Anda di halaman 1dari 5

Hal Yang Perlu Dilakukan Satker Pada Awal Tahun Anggaran |

portalkppn.com – Kalau langkah-langkah akhir tahun pasti sudah biasa kita dengar tentunya
ya. Mulai dari sosialisasi LLAT, pemasangan spanduk ataupun pembagian brosur dimana-
mana, dll. Yah karena memang hal ini sangat penting.

Namun langkah-langkah awal tahun juga tak kalah pentingnya perlu teman-teman satker
ketahui, karena ini adalah awal dari segala-nya.. Ceilee..

Mengapa perlu?

Ya tentu agar nantinya realisasi anggaran temen-temen satker dapat berjalan dengan baik,
efektif, optimal dan terhindar dari penumpukan realisasi pada penghujung tahun anggaran.

Nah oleh karena itu kali ini saya mau ngebahas tentang kira-kira apa saja sih yang perlu
temen-temen satker lakukan pada awal tahun anggaran?

Yuk simak point-point berikut :

10 Hal Yang Perlu Dilakukan Satker Pada Awal Tahun


Anggaran
1. Penetapan Pejabat Perbendaharaan.

Keterlambatan penetapan Pejabat Perbendaharaan adalah merupakan awal terlambatnya


penyerapan anggaran dalam DIPA.

Kepala Kantor/Pejabat Berwenang selaku KPA yang telah menerima DIPA harus segera
proaktif menanyakan kepada pejabat yang berwenang menetapkan Pejabat Pengelola
Keuangan/Perbendaharaan Satker (KPA, PPK, PPSPM dan Bendahara Pengeluaran) baik itu
Unit Eselon I KL maupun Pejabat Pemerintah Daerah agar segera menerbitkan surat
keputusan penetapan pejabat/pengelola perbendaharaan.

SK penetapan/penunjukan pejabat perbendaharaan satker yang telah diterbitkan kemudian


segera disampaikan ke KPPN setempat beserta contoh specimen tanda tangan dan ADK hasil
scan-nya.

Nama-nama pejabat dan specimen tersebut nantinya akan menjadi dasar KPPN untuk
menerima SPM yang diajukan oleh Satker.

Blanko spesimen dapat diunduh di Blanko Spesimen Tanda Tangan Pejabat Perbendaharaan.

2. Menunjuk Petugas Pengantar SPM (Petugas KIPS)

Kuasa Pengguna Anggaran yang telah ditunjuk oleh pejabat berwenang segera menunjuk
petugas yang akan berhubungan dengan KPPN sesuai dengan persyaratan dalam PER-
41/PB/2011 untuk mendapatkan Kartu Identitas Petugas Satker (KIPS).
Adapun persyaratannya adalah:

 Petugas Pengantar SPM maksimal 3 orang per-satker (melampirkan fotokopi Identitas


& Foto terbaru ukuran 4 X 6);
 Petugas yang ditunjuk adalah PNS/CPNS (boleh pejabat perbendaharaan ataupun staf-
nya) yang memiliki pemahaman yang baik tentang prosedur pencairan dana baik
peraturan-peraturan maupun aplikasi terkait.
 Bagaimana jika petugas KIPS bukan dari PNS? Dapat mengajukan permohonan
dispensasi ke Kanwil Ditjen PBN dengan pertimbangan kurangnya jumlah PNS dan
banyaknya SPM yang diterbitkan (PER-40/PB/2016).

Namun apabila tidak ada perubahan petugas, maka satuan kerja menyampaikan surat
pemberitahuan ke KPPN yang menyatakan bahwa tidak ada perubahan petugas pengantar
SPM/pengambil SP2D.

Blanko penunjukkan Petugas KIPS bisa diunduh di BLANKO PENUNJUKKAN PETUGAS


PENGANTAR SPM/KIPS.

3. Meneliti Kesesuaian POK dengan DIPA dan Peraturan-Peraturan


Perbendaharaan.

DIPA yang telah diterima bisa jadi memiliki kekeliruan administrasi yang tentunya dapat
menghambat pelaksanaan kegiatan dan penyerapan anggaran Satker.

Oleh karena itu sangat disarankan agar Satker meneliti DIPA dimaksud untuk memastikan
tidak adanya kendala/kesalahan ataupun kekeliruan di dalamnya.

