemijahan. Derajat pembuahan

sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas sperma yang dipengaruhi oleh

nutrisi, musim, temperatur, frekuensi pemakaian jantan dan hereditas. Banyaknya

jumlah sperma yang dikeluarkan dari seekor ikan jantan bergantung pula kepada

umur, ukuran dan frekuensi ejakulasi (Fahrudin, 2010).

Penentuan tingkat keberhasilan fertilisasi telur dilihat pada perubahan

warna, dimana telur yang dibuahi berwarna transparan sedangkan telur yang tidak

dibuahi berwarna putih keruh. Tingkat pembuahan telur oleh sperma dapat

dipengaruhi oleh berbagai macam faktor diantaranya adalah faktor kondisi

periaran terutama suhu dan kandungan oksigen terlarut. Tingkat pembuahan juga

dipengaruhi oleh kondisi kematangan telur atau kualitas telur yang berkaitan

dengan proses vitelogenesis sebelum telur diovulasikan (Nainggolan et al., 2015).

2.1.8. Penetasan telur

Penetasan telur di lakukan setelah pemijahan ikan selesai, induk ikan

dipindahkan dari kolam pemijahan ke kolam indukan, sehingga hanya tertinggal

kakaban yang berisi telur-telur ikan yang berada dalam kolam. Telur yang dibuahi

akan bewarna kekuning-kuningan dan menempel pada kakaban. Sedangkan telur


6

yang tidak terbuahi bewarna putih. Selanjutnya telur yang menempel pada

kakaban dibiarkan sampai menetas. Telur menetas setelah 3 hari dari pembuahan

±72 jam pembuahan pada suhu air 26-28OC. Setelah 2 hari, larva menunjukkan

gerakan bebas dan setelah 3 hari menetas, larva mulai diberi makan (Zamzami dan

Sunarmi, 2013).

Larva yang menetas diinkubasi selama satu minggu di bak beton,

selanjutnya ditebar di kolam pendederan selama satu bulan (sampling I). Pakan

yang diberikan berupa Tubifex sehari dua kali (ad libitum). Setelah larva berumur

satu bulan dipindahkan ke kolam pembesaran (tanah) dengan pemberian pakan

berupa pelet (Kusrini et al., 2015).

2.1.9. Hatching rate (HR)

Faktor internal yang juga dapat mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat

daya tetas telur ikan yaitu kualitas dan diameter telur yang diovulasikan, yaitu

telur berhasil dibuahi oleh spermatozoa tetapi embrio tidak dapat berkembang

dengan baik. Faktor eksternal yang menentukan terhadap keberhasilan daya tetas

telur, antara lain temperatur air, pH, oksigen terlarut dan lain sebagainya. Faktor

lain yang dapat menyebabkan rendahnya derajat penetasan adalah telur tidak

berkembang setelah dibuahi, perubahan kemampuan fisiologis telur saat

embriogenesis (Firmantin et al., 2015).

2.1.10. Survival rate

Survival rate atau kelulushidupan merupakan persentase perbandingan

jumlah ikan yang hidup dengan jumlah telur yang menetas dalam pemeliharaan.

Survival rate atau biasa dikenal dengan SR dalam perikanan budidaya merupakan

indeks kelulushidupan suatu jenis ikan dalam proses budidaya dari mulai awal
7

ikan ditebar hingga ikan akan dipanen. SR ini merupakan salah satu faktor

penentu keberhasilan dalam kegiatan membudidayakan ikan. Jumlah ikan yang

pada saat dipanen banyak dan yang mati hanya sedikit tentu nilai SR akan tinggi,

namun sebaliknya jika jumlah ikan yang mati banyak sehingga jumlah ikan yang

masih hidup saat dilakukan pemanenan tinggal sedikit tentu nilai SR ini akan

rendah (Widiastuti, 2009)

2.1.11. Kualitas air

Air merupakan media hidup yang sangat penting bagi kehidupan ikan koi.

Parameter kualitas air dalam media budidaya yang diamati adalah pH, dissolve

oxygen (DO) dan suhu. Pengukuran suhu dapat dilakukan setiap hari pada pagi,

siang dan sore hari. Pengukuran pH dilakukan minimal satu hari sekali dan dapat

dilakukan pada pagi hari. Pengukuran nilai dissolved oxygen (DO) dilakukan

setiap hari syaitu pada pagi, siang dan sore hari. Buruknya kualitas air bisa

membawa persoalan serius bagi ikan koi, misalnya warna menjadi pucat,

keracunan, atau kekurangan oksigen. (Putriana et al., 2015).

Nilai kualitas air harus menunjukkan bahwa parameter masih dalam batas

kelayakan untuk kehidupan ikan mas koi. Hasil pengukuran suhu air berkisar

antara 30-310C. Kisaran kelayakan temperatur air bagi ikan mas adalah 14-380C.

Kandungan oksigen dalam suatu perairan minimum sebesar 2 mg/L, sudah cukup

mendukung terhadap organisme perairan secara normal. pH air merupakan tingkat

konsentrasi ion hidrogen yang ada dalam perairan yaitu pH yang optimal dalam

pembenihan ikan adalah 6,7-8,2 (Rudiyanti dan Astri, 2009).


8

2.2. Pemeliharaan Larva

Larva pasca penetasan yang ada pada kolam pemijahan dipelihara tetap di

dalam kolam tersebut selama ± 1 minggu. Larva yang masih memiliki kuning

telur tidak diberi pakan sebelum kuning telur hampir habis. Pakan untuk larva

tersebut selama masih mempunyai cadangan makanan kuning telur ditambahkan

Artemia dan diseling dengan Moina sampai larva dipindah pada kolam

pendederan. Pengamatan panjang larva dilakukan pada saat larva berumur satu

hari dengan menggunakan mikroskop pembesaran atau menggunakan

milimeterblock (Kusrini et al., 2015).

Pertumbuhan larva ikan mas koi sangat tergantung kepada beberapa faktor

yaitu berdasrakan sifat genetis, kemampuan memanfaatkan makanan, ketahanan

terhadap penyakit serta didukung oleh faktor lingkungan seperti kualitas air,

pakan dan ruang gerak atau padat penebaran (Emaliana et al., 2016).

2.3. Pemeliharaan Benih

Larva yang telah berumur satu minggu langsung ditebar pada kolam yang

telah disiapkan. Hal ini bertujuan untuk membesarkan benih yang masih

berukuran kecil. Pemindahan larva ke kolam pendederan dilakukan pada pagi hari

atau sore hari untuk menghindari suhu yang terlalu tinggi yang dapat mematikan

benih ikan. Sebelum benih ditebar, pastikan ketinggian air sudah mencapai 40 cm

atau lebih agar fluktuasi suhu kisarannya tidak terlalu lebar. Pakan yang diberikan

selain pakan alami yang telah tersedia pada kolam tanah tersebut, juga

ditambahkan dengan cacing sutera. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi


9

apabila pakan alami yang tersedia di kolam tidak mencukupi untuk kebutuhan

larva, mengingat jumlah larva yang banyak. (Kusrini et al., 2015)

Anda mungkin juga menyukai