Anda di halaman 1dari 6

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PELAKSANAAN BANTUAN HIDUP DASAR

PERAWAT GAWAT DARURAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)


RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

Dede Kharisma Yanti Bala1, Abdul Rakhmat2, Junaidi3


1
STIKES Nani Hasanuddin Makassar
2
STIKES Nani Hasanuddin Makassar
3
STIKES Nani Hasanuddin Makassar

ABSTRAK

Kejadian gawat darurat tidak dapat diprediksikan dan dapat terjadi diman-mana serta pada
siapa saja. Keterlambatan serta kesalahan dalam penanggulangannya dapat menimbulkan efek yang
sangat fatal dan tidak dapat diperbaiki pada tindakan selanjutnya. Bantuan Hidup Dasar (BHD)
merupakan salah satu upaya yang harus segera dilakukan oleh seseorang apabila menemukan
korban yang membutuhkannya, oleh karena itu setiap individu apalagi tenaga kesehatan wajib
menguasainya. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui
gambaran pengetahuan dan pelaksanaan bantuan hidup dasar perawat gawat darurat di IGD RSUD
Labuang Baji Makassar. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang melakukan
tindakan keperawatan di ruang Istalasi Gawat Darurat, penarikan sampel dengan metode sampling
jenuh berjumlah 23 responden. Data primer diperoleh melalui kuesioner,dan observasi sementara
data sekunder diperoleh dari bagian rekam medik RSUD Labuang Baji Makassar, maupun studi
kepustakaan. Pengolahan data dengan menggunakan SPSS dengan analisis univariat dan disajikan
dalam bentuk tabel dan grafik. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 23 responden memiliki tingkat
pengetahuan tentang bantuan hidup dasar baik yaitu (100 %), Dan pelaksanaan tindakan BHD baik
yaitu (100 %).

Kata kunci: pengetahuan, pelaksanaan, bantuan hidup dasar.

PENDAHULUAN Menurut American Heart Association


Dewasa ini kejadian serangan jantung bahwa rantai kehidupan mempunyai
maupun kecalakan sangat meningkat hubungan erat dengan tindakan resusitasi
khususnya dinegara berkembang seperti jantung paru, karena bagi penderita yang
Indonesia. Berdasarkan Survai Kesehatan terkena serangan jantung, dengan diberikan
Rumah Tangga (SKRT) serangan jantung RJP segera maka akan mempunyai
(heart attack) merupakan urutan kedua yang kesempatan yang amat besar untuk dapat
menyebabkan kematian dan kecelakaan hidup kembali.
merupakan urutan yang ketiga penyebab Henti jantung merupakan salah satu
kematian di Indonesia. Basic Life Support kasus kegawatdaruratan medik yang sering di
(BLS) atau dalam bahasa Indonesia dikenal hadapi oleh tenaga medis. Dinegara-negara
sebagai Bantuan Hidup Dasar (BHD) eropa, kasus henti jantung merupakan salah
merupakan usaha yang dilakukan untuk satu penyebab kematian dengan angka
mempertahankan kehidupan pada saat pasien kejadian sekitar 700.000 kasus setiap
atau korban mengalami keadaan yang tahunnya.
mengancam jiwa. Di Amerika penyakit jantung
Kejadian gawat darurat biasanya merupakan pembunuh nomor satu, setiap
berlangsung cepat dan tiba-tiba sehingga sulit tahun hampir 330.000 warga amerika
memprediksi kapan terjadinya. Langkah meninggal karena penyakit jantung,
terbaik untuk situasi ini adalah waspada dan setengahnya meninggal secara mendadak
melakukan upaya kongkrit untuk karena serangan jantung (Cardiac arrets ).
mengantisipasinya. Harus di pikirkan suatu Data yang di peroleh dari bagian rekam
bentuk mekanisme bantuan kepada korban medik RSUD Labuang Baji Makassar, dalam
dari awal tempat kejadian, selama perjalanan 10 bulan terakhir terhitung sejak Maret 2011
menuju sarana kesehatan, bantuan fasilitas sampai Desember 2012 jumlah pasien
kesehatan sampai pasca kejadian cedera mencapai 876 orang dan yang meninggal
(Rahmanta, 2007). dunia sebanyak 30 orang, ini membuktikan
masih tingginya angka kematian dan begitu