Kesalahan ataupun kekeliruan yang mungkin terjadi misalnya kesalahan pembebanan akun
(sering terjadi pada akun 521213, 521115), anggaran dana yang diblokir, kesalahan kode
lokasi, kesalahan kode KPPN dan kesalahan administrasi lainnya.

Satker dapat membandingkannya dengan POK dan peraturan-peraturan perbendaharaan


(pembayaran kegiatan-kegiatan tertentu dan akun-akun tertentu).

Dalam hal penggunaan akun-akun dalam DIPA agar memperhatikan KEP-311/PB/2014


tanggal 31 Desember 2014 tentang Kodefikasi Segman Akun Pada Bagan Akun Standar.
Atau bisa dibaca di Petunjuk Penggunaan Kode Akun Berdasarkan Kriterianya.

4. Segera Melakukan Revisi DIPA/POK Apabila Ditemui Kesalahan.

Apabila setelah dilakukannya pengecekan ternyata ditemukan kesalahan/ketidaksesuaian


pada DIPA, maka sebaiknya segera melakukan revisi anggaran dan berkoordinasi dengan
KPPN setempat maupun Kanwil DJPBN sebelum melakukan pencairan dana.

Apabila ditemukan adanya dana yang diblokir (tanda bintang) sehingga tidak dapat
direalisasikan, maka sebaiknya Satker agar proaktif untuk menyelesaikan pembahasan DIPA
tersebut sehingga dana yang telah dialokasi dapat segera direalisasikan.

5. Mempelajari dan Menguasai Aplikasi Perbendaharaan.


Secara umum sih aplikasi-aplikasi perbendaharaan tahun anggaran berikutnya tidak jauh
berbeda dengan tahun anggaran sebelumnya.

Namun, apabila ada peraturan terbaru maupun perbaikan aplikasi – yang biasanya terjadi
pada awal tahun – bisa jadi mengakibatkan adanya perubahan dalam aplikasi-aplikasi
perbendaharaan tersebut.

Namun teman-teman satker tidak perlu khawatir terhadap hal itu, karena pastinya KPPN akan
segera mengadakan sosialisasi ataupun bimbingan teknis terkait penggunaan aplikasi-aplikasi
dan peraturan baru tersebut.

Satuan kerja juga bisa menghubungi KPPN setempat untuk meminta bantuan teknis terkait
aplikasi-aplikasi maupun peraturan-peraturan baru ke Costumer Service KPPN yang tentunya

sangat ramah.

Selain itu Satker juga diharapkan segera menunjuk operator aplikasi yang
menangani/menggunakan aplikasi-aplikasi tersebut agar dapat lebih menguasai dan
memahami teknis penggunaannya.

6. Mengajukan Uang Persediaan.

Setelah Satker memenuhi segala kewajiban dan hutang-hutangnya di tahun anggaran yang
lalu, dan telah memenuhi Ketentuan Tata Cara & Syarat Pengajuan SPM UP, maka teman-
teman Satker dapat mulai mengajukan SPM Uang Persediaan (UP) ke KPPN sebagai
penyediaan uang persediaan untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang tidak dapat
dilaksanakan/tidak memungkinkan dengan SPM LS (Langsung).

Besarnya Uang Persediaan masing-masing satker telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Keuangan RI nomor 190/PMK.05/2012 berdasarkan pagu DIPA Satker.

Aplikasi SAS juga secara otomatis akan membatasi maksimal UP yang dapat diambil oleh
masing-masing satker.

Yang harus tetap menjadi perhatian teman-teman Satker adalah apabila penggunaannya telah
mencapai minimal 50%, maka Satuan kerja diharapkan agar segera menyampaikan
penggantiannya (SPM GUP).

Karena apabila sampai 2 bulan tidak melakukan penggantian, maka KPPN akan membuat
surat teguran dan melakukan pemotongan Uang Persediaan tersebut sebesar 25% dan
seterusnya.

