13015067
Titrasi Konduktometrik
Prinsip titrasi ini berdasar kepada fakta bahwa saat titrasi, salah satu ion digantikan
dengan ion lainnya dan kedua ion ini berbeda dari segi konduktivitas ionik sehingga
mengasilkan larutan dengan konduktivitas yang bervariasi selama titrasi berlangsung. Titik
ekuivalen dari titrasi ini dapat ditentukan secara grafik dengan memplot perubahan konduktansi
sebagai fungsi dari volume titran yang ditambahkan.
Untuk mengurangi pengaruh galat dalam titrasi ini, sudut antara dua cabang dari kurva
titrasi haruslah sekecil mungkin. Jika sudut tersebut besar, maka sedikit saja kesalahan pada
data konduktansi dapat menghasilka deviasi yang besar. Berikut adalah aturan yang dapat
diikuti:
- Semakin kecil konduktivitas ion yang menggantikan ion yang bereaksi, maka semakin
akurat hasil dari titrasi tersebut, Sehingga, lebih dianjurkan untuk menitrasi garam
perak dengan litium klorida daripada dengan asam klorida. Umumnya, kation harus
dititrasi dengan garam litium dan anion dengan asetat, karena ion-ion tersebut memiliki
konduktivitas rendah.
- Semakin besar konduktivitas anion dari reagen yang bereaksi dengan kation yang akan
ditentukan, atau sebaliknya, semakin akut sudut dari kurva titrasi.
- Titrasi dari garam yang sedikit terionisasi tidak akan memberikan hasil yang baik,
karena konduktivitas akan ters meningkat. Sehingga garam tersebut harus didisosiasi
seluruhnya. Untuk alasan yang sama, reagen yang ditambahkan haruslah elektrolit kuat.
- Sepanjang titrasi, volume terus meningkat dan menghasilkan kurva titrasi yang tidak
linier. Koreksi terhadap konduktansi dapat diberikan dengan mengalikan konduktansi
hasil pengamatan, baik dengan volume total (V+V’) atau dengan faktor (V+V’)/V,
dimana V merupakan volume awal dari larutan dan V merupakan total volume reagen
yang ditambahkkan. Koreksi ini mengasumsikan bahwa konduktivitas merupakan
fungsi linier dari pelarutan.
- Untuk menjadikan V kecil, reagen untuk titrasi ini biasanya 10-20 kali lebih pekat dari
larutan yang dititrasi. Pengukuran volume dapat dilakukan dengan micro burette.
Metode Titrasi Untuk Mengukur Ion Klorat Dalam Larutan Pemutih Pekat
Cara pengukuran konsentrasi ion klorat dalam pemutih yang paling akurat adalah
metode kromatografi ion (IC). Karena pengukuran ini membutuhkan peralatan dan
kemampuan khusus, mayoritas produsen pemutih tidak dapat mengukur konsentrasi ion klorat.
Sehingga metode pengukuran dengan titrasipun dikembangkan untuk menentukan konsentrasi
pada larutan pemutih 10-15%.
Sampel pemutih disiapkan dengan mereaksikan klorin dengan hidrogen peroksida.
Pengukuran didasarkan pada titrasi iodin dengan sodium thiosulfate. Pada pH 2, sejumlah sepsi
pengoksidasi dalam sampel dititrasi. Dalam kondisi asam, ion klorat dititrasi bersama spesi
pengoksidasi.
Tahap ini menghilangkan klorin sebagai pengganggu dalam metode ini. Seiring hidrogen
peroksida bereaksi dengan KI untuk membentuk iodin, sampel kemudian dipanaskan untuk
menghilangkan sisa hidrogen peroksida.
Pada pH 2, spesi oksihalogen yang berada dalam larutan pemutih dapat bereaksi dengan KI,
Sehingga perlu diperhitungkan keberadaan spesi ini dalam perhitungan akhir. Sebagai contoh,
ion klorin (ClO2-):
Ion Klorit merupakan spesi intermediet yang terbentuk saat pemutih terdekomposisi. Dua ion
hipoklorot bereaksi membentuk ion klorit:
Ini berarti untuk setiap mol ion klorit yang terdapat dalam pemutih, 2 mol ion hipoklorit hilang.
Sebagai spesi intermediet, ion kloit akan bereaksi denan ion hipoklorit untuk membentuk ion
klorat:
Dalam kondisi yang sangat asam, ion klorat bereaksi dengan ion iodide untuk menghasilkan
iodin:
Kesulitan yang dialami dalam kondisi sangat asam adalah teroksidasinya ion iodide menjadi
iodin. Untuk meminimalisir gangguan ini, ion bromide digunakan sebagai agen pereduksi. Ion
bromide tidak teroksidasi dalam kondisi ini. Setelah reaksi selesai (20 menit), ion Iodida
ditambahkan ke dalam sampel dan iodin terbentuk akibat reaksi dengan bromin yang
disebabkan dari reduksi spesi klorin yang sebelumnya terdapat dalam sampel. Pengenceran
yang cepat dari sampel dengan sodium fosfat menurunkan keasaman sampel dan dapat
meminimalisir reaksi samping yang tidak diinginkan.