Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Puskesmas perawatan atau puskesmas rawat inap adalah Puskesmas yang diberi
tambahan ruangan dan fasilitas untuk menolong penderita gawat darurat, baik berupa
tindakan operatif terbatas maupun rawat inap sementara.
Puskesmas UPTD Pulokulon I dijadikan Puskesmas Perawatan atau Puskesmas
rawat inap karena :
1. Puskesmas Terletak kurang lebih 8 km dari rumah sakit.
2. Puskesmas mudah dijangkau dengan kendaraan bermotor
3. Puskesmas dipimpin oleh dokter (memiliki 5 dokter) dan memiliki tenaga
keperawatan 3 PNS dan 7 Non PNS
4. Penduduk wilayah kerja Puskesmas UPTD Pulokulon I sekitar 66.396 jiwa
tahun 2015
Kebutuhan masyarakat akan kesehatan semakin lama semakin meningkat,
sehingga kesadaran masyarakat akan kesehatan juga meningkat. Ini dapat dibuktikan
dengan kunjungan pasien rawat inap Puskesmas UPTD Pulokulon I yang selalu
meningkat sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2015. Tahun 2012 kunjungan baru
pasien rawat inap Puskesmas I UPTD Pulokulon Inaik 1,25 %, Tahun 2013 naik
sebesar 1,5 %, Tahun 2014naik sebeasar 2,2 %, tahun2015 naik sebesar 2,2 %.

B. Tujuan Pedoman
Pedoman rawat inap Puskesmas UPTD Pulokulon I bertujuan untuk menjadi acuan
dalam memberi pelayanan kepada pasien rawat inap. Sehingga pada akhirnya
pelayanan klinis dapat meningkatkan kepuasan pelanggan..

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pelayanan Rawat Inap di Puskesmas UPTD Pulokulon I meliputi
pelayanan orang sakit pada :
1. Pasien UGD
2. Pasien Rawat Inap
3. Pemeriksaan Penunjang
4. Konsultasi
5. Rujukan
Pelayanan yang diberikan pada pasien yang di rawat inap pada Puskesmas UPTD
Pulokulon I dengan kriteria penyakit yang sudah ditetapkan pada SK Kepala
Puskesmas UPTD Pulokulon I.Pelayanan di rawat inap juga mencakup pemberian
konsultasi kepada pasien jika didapatkan pasien yang membutuhkan konsultasi lebih
lanjut misalnya gizi buruk, TB dll . Jika pasien di rawat inap di Puskesmas UPTD
Pulokulon I tidak menunjukkan kondisi perbaikan atau ditemukan diagnosa lain dari
hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium) yang tidak bisa di layani di rawat inap
Puskesmas maka dilakukan proses rujukan ke Rumah Sakit yang terdekat.

D. Batasan Operasional
1. Rawat Inap adalah pelayanan medis yang diberikan kepada pasien untuk tujuan
pengamatan, diagnostis, pengobatan.
2. Pasien rawat inap adalah pasien Puskesmas yang mendapatkan pelayanan
kesehatan dengan kondisi harus dilakukan perawatan lebih lanjut di
Puskesmas.
3. Pasien UGD adalah pasien yang mendapatkan pelayanan kegawatdaruratan
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tambahan terhadap pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
dokter untuk mendapatkan kepastian diagnosa dan ketepatan terapi terhadap
pasien.
5. Konsultasi
Upaya memberikan pengertian dan pengetahuan kepada pasien mengenai hal
hal yang harus diketahui berhubungan dengan kondisi kesehatannya.
6. Rujukan adalah proses pemindahan pasien ke fasilitas yang lebih tinggi dikarenakan
ketidakmampuan puskesmas memberikan pelayanan lebih lanjut karena terbatasnya
sarana dan prasarana

E. Landasan Hukum
1. Undang Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
3. Peraturan menteri Kesehatan No.75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia pelayanan klinis


Berikut ini tenaga kesehatan yang bertugas pada rawat inap yang ada di
Puskesmas UPTD Pulokulon I:

PENANGGUNG KORDINATOR RAWAT ANGGOTA


JAWAB RAWAT INAP INAP
Dr. Nurul Eka Santi Leli Ngatikoh amd.kep Abduh Hasan
Susilo yulianto
Ahmad Muawan
Dili Yuda Panama
Sutrisno
Afriyanti
Clara Sinta R
Kasiyati
Tanti Cahyatun

1. PNS
- Leli Ngatikoh, AMK
- Sutrisno, AMK
- Afriyanti, AMK
2. Non PNS
- Ahmad Muawan , AMK
- Dili Yuda Panama, Skep.Ns
- TantiCahyatun, AMK
- Susilo Yulianto, AMK
- Kasiyati, AMK
- Clara Sinta Ratmadanti, AMK
- Abduh Hasan, AMK

