Anda di halaman 1dari 6

Paradigma adalah cara orang melihat diri mereka sendiri dan lingkungan yang akan mempengaruhi

pemikiran (kognitif), sikap (afektif), dan perilaku (konatif). Paradigma juga dapat berarti seperangkat
asumsi, konsep, nilai-nilai, dan praktik yang diterapkan dalam memandang realitas dalam sebuah
komunitas yang sama, khususnya, disiplin intelektual.

Paradigma Kata itu sendiri berasal dari Inggris abad pertengahan yang merupakan kata pinjaman dari
bahasa Latin pada 1483, yang berarti bahwa paradigma model atau pola; Paradeigma Yunani (yang +
deiknunai) yang berarti “membandingkan”, “berdampingan” (para) dan show (deik).

Pengertian Paradigma Menurut Para Ahli


 Menurut Robert Friedrichs(1970)

Dasar pandangan disiplin pada apa materi pelajaran yang harus dipelajari.

 Menurut Patton(1975)

Sebuah pandangan dunia, sebuah sudut pandang umum, atau cara untuk menguraikan kompleksitas
dunia nyata.

 Menurut George Ritzer(1980)

Pandangan mendasar ilmuwan tentang apa materi pelajaran harus dipelajari oleh cabang atau disiplin,
dan apa aturan yang harus diikuti dalam menafsirkan informasi yang akan dikumpulkan informasi yang
dikumpulkan dalam menanggapi isu-isu ini.

By Aris KurniawanPosted on 17/10/2015 Pengertian Paradigma Menurut Para Ahli http://www.gurupendidikan.co.id/10-


pengertian-paradigma-menurut-para-ahli/

Menurut Syaiful Sagala (61: 2009) pembelajaran adalah “membelajarkan siswa


menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama
keberhasilan pendidikan”. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah. Mengajar
dilakukan pihak guru sebagai pendidik., sedangkan belajar oleh peserta didik.
Menurut Coreypembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seeorang secara
disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku dalam kondisi
khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003 menyatakan pembelajaran adalah “proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Pembelajaran sebagai proses belajar
yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan
mengkontruksikan pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik
terhadap materi pelajaran.
Menurut Oemar Hamalik (239: 2006) pembelajaran adalah “suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material fasilitas, perlengkapan dan prosedur
yang saling mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran”. Dari teori-teori yang
dikemukakan banyak ahli tentang pembelajaran, Oemar Hamalik mengemukakan 3
(tiga) rumusan yang dianggap lebih maju, yaitu:
1. Pembelajaran adalah upaya mengorganisasikan lingkungan untuk
menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik.
2. Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi
warga masyarakat yang baik.
3. Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi
kehidupan masyarakat sehari-hari.
Dalam istilah ”pembelajaran” lebih dipengaruhi oleh perkembangan hasil-hasil
teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan belajar, siswa diposisikan
sebagai subyek belajar yang memegang peranan utama sehingga dalam setting proses
mengajar siswa dituntut beraktifitas secara penuh, bahkan secara individual mempelajari
bahan pelajaran. Dengan demikian, kalau dalam istilah “mengajar” (pengajaran) atau
“teaching” menempatkan guru sebagai “pemeran utama” memberikan informasi, maka
dalam “instruction”guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, memanage berbagai
sumber dan fasilitas untuk dipelajari siswa.

Anonim. PENGERTIAN PEMBELAJARAN MENURUT


PARA AHLI
17 AGUSTUS 2014 https://trys99.wordpress.com/2014/08/17/pengertian-pembelajaran-menurut-
para-ahli/

Pengertian paradigma pembelajaran

Paradigma pembelajaran (teaching and learning paradigm) bermakna sebagai


cara pandang terhadap proses pembelajaran. Satu sisi dilihat bahwa siswa atau
peserta didik sangat dominan pengaruhnya terhadap proses pembelajaran. Cara
pandang demikian memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif
dalam proses pembelajaran. Cara pandang inilah yang disebut sebagai
pembelajaran berpusat kepada siswa (student- centered). Cara pandang
demikian dikenal sebagai paradigma baru.

Anonim. Paradigma Pembelajaran http://masdik.com/pendidikan-nasional/paradigma-pembelajaran


Sabtu, 4 November 2017
Perubahan Paradigma Pembelajaran Pendidikan Pada Abad 21

Visi pendidikan nasional sebagai mana tertuang dalam peraturan menteri


Pendidikan Nasional nomor 41 tahun 2007 tanggal 23 november 2007 adalah terwujudnya
sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan
semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga
mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Dalam visi ini,
pendidikan dipandang sebagai pranata sosial yang menjalankan fungsinya sebagai agen
perubahan (agent of change) di samping sebagai institusi yang melegitimasi atau
mempertahankan tatanan yang sudah ada dalam kehidupan masyarakat.