457
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
pentingnya tindakan bantuan hidup dasar Berdasarkan permasalahan yang diteliti,
harus di miliki oleh semua perawat. maka jenis penelitian ini adalah deskritif
Sehubungan dengan fenomena diatas dengan metode survey yaitu peneliti melihat
membuat penulis merasa tertarik untuk gambaran yang jelas tentang “Pengetahuan
melakukan penelitian, sehingga pada tahap dan pelaksanaan Bantuan hidup sadar
awal ini untuk mendapatkan data yang akurat perawat Gawat Darurat ” dengan cara
dengan pertimbangan jarak serta waktu yang mengajukkan pertanyaan kepada responden
singkat maka penulis akan mengadakan suatu dengan menggunakan kuesioner serta ceklis
penelitian dengan judul “Gambaran observasi. Penelitian ini dilaksanakan di ruang
Pengetahuan dan Pelaksanaan Bantuan IGD RSUD. Labuang Baji Makassar yang di
Hidup Dasar Perawat Gawat Darurat di RSUD laksanakan pada bulan 14 juni s/d 14 juli
Labuang Baji Makassar”. 2013.
Populasi Penelitian adalah semua
BAHAN DAN METODE perawat yang melakukan tindakan
Lokasi, populasi, dan sampel penelitian keperawatan di Ruang IGD RSUD Labuang
Bantuan Hidup Dasar (Basic life Baji Makassar yang berjumlah 23 orang yang
support) adalah usaha yang dilakukan untuk terbagi dalam 4 TIM. penelitian ini penulis
mempertahankan kehidupan pada saat mengambil sampling jenuh teknik penentuan
pederita mengalami keadaan yang sampel apabila semua anggota populasi di
mengancam nyawa ( goiten, 2008). gunakan sebagai sampel. Hal ini sering di
Bantuan Hidup Dasar merupakan usaha lakukan bila jumlah populasi relatif kecil,
yang pertama kali di lakukan untuk kurang dari 30 orang.
mempertahankan kondisi jiwa seseorang pada
saat mengalami kegawatdaruratan. (Musliha, Pengumpulan data
2010). Pengumpulan data dengan data
Basic Life Support merupakan usaha sekunder yaitu data yang diperoleh dari
untuk mempertahankan kehidupan saat tempat penelitian, yaitu bagian rekam medik
penderita mengalami keadaan yang Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji
mengancam nyawa dan atau alat gerak. Pada Makassar, data primer dari quisioner.
kondisi napas dan denyut jantung berhenti Pengolahan data dilakukan dengan:
maka sirkulasi darah dan transportasi oksigen 1. Editing
berhenti, sehingga dalam waktu singkat organ- Dilakukan pemeriksaan ulang
organ tubuh terutama organ fital akan mengenai hasil pengisian kuisioner.
mengalami kekurangan oksigen yang 2. Codding
berakibat fatal bagi korban dan mengalami a. Pembuatan daftar variabel
kerusakan. b. Pembuatan daftar koding
Resusitasi Jantung Paruh (RJP) atau c. Pemindahan isi kuisioner ke daftar
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) adalah koding
suatu tindakan darurat sebagai suatu usaha 3. Tabulasi
untuk mengembalikan keadaan henti nafas Setelah dilakukan kegiatan editing dan
atau henti jantung (kematian klinis) ke fungsi koding dilanjutkan dengan mengelompokkan
optimal, guna mencegah kematian biologis. data kedalam suatu tabel menurut sifat-sifat
Kematian klinis ditandai dengan hilangnya yang dimiliki dan sesuai dengan tujuan
arteri carotis dan arteri femoralis, terhentinya penelitian
denyut jantung dan pembulu darah atau
pernafasan dan terjadinya penurunan atau Analisis data
hilangnya kesadaran. Kematian biologis Setelah data terkumpul kemudian
dimana kerusakan otak tidak dapat diperbaiki ditabulasi dalam tabel dengan variabel yang
lagi, dapat terjadi dalam 4 menit setelah hendak diukur.Analisa data dilakukan melalui
kematian klinis. Oleh karena itu berhasil atau tahap editing, koding, tabulasi dan uji
tidaknya tindakan RJP tergantung cepatnya statistik.Analisis univariat dilakukan dengan
dilakukan tindakan dan tepetnya teknik yang menggunakan analisis distribusi
dilakukan. frekuensi.Menggunakan bantuan program
Tujuan Bantuan Hidup Dasar adalah SPSS for windows 16,0.
mencegah berhentinya sirkulasi atau
berhentinya respirasi, memberikan bantuan HASIL PENELITIAN
eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari 1. Analisis univariat
korban yang mengalami henti jantung atau Tabel 1 : Distribusi frekuensi berdasarkan
henti nafas melalui Resusitasi Jantung Paru umur responden yang bertugas di IGD
(RJP). RSUD Labuang Baji Makassar