B. Distribusi Ketenagaan dan pengaturan jadwal kegiatan


Rawat inap puskesmas I UPTD Pulokulon I memiliki 3 tenaga perawat PNS dan
7 perawat non PNS dengan status tenaga kontrak di Puskesmas. Dalam
memberikan pelayanan kepada pasien sudah ditunjuk penanggung jawab UGD
dan rawat inap, tetapi pada pelaksanaannya saling bekerjasama dalam
melayani pasien baik UGD maupun Rawat inap, dikarenakan tenaga perawat
yang kurang memadai.
Pembagian tugas tambahan di Rawat Inap adalah :
 Koordinator Rawat Inap :Leli Ngatikoh, AMK
 Koordinator UGD : Sutrisno, AMK
 Sie Keperawatan : Afriyanti, AMK
 Sie Humas : Ahmad muawan AMK, SKM
 Sie Gizi : Desti Novitasari, AMGz
 Sie Sarpras : Susilo Yulianto
Pembagian shift jaga pada rawat inap terdiri dari 3 (tiga) Shift yakni Dinas Pagi
dari jam 08.00-14.00 WIB, dinas Sore jam 14.00- 20.00 WIB dan dinas malam
jam 20.00 – 08.00 WIB. Pembagian shift jaga rawat inap dan UGD jadi satu
yang di atur oleh koordinator rawat inap.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang Rawat Inap


RUANG
RUANG SRIKANDI
UUU RUANG ARJUNA K. MANDI RUANG BIMA

R.LAUNDRI

R. JAGA PERAWAT DAPUR

R.SPOEL R. SADEWA
HOEK

KAMAR R. YUDISTIRA R. NAKULA


MANDI

B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas dan sarana
Ruang Rawat Inap terdiri dari : ruang perawat dan ruang pasien yang terdiri
dari 16 bed yang diletakkan ke dalam 4 ruangan. Tempat tidur yang ada terdiri dari : 4
( empat) bed untuk pasien anak dan 12 bed untuk pasien dewasa. Disamping itu pada
ruangan pasien sudah dilengkapi dengan meja pada setiap bednya. Almari, meja, rak
serta wastafel melengkapi ruang rawat inap. Di rawat inap juga dilengkapi dengan
peralatan yang menunjang pelayanan kepada pasien.
2. Peralatan
Set Rawat Inap
1. Baki instrumen tertutup
2. Bisturi
3. Barnkar
4. Gunting lengkung, ujung tajam
5. Gunting lengkung, ujung tumpul
6. Gunting mayo lurus/ lengkung
7. Gunting pembuka jahitan
8. Kaca pembesar
9. Kanula hidung
10. Kateter, selang penghisap lendir
11. Klem
12. Klem pemegang jarum jahit dengan kunci
13. Klem penjepit kain
14. Klep pengatur oksigen dengan humidifier
15. Korentang
16. Incubator bayi
17. Lampu periksa, senter
18. Manset anak dan dewasa
19. Meja instrument
20. Nebulizer
21. Pinset anatomis, bedah
22. Resuscitator anak dan dewasa
23. Selang oksigen
24. Scalpel
25. Spalk
26. Sphygmomanometer
27. Standar infus
28. Standar Waskom tunggal, ganda
29. Stetoskop infant, anak, dewasa
30. Suction pump
31. Sonde
32. Tabung oksigen dan regulator
33. Tabung/ sungkup untuk resusitasi
34. Thermometer
35. Tempat tidur rawat inap
36. Torniket
37. Tromol kassa/ kain steril
38. Waskom bengkok, cekung, cuci
39. Wing needle

Bahan Habis Pakai


1. Cairan antiseptic
2. Benang cat gut
3. Disposable syringe 1, 3, 5, 10 cc
4. Jarum jahit penampang bulat dan segitiga
5. Kassa non steril dan steril
6. Kapas
7. Masker
8. Plester
9. Sarung tangan steril dan non steril

Perlengkapan
1. Bantal
2. Dorongan untuk tabung oksigen
3. Duk biasa dan bolong
4. Handuk
5. Kain penutup meja
6. Kasur
7. Lap untuk mandi pasien
8. Pispot anak dan dewasa
9. Perlak
10. Sarung bantal
11. Selimut
12. Sikat tangan
13. Sprei
14. Tempat sampah tertutup dengan injakan

Meubelair
1. Kursi
2. Lemari kecil untuk perlengkapan pasien
3. Lemari peralatan
4. Penyekat ruangan

Pencatatan dan Pelaporan


1. Formulir rujukan dll sesuai kebutuhan
2. Informed consent
3. Kertas resep
4. RM dan register pasien rawat inap
5. Surat keterangan sakit

BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Rawat Inap
1. Petugas Penanggung jawab
 Dokter
2. Tatalaksana
 Petugas menerima pasien dari UGD.
 Petugas menyiapkan tempat tidur untuk pasien sesuai dengan pesanan
kamar,
 Petugas memindahkan pasien ke dalam ruangan yang telah disediakan.
 Petugas mengorientasikan fasilitas yang ada di rawat inap
 Petugas memberi informasi hal-hal yang boleh dan yang tidak boleh
dilakukan
 Petugas memberi informasi kepada pasien agar melaporkan kepada
petugas jika ada hal-hal yang kurang berkenan,
 Petugas melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital setiap jam 06.00 WIB,
dan jam 17.00 WIB sekaligus menganamnesa keluhan yang di alami
pasien saat itu untuk dituliskan pada lembar perjalanan penyakit.
 Dokter melakukan visite setiap hari pada jam 09.00 dan jam 17.00 WIB
atau jika suatu saat pasien benar-benar membutuhkan visite karena
kondisi penyakitnya.
 Petugas Rawat inap melengkapi terapi yang diresepkan dokter saat
visite.
 Jika ada terapi injeksi antibiotika petugas melakukan skin test terlebih
dahulu untuk menghindari anafilaktik syok
 Petugas memberikan terapi injeksi antibiotika jam 07.00 WIB dan 19.00
atau jam 11.00 WIB dan 23.00 WIB jika terapi 2 kali pemberian dalam 24
jam, Jika pemberian 3 kali dalam 24 jam diberikan pada jam 07.00 WIB,
jam 15.00 WIB dan jam 23.00 WIB.
 Petugas mencatat semua tindakan yang dilakukan pada pasien dalam
rekam medis
 Petugas melaporkan pada dokter jika didapatkan ada hal yang penting
dilaporkan mengenai kondisi kesehatannya pasien,
 Petugas melaporkan kepada koordinator rawat inap jika didapatkan KTD,
KTC, KPC dan KNC pada pasien untuk segera di follow up.
BAB V
LOGISTIK

Untuk menunjang terselenggaranya pelayanan klinis yang bermutu, maka perlu


didukung oleh penyediaan logistik yang memadai dan optimal, melalui perencanaan
yang baik dan berdasarkan kebutuhan pasien dan usulan petugas rawat inap atas
dasar kebutuhan pasien dan demi kelancaran dari pelayanan di rawat inap.
Ketersediaan logistik harus dijamin kecukupannya dan pemeliharaan yang sudah
dianggarkan dan dijadwalkan. Pengadaan alat dan bahan dalam pelaksanaan upaya
klinis Puskesmas diselenggarakan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Dalam pengadaan logistik rawat inap melakukan usulan kepada dokter
penanggung jawab rawat inap untuk disampaikan pada pimpinan Puskesmas dalam
rangka mendapatkan persetujuan. Sumber dana untuk pembelian logistik berasal dari
dan BLUD dan dana kapitasi.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Ada enam sasaran keselamatan pasien, yaitu:


1. Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien
2. Komunikasi efektif
3. Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat
4. Tidak terjadinya kesalahan prosedur tindakan medis dan keperawatan
5. Pengurangan terjadinya resiko infeksi di Puskesmas
6. Tidak Terjadinya pasien jatuh
Upaya Puskesmas untuk mencapai enam sasaran keselamatan pasien tersebut adalah
:
1. Melakukan identifikasi pasien dengan benar
Indikator melakukan identifikasi pasien secara benar adalah:
a. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, seperti nama pasien
dan tanggal lahir pasien, tidak termasuk nomor dan lokasi kamar.
b. Pasien diidentifikasi sebelum melakukan pemberian obat atau tindakan
lainnya.
c. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah, dan specimen lain untuk
keperluan pemeriksaan.
d. Pasien diidentifikasi sebelum memberikan perawatan atau prosedur lainnya.
Prosedur dalam identifikasi pasien :
1. Petugas Puskesmas mengidentifikasi pasien dilakukan mulai saat pasien
mendaftar, memperoleh pelayanan sampai pasien pulang terutama pasien
anak dan bayi,
2. Petugas Puskesmas mengawali dengan memperkenalkan diri pada pasien,
3. Petugas Puskesmas menanyakan data pasien meliputi: nama lengkap
pasien, umur/tanggal lahir dan pernah di rawat di Puskesmas I UPTD
Pulokulon I untuk pencarian nomor rekam medis yang lama (Jangan
menyebutkan nama atau menanyakan apakah nama pasien sudah
benar, Sebaliknya, minta pasien untuk menyebutkan namanya),
4. Setiap sebelum memberikan pelayanan pasien, petugas rawat inap harus
melakukan identifikasi pasien,
5. Petugas Puskesmas menggunakan komunikasi aktif (berupa pertanyaan
terbuka) dalam mengidentifikasi pasien,
6. Petugas rawat inap memberikan pertanyaan terbuka menanyakan nama
lengkap pasien; “Siapa nama lengkap Bapak / Ibu?”
7. Saat pasien menyebutkan nama lengkapnya, petugas rawat inap
mencocokkan dengan gelang identitas pasien.
8. Petugas Puskesmas memberikan pertanyaan terbuka menanyakan tanggal
lahir pasien/ umur ; “Kapan tanggal lahir/ umur Bapak / Ibu?”
9. Saat pasien menyebutkan tanggal lahirnya, Petugas Puskesmas
mencocokkan dengan gelang identitas pasien.
10. Petugas Puskesmas dapat melanjutkan pelayanan medis yang akan
diberikannya bila kedua identitas yang disebutkan pasien telah sesuai
dengan yang tercantum dalam gelang identitas,
11. Petugas Puskesmas melakukan konfirmasi dengan keluarga bila salah satu
identitas yang disebutkan pasien tidak sesuai dengan yang tercantum dalam
gelang identitas,
12. Petugas Puskesmas menjelaskan kepada pasien mengenai pelayanan medis
yang akan diberikannya.
13. Pada kondisi pasien yang tidak dapat berkomunikasi mis. pada pasien tidak
sadar , tidak dapat berkomunikasi karena terhalangmasalah bahasa dan
tidak ada penterjemah, karena usia (bayi), gangguan kognitif (dementia atau
kelainan mental), identifikasi dilakukan dengan memeriksa nama lengkap
pasien dan identitas lain (seperti tanggal lahir, KTP) pada gelang identitas
pasien, dicocokan dengan informasi yang telah dimiliki ruang rawat inap
(rekam medis, resep, atau tabung specimen).
14. Petugas Puskesmas yang memasanggelang identitas pasien harus
menuliskan tanggal dan jam masuk Puskesmas pada gelang identitas,untuk
identifikasi pasien terlantar/ tidak ada keluarga,
15. Petugas Puskesmas dalam mengidentifikasi pasien terlantar/ tidak ada
keluarga (Mr X1, Mr X2 dst) dengan mencocokkan gelang identitas pasien
yang meliputi nama pasien, tanggal dan jam masuk UGD Puskesmas dan
nomor rekam medis,
16. Dalam mengidentifikasi bayi baru lahir petugas Puskesmas memberikan
gelang identitas bayi lahir denganmemberikan nama lengkap ibu (Contoh: By
Ny. Ana Suryana) dan nomor rekam medis ibu. Dalam waktu 24 jam pada
gelang identitas bayi ditambahkan nomor rekam medis bayi dan dibuatkan
rekam medik baru dan terpisah dari ibu,
17. Petugas Puskesmas memberikan gelang identitas sesuai waktu bayi lahir
dengan memberikan nama ibu dan nomor rekam medis ibu ditambah nomor
urut kelahiran (Contoh: By Ny. Ana Suryana 1, By. Ny Ana Suryana 2) untuk
mengidentifikasi bayi kembar baru lahir,
18. Koordinator rawat inap dan PONED melakukan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan identifikasi pasien di tiap-tiap unit masing-masing, koordinator
rawat inap dan PONED merencanakan tindak lanjut jika pelaksanaan tidak
sesuai dengan tujuan.
2. Pemasangan Gelang Identifikasi Pasien
Prosedur pemasangan gelang pasien yang benar adalah
a) Petugas Puskesmas menganamnesa identitas pasien pada saat proses
identifikasi pasien,
b) Petugas Puskesmas membuat label pada gelang identitas pasien memuat
4 (empat) identitas pasien, yaitu nama lengkap di sisi kiri atas, tanggal lahir/
umur di sisi kiri bawah, jenis kelamin (P untuk perempuan dan L untuk laki-
laki) di sisi kanan bawah, dan nomor rekam medis di sisi kanan atas.

Tn. Suratman Sadewa


L 26/4/2016

c) Petugas UGD dan PONED memasangkan gelang identitas pasien sewaktu


pasien masuk pada unitnya masing-masing,
d) Petugas menanyakan nama lengkap dan tanggal lahir pasien sebelum
memasangkan gelang identitas pasien,
e) Petugas memasang gelang identitas pasien pada tangan yang tidak dipasang
infuse,
f) Pasang gelang identitas pasien dengan memberi ruang/ jarak kulit dengan
gelang ± 2 cm. (lihat gambar)

g) Petugas mengganti gelang identitas bila selama perawatan gelang identitas


rusak atau terjadi infeksi pada lokasi pemasangan gelang, .
h) Petugas melepaskan gelang identitas di ruang rawat inap / PONED bila
pasien pulang atau meninggal oleh perawat/ bidan penanggung jawab
pasien,
i) Petugas melepaskan gelang identitas dengan cara memasukkan jari diantara
tangan pasiendan gelang Identitas kemudian menggunting gelang identitas
tersebut,
Cara pengguntingan lihat gambar

a) Petugas membuang gelang yang sudah digunting ke tempat sampah,


b) Bila pasien menolak pemasangan gelang identitas maka pasien
harus menandatangani formulir penolakan tindakan,
c) Koordinator rawat inap dan PONED melakukan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan pemasangan gelang identifikasi pasien di tiap-tiap unit
masing-masing,
d) Koordinator rawat inap dan PONED merencanakan tindak lanjut jika
pelaksanaan tidak sesuai dengan tujuan.