Sebagai agen perubahan dalam kehidupan masyarakat, pendidikan merupakan suatu


proses transfer ilmu pengetahuan, dapat pula dimaknai sebagai proses penanaman nilai
kepada individu (Martono, 2011: 194). Sebagai institusi yang mewadahi terbentuknya
pemertahanan tatanan yang berlaku, pendidikan menjalankan fungsi memelihara,
mendokumentasikan, dan menyimpan nilai-nilai yang dianut dalam kehidupan masyarakat,
dan oleh karena itu, dipandang sebagai wadah melegitimasi keberlangsungan status quo.
Kedua fungsi pendidikan ini diharapkan dapat mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya melalui pilar-pilar pendidikan seperti belajar untuk mengetahui (learning to
know), mempunyai kemampuan untuk melakukan pekerjaan (learning to do), belajar untuk
hidup bersama satu sama lain secara kolaboratif, rukun, dan damai (learning to live
together), dan belajar juga dapat memberi kontribusi penting kepada setiap orang untuk
berkembang secara utuh baik menyangkut kecerdasan intelektual, emosional, sosial,
maupun kecerdasan spiritualitasnya (learning to be). Sebagian pakar-pakar pendidikan di
Indonesia menambahkannya dengan belajar untuk mengabdi (learning to worship) kepada
Tuhan Yang Maha Esa termasuk pada bangsa dan negara.
Disini bisa kita lihat perubahan paradigma pembelajaran pendidikan pada abad 21.

A. Pusat Dari berpada guru menuju berpusat pada siswa


Jika dahulu biasanya yang terjadi adalah guru berbicara dan siswa mendengar, menyimak,
dan menulis maka saat ini guru harus lebih banyak mendengarkan siswanya saling
berinteraksi, berargumen, berdebat, dan berkolaborasi. Fungsi guru dari pengajar berubah
dengan sendirinya menjadi fasilitator bagi siswa-siswanya.

B. Dari satu arah menuju interaktif


Jika dahulu mekanisme pembelajaran yang terjadi adalah satu arah dari guru ke siswa,
maka saat ini harus terdapat interaksi yang cukup antara guru dan siswa dalam berbagai
bentuk komunikasinya. Guru berusaha membuat kelas semenarik mungkin melalui
berbagai pendekatan interaksi yang dipersiapkan dan dikelola.

C. Dari isolasi menuju lingkungan jejaring


Jika dahulu siswa hanya dapat bertanya pada guru dan berguru pada buku yang ada di
dalam kelas semata, maka sekarang ini yang bersangkutan dapat menimba ilmu dari siapa
saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh via internet.

D. Dari pasif menuju aktif-menyelidiki


Jika dahulu siswa diminta untuk pasif saja mendengarkan dan menyimak baik-baik apa
yang disampaikan gurunya agar mengerti, maka sekarang disarankan agar siswa harus lebih
aktif dengan cara memberikan berbagai pertanyaan yang ingin diketahui jawabannya.
E. Dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata
Jika dahulu contoh-contoh yang diberikan guru kepada siswanya kebanyakan bersifat
artifisial, maka saat ini sang guru harus dapat memberikan contoh-contoh yang sesuai
dengan konteks kehidupan sehari-hari dan relevan dengan bahan yang diajarkan.

F. Dari pribadi menuju pembelajaran berbasis tim


Jika dahulu proses pembelajaran lebih bersifat personal atau berbasiskan masing-masing
individu, maka yang harus dikembangkan saat ini adalah model pembelajaran yang
mengedepankan kerjasama antar individu.

G. Dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan


Jika dahulu ilmu atau materi yang diajarkan lebih bersifat umum (semua materi yang
dianggap perlu diberikan), maka saat ini harus dipilih benar-benar ilmu atau materi yang
benar-benar relevan untuk ditekuni dan diperdalam secara sungguh-sungguh (hanya materi
yang relevan bagi kehidupan sang siswa yang diberikan).

H. Dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru


Jika dahulu siswa hanya menggunakan sebagian panca inderanya dalam menangkap materi
yang diajarkan guru (mata dan telinga), maka saat ini seluruh panca indera dan komponen
jasmani-rohani harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran (kognitif, afektif, dan
psikomotorik).

I. Dari alat tunggal menuju alat multimedia


Jika dahulu ilmu guru hanya mengandalkan papan tulis untuk mengajar, maka saat ini
diharapkan guru dapat menggunakan beranekaragam peralatan dan teknologi pendidikan
yang tersedia – baik yang bersifat konvensional maupun moderen.

J. Dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif


Jika dahulu siswa harus selalu setuju dengan pendapat guru dan tidak boleh sama sekali
menentangnya, maka saat ini harus ada dialog antar guru dan siswa untuk mencapai
kesepakatan bersama.

K. Dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan


Jika dahulu seluruh siswa tanpa kecuali memperoleh bahan atau konten materi yang sama,
maka sekarang ini setiap siswa berhak untuk mendapatkan konten sesuai dengan
ketertarikan atau keunikan potensi yang dimilikinya.
Diposting 13th September 2016 oleh SOLUTION BREAK
http://muskymusic.blogspot.co.id/2016/09/perubahan-paradigma-pembelajaran.html

Anda mungkin juga menyukai