458
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
Umur n % 2. Data Bivariat
25 – 30 5 21.7 Tabel 5 : Distribusi berdasakan tingkat
31 – 40 16 69.6 pengetahuan bantuan hidup dasar
>40 2 8.7 responden yang bertugas di IGD RSUD
Total 23 100.0 Labuang Baji Makassar
Pengetahuan n %
Pada Tabel 1 dari 23 responden, 5 Baik 23 100.0
responden (21,7%) berumur 25-30 Tahun, Kurang 0
16 responden (69,6%) berumur 31-40 Total 23 100.0
Tahun, 2 responden (8,7%) berumur >40
Tahun
Pada tabel 5 diatas terlihat bahwa
dari 23 responden semua responden yang
Tabel 2 : Distribusi frekuensi berdasarkan
bertugas di ruang IGD memiliki
pendidikan terakhir responden yang
pengetahuan yang baik tentang bantuan
bertugas di IGD RSUD Labuang Baji
hidup dasar, yaitu sebanyak 23 orang (100
Makassar
%),
Pendidikan Terakhir n %
DIII 15 65.2 Tabel 6: Distribusi berdasakan
S1 8 34.8 pelaksanaan bantuan hidup dasar
Total 23 100.0 responden yang bertugas di IGD RSUD
Labuang Baji Makassar
Pada Tabel 2 diketahui bahwa dari Pelaksanaan n %
23 responden, 15 responden (65,2%) Baik 23 100.0
berpendidikan terakhir DIII dan 8 Kurang 0
responden (34,8%) berpendidikan terakhir
Total 23 100.0
S1.

Tabel 3 : Distribusi frekuensi berdasakan Pada tabel 6 diatas terlihat bahwa


masa kerja responden yang bertugas di dari 23 responden semua responden yang
IGD RSUD Labuang Baji Makassar bertugas di ruang IGD baik dalam
melakukan prosedur bantuan hidup dasar,
Masa Kerja n %
yaitu sebanyak 23 orang (100 %),
6 bulan - 5 tahun 4 17.4
6 tahun – 10 tahun 5 21.7 PEMBAHASAN
>10 tahun 14 60.9 1. Pengetahuan
Total 23 100.0 Dari 23 responden semua
responden yang bertugas di ruang IGD
Pada Tabel 3 diketahui bahwa dari memiliki pengetahuan yang baik tentang
23 responden, 4 responden (17,4%) bantuan hidup dasar, yaitu sebanyak 23
dengan masa kerja 6 bulan- 5 tahun, 5 orang (100 %),
responden (21,7%) dengan masa kerja 6 Dari 15 pertanyaan yang diberikan
kepada responden, semua responden
tahun- 10 tahun, dan 14 responden (60,9%)
berjumlah 23 orang baik dalam menjawab
dengan masa kerja > 10 tahun. pertanyaan yang diberikan, hai ini karena
Tabel 4 : Distribusi frekuensi berdasarkan responden memiliki pengetahuan baik
pelatihan BHD responden yang bertugas di serta pernah mengikuti pelatihan bantuan
IGD RSUD Labuang Baji Makassar. hidup dasar.
Dalam hal ini perawat termaksud
Pelatihan n % dalam tingkat pengetahuan Memahami
Pernah 23 100.0 (comprehension). Memahami diartikan
Tidak Pernah 0 sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek
Total 23 100.0 yang di ketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut
Pada tabel 4 diatas terlihat bahwa secara benar. Orang yang telah paham
dari 23 responden semua responden yang terhadap objek atau materi tersebut harus
bertugas di ruang IGD pernah mengikuti dapat manjelaskan, (efendi & makhfudli
pelatihan bantuan hidup dasar, yaitu 2009).
sebanyak 23 orang (100 %).