3. Meningkatkan komunikasi efektif


Prosedurnya adalah :
Metode Komunikasi Verbal
1. Petugas rawat inap/ PONED melaporkan kondisi pasien/ hasil test
laboratorium yang kritis kepada Dokter penaggungjawab menggunakan
teknik Komunikasi SBAR (Situation - Background – Assessment –
Recommendation),
2. Dokter memberi instruksi verbal kepada maka Petugas rawat inap/ PONED,
3. Petugas rawat inap / PONEDmenerapkan write down read back / TBK Tulis
Baca Kembali,
4. Petugas rawat inap / PONED yang menerima instruksi pertelepon/ lisan/ hasil
test laboratorium yang kritis menuliskan/ Tulis (write down) pesan yang
disampaikan pengirim di catatan terintegrasi,
5. Petugas rawat inap/ PONED yang menerima instruksi secara verbal / lisan
bertanggung jawab untuk mencatatinstruksi tersebut pada lembar catatan
terintegrasi di status rekam medis pasien meliputi :
a. Tanggal dan jam pesan diterima.
b. Dosis yang akan diberikan dan waktu pemberian harus spesifik untuk
menghindarikesalahan penafsiran.
6. Petugas rawat inap/ PONED membacakan kembali (read back) kepada
pengirim pesan per telepon / lisan untuk konfirmasi kebenaran pesan yang
dituliskan, termasuk nama pasien, tanggal lahir dan diagnosis.setelah
dituliskan, pesan/ hasil test laboratorium yang kritis ,
7. Petugas rawat inap/ PONEDmenulis nama dokter yang memberikan pesan,
8. Petugas rawat inap/ PONED menulis nama dan tanda tangan sebagai tanda
yang menerima pesan,
9. Petugas rawat inap/ PONEDmemverifikasi dokter pengirim pesan dengan
menandatangani catatan pesan yang ditulis penerima pesan sebagai tanda
persetujuan dalam waktu 1 x 24 jam.
Metode Komunikasi Tertulis:
10. Dokter menuliskan instruksi harus dilakukan secara lengkap dapat terbaca
dengan jelas agar sumber instruksi dapat dilacak bila diperlukan verifikasi,
11. Dokter menuliskan harus menuliskan nama lengkap dan tanda tangan
penulis, serta tanggal dan waktu penulisan instruksi setiap penulisan
instruksi,
12. Dalam menuliskan instruksi dokter hendaknya menghindari penggunaan
singkatan, akronim, dan simbol yang berpotensi menimbulkan masalah
dalam penulisan instruksi dan dokumentasi medis (misalnya catatan lanjutan
keperawatan, anamnesis, pemeriksaan fisis, pengkajian awal keperawatan,),
13. Koordinator rawat inap dan PONED melakukan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan komunikasi effektif di tiap-tiap unit masing-masing,
14. Koordinator rawat inap dan PONED merencanakan tindak lanjut jika
pelaksanaan tidak sesuai dengan tujuan.