Baca Juga:

 Mengenal Tugas Dan Fungsi Pejabat Perbendaharaan


 Mekanisme Pengakuan Sertifikat Diklat Profesi Bendahara
 Unduh Formulir Pendaftaran Sertifikasi Bendahara

7. Membuat Perencanaan Anggaran.


Sesuai dengan amanat PMK Nomor 277/PMK.05/2014, agar pelaksanaan anggaran belanja
KL tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan,
dan bertanggung jawab, serta dalam rangka memperbaiki pola penyerapan anggaran yang
didukung oleh penerimaan negara yang optimal, maka diharapkan teman-teman satker perlu
menyusun rencana penarikan dana (RPD) dan rencana penerimaan dana pada Satker-nya
masing-masing.

Penyusunan RPD dan Rencara Penerimaan Dana ini diantaranya :

 Melakukan identifikasi kegiatan yang akan dilaksanakan;


 Menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan selama 1 (satu) tahun anggaran;
 Mengalokasikan dana sesuai Rencana Pelaksanaan Kegiatan per bulan;
 Menuangkan Rencana Pelaksanaan Kegiatan dan alokasi dana ke dalam RPD
Bulanan;
 Membandingkan RPD Bulanan dengan target Penarikan Dana tingkat Satker; dan
 Melakukan penyesuaian RPD Bulanan apabila hasil analisis tidak mendukung
pencapaian target Penarikan Dana Satker.

Agar perencanaan anggaran dapat dilaksanakan dengan baik, maka perlu ditingkatkan
komunikasi antara KPA cq PPK selaku pelaksana kegiatan dengan pejabat penanda tangan
SPM dan bendahara pengeluaran yang mengatur lalu lintas kebutuhan dana satker.

8. Segera Melaksanakan Pencairan Dana DIPA Sesuai Peraturan dan


Ketentuan yang Berlaku.

Satker agar menginventarisir kegiatan-kegiatan apa saja yang akan dilaksanakan baik
berhubungan dengan belanja barang maupun belanja modal.

Segala kegiatan yang dapat pelaksanaannya di awal tahun anggaran diharapkan agar segera
dilaksanakan dan jangan ditunda-tunda.

Terutama kegiatan pembangunan fisik yang memerlukan waktu lebih panjang dalam
persiapan berupa pelelangan barang/jasa hingga pelaksanaan pekerjaan.

9. Monitoring Pelaksanaan/Penyerapan Anggaran.

Idealnya tren penyerapan anggaran adalah kecil di awal tahun kemudian semakin membesar
dan mencapai puncaknya di triwulan III karena banyak pekerjaan yang hampir rampung.
Kemudian mengecil kembali di triwulan IV hingga akhir tahun anggaran karena semua
kegiatan telah dilaksanakan.

Bagi Satker yang sampai triwulan I penyerapan anggarannya belum mencapi 20-25% perlu
mengambil langkah-langkah lebih serius dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya agar
penyerapan anggaran dapat dilakukan merata sepanjang tahun anggaran.

Dengan demikian diharapkan APBN dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk


menggerakkan perekonomian dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi rakyat
Indonesia sebagaimana yang diamanatkan Presiden RI pada setiap awal tahun anggaran saat
menyerahkan DIPA kepada Menteri, Pimpinan Lembaga dan Gubernur se-Indonesia.
10. Hubungi Kanwil DJPB dan KPPN-KPPN Apabila Membutuhkan
Bantuan.

Bagi Satker yang memerlukan informasi terkait peraturan/teknis perbendaharaan, aplikasi dan
bimbingan/asistensi terkait pelaksanaan anggaran, jangan ragu untuk menghubungi Kantor
Wilayah Provinsi DJPB di Ibu Kota Provinsi dan KPPN setempat untuk mendapatkan
informasi dan bantuan yang akurat.

Pelayanan yang diberikan oleh instansi vertikal DJPB baik Kantor Pusat, Kantor Wilayah
Provinsi hingga KPPN dijamin bebas biaya/gratis, tanpa pungli dan anti gratifikasi. Hal ini
sudah diakui KPK dalam Pengumuman Survey Integritas Pelayanan Publik 2011 yang
menempatkan Layanan SP2D KPPN No.1 bebas pungli, suap, gratifikasi dan korupsi.

Itulah 10 Hal Yang Perlu Dilakukan Satker Pada Awal Tahun Anggaran.

Anda mungkin juga menyukai