459
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
Hasil penelitian ini tidak jauh dan keterampilan tindakan bantuan hidup
berbeda dengan penelitian yang di dasar untuk selalu di tingkatkan baik formal
lakukan oleh Rahman 2008 di ruang NICU maupun non forma sehingga dalam
RSUD Gunung Jati Ciribon di dapatkan memberikan asuhan keperawatan pada
pengetahuan perawat tentang Bantuan situasi kritis dapat dilakukan dengan lebih
Hidup Dasar yaitu 70,4%. Ini menunjukan efektif.
bahwa pengetahuan perawat dan 2. Pelaksanaan
keterampilan pelaksanaan bantuan hidup Dari 23 responden semua
dasar untuk selalu di tingkatkan baik responden yang bertugas di ruang IGD baik
formal maupun non-formal. Sehingga dalam melakukan prosedur bantuan hidup
dalam pemberian asuhan keperawatan dasar, yaitu sebanyak 23 orang (100 %).
pada situasi kritis dapat di lakukan dengan Dari hasil uraian diatas yang
lebih efektif. menggambarkan pelaksanaan responden
Pengetahuan ini merupakan tentang bantuan hidup dasar didapatkan
domain yang sangat penting untuk penyebab utuma pelaksanaan bantuan
dikuasai, karena dengan mengetahui hidup dasar tersebut baik karena
sesuatu kita dapat melaksanakan dan responden pernah mengikuti pelatihan
menjadikan pedoman untuk tindakan bantuan hidup dasar.
selanjutnya (Sastroasmoro, 2008). Pelatihan bantuan hidup dasar
Pengetahuan tentang bantuan hidup dasar merupakan salah satu upaya untuk
merupakan hal utama yang harus dikuasai meningkatkan pengetahuan atau
oleh seorang perawat sebelum melakukan keterampilan perawat dalam pelaksanaan
tindakan tersebut. asuhan keperawatan terutama korban yang
Banyak faktor yang dapat memerlukan bantuan hidup dasar, karena
mempengaruhi tingkat pengetahuan pelayanan korban bantuan hidup dasar
perawat tentang Bantuan Hidup Dasar harus dilakukan dengan cepat, tanggap,
salah satunya adalah pernah atau terampil, teliti, serta konsentrasi penuh,
tidaknya mengikuti pelatihan. mengingat setiap kesalahan yang kita
Pendidkan atau penyuluhan lakukan akan mengakibatkan efek yang
adalah upaya agar invidu, kelompok dan sangat fatal serta kesalahan tersebut tidak
masyarakat, berperilaku atau mengadopsi dapat diperbaiki pada pertolongan
perilaku kesehatan dengan cara persuasi, selanjutnya (Cristian, 2009), keterlambatan
bujukan himbawan ajakan, memberiri dalam semenit saja sangat mempengaruhi
informasi, memberikan kesadaran, dan prognosis penderita, sebab kegagalan
sebagainya. Pendidikan non formal system otak dan jantung selama 4-6 menit
tentang Bantuan Hidup Dasar di dapat menyebabkan kematian klinis
maksudkan untuk memberikan sementara kematian biologis dapat terjadi
pengetahuan pada perawat sehingga setelahnya (Sterz, 2008).
terjadi perubahan perilaku, pengetahuan Menurut Dr.Arum Wiratri
atau kognitif merupakan domain penting Kecelakaan atau bencana dapat terjadi
untuk terbentuknya tindakan seseorang dimana saja dan kapan saja, seperti halnya
(Notoatmojo, 2003). kecelakaan lalu lintas, kecelakaan rumah
Perubahan perilaku diperoleh dari tangga, kecelakaan kerja, dan sebagainya.
pengetahuan yang benar akan Perawat sebagai ini terdepan dalam
mempengaruhi lebih lama dibandingkan pelayanan bantuan hidup dasar harus
perubahan perilaku tanpa didasari mampu menangani masalah yang
pengetahuan. Sebelum terjadi perilaku diakibatkan kecelakaan dengan cepat dan
seseorang akan mempunyai persepsi tepat, dengan pendekatan asuhan
terhadap apa yang akan dijalani. keperawatan yang mencakup aspek bio-
Munculnya persepsi berhubungan dengan psiko-sosio-kultural dan spiritual.
tingkat pengetahuan. Pengetahuan Oleh karena itu perawat dituntut
diperoleh dari informasi, dan bila informasi untuk memiliki kompetensi dalam
yang di terima kurang jelas maka tidak menangani korban yang membutuhkan
optimal akan mempengaruh persepsi. bantuan hidup dasar. Salah satu upaya
(Notoatmojo, 2003). dalam peningkatan kompetensi tersebut
Menurut saya pengetahuan perawat dilakukan melalui pelatihan bantuan hidup
tentang bantuan hidup dasar merupakan dasar, pelatihan ini merupakan pelatihan
hal utama yang harus dikuasai oleh dasar bagi perawat dalam menangani
seorang perawat sebelum melakukan korban yang memerlukan bantuan hidup
tindakan tersebut. Pengetahuan perawat dasar akibat trauma dan gangguan