4. Penerapan 7 benar dalam menunjang medication safety


Prosedur
a. Benar Pasien:
1. Petugas menggunakan minimal 2 identitas pasien dalam mengidentifikasi
pasien,
2. Petugas mencocokkan obat yang akan diberikan dengan instruksi terapi
tertulis,
3. Petugasmenganamnesis riwayat alergi pasien,
4. Petugasmenganamnesis kehamilan/ menyusui,
5. Petugas menganamnesis lengkap riwayat obat/ penggunaan obat saat ini
dan membuat daftar obat- obat tersebut,
6. Petugasmembandingkan pemberian obat saat ini dengan daftar obat yang
digunakan pasien di rumah (termasuk kelalaian, duplikasi, penyesuaian,
kehilangan/ menghilangkan, interaksi, atau tambahan obat).
7. Petugasmengidentifikasi pasien yang akan mendapat obat dengan
kewaspadaan tinggi dilakukan oleh dua orang yang kompeten double
check.
b. Benar Obat
8. Petugasmemberi label semua obat dan tempat obat (syringes, cangkir
obat, baskom obat), dan larutan lain.
9. Petugasmenuliskan pada label nama obat, kekuatan, jumlah, kuantitas,
pengenceran dan volume, tanggal persiapan, tanggal kadaluarsa jika tidak
digunakan dalam 24 jam dan tanggal kadaluarsa jika kurang dari 24 jam.
10. Petugas melakukan verifikasi semua obat dan larutan minimal 2 orang
secara verbal dan visual jika orang yang menyiapkan obat bukan yang
memberikannya ke pasien,
11. Petugasmelakukan pemberian label tiap obat atau larutan segera setelah
obat disiapkan jika tidak segera diberikan,
12. Petugas memberi label pada syringes setelah obat disiapkan/ diisi (jangan
pada saat syringe masih kosong)
13. Petugasmenyiapkan satu obat atau larutan pada satu saat. Beri label
hanya untuk satu obat atau larutan pada satu saat,
14. Petugasmembuang segera setiap obat atau larutan yang tidak ada
labelnya,
15. Saat pergantian tugas/ jaga, petugas mereview semua obat dan larutan
oleh petugas lama dan petugas baru secara bersama,
16. Petugas mengubah daftar obat/ kardeks jika terdapat perubahan obat,
17. Dua petugas yang berkompeten mengecek kebenaran jenis obat yang
perlu kewaspadaan tinggi ,
c. Benar Dosis
18. Dua orang yang berkompeten mengngecek dan menghitung (double cek)
jika ada untuk dosis/ volume obat, terutama yang memerlukan
kewaspadaan tinggi,
19. Petugas mengkonsultasikan dengan dokter yang menuliskan resep jika
ragu,.
20. Petugas saat menyiapkan obat berkonsentrasi penuh untuk menghindari
gangguan.
d. Benar Waktu
21. Petugas memberikan obat dan menginformasikan sesuai waktu yang
ditentukan:
 sebelum makan, setelah makan, saat makan.
 Perhatikan waktu pemberian:
 3 x sehari  tiap 8 jam.
 2 x sehari  tiap 12 jam. Sehari sekali  tiap 24 jam. Selang sehari 
tiap 48 jam
22. Petugas memberikan obat dengan segera setelah diinstruksikan oleh
dokter,
23. Petugas meneliti dengan benar bahwa obat belum memasuki masa
kadaluarsa.
e. Benar Cara/ Route Pemberian
24. Petugas memberikan obat sesuai dengan cara pemberian obat, bentuk
dan jenis obat :
 Slow-Release tidak boleh digerus
 Enteric coated tidak boleh digerus.
 Obat-obat yang akan diberikan per NGT sebaiknya adalah obat cair/
sirup,
25. Petugas dalam memberikan obat obat sedapat mungkin berjarak dan
jadwal pemberian obat dan nutrisi juga berjarak.
f. Benar Dokumentasi
26. Petugas mendokumentasikan setiap perubahan yang terjadi pada pasien
setelah mendapat obat,
27. Petugas langsung menuliskan bukti nama dan tanda tangan/ paraf setelah
memberikan obat pada dokumen rekam medik,
28. Petugas/ dokter menuliskan nama dan paraf jika ada perubahan jenis/
dosis/ jadwal/ cara pemberian obat
29. Dokter memberikan coretan dan terakhir garis (ujungnya) diberi paraf jika
penulisan resep salah,
Contoh:
Lasix tab, 1 x 40 mg Jcmd Lasix inj, 1 x 40 mg iv.
30. Petugas mendokumentasikan respon pasien terhadap pengobatan: Efek
Samping Obat (ESO) dicatat dalam rekam medik & Form Pelaporan
Insiden + Formulir Pelaporan Efek Samping Obat
31. Petugas melaporkan Insiden dikirim ke Tim Keselamatan Pasien di Unit
Pelayanan Jaminan Mutu. Pelaporan Efek Samping Obat dikirim ke
Komite Farmasi dan Terapi,
32. Petugas mendokumentasikan KNC terkait pengobatan, :
 Format PelaporanInsiden ke Tim Keselamatan Pasien.
 Dokumentasikan Kejadian Tidak Diharapkan
 Format Pelaporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien.
g. Benar Informasi
33. Petugas mengkomunikasikan semua rencana tindakan/ pengobatan harus
dikomunikasikan pada pasien & atau keluarganya,
34. Petugas menjelaskan tujuan & cara mengkonsumsi obat yang benar,
35. Petugas menjelaskan efek samping yang mungkin timbul.
36. Petugas mengkomunikasikan rencana lama terapi pada pasien,

5. Pengkajian resep obat


Prosedur :
A. Pengkajian resep dari aspek administratif dan farmasetik :
1. Petugas memeriksa identitas pasien: nama pasien, nomor rekam medis,
penjamin, ruang rawat,berat badan (terutama pada pasien pediatri),
2. Petugas memeriksa kelengkapan resep: diagnosis, nama dokter yang
merawat, nama obat, bentuksediaan obat, jumlah obat, dan aturan pakai,
3. Jika tertera pada aturan pakai “p.r.n” (“pro re nata” atau jika perlu), maka
petugas mengkonfirmasi kedokter yang bersangkutan untuk mengetahui
dosis maksimal seharisehingga etiket bisa dilengkapi dan diketahui
jumlah obat yang dibutuhkan,
4. Petugas memeriksa adanya masalah lain seperti masalah keuangan atau
kelengkapan persyaratanresep jaminan,
5. Petugas memeriksa adanya kesesuaian dengan pedoman
pelayanan/peraturan yang berlaku,
B. Pengkajian dari aspek klinik
6. Petugas memeriksa ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan
obat, terutama untuk pasienpediatri dan geriatric,
7. Petugas memeriksa adanya duplikasi obat,
8. Petugas memeriksa adanya alergi pada pasien disesuaikan dengan
rekam medic,
9. Petugas memeriksa adanya interaksi obat,
10. Petugas memeriksa adanya kontraindikasi,
11. Petugas mengidentifikasi masalah-masalah yang berkaitan dengan
resep/ instruksi pengobatan,
C. Penanganan Resep yang Bermasalah
12. Apoteker / asisten apoteker menghubungi dokter penulis resep/ perawat
sesuai dengan instruksi Kerja Penanganan Resep Tidak Jelas ,
13. Dokter / perawat mencoret tulisan yang tidak jelas tersebut dan menulis
perbaikan di atas coretan kemudian membubuhkan parafdan tidak boleh
menindih dengan tulisan yang baru,
14. Jika dokter tidak dapat datang untuk memperbaiki resep apoteker/asisten
apoteker/ perawat dapat mengubah resep dokter dengan memberi
catatan nama dokter dan waktu (tanggaldan jam) dilakukannya
konfirmasi,
15. Jika dalam menulis resep dokter/ perawat terdapat lebih dari 2 (dua)
coretan maka harus diganti dengan lembar resep baru,
16. Jika dokter / perawat dalam menulis tanggal pada resep harus diganti
dengan resep baru.