460
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
kardiovaskuler. Penanganan masalah otak terjaga untuk mencegah terjadinya
tersebut ditujukan untuk memberikan kematian sel otak. Peran RJP sangatlah
bantuan hidup dasar sehingga dapat besar, seperti orang-orang yang mengalami
menyelamatkan nyawa dan meminimalisir henti jantung tiba-tiba. Henti jantung
kerusakan organ serta kecacatan menjadi penyebab utama kematian.
penderita. Walaupun usaha untuk melakukan
Dengan adanya peningkatan Resusitasi tidak selalu berhasil, lebih
kebutuhan kompetensi yang dimiliki oleh banyak nyawa yang hilang akibat tidak
perawat dalam menangani korban yang dilakukannya Resusitusi.
memerlukan bantuan hidup dasar dapat di Bantuan hidup dasar boleh
tangani dengan cepat. dilakukan oleh orang awam dan juga orang
(http://rsudps.bantulkab.go.id/ berita yang terlatih dalam bidang kesehatan. Oleh
/baca/2011/12/14/142516/pelatihan-bhd- karena itu sangatlah penting untuk
untuk-perawat). mengetahui dengan memahami serta
Sterz (2008) pernah melakukan mampu melaksanakan bantuan hidup
penelitian di Austria terhadap anak-anak dasar ini.
sekolah dasar yang telah mengikuti
pelatihan BHD hasilnya sebagian besar KESIMPULAN
responden (86%) telah dianggap mampu Berdasarkan analisis deskriptif dan
dan mendapatkan sertifikasi melakukan pembahasan mengenai gambaran
tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP), pengetahuan dan pelaksanaan bantuan hidup
selain itu juga mereka telah mahir dasar perawat gawat darurat dapat
mengoperasiakan alat Automatic External dirumuskan kesimpulan penelitian sebagai
Deffibrillation (AED). berikut :
Keadaan gawat darurat dapat terjadi 1. Dari 23 responden sebagian besar
karena ulah manusia atau alam. Gawat responden memiliki pengetahuan tentang
darurat sehari - hari merupakan masalah bantuan hidup dasar baik yaitu sebanyak
dimana sebelumnya infeksi merupakan 19 orang (82,6%), sedangkan
penyebab kematian utama, serangan pengetahuan kurang sebanyak 4 orang
jantung koroner , penyakit degeneratif dan (17,4 %).
kecelakaan lalu lintas ( KLL ) sudah 2. Dari 23 responden sebagian besar
merupakan penyebeb kematian Sistem responden yang melaksanakan teknik
yang baik diperlukan sumber daya manusia pelaksanaan bantuan hidup dasar baik
yang terampil dan terlatih dalam yaitu sebanyak 19 orang (82,6%),
menangani penderita yang membutuhkan sedangkan pelaksana bantuan hidup
bantuan hidup dasar. dasar kurang sebanyak 4 orang (17,4 %).
Petugas yang terlibat wajib memiliki
kemampuan tertentu, yakni ketrampilan SARAN
untuk memberikan bantuan hidup dasar Berdasarkan hasil kesimpulan di atas,
(Basic Life support) serta mengenal maka penulis dapat memberikan saran
keadaan gawat darurat akibat trauma sebagai berikut:
maupun non trauma . Maka perlu sekali 1. Bagi profesi keperawatan dapat dijadikan
diadakan Pelatihan bantuan hidup dasar bahan acuhan untuk memberikan
(BHD) untuk meningkatkan kemampuan informasi yang tepat bagi profesi
dalam penatalaksanaan prosedur keperawatan yang lain tentang bantuan
pelaksanaan tindakan bantuan hidup dasar hidup dasar.
(http://rsudps.bantulkab.go.id/berita/ 2. Pengetahuan perawat dan keterampilan
baca/2011/12/14/ 142516/pelatihan-bhd- tindakan bantuan hidup dasar untuk selalu
untuk-perawat). di tingkatkan baik formal maupun non
Menurut saya Bantuan Hidup Dasar formal sehingga dalam memberikan
merupakan beberapa cara sederhana yang asuhan keperawatan pada situasi kritis
dapat mempertahankan hidup seseorang dapat dilakukan dengan lebih efektif.
untuk sementara. Intinya adalah 3. Bagi penelitian selanjutnya untuk lebih
bagaimana menguasai dan membebaskan mengembangkan penelitian ini.
jalan napas, bagaimana membantu
mengalirkan darah ke tempat yang penting
dalam tubuh, sehingga pasokan oksigen ke