6. Melakukan tindakan skin test sebelum memberikan injeksi antibiotik


Prosedur :
1) Dokter mencatat terapi obat injeksi di dalam rekam medis
2) Petugas selalu melakukan skin test dengan memasukkan obat yang akan
diberikan secara intra kutan
3) Petugas mengecek hasil test setelah 3-5 menit
4) Jika terdapat tanda – tanda alergi misal durasi membesar, kemerahan dan
pasien merasakan gatal disekeliling tempat suntikan, maka dinyatakan hasil
skin test positif
5) Jika tanda-tanda di atas tidak ada, maka dinyatakan negatif dan obat bisa
diberikan melalui intra vena.
7. Pengurangan Terjadinya Resiko Infeksi di Puskesmas
Penerapan cuci tangan dengan benar di setiap sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien
Indikator Usaha Menurunkan Infeksi Nosokomial:
a. Menggunakan panduan hand hygiene terbaru yang diakui umum.
b. Mengimplementasikan program kebersihan tangan yang efektif.
Semua petugas di rumah sakit termasuk dokter melakukan kebersihan tangan
pada 5 MOMEN yang telah ditentukan, yakni:
 Sebelum kontak dengan pasien
 Sesudah kontak dengan pasien
 Sebelum tindakan asepsis
 Sesudah terkena cairan tubuh pasien
 Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
Alat Pelindung Diri
Alat yang digunakan untuk melindungi petugas dari pajanan darah, cairan tubuh,
ekskreta, dan selaput lendir pasien seperti sarung tangan, masker, tutup kepala,
kacamata pelindung, apron/ jas, dan sepatu pelindung.
Ada 2 cara cuci tangan yaitu :
1. HANDWASH – dengan air mengalir, waktunya : 40 – 60 detik
2. HANDRUB – dengan gel berbasis alcohol, waktunya : 20 – 30 detik
Prosedur cuci tangan :
1. Semua petugas dan mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan
sebelum kontak dengan pasien,
2. Semua petugas dan mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan
sebelum melakukan tindakan aseptik,
3. Semua petugas dan mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan setelah
kontak dengan pasien,
4. Semua petugas dan mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan setelah
terpajan dengan cairan tubuh pasien,
5. Semua petugas dan mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan setelah
kontak dengan area sekitar pasien,
6. Keluarga, pegunjung, relawan dan individu yang berkunjung harus
melakukankebersihan tangan sebelum makan, setelah makan, setelah dari
kamar mandi, setelahkontak dengan pasien, setelah kontak dengan
lingkungan sekitar pasien,
7. Koordinator rawat inap mengecek ketersediaan adanya handrub , poster
tentang kebersihan tangan didinding setiap ruangan pasien,
8. Semua petugas dan mahasiswa melepaskan perhiasan atau jam tangan saat
mencuci tangan,
9. Semua petugas dan mahas iswa harus memotong kuku jika kuku panjang,
10. Semua petugas dan mahasiswa Mencuci tangan dengan air yang mengalir
dibutuhkan waktu 40-60 detik dengan handrub cukup 20-30 detik,
11. Semua petugas dan mahasiswa melakukan kebersihan tangan dengan tujuh
langkah sesuai dengan langkah yang sudah ditetapkan.
8. Penilaian pasien jatuh pada anak, dewasa dan geriatri
Indikator usaha menurunkan risiko cedera karena jatuh :
1. Semua pasien baru dinilai risiko jatuhnya dan penilaian diulang jika
diindikasikan oleh perubahan kondisi pasien atau pengobatan, dan lainnya.
2. Hasil pengukuran dimonitor dan ditindak lanjuti sesuai derajat risiko jatuh
pasien guna mencegah pasien jatuh serta akibat tak terduga lainnya.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh pasien
dan keluarga pasien maka tuntutan pengelolaan program Keselamatan Kerja di rawat
inap semakin tinggi, karena Sumber Daya Manusia (SDM) puskesmas,
pengunjung/pengantar pasien, pasien sekitar puskesmas ingin mendapatkan
perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik sebagai dampak
proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi sarana dan prasarana
yang ada di puskesmas yang tidak memenuhi standar.
Puskesmas sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus
tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal
165 :”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui
upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja”.
Berdasarkan pasal di atas maka pengelola tempat kerja di puskesmas mempunyai
kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya adalah melalui
upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. Puskesmas harus menjamin
kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja
maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di puskesmas.
Program keselamatan kerja di rawat inap merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan mutu pelayanan puskesmas, khususnya dalam hal kesehatan dan
keselamatan bagi SDM puskesmas, pasien, pengunjung/pengantar pasien,
masyarakat sekitar.
Tujuan umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM
puskesmas, aman dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat
dan lingkungan sekitar sehingga proses pelayanan puskesmas berjalan baik dan
lancar.
Tujuan khusus
a. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK (Penyakit Akibat Kerja)
dan KAK (Kecelakaan Akibat Kerja).
b. Peningkatan mutu, citra dan rawat inap puskesmas.
Alat Keselamatan Kerja
1. Pemadam kebakaran (hidrant)
2. APD (alat Pelindung Diri)
3. Peralatan pembersih
4. Obat-obatan
5. Kapas
6. Plaster pembalut
7. Pembersih tangan di depan tiap-tiap ruangan pasien.
Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk
memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja,
b. Pakailah APD saat bekerja,
c. Orientasi pada petugas baru,
d. Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam kebakaran,
e. Harus mengetahui cara mencuci tangan dengan benar,
f. Buanglah sampah pada tempatnya,
g. Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodik,
h. Dilarang merokok.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen mutu merupakan suatu
sistem kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai
mutu produk atau jasa yang diberikan kepada pelanggan. Pengendalian mutu pada
pelayanan klinis diperlukan agar produk layanan klinis terjaga kualitasnya sehingga
memuaskan masyarakat sebagai pelanggan.
Ishikawa (1995) menyatakan bahwa pengendalian mutu adalah pelaksanaan
langkah-langkah yang telah direncanakan secara terkendali agar semuanya
berlangsung sebagaimana mestinya, sehingga mutu produk yang direncanakan dapat
tercapai dan terjamin. Dalam pengertian Ishikawa tersirat pula bahwa pengendalian
mutu itu dilakukan dengan orientasi pada kepuasan konsumen. Dalam bahasa layanan
kesehatan keseluruhan proses yang diselenggarakan oleh puskesmas ditujukan pada
pemenuhan kebutuhan masyarakat sebagai konsumen.
Pada unit rawat Inap Puskesmas I UPTD Pulokulon I selalu dilakukan rapat intern
rawat inap setiap bulan untuk membahas pelayanan yang sudah dilakukan dalam
bulan tersebut. Jika ada permasalahan diselesaikan dalam rapat intern rawat inap
untuk segera diputuskan rencana tindak lanjutnya. Rencana tindak lanjut yang
dirumuskan dikonsultasikan pada penanaggungjawab rawat inap untuk disetujui oleh
kepala Puskesmas I UPTD Pulokulon I.
Pada unit rawat Inap menetapkan indikator mutu pemindahan pasien dari UGD
ke rawat inap selama 30 menit
Jika ada KTD, KTD, KPC dan KNC segera melaporkan pada koordinator rawat
inap untu segera di follow up bersama-sama dengan tim mutu dan keselamatan pasien
Puskesmas I UPTD Pulokulon I.

BAB IX
PENUTUP
Penanggung jawab penyelenggaraan pelayanan klinis di rawat inap Puskesmas
I UPTD Pulokulon I adalah Kepala Puskesmas I UPTD Pulokulon I. Sedangkan
penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan
di wilayah kabupaten Banyumas adalah dinas kesehatan kabupaten Banyumas.
Puskesmas bertanggungjawab hanya untuk sebagian upaya pembangunan
kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten Banyumas sesuai
dengan kemampuannya. Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh
Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional.
Yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas, agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.

Anda mungkin juga menyukai