461
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
DAFTAR PUSTAKA

Adam Muhammad. 2010. Resusitasi Jantung dan Paru, (Online),(http://id.scribd.com /doc/95942220/Resusitasi-


Jantung-dan-Paru-Bahasa-Indonesia-Versi-AHA-2010. Di akses tanggal 08 Maret 2013.

CPR. 2010, Arsip Katagori: Gawat Darurat/Emergency, (Online), (http://eidcp. blogspot.com /2011/03/aha-
2010.html). di akses tanggal 08 Maret 2013.

Http://www.scribd.com/doc/69232833/Analisis-Jurnal-RJP.

http://satriadwipriangga. blogspot.com/2011/11/resusitasi-jantung-paru.html

http://rsudps.bantulkab.go.id/ berita /baca/2011/12/14/142516/pelatihan-bhd-untuk-perawat

Musliha, 2010. Keperawatan Gawat Darurat. Nuha Medikal: yogyakiarta.

Purwadianto, A dan Sampurna, B. 2002. Kedaruratan Medik. Edisi Revisi. Binarupa Aksara: Jakarta.

Prasada, K.G.S. 1996. Pertolongan Pertama dan RJP. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Alfabeta: bandung.

Wahtusutrisna. 2011. CPR ABC TO “CAB ” New AHA Guidelines for Resuscitation, (Online),
(http://drwahyusutrisna.wordpress.com/2011/02/13/cpr-abc-to-%E2%80%98cab%E2%80%99-new-
aha-guidlines-for-resuscitation). Diakses tanggal 10 Maret 2013.

462
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721

Anda mungkin juga menyukai